OLEH
KELOMPOK 2
1. Agus Lukman Hakim 061650442574
2. Arnold Edward 061650442576
3. Budiman 061650442578
4. Dilia Puspa 061650442580
5. Endang Sri Rahadianti 061650442582
6. Erobi Sulaiman 061650442584
7. Ibnu Asrafi 061650442586
8. Indra Gunawan 061650442588
9. Muhammad Dalom 061650442590
10. Nova Pasaribu 061650442592
11. Septa Eka Lesmana 061650442594
12. Muhammad Hamdi BRD 061650442597
1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mampu:
a. Membuat produk wood pellet dengan cara basah dari limbah kayu gergajian kusen
(kayu campuran)
b. Mengetahui komposisi ukuran, perekat dan air yang terbaik untuk pembuatan
wood pellet
c. Mengetahui karakteristik dari wood pellet
3. DASAR TEORI
Biomassa merupakan material biologis yang dapat digunakan sebagai sumber bahan
bakar, baik secara langsung maupun setelah diproses melalui serangkaian tahapan proses
yang dikenal sebagai konversi biomassa. Beberapa contoh biomassa kering seperti kayu
kering, daun kering, sekam padi, arang, ampas tebu, bongkol jagung, batok kelapa dan
lain-lain. Biomassa tersebut sangat mudah sekali didapatkan di lingkungan sekitar dan
biasanya belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber energi, bahkan seringkali
hanya menjadi limbah yang tidak terpakai.
Biomassa termasuk salah satu jenis bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintesis, baik berupa produk maupun sisa atau buangan. Yang termasuk dalam jenis
biomassa diantaranya berupa, tanaman, pepohonan, rumput, umbi-umbian, limbah
pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer
seperti bahan pangan, pakan ternak, miyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya,
biomassa juga digunakan sebagai sumber energi atau bahan bakar.
Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil
(minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan
secara lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui (renewable resources), relatif tidak
mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian.
Sesungguhnya penggunaan biomassa sebagai sumber energi telah berlangsung jauh
sebelum ditemukannya energi fosil, seperti penggunaan kayu sebagai bahan bakar untuk
berbagai keperluan, tetapi karena tergeser oleh penggunaan bahan bakar minyak akhirnya
biomassa menjadi tersingkirkan. Salah satu teknologi untuk mengkonversi biomassa
menjadi energi adalah dengan menggunakan teknologi biopellet.
3.1 Biopellet (Wood Pellet)
Wood pellet adalah partikel kayu yang dipadatkan yang digunakan sebagai bahan
bakar. Pellet merupakan hasil pengempaan biomassa yang memiliki tekanan yang lebih
besar dibandingkan briket. Wood Pellet sudah banyak digunakan di beberapa daerah di
suatu Negara dengan tujuan ekspor, di beberapa tempat semakin popular seiring dengan
mahalnya sumber energi primer serta tuntutan terhadap mitigasi perubahan iklim. Wood
pellet adalah bentukan utama dari limbah kayu, meliputi serbuk gergaji, shavings, wood
chips, yang dihasilkan dari pembagian batang, furniture dan hasil hutan lainnya. Proses
pembuatan pellet kayu terdiri atas beberapa langkah yaitu bahan baku, penyaringan
(screening), penggerusan (grinding), pengeringan (drying), pembuatan butiran
(pelletizing), pendinginan (cooling), penyaringan kembali (screening), dan pengepakan
(packaging).
Penelitian produksi pellet kayu di Badan Litbang Kehutanan telah berhasil membuat
mesin pelet kayu dengan kapasitas 2,67 kg/jam dengan spesifikasi diameter lubang 15 mm
dan panjang lubang 110 mm. Pelet kayu yang terbaik dihasilkan dari serbuk gergajian
kayu jati dengan ukuran serbuk 80 mesh pada suhu kempa 250 oC yang menghasilkan
kerapatan 0,82 g/cm, keteguhan tekan sebesar 387,64 kg/cm, nilai kalor bakar sebesar
4961,51 kal/g, kadar abu 0,93% dan kadar air 0,98%, sedangkan kadar zat terbang
terendah terdapat pada serbuk gergajian kayu akasia yaitu sebesar 76,38%. Dalam satu jam
dapat dihasilkan 2,67 kg pelet kayu dengan energi listrik yang terpakai sebanyak 2,55
kWh. Mesin pelet kayu sistem pres hidrolik yang dilengkapi pemanas dari electric heater,
berdasarkan uji coba hasilnya sudah cukup baik dan dapat digunakan selama 8 jam tanpa
henti.
