Anda di halaman 1dari 21

AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI DI INDUSTRI SUSU INDORE

DUGDH SANGH MARYADIT, INDIA

Disusun oleh :
Nama : Jenni Hilmasari
NPM : 0616 4041 1925
Kelas : 6 EGB
Dosen Pengampu : Zurohaina, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala


rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah
Audit dan Manajemen Energi dengan judul “Audit dan Manajemen Energi pada
Industri Susu”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Definisi Audit Energi ............................................................................................ 3
2.2 Tujuan dan Pentingnya Audit Energi................................................................... 3
2.2.1 Tujuan Audit Energi ..................................................................................... 3
2.2.2 Pentingnya Audit Energi.............................................................................. 4
2.3 Prosedur Pelaksanaan Audit Energi .................................................................... 4
2.4 Proses pengolahan susu...................................................................................... 5
1. Penerimaan Susu Segar ........................................................................................... 5
2. Balance Tank .......................................................................................................... 6
3. Pendinginan............................................................................................................. 7
4. Pasteurisasi .............................................................................................................. 7
2.5 Peralatan Pasteurisasi Susu ................................................................................ 8
a). Plate Heat Exchanger (PHE) ....................................................................................... 8
b). Tubular Heat Exchanger (THE) ................................................................................... 9
2.6 Energy Audit Survey .......................................................................................... 10
2.6.1 Konsumsi Energi Sebelum dilakukan audit energy ...................................... 12
2.6.2 Konsumsi Energi Setelah dilakukan audit energy ........................................ 13
2.6.3 Payback period .............................................................................................. 15
BAB III ................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................. 16
1.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 16
1.2 Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Audit energi adalah pemeriksaan, survei, dan analisis aliran energi untuk
energi konservasi dalam bangunan, proses atau sistem untuk mengurangi jumlah
input energi sistem tanpa mempengaruhi keluaran secara negatif. Audit energi
adalah salah satu tugas pertama yang harus dilakukan dalam pencapaian suatu
program pengendalian biaya energi yang efektif. Audit energi terdiri dari
pemeriksaan terperinci tentang bagaimana suatu fasilitas menggunakan energi,
apa yang dibayar oleh fasilitas untuk energi itu, dan akhirnya, sebuah program
yang direkomendasikan untuk perubahan dalam praktik operasi atau konsumsi
energi peralatan yang hemat biaya untuk tagihan energi.
Audit energi kadang-kadang disebut survei energi atau analisis energi. Biaya
data audit yang akan dikumpulkan dan dianalisis dan jumlah konservasi peluang
diidentifikasi, semua ini saling berhubungan. Jadi perbedaan pertama dibuat
antara biaya audit, yang menentukan jenis audit yang akan dilakukan, kedua
perbedaan dibuat antara jenis fasilitas yang akan diaudit. Selain mengidentifikasi
sumber-sumber penggunaan energi, audit energi berupaya memprioritaskan energi
yang digunakan sesuai dengan peluang yang paling efektif untuk menghemat
biaya energi tabungan. Audit energi membutuhkan pengamatan yang lebih cermat
terhadap semua konsumsi energi besar dan kecil segmen sistem untuk
menentukan pemborosan penggunaan energi dan menyarankan cara untuk
menghemat energi yang terbuang untuk meminimalkan konsumsi energi sistem.
Industri susu termasuk dalam salah satu industri pangan utama di India. Di
pabrik susu prospek pembangunan yang lebih baik tersedia karena di USA produk
susu 85% digunakan dan 48% di India. Saat ini India memproduksi sekitar
123.700.000 ton susu setiap tahun . Ini merupakan 7,8% dari produksi susu dunia .
Dalam permintaan di masa mendatang produk susu akan meningkat. Perdagangan
dunia dari produk susu, yaitu mentega dan mentega minyak, susu bubuk skim,
susu bubuk, susu kental dan keju, sebesar 58.200.000 ton pada setara susu (tidak
termasuk perdagangan dalam Uni Eropa) pada tahun 2011.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan audit energi?
2. Apa tujuan dan pentingnya dari audit energi?
3. Bagaimana cara melakukan audit energi?
4. Bagaimana proses pengolahan susu ?
5. Apa saja peralatan pasteurisasi susu ?
6. Bagaimana cara melakukan audit energy pada peralatan pasteurisasi susu ?

