Anda di halaman 1dari 12

BAB IX

INDUSTRI PENGELOLAHAN HASIL HUTAN

A. Tujuan

1. Mampu mengidentifikasi legalitas pendiriaan Industri/Pabrik.


2. Mampu mengidentifikasi persyaratan bahan baku Industri kayu.
3. Mampu menyusun alur proses pengolahan kayu.
4. Mampu mengidentifikasi jenis dan fungsi mesin pada tiap tahapan proses
pengolahan kayu.
5. Mampu mengidentifikasi hasil produk pengolahan kayu dan persyaratan
standar kwalitas tiap jenis produk.
6. Mampu menyusun alur pemasaran produk hasil hutan kayu.

B. Tinjaun Pustaka
Kayu merupakan bahan baku dari berbagai macam keperluan dan berbagai
macam industri seperti kayu gergajian dan kayu lapis. Kedua macam industri
ini mcngolah kayu bundar sehingga dikenal sebagai industri kayu hulu. Kayu
gergajian dan kayu lapis dapat diolah lebih lanjut oleh beberapa macam
industri hilir menjadi beberapa macam produk seperti komponen bangunan
dan mebel. Demikian besar kegunaan kayu sehingga dari buaian sampai ke
kuburan, manusia memerlukan kayu. Sulit dibayangkan bagaimana gerangan
kehidupan manusia tanpa kehadiran kayu (Industri et al., 2007).
Industri kayu lapis sudah dikenal diIndonesia sejak sebelum Perang Dunia
II. Waktu itu sudah ada 2 buah pabrik kayu lapis di Sumatera. Pada tahun
1950-an berdiri beberapa psbrik kayu lapis di Jawa. Semua pabrik tersebut
termasuk industri kecil. Mulai tahun 1970-an berkembang pabrik kayu lapis
yang termasuk industri besar, sejafan dengan perkembangan HPH. Pada saat
ini terdapat sekitar 100 buah pabrik kayu lapis yang terdapat di Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Perkembangan
tersebut diikuti oleh perkembangan macam kayu lapis danperkembangan
pemakaiannya.Kayu lapis mempunyai beberapa sifat yang baik karena
susunan lapisan yang bersilangan tegak lurus, seperti kembang - susutnya
kecil, tidak mudah berubah bentuk dan relatif kuat. Kayu lapis termasuk
kedalam panel kayu karena berukuran relatif panjang, relatif lebar tetapi relati
tipis. Produk lainnya yang termasuk panel kayu adalah finir lamina, papan
partikel, papan serat, dan papan mineral (Industri et al., 2007).
Kayu lapis merupakan hasil perekatan beberapa lembar veener secara
bersilangan tegak lurus, kemudian berkembang dengan menggunakan bahan
lain sebagai lapisan inti, sedangkan lapisan luarnya tetap veener dan
susunannya tetap bersilangan tegak lurus. Veener adalah lembaran kayu yang
tipis sebagai hasil pengupasan, penyayatan atau penggergajian. Pengupasan
(dengan mesin kupas) dan penyayatan (dengan mesin sayat) merupakan cara
pembuatan veener yang umum. Tebal veener semula antara 0,1-6 mm,
kemudian berkembang menjadi sampai 10 mm (Industri et al., 2007).
Produk kayu lainnya yaitu barecore, barecore adalah barang setengah jadi
yang digunakan untuk menjadi bagian tengah dari triplek. Barecore terdiri
dari potongan-potongan kayu kecil yang disusun dan direkatkan hingga
menjadi susunan berbentuk papan. Pemanfaatan limbah kayu berupa
potongan-potongan kayu dari pabrik induk atau pabrik kayu olahan
ditambahkan bahan perekat merupakan bahan baku utama dalam proses
pembuatan barecore. Kayu yang digunakan umumnya adalah kayu lunak
seperti sengon dan albasia (Pratiwi & Ningrum, 2021)
Proses produksi barecore masih menggunakan tenaga manusia dan
teknologi permesinan yang tradisional dan sederhana. Pada proses pembuatan
produk meubel terdapat beberapa sumber bahaya yang dapat ditemukan
seperti mesin yang digunakan, sikap kerja, metode kerja, bahan baku, hingga
serbuk kayu yang dihasilkan. Kecelakaan kerja yang berpotensi terjadi di
pabrik antara lain tergores alat/benda kerja, tertimpa bahan baku, terjepit
bahan baku/alat kerja, dan tersandung bahan baku. Polusi yang dihasilkan
dari partikel debu kayu dapat mengganggu kesehatan kerja yang dapat
menyebabkan kontaminasi atau pencemaran udara di tempat kerja. Sehingga
menyebabkan kulit gatal/melepuh, gangguan pernapasan, mata merah/gatal,
gangguan pendengaran, hingga masuknya serbuk kayu ke saluran pencernaan
(Pratiwi & Ningrum, 2021)
Block board merupakan salah satu produk industri perkayuan yang
memiliki prospek cukup baik saat sekarang dan masa mendatang.
Blockboard memiliki lapisan utama berupa core dari potongan kayu dan
dilaminating dengan viner. Umumnya material core block board berasal dari
sisa pengolahan kayu di industri olahan kayu, sehingga tidak memerlukan
persyaratan kualitas bahan baku yang tinggi. Seiring dengan peningkatan
industri perkayu- an di Indonesia, ketersediaan kayu di hutan semakin
menurun dari tahun ketahun. Data Direktorat Bina Pengembangan Hutan
Tanaman [1], realisasi produksi kayu bulat periode 1992 berkisar antara 19
sampai 28 juta m3 per tahun dan pada tahun antara 2001 sampai 2005
berkisar antara 9 sampai 13 juta m3 per tahun. Hal ini berpengaruh juga
terhadap kebutuhan bahan baku kayu bagi industri block board (Mawardi et
al., 2013)
C. Alat dan Bahan
Praktek Industri Pengelolahan Hasil Hutan dilakukan di PT Dharma
Satya Nusantara TBK, dengan alat yang diperlukan sebagai berikut :

