PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang cukup luas,
dengan hasil hutan terutama kayu yang cukup beragam. Hasil hutan yang berupa
kayu ini dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai bahan bakar, maupun diolah
untuk dijadikan produk–produk tertentu. Salah satu proses pengolahan kayu
tersebut adalah proses penyerutan yang bertujuan menghaluskan dan meratakan
permukaan kayu sebelum diolah menjadi produk yang lain. Produk dari bahan
dasar kayu yang dimaksud antara lain adalah kontruksi bangunan, kontruksi,
jembatan, pintu, jendela, kusen, dan juga furniture (meubel, lemari, rak).
Industri perkayuan yang ada sekarang ini semakin berkembang pesat dan
persaingan antara industri yang satu dengan industri yang lain juga semakin ketat.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi persaingan tersebut
adalah pihak produsen, dalam hal ini yaitu industri perkayuan, harus mampu
menghasilkan produ–produk berkualitas tinggi dalam jangka waktu yang tepat,
dalam arti produk-produk tersedia pada saat diutuhkan. Selain bersaing dalam hal
mutu atau kualitas yang tidak kalah pentingnya adalah harga yang bersaing.
Secara umum hal yang mempengaruhi harga jual produk adalah biaya produksi
yang telah dikeluarkan maka harga jual produk tersebut semakin murah. Untuk
menekan biaya produksi tersebut usaha yang dapat dilakukan antara lain yaitu
dengan mengurangi produk yang cacat serta mempercepat proses produksi.
Pada tugas akhir ini akan direncanakan mesin penyerut kayu yang dapat
meningkatkan produktivitas. Berdasarkan ukuran lebar penyerutan yang biasa
dilakukan, maka akan dilakukan modifikasi proses penyerutan dari ukuran 100 ×
15 cm menjadi 100 × 60 cm.
1
Mesin yang ada hanya mampu menyerut dengan lebar 15 cm sekali jalan,
sedangkan mesin serut yang akan direncanakan akan mampu menyerut kayu
dengan lebar 60 cm sekali jalan. Sehingga mesin yang direncanakan akan dapat
meningkatkan produktivitas proses penyerutan sekitar empat kali lebih cepat
dibandingkan mesin yang sudah ada.
1.2. Rumusan
Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah bagaimana
merancang mesin penyerut kayu agar produktivitas mesin meningkat dengan
memperlebar bidang penyerutan.
1.3. Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian tugas akhir ini adalah untuk merancang mesin penyerut
kayu dan meningkatkan produktivitas dengan memperlebar bidang penyerutan.
1.4 Manfaat
Agar permasalahan tidak meluas dan pembahasan dapat lebih terarah, maka
perlu adanya batasan-batasan sebagai berikut:
2
BAB II
DASAR TEORI
Di indonesia banyak terdapat jenis pohon dan dari sekian banyak jenis pohon
yang ada tersebut terdapat lebih dari 120 jenis di antaranya yang dianggap penting
dalam dunia industri ataupun perdagangan. Biasany kayu tersebut digunakan
untuk kontruksi bangunan, kontruksi jembatan, perlengkapan rumah tangga
(furniture) dan lain-lain.
Kayu jati
Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling
indah. Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini
menjadi pilihan utama sebagai material bahan bangunan dan furniture. Kayu jati
mempunyai berat jenis 0,67 (0,62 - 0,75) dan kelas kuat II. (sumber : A.
Martawijaya ,dkk . 1981)
Kayu Merbau
kayu Merbau termasuk jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai
alternatif pembandingan dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap
serangga. Berat jeis kayu ini adalah 0,79 (0,52 - 0,97) dan kelas kuat II ( I - III ).
(sumber : A. Martawijaya ,dkk . 1989)
Kayu Bangkirai
Kayu Bangkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat. Sifat keras
nya juga disertai tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah retak. Karena
kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material konstruksi berat seperti atap
kayu. Kayu ini mempunyai berat jenis 0,91 (0,61 - 1,16) dan kelas kuat I - II.
(sumber : A. Martawijaya , dkk . 1981)
Kayu Mahoni
3
Kayu ini memiliki berat jenis 0,64 (0,56 - 0,72) dan kelas kuat II - III. (sumber :
A. Martawijaya ,dkk . 1981)
Kayu meranti merah termasuk jenis kayu keras, tetapi kayu meranti tidak
begitu tahan terhadap cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar
ruangan. Pohon meranti banyak ditemui di hutan di pulau kalimantan. Kayu ini
memiliki berat jenis ± 0,60 dengan kelas kuat II – III - IV. (sumber : A.
Martawijaya ,dkk . 1981)
Kayu Sonokeling
Tersebar diseluruh jawa. Kayu ini memiliki tajuk bulat dan berdaun jarang.
Tinggi pohon mecapai 43 m, panjang batang bebas cabang 3-5 m. Diameter dapat
mencapai 150 cm, batang umumnya tidak lurus, kebanyakan berlekuk dan tidak
berbanir. Kulit luar putih mengelupas kecil-kecil. Memiliki berat jenis 0,83 (0,77 -
0,86) dan kelas kuat II. (sumber : A. Martawijaya ,dkk . 1981)
Kayu Ulin
Kayu ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung,
serta bangunan lainnya. Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis
kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami diwilayah sumatra Bagian
Selatan dan Kalimantan. Berat jenis kayu ini adalah 1,04 (0,88 - 1,19) dan kelas
kuat I. (sumber : A. Martawijaya ,dkk . 1989)
Kayu Balau
Kayu ini terapat di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Sumatra
Selatan (Palembang), Jambi, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara. Tinggi pohon 20 – 50
m, panjang batang bebas cabang 10 – 35 m, diameter sampai 160 cm, banir dapat
mencapai tinggi 3,5 m. Berat jenis kayu ini 1,01 (0,88 – 1,15) dan kelas kuat I.
(sumber : A. Martawijaya ,dkk . 1989)
Salah satu jenis dan sekian banyak jenis kayu di indonesia yang terbaik
mutunya adalah kayu jati atau dikenal dengan nama tectona grandis. Walaupun
harganya relatif lebih mahal tetapi mempunyai kelebihan antara lain kekuatan dan
keawatan yang lebih baik.