1.3 Tujuan
1. Memahami apa itu audit energi.
2. Memahami tujuan dan pentingya audit energi.
3. Memahami cara melakukan audit energi.
4. Memahami proses pengolahan susu.
5. Mehamami peralatan-peralatan pasteurisasi susu.
6. Memahami cara melakukan audit energy pada peralatan pasteurisasi susu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Definisi Audit Energi


Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaat energi dan identifikasi
peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada
pengguna sumber energi dan pengguna energi dalam rangka konservasi energi.
Audit energi dilaksanakan sekurang-kurangnya pada proses dan pengguna energi
utama secara berkala paling sedikit satu kali dalam tiga tahun. Proses audit dapat
dilakukan oleh auditor internal maupun eksternal, namun auditor-auditor tersebut
wajib memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Dikeluarkannya kebijakan pemerintah mengenai penghematan energi dalam
Undang – Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi, dan Instruksi Presiden No.
2 Tahun 2008 tentang Penghematan Energi dan Air, menginstruksikan instansi
Pemerintah, BUMN, BUMD, Pemerintah Daerah, masyarakat dan perusahaan
swasta untuk melaksanakan program dan kegiatan penghematan energi dan air.
UU Energi Pasal 1 ayat 23 berbunyi konservas energi adalah upaya
sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam
negeri serta meningkatkan efisiesi pemanfaatannya. Efisiensi energi adalah
perbandingan antara pasokan energi (input) dengan manfaat hasil kerja dari
energi tersebut (output). Kegiatan audit energi juga wajib dilakukan berdasarkan
tindak lanjut program pemerintah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
No. 70 Tahun 2009 Pasal 12 tentang konservasi energi.

1.2 Tujuan dan Pentingnya Audit Energi


1.2.1 Tujuan Audit Energi
1. Mengetahui penggunaan energi aktual gedung serta mengetahui
pilihan ECO yang paling tepat.
2. Pemeriksaan sistem energi secara berkala untuk memastikan bahwa
energi tersebut digunakan seefisien mungkin.
3. Identifikasi pemborosan energi, potensi dan peluang penghematan
serta menetapkan langkah-langkah penyempurnaan ditindak lanjuti

3
dengan langkah nyata untuk merealisasikan potensi penghematan
energi.
4. Memperkirakan berapa potensi nilai manfaat finansial yang
diperoleh dari penghematan tersebut.
5. Merupakan top-down initiative.
6. Merupakan suatu prosedur sistematis yang dilakukan secara terbatas
hanya pada gedung, situs, atau objek tertentu, yang bertujuan untuk:
 Mengidentifikasi dan mengukur penggunaan energi.
 Menentukan sumber pemborosan energi.
 Menentukan peluang penghematan energi yang paling tepat (ECO =
Energi Conservation Opportunities).
 Melaporkan temuan yang didapat.

1.2.2 Pentingnya Audit Energi


Hemat energi tidak berarti harus mengoperasikan sistem tanpa
menggunakan energi atau mengurangi energi yang diperlukan, tetapi menghemat
energi adalah merupakan pengurangan dan menghilangkan pemborosan energi
diseluruh bagian peralatan yang menggunakan energi listrik sehingga tingkat
kenyamanan yang sama dapat tetap dipertahankan bahkan peningkatan dengan
menggunakan jumlah energi yang sedikit atau dengan menggunakan jumlah
energi yang sama untuk menghasilkan kenyamanan yang lebih tinggi tanpa
mengurangi hasil produksi.

1.3 Prosedur Pelaksanaan Audit Energi


Pelaksanaan audit energi merupakan gabungan interaksi antara tim auditor
dan objek audit. Agar interaksi berjalan dengan baik dan efektif, langkah- langkah
yang perlu dilakukan adalah:
 Inisiasi kegiatan audit
 Penyiapan/preparasi pelaksanaan audit
 Pelaksanaan audit
 Evaluasi dan pelaporan
Gambar 1 merupakan bagan alir pelaksanaan audit yang menggambarkan
berbagai kegiatan awal calon pelaksanaan sampai ke kegiatan akhir audit energi.