1. Buku kerja dan alat tulis.

D. Cara Kerja

1. Menyiapkan Alat Pelindung Diri dan menggunakannya sesuai prosedur K3


dalam kegiatan Industri pengolahan kayu.
2. Mengikuti penjelasan dari Instruktur pabrik.
3. Melakukan tanya jawab/diskusi dengan pimpinan perusahaan / industri
hasil hutan kayu Terkait dengan proses pendirian industri pengolahan
kayu.
4. Menyiapkan bahan pertanyaan yang telah disediakan pada tiap stasiun
pengamatan.
5. Melakukan pengamatan jumlah dan jenis alat dan mesin yang digunakan
industri pengolahan Kayu.
6. Mengisi kuisioner yang telah disediakan.

E. Hasil Pengamatan

1. Penyusunan Rencana Industri Pengolahan Kayu


a. Aspek Legalitas Industri
1. Pabrik tersebut bernama PT. Dharma Satya Nusantara TBK
2. Alamat pabrik berada di Jalan Raya Krangan – Pringsurat No.
KM. 1, Bangunsari, Badran, Kec. Kranggan, Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah
3. Jenis produk utama yang di produksi yaitu Plywood, Bare core,
dan Block board
4. Industri pengolahan kayu tersebut berdiri sejak 29 September 1980
5. Kapasitas pabrik memproduksi produk utama (main product) yaitu
sebesar 144.000 m3/th
6. Luas areal seluruh pabrik yaitu seluas 83.000 m2
7. Perkiraan luas Tempat Penimbunan Kayu Industri (TPK-Industri)
yaitu 6.500 m2
8. Kapasitas pabrik tersebut sebesar 144.000 m2/th
b. Bahan baku industri kayu
1. Jenis kayu yang dipakai sebagai bahan baku utama produk (main
product) yaitu sengon dan jabon. Dengan jenis kayu paling
dominan digunakan adalah sengon sebesar 90%
Alasan memilih jenis kayu tersebut yaitu karena struktur kayu yang
sesuai, memiliki komponen yang di perlukan dan usianya cocok
dengan usia produksi
2. Syarat yang diperlukan log kayu yang akan digunakan sebagai
bahan baku produk olahan yaitu memiliki panjang 2-2,6 m dengan
diameter 28-50 cm, dan panjang 1-1,3 m dengan diameter 28-50
cm
3. Standar kualitas log kayu yang diterima sebagai bahan baku
industri yaitu kualitas bahan baku kayu harus bagus (tidak cacat,
log lurus, grading rapi, tidak menerima kayu dengan banyak mata
kayu)
4. Sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut, log kayu diberi
perlakuan awal yaitu grading dan mengukur ulang log kayu
(diameter dan panjang)
5. Sumber utama bahan baku kayu berasal dari hutan rakyat sebesar
70% dan hutan negara sebesar 30%
6. Bahan baku yang berasal dari hutan rakyat, berupa jenis kayu
jabon dan sengon
7. Bahan baku yang berasal dari hutan negara, berupa jenis kayu
jabon dan sengon
c. Alur Proses Pengolahan Kayu
1. Jenis produk utama yang dihasilkan antara lain kayu lapis, bare
core, dan black board
2. Alur Proses Kayu Lapis
a) Stasiun 1 (Debarking)
Log yang akan digunakan sebagai bahan baku kayu lapis
dilakukan proses debarking (penghilangan kulit kayu) yaitu
menggunakan mesin barker dari China dengan kapasitas mesin
debarking perjamnya 8 m3/jam. Mesin debarking yang
digunakan dalam pabrik tersebut berjumlah 6 unit.
b) Stasiun 2 (Unit Rotary)
Mesin rotary dalam mengupas kayu menjadi veener memiliki
kapasitas sebesar 15 m3/jam, dengan jenis/type mesin Rotary
yang digunakan adalah jenis Meinan yang merupakan mesih
dari Jepang. Mesin rotary yang digunakan dalam pabrik tersebut