4
pula karakter serat dan warnanya memiliki ciri khas tersendiri. Oleh karena itu lah
harga kayu jati lebih mahal . Tinggi pohon bisa mencapai 50 meter dengan Ø
hingga 1,2 meter. Umur pohon jati yang ideal untuk mendapatkan kualitas terbaik
adalah di atas 40 tahun . kecepatan tumbuh pohon jati relatif lambat sehingga
densitas kayunya pun lebih baik. Untuk memperoleh Ø 40cm dibutuhkan minimal
50 tahun masa tumbuh (P3HH Bogor ,2008).
Warna Kayu jati coklat dan emas warna gelap pada kayu terasnya.
Bagiankayu gubal berwarna krem atau bahkan putih kecoklatan . Pada beberapa
jenis lama di letakkan diudara terbuka dan terutama di bawah sinar matahari ,
warna tersebut akan berubah coklat muda. Densistas atau berat jenis kayu jati
berada pada kiaran 700-930 kg/mᶟ (P3HH Bogor,2008)
Kayu jati tergolong pada kayu dengan kelas awet 1. Memiliki daya tahan
yang kuat terhadap jamur, busuk karena udara lembab atau serangan serangga.
Kayu jati juga memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca dan perubahan
minyak pada kayu jati membuat kekuatan jati lebih baik dari jenis kayu yang lain.
Susunan serat kayu jati yang kecil memudahkan proses mesin dengan hasil yang
halus dan rata. Bisa dihasilkan kepala kayu yang halus pada saat proses
pemotongan melawan arah serat. Karena kelebihan kayu jati dari warna serat dan
kelas awetnya, sebagian besar produsen furniture atau pemakai kayu jati tidak
melapiskan bahan finishing karena minyak/lilin alaminya sudah merupakan bahan
pengawet. Di Indonesia kayu jati bisa diperooleh dari Perum Perhutani, sebagai
instansi pemerintah yang bertugas untuk melakukan perawatan dan pengawasan
ditribusi kayu jati di Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
Proses penyerutan kayu adalah proses slab milling dengan pahat bergigi
lurus. Proses penyerutan kayu ini hampir sama seperti pada proses penyerutan
logam, kecuali pada material benda kerja yang diserut adalah kayu. Pemakanan
kayu hasil dari gergajian harus melalui proses penyerutan sebelum bisa di
finishing. Penyerutan prinsipnya adalah membersihkan permukaan kayu dari
cuttermark dan meratakan permukaan kayu sehingga seluruh permukaan sama
tinggi dan membuat keempat sisi kayu bersudut 90°.
5
Pisau
Benda kerja
Ketebalan jadi
Meja Meja
Pisau
Terdapat sebuah poros (rol) kasar di bagian depan daun meja yang berfungsi
utuk menarik dan mendorong benda kerja ke dalam mesin. Poros ini berputar
dengan kecepatan rendah (kira-kira 30-40 m2/menit) dan permukaannya bergerigi
agar memiliki daya cengkeram terhadap kayu lebih kuat.
Di bagian tengah terdapat poros dengan mata pisau yang mana kedudukan
ujung mata pisau tersebut sudah sama dengan ukuran skala yang diinginkan. Di
belakang pisau terdapat sebuah (atau kadang lebih pada tipe tertentu) poros
penarik benda kerja setelah penyerutan. Posisi/ketinggian poros ini sedikit lebih
turun (sepersekian mm) dengan ketinggian ujung mata pisau terhadap daun meja
agar dapat menarik benda kerja keluar dari mesin. Permukaan poros tersebut halus
agar benda kerja yang telah diserut tidak ada gores.
Pada mesin penyerutan yang direncanakan ini pisau penyerut yang digunakan
lebih banyak dan poros pisau lebih panjang sehingga didapatkan keuntungan
sebagai berikut:
- Menghasilkan proses pemotongan yang lebih lebar dan luas dalam sekali
langkah pemakanan.
- Hasil ketebalan produk dapat disesuaikan dan lebih seragam.
6
2.4. perhitungan daya motor
Keterangan:
Kecepatan potong secara teoritis dapat ditentukan antara 40-60 m/det dengan
berdasarkan tabel 2.1. berikut dengan catatan bahwa pahat yang dipakai adalah
jenis HSS.
7
Tabel 2.1. kecepatan potong berdasarkan bahan pisau
Untuk perhitungan yang lebih akurat dan aktual digunakan rumusan berikut :
π .d ,n
Vc = ( sumber : taufiq rochim, 1993 )
1000
Keterangan :
Keterangan :
8
Tabel 2.2 jumlah putaran berdasarkan bahan pisau.
Menurut taufiq rochim (1993) perhitungan gaya potong secara teoritis untuk
satu gigi dihitung sebagai berikut :
Keterangan :
tebal geram rat-rata dan tebal pemakanan untuk satu gigi adalah sebagai berikut :
h = fz.