4
Tahap 1 dan Tahap 2 merupakan tahapan yang dilakukan oleh calon auditor
sampai pada kesimpulan apakah audit dapat dilakukan secara keseluruhan atau
hanya dilakukan pada beberapa bagian berdasarkan evaluasi awal yang dilakukan.

Gambar 1. Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Audit Energi

1.4 Proses pengolahan susu

1.4.1 Penerimaan Susu Segar

Penyediaan susu segar sebagai bahan dasar diambil dari Koperasi Unit Desa
(KUD) yang sudah bekerjasama dengan perusaahaan susu tersebut.(“Proses
Pengolahan Susu,” 2013) Proses penerimaan susu segar dari peternak adalah
sebagai berikut : mula-mula petemak mengumpulkan susu segar dalam milk can
ke pengumpul. Dari pengumpul susu segar ini diangkut oleh truk pengangkut susu
segar menuju ke KUD. Biasanya pabrik susu menerima susu segar mulai pukul
06.00 sampai 14.00. setelah jam tersebut, setoran susu segar ditolak karena

5
dikhawatirkan sudah rusak akibat pertumbuhan mikrobia, mengingat
kemungkinan penyimpanan susu segar di KUD yang terlalu lama. Sebelum susu
segar tersebut diterima oleh Pabrik Susu, terlebih dahulu dilakukan pengujian
terhadap kualitas yang meliputi: uji bakteriologis, uji fisis dan uji organoleptis
yang dilakukan oleh bagian Quality Assurance (QA).

Susu segar yang telah dinyatakan release oleh QA segera dipompa dari mobil
tangki ke balance tank untuk menyeimbangkan aliran dan mengukur volumenya.
Susu yang masuk melalui pipa pemasukan akan mengangkat pelampung yang ada
di dalam balance tank. Pelampung tersebut berfungsi untuk menjaga permukaan
air susu dalam tangki tetap konstan. Setelah penuh, katup secara otomatis akan
menutup pipa pemasukan dan proses pengisian berhenti.

1.4.2 Balance Tank

Fungsi : menjaga kontinuitas dan stabilitas aliran susu segar


Jumlah : 1 buah
Bahan : Stainless Steel
Kapasitas : 350 liter

Pelengkap : pelampung yang berfungsi mengontrol permukaan cairan dalam


tangki tetap seimbang, bekerja secara otomatis

Prinsip kerja : susu segar dari tangki KUD dipompa masuk kedalam Balance tank
melalui flow meter sehingga diketahui volume susu dari tiap tangki penyetor yang
masuk ke Balance tank. (“Proses Pengolahan Susu,” 2013)Mula-mula susu segar
masuk melalui pipa pemasukan di bagian tengah tangki, susu akan mengangkat
pelampung. Jika tangki telah penuh, katup akan menutup pipa pemasukan,
sementara itu susu dalam tangki dikeluarkan melalui pipa bawah. Keluarnya susu
dari tangki menyebabkan pipa pemasukan sedikit terbuka, sehingga susu dapat
masuk kemudian akan menutup sendiri bila penuh, demikian seterusnya.

Setelah dari balance tank, susu akan disaring dengan duplex filter agar benda-
benda asing yang mungkin terdapat dalam susu segar dapat tertahan dalam filter
dan selanjutnya dialirkan ke chiller untuk dilakukan proses pendinginan.

6
1.4.3 Pendinginan

Susu yang telah disaring masuk plate cooler berupa Chiller pada suhu maksimal
14 oC untuk didinginkan hingga mencapai suhu 4 oC. Dalam suhu rendah mikroba
akan menjadi nonaktif, reaksi enzimatis terhambat serta reaksi kimia yang
menyebabkan kerusakan dapat dicegah.

Chiller

Fungsi : mendinginkan susu segar hingga 2 – 4oC

Jumlah : 1 buah

Bahan : Stainless Steel

Kapasitas : 1000 liter/jam

1.4.4 Pasteurisasi

Pasteurisasi bertujuan untuk membunuh semua mikroba pathogen yang dapat


merusak susu serta menyebabkan penyakit pada bayi. Mikroba pathogen yang
banyak terdapat pada susu antara lain Mycobacterium tuberculosis penyebab
penyakit tuberkulosis, Coxiella burnetti, penyebab penyakit Q fever, Salmonella,
Shigella sp., penyebab penyakit enterik seperti thypoid dan parathypoid, serta
Enterobacter sakazakii penyebab penyakit radang otak pada bayi. Pasteurisasi
juga dimaksudkan untuk memperpanjang daya simpan produk dengan cara
menginaktivasi enzim yang terdapat dalam susu seperti lipase, fosfatase,
peroksidase dan katalase.