Variabel yang paling penting dalam produksi wood pellet adalah jenis biomassa
(spesies, kadar air, bentuk biomasa terkirim), tanaman dan harga peralatan, biaya energi
dan struktur tenaga kerja. Produksi wood pellet cukup menguntungkan bagi produsen
maupun retailer/distributor, termasuk bagi produksi skala kecil dan menengah. Adapun
standar karakteristik sifat dasar wood pellet yang diacu oleh pasar internasional disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar bahan bakar pellet, efektif per oktober 2010
Premium Standard
Sifat dasar Unit Utility grade
grade grade
Kerapatan (bulk density) lb/ft3 40,0 46,0 38,0 46,0 38,0 46,0
Diameter inches 0,230 0,285 0,230 0,285 0,230 0,285
Diameter mm 5,84 7,25 5,84 7,25 5,84 7,25
Pellet durability index - >96,5 >95,0 >95,0
percent at
Fines <1,0 <1,0 <1,0
mill gates
Inorganic ash % <1,0 <2,0 <6,0
Length % >1,5 inc <1,0 <1,0 <1,0
Kadar air % <6,0 <10,0 <10,0
Chloride ppm <300 <300 <300
4. LANGKAH KERJA
4.1 Pembuatan biopellet
1. Menyiapkan bahan awal untuk pembuatan biopellet dari serbuk gergaji dan
tempurung kelapa.
2. Melakukan pengecilan ukuran bahan baku dengan menggunakan alat jaw crusher
dan blender hingga ukuran bahan baku menjadi kecil-kecil.
3. Melakukan pengayakan dengan alat sieving shaker dengan variasi ukuran 20
mesh dan 60 mesh untuk serbuk gergaji sedangkan tempurung kelapa hanya 20
mesh.
4. Membuat perekat biopellet dari tepung tapioka dan air.
5. Mencampur bahan baku biomassa kayu dan sekam padi dengan perekat.
6. Melakukan pencetakan biopellet dengan alat pencetak biopellet biomassa.
7. Menyemprotkan larutan inhibitor pada biopellet yang telah dicetak.
8. Mengeringkan biopellet dengan cara dimasukkan ke dalam rotary dryer dengan
temperatur 50oC selama 15 menit.
9. Menganalisa biopellet yang telah dicetak, analisa yang dilakukan yaitu analisa
kadar air, kadar zat terbang dan nilai kalor
4.2 Analisa Bahan Baku dan Produk
a) Analisa Kadar Air (Inherent Moisture)
1. Memanaskan cawan porselen pada 110 115 oC kemudian cawan didinginkan
selama 15 30 menit di dalam desikator. Setelah itu timbang cawan beserta
tutupnya
2. Memasukkan sampel yang akan dianalisa dalam cawan porselen sebanyak 1 gram
kemudian tutup dan timbang kembali
3. Menyisihkan tutup cawan, kemudian masukkan cawan ke dalam oven yang sudah
di atur temperaturnya yaitu 110 115 oC selama 1 jam
4. Setelah 1 jam, cawan dikeluarkan dari oven dan tutup kembali, lalu dinginkan
cawan tersebut dan timbang kembali cawan berisi sampel yang telah di oven dan
menghitung kadar air lembab dengan rumus:
6. PERHITUNGAN
6.1 Perhitungan Analisa Kadar Air
7. ANALISA HASIL
Pembuatan biopellet merupakan salah satu teknologi untuk mengkonversi biomassa
menjadi energi yang termasuk dalam kategori densifikasi. Tujuan dari pembuatan biopellet
ini ialah untuk menaikkan densitas energi biomassa, memudahkan dalam penyimpanan dan
pengangkutan, serta agar biomassa menjadi lebih padat, kompak, praktis dan tidak
volumnis. Pada percobaan ini bahan baku yang digunakan untuk pembuatan biopellet
adalah serbuk gergaji dan tempurung kelapa dengan perekat berupa tepung tapioka yang
dicampur dengan air dengan perbandingan 1:10. Adapun biopellet yang dibuat memiliki
variasi ukuran mesh yaitu 20 dan 60 mesh untuk biopellet dari serbuk gergaji dan 20 mesh
untuk biopellet dari tempurung kelapa.