√ a
d
Vf
fz =
n.z
keterangan :
9
Vf= kecepatan pmakanan (mm/detik)
Z = jumlah gigi
Daya potong untuk setiap gigi menurut Taufik Rochim (1993) dapat dihitung
sebagai berikut :
Fc x Vc
Pt =
60.000
Keterangan :
Vc = kecepatan potong
Pc = Fc . Vc
Keterangan :
Pc = Pt . Zt
Keterangan :
Pc
Pm =
ƞ
2.5 V- belt
Belt drives adalah suatu elemen mesin fleksibel yang dapat digunakan
dengan mudah untuk mentramisikan torsi dan gerakan dari suatu komponen ke
10
satu atau beberapa komponen lainnya , umumnya poros-poros paralel. Belt
digunakan sebagai transmisi langsung yang menghubungkan jarak yang jauh
antara dua buah poros dimana sebuah sabuk dililitkan si pulley pada poros. V-belt
yang mempunyai penampang trapesium V dipasangkan pada pulley dengan alur
dan meneruskan torsi antara dua poros yang dapat berjarak maksimal 5 meter
dengan perbandingan putaran 1:1 hingga 1:7
A. Trasmisi sabuk – V
1. Terpal
2. Bagian penarik
3. Karet
pembungkus
11
4. Bantal karet
Gambar 2.3. Kontruksi Sabuk-V
(Sumber : Sularso, 1993 hal.164)
Atas dasar daya rencana atau hasil perhitungan daya motor penggerak dan
putaran poros penggerak, penampang atau tipe sabuk-v yang sesuai dapat
diperoleh dari diagram pemilihan sabuk-v seperti pada gambar 2.5 berikut :
Panjang Sabuk –V
π 1
L = 2.C + ( dp+ Dp ) + ( Dp−dd ) (mm)
2 4. C
12
Keterangan :
=1,5. Dp −2. Dp
Untuk pengecekan terhadap jarak poros dan panjang sabuk digunakan rumusan
sebagai berikut :
b+ √ b ²−8(Dp−dp)²
C=
8
Dengan
= 2L-3,14(Dp+dp)
Sudut lilit atau sudut kontak sabuk pada alur pulley penggerak harus
disuhakan sebesar mungkin untuk memperbesar panjang kontak antara sabuk dan
pulley, agar gaya gesekan tidak berkurang , sehingga terjadinya slip antara sabuk
dan pulley dapat dihindari.
13
( Dp−dp)
Ɵ = 180 ± 2 sinˉ¹ (°)
2−C
Keterangan :
( Dp−dp)
Untuk pulley kecil, (Ɵ₅) = 180 – 2 sinˉ¹
2−C
( Dp−dp)
Untuk pulley besar, (Ɵ₁) = 180 + 2 sinˉ¹
2−C
Jumlah Sabuk – V
Pd
Z=
P ₀−K ₀
Keterangan :
Z = jumlah sabuk
Pd = daya rencana
K₀ = faktor koreksi
[
P₀ = C1−
C2
dp
2
] {
−C3 ( r . d ) −C4 log ( r . dp ) ( r . dp ) +C ₂. r 1−
1
Kᴀ }
Keterangan :
14
dp = diameter puncak pulley kecil ( mm )
Penampag C1 C2 C3 C4
sabuk
A 0,8542 1,342 24,36.10ˉ⁴ 0,1703
B 1,506 3,520 4,193.10ˉ⁴ 0,2931
C 2,786 9,788 7,460.10ˉ⁴ 0,5214
D 5,922 34,72 1,522.10ˉ³ 1,064
E 8,642 66,32 2,192.10ˉ³ 1,532
(Sumber : Joseph E. Shigley, Perencanaan Teknik Mesin, hal. 342 )
Batas Dp/dp Kᴀ
1,00 sampai 1,01 1,0000
1,02 sampai 1,04 1,0112
1,05 sampai 1,07 1,0226
1,08 sampai 1,10 1,0344
1,11 sampai 1,14 1,0463
1,15 sampai 1,20 1,0586
1,21 sampai 1,27 1,0711
1,28 sampai 1,39 1,0840
1,40 sampai 1,64 1,0972
Di atas 1,64 1,1106
( Sumber : Joseph E. Shigley, Perencanaan Teknik Mesin, hal.342 )
Pulley penggerak atau pulley pada motor akan menarik sabuk pada satu sisi
yang mengakibatkan gaya tarik sabk pada sisi kencang dan sisi kendor.
Persamaan yang digunakan untuk gaya tarik sabuk, yaitu :
π .dp .n
V= (m/s)
60.1000
Keterangan :
15
Dp= diameter pulley kecil (mm)
(sumber:Sularso, hal.166)
F= ( 102.vxP ₀ ) (kg)
Keterangan :
=F₁-F₂ (kg)
(sumber: Sularso,hal.171)
3) Sedangkan besarnya gaya tarik pada masing-masing tarik daya kendor, yaitu :
F₁ / F₂ = eᶣᶱ
F = F₁ - F ₂
eᶣᶱ −1
=F₁
eᶣᶱ
Keterangan :
16
Gambar 2.7. Sudut kontak pada sabuk
(Sumber: Sularso,hal.171)
2.6 Pulley
Seperti diketahui pulley berfungsi untuk memutar poros yang ke poros yang
lain sebagai elemen bantu untuk sabuk (belt) .Perbandingan kecepatan nya
berbanding lurus dengan perbandingan lurus dengan perbandingan diameter
pulley yang digunakan .
1. Pulley datar
Pulley ini kebanayakan terbuat dari besi tuang dan ada juga yang baja dan
didalamnya mempunyai bentuk yang bervariasi.
2. Pulley mahkota
Pulley ini lebih efektif daripada pulley datar, karena sabuknya sedikit
menyudut, sehingga untuk sip relatif lebih sukar dan derajat ketirusannya
bermacam-macam menurut kegunannya.
3. Tipe lain
Pulley tipe lain untuk sabuk penggerak dapat ditemukan dalam berbagai
bentuk.Tetapi ukuran dan tebal pulley ini harus mempunyai alur celah
yang sama dengan alur celah pada sabuk penggeraknya .
Pada umumnya pulley dari besi cor FC 20 atau FC 30. Bentuk-bentuk alur
pulley mempunyai bentuk standar. Profil alur pulley untuk sabuk-v dapat dilihat
pada gambar 2.8 berikut.