Pasteurisasi dilakukan secara kontinyu menggunakan suhu tinggi dalam waktu


singkat, atau disebut sistem HTST (High Temperature Short Time). Suhu yang
digunakan adalah 70 oC dengan penahanan dalam holding tube selama 30 detik.
Waktu yang singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nutrisi terutama
protein yang mudah mengalami denaturasi.

7
Dengan cara demikian, susu segar yang baru masuk akan mengalami pemanasan
awal dan susu yang sudah dipasteurisasi akan mengalami penurunan suhu.
Pendinginan kemudian dilakukan di bagian pendingin sampai suhu mencapai 4
o
C. Pendinginan bertujuan untuk shocking bacteria, yakni mematikan bakteri yang
tahan terhadap suhu pasteurisasi. Apabila kondisi pasteurisasi tidak mencapai
suhu dan waktu yang ditentukan, maka secara otomatis susu kembali ke balance
tank untuk diproses ulang. Selanjutnya susu dialirkan ke unit compounding.

1.5 Peralatan Pasteurisasi Susu


Dari berbagai macam peralatan pasteurisasi susu maka Alat Penukar Panas
(Heat Exchanger) merupakan alat yang paling esensial dalam proses pasteurisasi,
karena tidak saja digunakan untuk proses pemanasan susu (heating/pasteurizing
dan regenerasi) tetapi juga untuk proses pendinginan susu awal (cooling dengan
air sumur) maupun pendinginan lanjut (Chilling) dengan air es agar suhu susu
segera berada pada suhu 4⁰C dimana semua kegiatan mikrobiologis dan enzymatic
susu berhenti/terhambat.(“PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL ALAT
PASTEURISASI SUSU,” 2009)Dikenal berbagai tipe alat penukar panas, yaitu :
1.5.1 Plate Heat Exchanger (PHE)
Pertukaran panas pada PHE didasarkan pada permukaan pertukaran
yang berbentuk datar/lempengan, dimana lempengan tersusun sedemikian
rupa sehingga menyajikan luas permukaan pertukaran yang diperlukan.

PHE berkerja dengan cara saling kontak antar fluida di dalam sejumlah
pelat logam bergelombang dimana setiap pelat memiliki empat lubang
yang berfungsi sebagai inlet dan outlet port, dan segel yang dirancang
untuk mengarakan aliran cairan dibagian allternatif. Pelat dijepit bersama-
sama dalam bingkai yang mencakup koneksi untuk cairan. Tiap pelat
umumnya dilengkapi dengan gasket pinggiran untuk memberikan
pengaturan penyegelan.

Terdapat 3 komponen yang menyusun PHE, yaitu :


a). Lembar baja tahan karat beralur (plate)
Alat penukar panas ini terdiri dari lembar (plate) baja tahan karat
(stainless steel) yang telah dicetak dengan mesin press berdaya tinggi

8
yang membentuk alur-alur dengan motif tertentu yang dimaksudkan
untuk memperbesar luas permukaan lembar baja dan terjadinya
turbulensi aliran cairan. Lembar-lembar baja ini disusun dengan jumlah
tertentu sesuai kebutuhan dalam suatu kerangka (frame)
b). Rangka penyusun (frame)
Suatu rangka (frame) yang menjepit seluruh susunan lembar baja. Agar
setiap pasangan lembar terdapat celah yang dapat dialiri cairan maka
disekeliling lembar terdapat parit guna meletakkan pita karet (gasket)
c). Pita karet (gasket)
Pita karet (gasket) terbuat dari bahan yang tahan panas/dingin, tahan
karat dan non toksis (food grade). Susunan PHE tersebut dapat terdiri
dari beberapa bagian (section), misalnya heating, cooling, regeneration,
dll.