Proses pembuatan biopellet terdiri dari proses pengecilan ukuran bahan baku,
pengayakan, pencetakan dan pengeringan. Setelah dilakukan proses pengeringan pada
biopellet yang telah dibuat, dilakukan analisa terhadap biopellet tersebut yang meliputi uji
kadar air (inherent moisture), kadar zat terbang (volatile matter) dan uji nilai kalor (adapun
hasil dari pengujian dapat dilihat pada tabel 3). Pengujian atau analisa ini dilakukan untuk
mengetahui karakteristik dari biopellet yang dihasilkan. Dari tabel pengujian dapat dilihat
bahwa biopellet dari tempurung kelapa memiliki nilai kalor yang paling tinggi diantara
kedua jenis biopellet lainnya. Nilai kalor merupakan parameter penting dari suatu thermal
coal. Semakin tinggi nilai kalor suatu produk biobriket dapat menjadi salah satu indikasi
bahwa biobriket tersebut memiliki kualitas yang baik.
Hal itu dikarenakan tempurung kelapa memiliki struktur yang lebih padat
dibandingkan serbuk gergaji sehingga kandungan karbon didalam tempurung kelapa jauh
lebih tinggi dibandingkan serbuk gergaji. Nilai kadar air pada biopellet dari tempurung
kelapa juga tidak terlalu tinggi hal itu juga dikarenakan struktur tempurung kelapa yang
lebih padat sehingga tidak terdapat banyak pori yang dapat menyebabkan air dari
lingkungan masuk ke dalam biopellet dan juga tempurung kelapa bersifat lebih sukar
menyerap air.
Zat terbang atau volatile matter terdiri dari gas gas combustable seperti metana,
hidrokarbon ringan, hidrogen dan carbon monoksida serta sebagian kecil noncombustable
gas seperti uap air. Pada pembakaran dengan kandungan zat terbang yang tinggi akan lebih
mempercepat pembakaran karbon padatnya. Sebaliknya, kandungan zat terbang yang lebih
rendah akan memperlambat proses pembakaran. Namun tingginya volatile matter juga
dapat berpengaruh pada saat biobriket tersebut digunakan, karena biobriket dengan volatile
matter yang tinggi akan menghasilkan banyak asap pada saat dilakukan pembakaran.
Tingkat penambahan perekat juga mempengaruhi besarnya kandungan volatile
matter biobriket, hal ini disebabkan oleh kandungan yang terdapat di dalam tepung tapioka
seperti karbohidrat dan protein bisa meningkatkan kandungan volatile matter pada
bioriket. Pada percobaan ini, semua sampel yang dianalisa memiliki nilai zat terbang yang
tidak terlalu tinggi.
8. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa yang dilakukan pada percobaan pembuatan
biopellet ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Biopellet merupakan salah satu teknologi alternatif energi terbarukan yang termasuk
dalam golongan densifikasi. Pembuatan biopellet dapat mempermudah pengguna
dalam memanfaatkan biomassa tersebut sebagai bahan bakar, selain itu alternatif ini
tergolong murah dan cukup efektif.
2. Hasil analisa dari produk biopellet yang dihasilkan menunjukkan bahwa biopellet
yang dibuat memiliki kualitas yang cukup baik, hal itu dilihat dari 3 parameter uji
yang dilakukan yaitu, uji kadar air, kadar zat terbang dan nilai kalor dimana nilai dari
ketiga parameter pengujian tersebut masih memenuhi standar yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Sylviani, dkk. 2013. Potensi Pengembangan Industri Pelet Kayu Sebagai Bahan Bakar
Terbarukan : Studi Kasus di Kabupaten Wonosobo. Jurnal Penelitian Sosial Dan
Ekonomi Kehutanan, Vol. 10, No. 4, Hal. 235 246.
Tahdid dan Zurohaina. 2017. Modul Praktikum Konversi Energi Biomassa. Magister
Terapan Teknik Energi Terbarukan, Politeknik Negeri Sriwijaya: Palembang.
WIP Renewable Energies, Wolfgang Hiegl, Rainer Janssen. 2009. Development and
promotion of a transparent European Pellets Market Creation of a European real-time
Pellets Atlas : Advancement of pellets-related European standards. Intelligent Energy
Europe : Austria.