17
Gambar 2.8 profil alur pulley sabuk – V
(Sumber : Sularso, hal.165)
A. Putaran Pulley
Untuk mencari putaran pulley kedua atau pulley yang digerakkan
digunakan bersamaan perbandingan reduksi yang yang didapat dari
perbandingan diameter pulley kecil ( pulley penggerak ) terhadap pulley
besar (yang digerakkan ),atau secara matematis adalah :
n ₁ dp
= =i
n ₂ Dp
keterangan :
n₁ = putaran pulley kecil ( rpm )
n₂ = putaran pulley besar ( rpm )
dp = diameter pulley besar ( mm )
Dp = diameter pulley besar ( mm )
i = perbandingan reduksi (Sumber : Sularso, hal. 166)
B. Lebar Pulley
Lebar permukaan pulley dapat dirumuskan sebagai berikut :
B – (Z-1) + 2s (mm)
Keterangan :
B = lebar permukaan pulley (mm )
Z = jumlah sabuk
t = konstanta ketebalan dari tipe sabuk ( tabel 2.5. )
s = faktor tambahan ketebalan dari tipe sabuk ( tabel 2.5. )
( Sumber : Dobrovolsky, hal.221 )
18
sabuk dalam ( cm2 ) e c t s Φn
A 0,8 12,5 3,5 16 10 34-40
B 1,4 16 5 20 12,5 34-40
C 2,3 21 6 26 17 34-40
( sumber : Dobrovolsky, Machine Element, hal. 216 )
Keterangan :
Dp = Diameter pulley ( mm )
2.7. Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang sangat penting bagi setiap mesin
atau peralatan bantu. Selain untuk meneruskan daya atau putaran ke elemen mesin
lain juga berfungsi sebagai pendukung beban dengan meneruskan daya atau tanpa
meneruskan daya.
Pada perencanaan poros digunakan dasar teori untuk poros dengan beban
puntir/torsi dan beban lentur/bending. Pada perencanaan ini poros dikenai beban
bending karena berat pulley dan gaya-gaya yang terjadi pada belt sedangkan berat
poros diabaikan. Sedang beban torsi karena poros mentranmisikan daya belt.
A. Klasifikasi poros
Menurut bentuknya dapat digolongkan dalam poros lurus umum, poros
engkol, poros luwes untuk transmisi daya kecil, dan lain-lain. Sedangkan untuk
meneruskan daya diklarifikasikan menurut pembebanannya yaitu sebagai
berikut :
1. Poros spindel
Merupakan poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama
mesin perkakas dimana beban utamanya berupa puntiran.
2. Poros transmisi
19
Poros ini berfungsi untuk memindahkan tenaga salah satu elemen mesin
ke elemen mesin yang lain. Dalam hal ini poros mendapatkan beban
gabungan antara beban puntir ( putar ) dan pembengkokan ( lentur ). Daya
yang ditransmisikan ke poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley sabuk
atau sproket rantai, dan lain-lain. Poros transmisi biasanya dibuat bukan
dari baja paduan. Baja paduan dipergunakan apabila disyaratkan ketahanan
aus, korosi, panas atau ketahanan lelah yang besar.
3. Poros pendukung
Poros yang khusus untuk mendukung elemen mesin yang berputar, seperti
cakera tali, piringan kabel, roda jalan dan roda gigi. Poros dukung dibagi
dalam poros tetap atau poros berhenti dan poros berputar. Poros dukung
tetap, pada kedua atau salah satu ujungnya ditumpu atau sering ditahan
terhadap putaran. Poros dukung pada umunya dibuat dari baja bukan
paduan dan baja paduan, misalnya : baja nikel khrom dan besi cor nodular.
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalamibeban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban
tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin, dan lain-lain.
Faktor-faktor seperti kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi
tegangan bila diameter diperkecil ( poros bertangga ) atau bila poros
mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga cukup kuat untuk menahan beban-
beban diatas.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekakuan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan
ketidaktelitian ( pada mesin perkakas ) atau getaran dan suara ( misalnya
pada turbin dan roda gigi ). Karena itu, disamping kekuatan poros,
kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin
yang akan dilayani poros.
3. Putaran kritis
Bila putaran mesin dinaikan makapada suatu harga putaran tertentu dapat
terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut dengan putaran
kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik dan lain-
lain dan dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian
lainnya. Jika mungkin, poros direncanakan sedemikian hingga putaran
kerjanya lebih rendah dari putaran kritis.
20
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi ( termasuk plastik ) harus dipilih untuk poros
propeler dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif.
Demikian pula untuk poros-poros yang terancam kavitasi, dan poros-poros
mesin yang sering berhenti lama. Sampai batas-batas tertentu dapat pula
dilakukan perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan poros
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin
dan difinis, baja karbon kontruksi mesin ( tabel 2.6. ) yang dihasilkan dari
ingot yang di “kill” ( baja yang didoeksidasikan dengan ferrosilikon dan
dicor ; kadar karbon terjamin ) atau dapat juga dari baja paduan. (tabel 2.7.)
21
SNC 21 Pengerasan kulit 80
SNC 22 Pengerasan kulit 100
Baja khrom nikel SNCM 1 - 85
molibden SNCM 2 - 95
( JIS G 4103 ) SNCM 7 - 100
SNCM 8 - 105
SNCM 22 Pengerasan kulit 90
SNCM 23 Pengerasan kulit 100
SNCM 24 Pengerasan kulit 120
Baja khrom SCr 3 - 90
( JIS G 4104 ) SCr 4 - 95
SCr 5 - 100
SCr 21 Pengerasan kulit 80
SCr 22 Pengerasan kulit 85
Baja khrom SCM 2 - 85
molibden SCM 3 - 95
( JIS G 4105 ) SCM 4 - 100
SCM 5 - 105
SCM 21 Pengerasan kulit 85
SCM 22 Pengerasan kulit 95
SCM 23 Pengerasan kulit 100
( Sumber : Sularso, hal.3 )
C. Diameter poros
Diameter poros tergantung pada kombinasi tegangan dari momen
bending dan torsi. Penggambaran tegangan geser dan diagram momen
sangat diperlukan untuk menentukan momen maksimum gaya-gaya yang
bekerja pada poros dibagi menjadi dua bagian,yaitu : bidang vertikal dan
horizontal (Sularso,1993).
Untuk memperkirakan garis tengah atau memperhitungkan diameter
poros perlu dihitung lrbih dahulu daya yang akan dipindahkan atau
ditransmisikan dan putran kerja saat pentransmisisan daya terjadi. Dari daya
yang ditrnsmisikan dan putaran kerja ini,moment puntir ( momrn torsi) dan
momen lentur (momen bending) dapat dihitung,sehingga diameter dapat
dihitung dari momrn puntir dan moment bending ini.