Gambar 2 Plate Heat Exchanger (PHE)

1.5.2 Tubular Heat Exchanger (THE)


Sebelum diketemukan alat penukar panas PHE yang lebih kompak dan
dapat diproduksi secara masal , maka alat penukar panas THE telah lebih dahulu
digunakan. Perkembangan teknologi THE adalah diperkenalkannya Triple Tube
THE dimana pipa terdalam dialiri media pemanas/pendingin, pipa ditengah dialiri
produk dan pipa terluar dialiri media pemanas/pendingin lagi.(Muchlis_zain,
2011) Dengan sistem ini (dikembangkan oleh Stork-Amsterdam) koefisien
pemindahan panas THE meningkat.

9
Alat penukar panas ini konstruksinya lebih sederhana, yaitu
1. Pipa (tunggal atau kelompok pipa) yang dialiri produk
2. Pipa bagian luar dengan diameter yang lebih besar (jacketed) yang dialiri
media pemanas atau pendingin (double tube type THE).

Gambar 3 Tubular Heat Exchanger (THE)


Perbandingan kelebihan maupun kekurangan dari PHE dan THE sbb:

1.6 Energy Audit Survey


Pabrik pengolahan susu yang berlokasi di Indore Dugdh Sangh Maryadit,
Indore India dipertimbangkan untuk studi kasus. Pabrik ini memiliki kapasitas
memproduksi 2.40000 liter susu cair sehari menggunakan metode pasteurisasi
susu HTST.(A & R, 2014) Dibutuhkan 24 jam untuk memproduksi jumlah susu

10
tersebut. Hal ini menyebabkan banyaknya penggunaan listrik untuk memenuhi
kebutuhan energi pemanas dan pendingin untuk pemrosesan susu (pasteurisasi)
serta untuk penerangan pabrik dan fungsi lainnya. Untuk bagian pasteurisasi yang
dingin, pabriknya adalah dilengkapi dengan kompresi uap berbasis amonia pabrik
pendingin.

Berikut data di pabrik susu Indore Dugdh Sangh Maryadit, Indore India :

Tabel 1 Area pertimbangan & keterbatasan di pabrik susu

Tabel 2 Total konsumsi energi di pabrik susu

Gambar 4 Konsumsi listrik sektoran

11
1.6.1 Konsumsi Energi Sebelum dilakukan audit energy
Berikut diagram dan susunan instalasi. Kapasitas menjalankan Pabrik adalah
240000 liter (10000 Liter / jam) selama 24 jam kerja.Metode: pasteurisasi HTST
(Pemanasan pada 72 ° C selama 30 detik diikuti dengan pendinginan pada 4 ° C)

Gambar 5 Existing System of milk dairy plant


Total daya Perhitungan konsumsi
Jumlah produksi susu per hari = 240000 liter
Total konsumsi daya per hari = 147319kw
147319 𝑘𝑤 𝑘𝑤
Total konsumsi daya per jam = = 6138 𝑗𝑎𝑚
24 𝑗𝑎𝑚
147319 𝑘𝑤 𝑘𝑤
Total konsumsi listrik per liter = 240000 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 0,6138 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

Unit biaya listrik / tarif = Rs 2.63/kw


Biaya untuk menghasilkan susu per liter =
𝑘𝑤 2,63 1,614294
= 0,6138 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 × 𝑅𝑠 = 𝑅𝑠
𝑘𝑤 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

Biaya untuk menghasilkan susu per hari =


𝑅𝑠 1,614294 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 387430,56
= × 240000 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 𝑅𝑠
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖

Perhitungan konsumsi energi pada proses pasteurisasi


konsumsi daya total proses pasteurisasi per hari = 50818 kw/hari
50818 𝐾𝑤 𝐾𝑤
konsumsi daya total proses pasteurisasi per jam = 24 𝐽𝑎𝑚
= 2117,4 𝑗𝑎𝑚

12
50818 𝑘𝑤 𝑘𝑤
konsumsi daya total proses pasteurisasi per liter = 240000 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 0,2117 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

konsumsi daya total proses pasteurisasi per bulan = 1.524.540 kw/bulan


biaya listrik untuk proses pasteurisasi per liter
𝑘𝑤 2,63 0,556
= 0,2117 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 × 𝑅𝑠 = 𝑅𝑠 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑘𝑤

Biaya listrik untuk proses pasteurisasi per hari


𝑅𝑠 0,556 240000 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑅𝑠 133440
= × =
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖

Biaya listrik untuk proses pasteurisasi per jam


𝑅𝑠 133440 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 5560
= × = 𝑅𝑠 𝑗𝑎𝑚
ℎ𝑎𝑟𝑖 24 𝑗𝑎𝑚

Biaya listrik untuk proses pasteurisasi per bulan


133440
=𝑅𝑠 × 30 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 𝑅𝑠 4.003.200
ℎ𝑎𝑟𝑖

1.6.2 Konsumsi Energi Setelah dilakukan audit energy


Dalam alternatif ini disarankan untuk memanfaatkan energi yang terbuang dalam
bentuk panas yang dibawa oleh susu yang telah dipanaskan yang akan menuju
unit chiller. Alternatif yang disarankan berencana untuk menggunakan panas ini
untuk memanaskan susu yang berasal dari pasokan sehingga mengurangi beban
pemanasan yang dilakukan saat pengolahan susu. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan jenis pelat penukar panas.

Gambar 6 Proposed System’s Layout

13
Untuk tujuan penghitungan kebutuhan energi, efektivitas ini penukar panas yang
baru didirikan dapat diasumsikan 0,8.

Specific heat of milk = 3.93kj/kg ℃


Density of milk = 1.03kg/liter
Energy saving for pasteurization process by heating raw milk
𝑘𝑔 𝑘𝑗
= 1,03 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 × 3,93 𝑘𝑔 ℃ × ( 72 − 30 )℃

= 170,0118 kj/liter
Assume effectiveness of heat exchanger = 0.8
Konsumsi daya total proses pasteurisasi per jam
𝑘𝑗 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= 0,8 × 170,0118 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 × 10000 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑗 1 𝐾𝑤 1 𝑗𝑎𝑚
= 1360094,4 𝑗𝑎𝑚 │ 𝐾𝑗 │ 3600 𝑠
1
𝑠

= 377,804 Kw/jam
konsumsi daya total proses pasteurisasi per hari
𝐾𝑤 24 𝑗𝑎𝑚 𝐾𝑤
= 377,804 𝑗𝑎𝑚 × = 9067,296 ℎ𝑎𝑟𝑖
1 ℎ𝑎𝑟𝑖

konsumsi daya total proses pasteurisasi per liter


𝐾𝑤 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑤
= 9067,296 ℎ𝑎𝑟𝑖 × = 0,0377 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
240000 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

konsumsi daya total proses pasteurisasi per bulan


𝐾𝑤 30 ℎ𝑎𝑟𝑖
= 9067,296 ℎ𝑎𝑟𝑖 × = 272018,88 𝐾𝑤
1 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

Unit biaya listrik / tarif = Rs 2.63/kw


biaya listrik untuk proses pasteurisasi per jam
𝐾𝑤 2,63 993,62452
= 377,804 𝑗𝑎𝑚 × 𝑅𝑠 = 𝑅𝑠
𝐾𝑤 𝑗𝑎𝑚

biaya listrik untuk proses pasteurisasi per hari


𝐾𝑤 2,63 23846,98848
= 9067,296 ℎ𝑎𝑟𝑖 × 𝑅𝑠 = 𝑅𝑠
𝐾𝑤 ℎ𝑎𝑟𝑖

biaya listrik untuk proses pasteurisasi per liter


𝐾𝑤 2,63
= 0,0377 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 × 𝑅𝑠 = 𝑅𝑠 0,099151/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝐾𝑤

biaya listrik untuk proses pasteurisasi per bulan

14
𝐾𝑤 2,63 715409,6544
= 272018,88 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 × 𝑅𝑠 = 𝑅𝑠
𝐾𝑤 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

Tabel 3. Perbandingan Daya listrik sebelum dan sesudah audit


Daya listrik Daya listrik Penghematan
sebelum audit sesudah audit
1 Liter 0,2117 Kw 0,0377 Kw 0,174 Kw
1 Jam ( 10000 L ) 2117,4 Kw 377,804 Kw 1739,596 Kw
1 Hari (240000 L) 50818 Kw 9067,296 Kw 41.750,704 Kw
1Bulan(7200000L) 1.524.540 Kw 272.018,88 Kw 1.252.521,12 Kw