sebanyak 3 Unit
Rata-rata rendemen yang dihasilkan dalam pengupasan sebesar
65-70%, dan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
rendemen pengupasan yaitu dengan mengganti mesin rotary
dengan kualitas yang lebih baik, manjaga kualitas bahan baku
dengan cara tidak membiarkan bahan baku terlalu lama di
Lapangan
c) Stasiun 3 (Unit Drying)
Tipe pengering yang digunakan yaitu Press dryer mesin dari
China. Untuk tipe Continous dan tipe Roll Dryer tidak
digunakan dan hanya menggunakan tipe plat sebanyak 45 Unit.
Suhu dalam ruang mesin pengering mencapai 200̊-300̊
Sumber panas pengering yang digunakan berasal dari boiler,
bahan bakar boiler sendiri berasal dari boiler oil yang dihasilkan
dari sisa kayu yang dibakar.
Kadar air veneer yang diharuskan sebesar 6% dan kapasitas
mesin pengering veneer yang digunakan yaitu 400.000 m3/jam.
d) Stasiun 4 (Unit Perbaikan Vener cacad)
Cara yang dilakukan untuk memperbaiki veneer yang cacad atau
rusak yaitu jika pecah di lakukan isolasi khusus dengan manual,
jika cacat dilakukan patching dengan mesin, namun jika lebih
dari 10 cm maka dilakukan dengan manual.
Bahan dan alat yang digunakan untuk memperbaiki veener yang
cacad yaitu plytec dan gamtip (isolasi khusus)
e) Stasiun 5 (Unit Glue Spreader)
Jenis perekat yang digunakan untuk membuat produk yaitu
tepung dan urea karena lebih merekat dan memenuhi standar
internasional.
Standar emisi terhadap penggunaan perekat pada produk yang
dihasilkan yaitu bintang 3 dan bintang 4.
Jumlah kebutuhan perekat yang digunakan pabrik per tahunnya
sebesar 400 kg.
Jumlah mesin Glue Spreader yang digunakan di pabrik sebanyak
12 unit.
f) Stasiun 6 (Unit Cold Press)
Volume maksimum kayu lapis yang bisa di kempa dingin, pada
satu mesin kempa, tiap pengempaan yaitu sebesar 100
m3/kempa, dengan tekanan kempa dingin yang diberikan pada
tiap pengempaan dingin sebesar 10 kg/cm, dan lama waktu yang
digunakan untuk melakukan kempa dingin sekitar 30-40
menit/kempa.
Jumlah mesin kempa dingin yang digunakan sebanyak 18 unit
dengan tipe yang sama.
g) Stasiun 7 (Unit Hot Press)
Jumlah kayu lapis yang bisa dikempa panas, tiap kali
pengempaan yaitu sebanyak 45 lembar/kempa, dengan lama
waktu yang digunakan untuk melakukan kempa panas sekitar 40
menit/kempa, dan dengan suhu 90-115̊.
Sumber panas yang digunakan berasal dari boiler
Jumlah mesin kempa panas yang digunakan yaitu sebanyak 9
unit dengan tipe yang berbeda.
h) Stasiun 8 (Unit Potong Pinggir)
Jenis mesin yang digunakan untuk potong pinggir (Edger) yaitu
Double Saw dengan tipe roll.
Jumlah mesin yang digunakan sebanyak 3 unit
i) Stasiun 9 (Unit Pengamplasan)
Jenis mesin pengamplas yang digunakan yaitu kikukawa dengan
2 head x 3 head.
Kapasitas mesin amplas sebesar 800 lembar/jam.
Proses Grading, pada proses pengamplasan dilakukan dengan
grading tidak pecah, tidak ada kotoran yang menempel dan tidak
ada sedikit tambalan.
j) Stasiun 10 (Unit packing)
Kegiatan yang dilakukan sebelum packing yaitu sortir atau
seleksi produk.
Packing dilakukan menggunakan plastik, karton, dan siku
plastik.
Proses Grading, pada proses pengamplasan dilakukan dengan
mendeteksi menggunakan alat kusus.