1.Momen puntir
5 Pd
T = 9,74 x 10 (kg.mm)
n1
Keterangan :
T = momen puntir/torsi (kg.mm)
Pd = daya rencana (Kw)
N1 = putaran poros (rpm) (sumber : Sularso,hal 7)
2.Momen lentur
22
Mb = σb [ ( π /32 ) d s ]
3
(kg.mm)
Keterangan :
Mb = momen lentur bending (kg.mm)
σb = tegangan lentur ijin (kg/mm2)
ds = diameter poros (mm)
(sumber : Sularso,hal 12)
ds =
√
5,1
3
τs
Keterangan :
Kt CbT ( mm )
ds = diameter poros ( mm )
τ s = tengangan geser ijin ( kg/mm2 )
T = momen torsi ( kg.mm )
K t = faktor beban kejut
C b = faktor beban lentur
( Sumber : Sularso, 1993 )
Diameter untuk poros dikenai beban lentur saja, dihitung sebagai berikut :
ds =
√
10,2
3
σb
Keterangan :
Mb ( mm )
ds = diameter poros ( mm )
σb = tegangan lentur ijin ( kg/mm2 )
Mb = momen lentur/bending ( kg.mm )
( Sumber : Sularso, 1993 )
23
Keterangan :
ds = diameter poros ( mm )
τ s = tegangan geser ijin ( kg/mm2 )
Mb = momen lentur/bending ( kg.mm )
Km = faktor koreksi momen lentur
T = momen torsi ( kg.mm )
Kt = faktor koreksi momen puntir
2.8. Pasak
Pasak adalah salah satu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan
bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sproket, pulley, kopling dan lain-lain pada
poros. Momen yang terjadi diteruskan dari poros ke naff atau dari naff ke poros.
Pasak dapat digolongkan atas beberapa macam : menurut letaknya pada poros
misalnya pasak pelana, pasak rata, pasak benam dan pasak singgung (umumnya
berbentuk segi empat). Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatis atau
tirus. Pasak benam prismatis ada yang khusus digunakan sebagai pasak luncur.
Ada pula pasak tembereng atau pasak jarum. Pasak luncur memungkinkan adanya
pergeseran aksial roda gigi dan lain-lain pada porosnya seperti pada splines. Pasak
yang sering digunakan adalah pasak benam yang dapat meneruskan momen besar.
Untuk momen dengan tumbukan digunakan pasak singgung ( Sularso : 1992 ).
T
Ft = ( kg )
ds /2
24
Keterangan :
T = torsi ( kg.mm )
ds = diameter poros ( mm )
τ t = 0,8 x σt ( kg/mm2 )
Keterangan :
( Sularso, 1993 )
Ft
τ max = ( kg/mm2 )
b xl
Keterangan :
b = tinggi pasak ( mm )
l = panjang pasak ( mm )
Ft
P= (kg/mm2 )
lxt
Keterangan :
l = panjang pasak ( mm )
25
( Sumber : Sularso, hal.27 )
Harga tekanan permukaan pada pasak dibatasi oleh harga tekanan permukaan
yang diijinkan yaitu, pa = 8 kg/mm2 untuk proses dengan diameter kecil, 10
kg/mm2 untuk poros dengan diameter besar, dan setengah dari harga-harga
tersebut jika poros bekerja pada mesin yang mempunyai putaran tinggi.
Ukur Ukuran
Ukuran standar t2 Referensi
an standar, h Ukur
Ukuran
stand Pasak an r1 Diameter
nomina Pas Pasak Pas Pa
ar b, Prisma C l* stand dan poros
l pasak ak Prism ak sak
b1 tis ar r2 yang
bxh Tiru atis lunc tir
dan Pasak t1 dapat
s ur us
b2 luncur dipakai
2x2 2 2 0,16- 6-20 1,2 1,0 0,5 0,08- 6-8
3x3 3 3 0,25 6-36 1,8 1,4 0,9 0,16 8 -10
4x4 4 4 8-45 2,5 1,8 1,2 0,16- 10 - 12
5x5 5 5 0,25- 10-58 3,0 2,3 1,7 0,25 12 - 17
6x6 6 6 0,40 14-70 3,5 2,8 2,2 17 - 22
(7 x 7) 7 7 7,2 16-80 4,0 3,0 3,0 20 - 25
8x7 8 7 18-90 4,0 3,3 2,4 22 - 30
10 x 8 10 8 22-110 5,0 3,3 2,4 30 - 38
0,40- 0,25-
12 x 8 12 8 28-140 5,0 3,3 2,4 39 - 44
0,60 0,40
14 x 9 14 9 36-160 5,5 3,8 2,9 44 - 50
15x10 15 10 10,2 40-80 5,0 5,0 5,0 50 - 55
16x10 16 10 45-180 6,0 4,3 3,4 50 - 58
18x11 18 11 50-200 7,0 4,4 3,4 58 - 65
20x12 20 12 56-220 7,5 4,9 3,9 65 - 75
22x14 22 14 0,60- 63-250 9,0 5,4 4,4 0,40- 75 - 85
24x16 24 16 16,2 0,80 70-280 8,0 8,0 8,0 0,60 80 - 90
25x14 25 14 70-280 9,0 5,4 4,4 85 - 95
28x16 28 16 80-320 10,0 6,4 5,4 95 - 110
32x18 32 18 90-360 11,0 7,4 6,4 110 - 130
Lebar pasak sebaiknya antara 25-35% dari poros dan panjang pasak jangan
terlalu panjang dibandingkan diamter (0,75-1,5 da) lebar dan tingggi pasak sudah
distandarkan, maka beban yang ditimbulkan oleg gaya tangensial yang besar
diatasi dengan menyesuaikan panjang pasak. Tetapi, yang terlalu panjang tidak
dapat menahan tekanan yang merata pada permukaan . jika ada pembatasan pada
ukuruan naf atau poros, dapat dipakai ukuran yang tidak standar atau diameter
poros perlu dikoreksi. Untuk dimensi pasak standar dapat dilihat pada tabel 2.8
dan untuk bahan pasak dapat dilihat pada tabel 2.9
26
dengan deoks bahan menurut C (%) σᵦ σsmin S HB
grup idasi EURONOR sampai (N/mm²) min
kualitas M 25 100 mm (%)
Φ
(N/mm²)
St 33-1 - 1.0033 Fe 33-c - 340..490 190 18 -
St 33-2 - 1.0035 - 340..490 190 18 -
St 34-1 U 1.0100 Fe 34-A 0,17 330..410 200 25 95..120
R 1.0150
St 34-2 U 1.0102 Fe 34-B2FU 0,15
R 1.0108 Fe 34-B3FN
St 37-1 U 1.0110 Fe 37-A 0,20 360..440 240 25 105..125
R 1.0111
St 37-2 U 1.0112 Fe 37-B3FU 0,18
R 1.0114 Fe 37-B3FN
St 37-3 Fe37-C3 0,17 410..490 250 22 120..140
RR 1.0116
St 42-1 U 1.0130 Fe42-A 0,25
R 1.031
St 42-2 Fe42-B3FU 0,25
U 1.032
R 1.034 Fe 42-B3FN
St 42-3 Fe 42-C3 0,23
RR 1.0136 0,25 490..590 290 20 140..170
St 50-1 Fe 50-1
R 1.0530 0,30
St 50-2 Fe 50-2
R 1.0532 0,2 510..610 350 22 -
St 52-3 Fe 52-C3
RR 1.0841 0,35 590..710 330 15 170..195
St 60-1 Fe 60 -1
R 1.0540 0,40
St 60-2 Fe 60-2 690..830 300 10 195..240
R 1.0572 0,5
St 70-2 Fe -2
R 1.0632
Keterangan :
Kolom 1: Untuk grupkualitas utama harus mengandung kadar %p,s atau N yang
mudah.