Tabel 4. Perbandingan Biaya listrik sebelum dan sesudah audit


Biaya listrik Biaya listrik Penghematan
sebelum audit sesudah audit
1 Liter Rs.0,556 Rs.0,099151 Rs.0,4568
1 Jam ( 10000 L ) Rs.5.560 Rs.993,62452 Rs.4.566,37548
1 Hari (240000 L) Rs.133.440 Rs.23.846,98 Rs.109.593,02
1Bulan(7200000L) Rs.4.003.200,00 Rs.715.409,6544 Rs.3.287.790,346

1.6.3 Payback period


Payback period ialah rentang waktu dalam Investasi yang dilakukan untuk proyek
tersebut akan pulih dengan hasil bersih proyek. Misalnya dalam proyek total biaya
investasi untuk sistem alternatif yang diusulkan termasuk biaya pelat penukar
panas adalah Rs 1600000. Perubahan selama periode waktu bergeser ke sistem
alternatif adalah sekitar tiga hari tetapi jika proyek dilakukan paralel itu hanya
memerlukan satu hari untuk menginstal sistem alternatif.

Perhitungan payback period


payback period untuk Rs 1600000 dengan penghematan bulanan Rs
Rs.3.287.790,346 = Rs1600000/ Rs3.287.790,346 = 0,48 bulan = 14,4 hari,
sehingga proyek layak digunakan.

15
BAB III
PENUTUP

1.7 Kesimpulan
1. Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaat energi dan identifikasi
peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi
pada pengguna sumber energi dan pengguna energi dalam rangka
konservasi energi.
2. Hemat energi tidak berarti harus mengoperasikan sistem tanpa
menggunakan energi atau mengurangi energi yang diperlukan, tetapi
menghemat energi adalah merupakan pengurangan dan menghilangkan
pemborosan energi diseluruh bagian peralatan yang menggunakan
energi listrik sehingga tingkat kenyamanan yang sama dapat tetap
dipertahankan.
3. Pelaksanaan audit energi merupakan gabungan interaksi antara tim
auditor dan objek audit. Agar interaksi berjalan dengan baik dan efektif,
langkah- langkah yang perlu dilakukan adalah: Inisiasi kegiatan audit,
Penyiapan/preparasi pelaksanaan audit, Pelaksanaan audit serta Evaluasi
dan pelaporan.
4. Proses pengolahan susu terdapat empat bagian yang pertama penerimaan
susu, kedua penampungan didalam tangki,yang ketiga pendinginan dan
terakhir PASTEURISASI.
5. Peralatan pasteurisai ialah penukar kalor atau Heat Exchanger yang
memiliki dua tipe yaitu tipe plate heat exchanger dan tubular heat
exchanger.
6. Dari audit energi yang dilakukan biaya operasi yang dapat dihemat
untuk mengoperasikan Plate heat exchanger sebesar Rs
3.287.790,346/bulan dan daya listrik sebesar 1.252.521,12 Kw/bulan.
1.8 Saran
Penulis memahami masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan
dapat memberikan kebaikan pada penulis. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk pembaca terutama penulis sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Perindustrian. 2011. Pedoman Teknis Audit Energi.


Sitompul, AN, dkk. 2016. Audit Energi. Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri
Sriwijaya : Palembang.
A, Modi., & R, P. (2014). Pasteurization Process Energy Optimization For A

Milk Dairy Plant By Energy Audit Approach. 3(6), 181–188.

Muchlis_zain. (2011, Juni 1). Goresan Khu......!!!: 8 ALAT PENUKAR KALOR.

Diambil 11 Juni 2019, dari Goresan Khu......!!! website:

http://muchlis88.blogspot.com/2011/01/8-alat-penukar-kalor.html

PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL ALAT PASTEURISASI SUSU. (2009,

Januari 8). Diambil 11 Juni 2019, dari Jiwocore website:

https://jiwocore.wordpress.com/2009/01/08/pedoman-teknis-operasional-

alat-pasteurisasi-susu/

Proses Pengolahan Susu. (2013, Mei 7). Diambil 11 Juni 2019, dari

https://dinarosmallina.wordpress.com/tentang/proses-pengolahan-susu/

17
18

Anda mungkin juga menyukai