d. Jenis Produk Yang Dihasilkan


1. Produk lain yang dihasilkan antara lain yaitu plywood, yang
dihasilkan dari log yang di serut. Bare core, yang dihasilkan dari
kayu yang di potong sortimen. Dan block board, yang
merupakan bare core yang dilapisi plywood dibagian atasnya.
2. Limbah kayu yang digunakan untuk Produk Utama (kayu lapis)
juga dimanfaatkan untuk bahan baku bare core sebanyak 7%.
3. Dalam membuat produk samping seperti bare core, perekat yang
digunakan yaitu PVAC.
4. Persyaratan kayu yang digunakan sebagai bahan baku bare core
yaitu memiliki material bagus, diameter standar, dan mata kayu
yang sedikit.
5. Peralatan yang digunakan dalam membuat produk bare core,
antara lain alat killen dry yang berfungsi untuk mengeringkan
kayu dan alat double planner yang berfungsi untuk menyerut
kayu.
e. Standar Mutu Produk
1. Standar mutu produk yang dihasilkan (Lokal/Export) :
a) Produk Kayu lapis
Kadar Air : 6% ; Standar Emisi UF : 0,3
Cacad :-
b) Produk Bare Core
Kadar Air : 6% ; Standar Emisi UF : 0,3
Cacad :-
c) Produk Block Board
Kadar Air : 6% ; Standar Emisi UF : 0,3
Cacad :-
2. Tidak ada perbedaan standar untuk produk lokal dan ekspor,
pada penjualan produk lokal maupun ekspor tetep melayani
sesuai permintaan.

f. Pemasaran
1. Produk yang dihasilkan dipasarkan ke pasar lokal maupun
eksport. Untuk Produk lokal, sistem pemasarannya dikirim ke
distributor atau berdasarkan permintaan.
2. Untuk pasar eksport yang terbesar dikirim ke Jepang dengan
presentase sebesar 90%.
g. Aspek K3
1. Jumlah total tenaga /karyawan Pabrik sebanyak 1100 pekerja.
2. Jumlah Tenaga Teknis sebanyak 48-50 pekerja.
3. Jumlah Tenaga Administrasi dan suporting sebanyak 165 pekerja.