Kolom 7 : Harga untuk tebal 16 mm, untuk 16...40 σᵦ-10N/mm² , untuk 40..100,
σᵦ=20N/mm² dipilihan lebih rendah.
2.9. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penumpu oros yang
berbeban dan berputar. Bantalan harus mempunyai ketahanan terhadap getaran
maupun hentakan. Banatalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros
serta elemen mesinlainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi
27
dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja
secara semestinya (Sularso :1992)
Menurut beban yang diterima oleh elemen maka bantalan dibagi menjadi dua
macam, yaitu :
1. Bantalan radial, bila arah dari beban yang ditumpu oeh bantalan dibagi
tegak lurus sumbu poros
2. Bantalan aksial, bila arah beban yang ditumpu oleh bantalan searah dengan
sumber poros
Menurut dasar gerakan bantalan terhadap poros dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1.Bantalan gelinding
Pada bantalan ii terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dan yang
dim, melalui elemen peluru seperti bola, rol tirus dan rol silindrik.
2.Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan
28
Gambar 2.10. Bantalan luncur dan bantalan gelinding
A.Beban Ekivalen
Beban Ekivalen adalah suatu beban yang besarnya sedemikian rupa, sehingga
memberikan umur yang sama dengan umur yang diberikan oleh beban dan
putaran yang sebenarnya.
Besarnya beban ekivalen dinamis untuk bantalan bola radial adalah sebagai
berikut :
Pr = X . V . Fr + Y . Fa ( kg ) ( Sularso, 1993 )
29
Keterangan :
Fr = beban radial ( kg )
Fa = beban aksial ( kg )
V = faktor rotasi
Faktor-faktor untuk beban radial, beban aksial dan faktor rotasi dapat dilihat pada
tabel 2.13. berikut :
30
Tabel 2.11. Faktor-faktor V , X , Y dan Xo , Yo
Sedangkan kapasitas nominal statis dan dinamis untk berbagai jenis bantalan
dapat dilihat pada tabel 2.12. berikut ini.
31
6007Z
Z
6008Z
Z
6009Z
Z
6010Z
Z
6011Z
Z
6012Z
Z
6200 6200Z 6200VV 10 30 9 1 400 236
6201 Z 6201VV 12 32 10 1 535 305
6202 6201Z 6202VV 15 35 11 1 600 360
6203 Z 6203VV 17 40 12 1 750 460
6204 6202Z 6204VV 20 47 14 1,5 1000 635
6205 Z 6205VV 25 52 15 1,5 1100 730
6206 6203Z 6206VV 30 62 16 1,5 1530 1050
6207 Z 6207VV 35 72 17 2 2010 1430
6208 6204Z 6208VV 40 80 18 2 2380 1650
6209 Z 6209VV 45 85 19 2 2570 1880
6210 6205Z 6210VV 50 90 20 2 2750 2100
6211 Z 6211VV 55 95 22 2,5 3100 2500
6212 6206Z 6212VV 60 100 22 2,5 3450 2710
Z
6207Z
Z
6208Z
Z
6209Z
Z
6210Z
Z
6211Z
Z
6212Z
Z
6300 6300Z 6300VV 10 35 11 1 635 365
6301 Z 6301VV 12 37 12 1,5 760 450
6302 6301Z 6302VV 15 42 13 1,5 895 545
6303 Z 6303VV 17 47 14 1,5 1070 660
6304 6302Z 6304VV 20 52 15 2 1250 785
6305 Z 6305VV 25 62 17 2 1610 1080
6306 6303Z 6306VV 30 72 19 2 2090 1440
6307 Z 6307VV 35 80 20 2,5 2620 1840
6308 6304Z 6308VV 40 90 23 2,5 3200 2300
6309 Z 6309VV 45 100 25 2,5 4150 3100
32
6310 6305Z 6310VV 50 110 27 3 4850 3650
6311 Z 6311VV 55 120 30 3 5200 4210
6312 6306Z 6312VV 60 130 30 3 5850 4700
Z
6307Z
Z
6308Z
Z
6309Z
Z
6310Z
Z
6311Z
Z
6312Z
Z
(Sumber : Sularso, hal.143)
B.Umur bantalan
fn = ( 33,3n ) 1/3
, untuk bantalan bola
fn = ( 33,3n ) 3/10
, untuk bantalan rol
keterangan :
C
fh = fn , untuk kedua jenis bantalan
P
Keterangan :
33
fh = faktor umur untuk bantalan
Keterangan :
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
34
Material yang akan diserut adalah kayu jati yang banyak dipakai untuk
bahan pembuatan meubel. Kayu jati ini sudah berupa lembaran didapat dari
hasil pemotongan atau pembelahan kayu jati gelondongan.
Adapun sifat-sifat kayu jati (SNI 03-3524-1994) adalah sebagai berikut :
Jenis :Kayu jati kelas I mutu A
Berat jenis : 0,67 (0,62-0,75) gram/cm3
Tegangan ijin :150 kg/cm2
Modulus elastisitas :127700 kg/cm2
(Sumber : Martawijaya , Atlas Kayu Indonesia jilid 1)
Modulud geser :10000 kg/cm2
Ukuran lebar kayu
Panjang :150 cm
Lebar :25 cm
Tebal :3 s/d 5 cm
Sedangkan pahat yang digunakan pada mesin penyerut kayu ini adalah
pahat freis lurus yang banyak terdapat dipasaran dengan spesifikasi sebagai
berikut :
Jenis :HSS
Bahan :Baja paduan tinggi
Unsur paduan :Chrom, Tungsten dan Wolfram
Kekerasan :62 HRC
Density :8,67 x 103 kg/m3
Modulus elastisitas :200 GPa
Diameter terluar :60 mm
Jumlah pahat :3 buah
35
diadopsi dari pisau potong pada mesin serut tangan yang biasa dipakai
secara portabel.
Mesin penyerut kayu ini adalah merupakan alat yang dapat melakukan
proses penyerutan dengan kecepatan yang konstan serta meningkatkan laju
produksi daripada mesin penyerut kayu secara manual yang ada, dimana
36
mesin penyerut ini mempunyai pahat yang lebih lebar. Dengan
digunakannya pahat yang lebih lebar maka akan dihasilkan prosuk langsung
jadi dalam sekali langkah penyerutan.
Dalam pengoperasiannya terdapat dua macam gerakan, yaitu :
- Gerak utama bawah
Gerak utama bawah ini dilakukan oleh pahat yang berputar pada porosnya.
Gerak ini dinamakan gerak pemotongan.
- Gerak utama atas
Gerak utama atas ini dilakukan oleh pahat yang berputar pada porosnya.
Pahat pada bagian atas ini dapat diubah posisi nya tergantung tebal kayu.
Gerak ini juga dinamakan gerak pemotongan.
Skema mesin penyerut kayu yang akan direncanakan dapat dilihat pada
gambar berikut :
37
2 3 4 5 6 7 8
2 4 9
38
10
11
12
13
14 14
15 15
1) Body / Kerangka
39
2) Bearing + Housing
3) Poros silinder pahat atas
4) Mata pahat atas
5) Silinder pahat atas
6) Mata pahat bawah
7) Silinder pahat bawah
8) Poros silinder pahat bawah
9) Meja
10) V - belt
11) Motor penggerak utama
12) Pulley pahat atas
13) Pulley pahat bawah
14) Pulley tambahan
15) Pulley motor penggerak
Silinder pasak
Pisau
Kayu
Rol peluncur
Meja Meja
40
3.5. Perencanaan dan perhitungan
Perencanaan dan perhitungan yang dilakukan meliputi perencanaan
mekanismepemotongan, perhitungan gaya dan daya, perencanaan
komponen mesin dan lain-lainnya sebagai berikut :
41
Diagram alir penelitian ini adalah sebagai berikut :
MULAI
- Spesifikasi pahat
Rekapitulasi
SELESAI
BAB IV
42
PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN
Kecepatan potong dihitung dari putaran poros, maka kecepatan potong adalah :
π .d .n
Vc = (Sumber : Taufiq Rochim, 1993)
1000
Keterangan :
d = diameter pahat
= 60 mm
Sehingga,
π . 60 . 4400
Vc =
1000
= 828,96 m/menit
z.n
Vf = ( m/menit )
2000
Keterangan :
43
= 3 buah
= 4400 rpm
3 . 4400
Vf =
2000
= 6,6 m/menit
= 6600 mm/detik
Sebelum menghitung gaya potong terlebih dahulu dihitung tebal geram rata-rata
dan tebal pemotongan untuk satu gigi.
Tebal geram rata-rata dan tebal pemakanan untuk satu gigi adalah :
h = fz .
√ a
d
Vf
fz =
n.z
Keterangan :
Vf = kecepatan pemakanan
= 6600 mm/detik
= 4400 rpm
z = jumlah gigi
= 3 buah
a = kedalaman pemakanan
= 3 mm
= 60 mm
44
Sehingga,
6600
fz =
4400 . 3
= 0,5
h = 0,5 .
√ 3
60
= 0,014
Fc = K . b . h
Keterangan :
= 150 kg/cm2
= 150 mm
= 0,014 mm
Sehingga,
Fc = 15 x 150 x 0,014
= 31,5 N
Jadi gaya potong untuk satu gigi pisau adalah, Fc = 31,5 N. Gaya tersebut
bekerja pada pasangan pulley dan sabuk seperti pada gambar berikut :
45
D2
Ft1
Ft2
D1 α
D1 – D2
Daya potong untuk setiap gigi pisau dapat dihitung sebagai berikut :
Fc .Vc
Pc =
60000
Keterangan :
= 31,5 N
Vc = kecepatan potong
= 828,9 m/menit
31,5 x 828,96
Pc =
60000
= 0,435204 kW
Pc
Pm =
ƞ
Keterangan :
46
= 0,435204 kW
Ƞ = efisiensi
= 90 %
0,435204
Pm =
0,90
= 0,483 kW
Dari hasil perhitungan, daya yang dibutuhkan adalah 0,483 kW, sehingga
dengan pertimbangan beban lebih serta daya dan putaran motor yang tersedia
dipasaran, maka dipilih motor dengan daya 0,37 kW.
Merk :TECO
Daya :0,37 kW (1/2 hp)
Frekuensi :50 Hz
Putaran :2800 rpm
W = 𝞺.V
= 0,67 gram/cm3
= 150 x 25 cm3
= 3750 cm3
Maka,
W = 0,67 . 3750
Gaya menjadi :
Fc
P> +W
μ
47
Pr > 31,825 N
Jadi gaya minimal yang harus diberikan adalah 31,825 N. Gaya tersebut diberikan
untuk menaikkan benda kerja sejauh 3 mm.