F. Pembahasan
PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN) didirikan pada tanggal 29
September 1980. Pada awalnya, Perusahaan terutama bergerak di bidang
industri perkayuan, setelah mendapat Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dari
Pemerintah. Pada tahun 1983, Perseroan mengoperasikan pabrik kayu
pertama di Samarinda, Kalimantan Timur, yang memproduksi kayu gergajian
berkualitas yang diekspor ke pasar Jepang. PT Dharma Satya Nusantara TBK
bergerak dalam bidang pengolahan kayu berkualitas untuk diekspor. Seiring
dengan perjalanan waktu, PT DSN telah berkembang dengan dua bidang
usaha utama yakni industri kelapa sawit dan industri produk kayu. Saat ini PT
DSN memiliki dua bisnis utama, Industri Kelapa Sawit dan Industri Produk
Kayu.
Dalam bidang pengolahan kayu, PT DSN memiliki produk utama yaitu
plywood (kayu lapis). Kayu lapis merupakan hasil perekatan beberapa lembar
veener secara bersilangan tegak lurus, kemudian berkembang dengan
menggunakan bahan lain sebagai lapisan inti, sedangkan lapisan luarnya tetap
veener dan susunannya tetap bersilangan tegak lurus. Veener adalah lembaran
kayu yang tipis sebagai hasil pengupasan, penyayatan atau penggergajian.
Pengupasan (dengan mesin kupas) dan penyayatan (dengan mesin sayat)
merupakan cara pembuatan finir yang umum. Tebal finir semula antara 0,1-6
mm, kemudian berkembang menjadi sampai 10 mm (Industri et al., 2007).
Produksi kayu lapis (plywood) tentu saja menghasilkan limbah, PT
Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN) memanfaatkan limbah tersebut menjadi
berbagai produk sampingan yang juga memiliki nilai jual yang tinggi. Kayu
yang berukuran kecil (ranting) serta inti kayu sisa rotary diproduksi menjadi
barecore. Barecore adalah barang setengah jadi yang digunakan untuk
menjadi bagian tengah dari triplek. Barecore terdiri dari potongan-potongan
kayu kecil yang disusun dan direkatkan hingga menjadi susunan berbentuk
papan. Pemanfaatan limbah kayu berupa potongan-potongan kayu dari pabrik
induk atau pabrik kayu olahan ditambahkan bahan perekat merupakan bahan
baku utama dalam proses pembuatan barecore. Produk lain yang juga
diproduksi oleh PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN) yaitu block board.
Block board merupakan salah satu produk industri perkayuan yang memiliki
prospek cukup baik saat sekarang dan masa mendatang. Blockboard
memiliki lapisan utama berupa core dari potongan kayu dan dilaminating
dengan viner.
Pengadaan bahan baku merupakan suatu hal yang penting untuk
diperhitungkan dalam suatu proses produksi. Kegiatan produksi akan
berlangsung terus - menerus bila ada bahan baku. Tanpa adanya bahan baku
maka secara otomatis keseluruhan proses akan terganggu dan dapat
mengakibatkan produksi akan terhenti. Pemilihan bahan baku yang
berkualitas merupakan syarat yang utama bila akan menghasilkan suatu
produk yang berkualitas dan tentunya tidak terlepas dari quality control pada
setiap step (Industri et al., 2007). Seperti yang dilakukan PT Dharma Satya
Nusantara Tbk (DSN) pengadaan bahan baku diperhitungkan dengan sangat
matang sehingga pegadaan tersebut dapat berlangsung terus-menerus. Bahan
baku yang digunakan oleh PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN) berasal
dari hutan rakyat dan hutan negara dengan jenis kayu sengon dan jabon.
Perekat (biasa juga disebut resin) dan bahan lain disiapkan dan ditimbang
sesuai dengan komposisi yang dikehendaki. Perekat yang digunakan PT
Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN) adalah urea formaldehida (terbanyak),
melamin urea formaldehida, dan fenol formaldehida. Alasan kenapa
digunakannya perekat urea formaldehida karena perekat tersebut memiliki
kekuatan rekat yang tinggi dan mampu memenuhi standar internasional yang
mana kebanyakan produk dari PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN)
merupakan produk ekspor.
G. Kesimpulan
Berdasarkan praktek kerja lapangan yang dilaksanakan, mahasiswa
dapat menyimpulkan bahwa :
1. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN) didirikan pada tanggal 29
September 1980. Perusahaan yang bergerak di bidang industri perkayuan,
setelah mendapat Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dari Pemerintah.
2. Bahan baku industri harus memenuhi syarat, anatar lain log yang
digunakan tidak cacat, lurus, dan tidak memiliki banyak mata kayu.
3. Proses pengolahan kayu meliputi debarking, rotary, drying, perbaikan
veener cacad, glue spreader, cold press, hot press, potong pinggir,
pengamplasan, dan packing.
4. Alat yang digunakan dalam industri tersebut antara lain killen dry yang
berfungsi untuk mengeringkan kayu, double planner yang berfungsi
untuk menyerut kayu, dan kikukawa yang digunakan untuk potong
pinggir serta pengamplasan.
5. PT Dharma Setya Nusantara Tbk memproduksi plywood, bare core, dan
block board dengan persyaratan kualitas yang sama yaitu produk yang
dihasilkan tidak cacad dan memiliki grade A dan B.
6. Pemasaran produk di pasarkan melalui pasar lokal dan pasar ekspor yang
di distribusikan ke distributor maupun berdasarkan order. Pemasaran
ekspor paling banyak dikirim ke Jepang.

DAFTAR PUSTAKA

Industri, J. T., Industri, F. T., & Indonesia, U. I. (2007). Sistem produksi unit
industri plywood (kayu lapis). Sistem Produksi Unit Industri Plywood (Kayu
Lapis).

Mawardi, I., . Y., & . S. (2013). Pengembangan Block Board Varian Baru
Berbasis Core dari Komposit Partikel Kayu Kelapa Sawit. Jurnal Teknik
Mesin, 14(1), 28–34. https://doi.org/10.9744/jtm.14.1.28-34

Pratiwi, I., & Ningrum, I. P. (2021). Analisis Potensi Bahaya Pada Proses
Produksi Barecore Menggunakan Metode HAZOP dan OHS Risk
Assessment. Operations Excellence: Journal of Applied Industrial
Engineering, 13(1), 11. https://doi.org/10.22441/oe.2020.v13.i1.002

Anda mungkin juga menyukai