Sabuk – V pertama :
A. Type sibuk
Pemilihan type sabuk didasarkan pada daya yang digunakan dan putaran
poros motor. Dari diagram pemilihan sabuk-V pada gambar 2.5. dapat ditentukan
type sabuk-V yang digunakan.
perbandingan putaran pulley dihitung dari putaran dari pada poros mesin dan
putaran pada motor, dari angka perbandingan putaran ini akan dapat ditentukan
diameter pulley yang digerakkan.
d₁ n₂
R= =
d₂ n₁
140 4400
= = 1,57
d ₂ 2800
140 x 2800
d₂ =
4400
= 89 mm
48
C. Perhitungan diameter pulley untuk menghitung panjang sabuk
Untuk sabuk – V type A, nilai c untuk pulley = 3,5 (tabel 2.5), maka diameter
puncak pulley dapat dihitung dapat sebagai berikut :
T2 = Fc x rpisau
Keterangan :
Fc = gaya pemotongan
= 2,7 N
= 100 mm
Sehingga,
T2 = 2,7 x 100
= 270 N.mm
Torsi pada pisau sama besar dengan torsi pada pulley digerakkan, sehingga
besarnya gaya tangensial pada pulley digerakkan adalah :
T₂
Fc2 =
r pulley
Keterangan :
49
= 270 N.mm
= 44,5 mm
Sehingga,
270
Fc2 =
44,5
= 6,067 N
Gaya tarik sabuk ( F ) didapat dengan menghitung sudut kemiringan arah gaya :
Fc2 = F . cos α
Fc ₂
F=
cos α
Keterangan :
= 6,067 N
= 3,08o
Sehingga,
6,067
F=
cos 3,08 °
= 6,076 N
Fc1 = F . cos α
Keterangan :
= 6,076 N
Sehingga,
50
= 6,067 N
T1 = Fc1 x rpp
Keterangan :
= 6,067 N
= 70 mm
Sehingga,
T1 = 6,067 x 70
= 424,69 N.mm
π .d .n
V=
1000
Keterangan :
= 140 mm
= 2800 rpm
Sehingga,
π . 140 .2800
Vpp =
1000
= 1230,8 m/menit
Fc ₁. Vpp
Ppp =
60000
Keterangan :
51
Fc1 = gaya tangensial pada pulley penggerak
= 6,067 N
= 1230,8 m/menit
6,07 x 1230,8
Ppp =
60000
= 0,1245 kW
π 1
L = 2.C + (dp1 + dp2) + (d – dp1) (mm)
2 4. C p2
Keterangan :
= 800 mm
= 147 mm
= 96 mm
π 1
L = 2 . 800 + ( 147 + 96 ) + (147 – 96)2
2 4.800
= 1982,05 mm
Dari perhitungan didapat panjang sabuk 1982,05 mm. Untuk panjang sabuk
standar seperti pada tabel 4.1. yang mendekati hasil perhitungan adalah sabuk-V
dengan nomor nominal 79 yang mempunyai panjang sabuk = 2007 mm.
52
b+ √ b ²−8(d p 2−dp 1)²
C=
8
Keterangan :
= 3854 mm
Sehingga,
3854+ √ 3854²−8(147−96)²
C=
8
= 963,1 mm
53
10 254 45 1143 80 2032 115 2931
11 279 46 1168 81 2057 116 2946
12 305 47 1194 82 2083 117 2972
13 330 48 1219 83 2108 118 2997
14 356 49 1245 84 2134 119 3023
15 381 50 1270 85 2159 120 3048
16 406 51 1295 86 2184 121 3073
17 432 52 1321 87 2210 122 3099
18 457 53 1346 88 2235 123 3124
19 483 54 1372 89 2261 124 3150
20 508 55 1397 90 2286 125 3175
21 533 56 1422 91 2311 126 3200
22 559 57 1448 92 2337 127 3226
23 584 58 1473 93 2362 128 3251
24 610 59 1499 94 2388 129 3277
25 635 60 1524 95 2413 130 3302
26 660 61 1549 96 2438 131 3327
27 686 62 1575 97 2464 132 3353
28 711 63 1600 98 2489 133 3378
29 717 64 1626 99 2515 134 3404
30 762 65 1651 100 2540 135 3429
31 787 66 1676 101 2565 136 3454
32 813 67 1702 102 2591 137 3480
33 838 68 1727 103 2616 138 3505
34 864 69 1753 104 2642 139 3531
35 889 70 1778 105 2667 140 3556
36 914 71 1803 106 2692 141 3581
37 940 72 1829 107 2718 142 3607
38 965 73 1854 108 2743 143 3632
39 991 74 1880 109 2769 144 3658
40 1016 75 1905 110 2794 145 3683
41 1041 76 1930 111 2819 146 3708
42 1067 77 1956 112 2845 147 3734
43 1092 78 1981 113 2870 148 3759
44 1118 79 2007 114 2896 149 3785
(sumber : sularso, hal. 168)
Besarnya sudut kontak sabuk pada pulley dan pulley yang digerakkan
masing-masing dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut :
(d p1 – d p 2)
Ɵs = 180 – 2 sin-1
2. C
54
(147−96)
= 180 – 2 sin-1
2 . 948
= 180 – 3,07
= 176,93°
(d p 2 – d p 1)
Ɵ1 = 180 + 2 sin-1
2. C
(147−96)
= 180 + 2 sin-1
2 . 948
= 180 + 3,07
= 183,07°
Gaya pada sabuk adalah gaya keliling sabuk dan gaya tarik pada sisi kencang
dan sisi kendor. Perhitungan untuk masing-masing gaya tersbut adalah :
π .d . n 1
v=
60 x 1000
keterangan :
= 147 mm
= 2800 rpm
Sehingga,
π . 147.2800
v=
60 x 1000
= 21,54 m/det
102. P
F=
v
55
Keterangan :
= 0,37 kW
sehingga,
102. 0,37
F=
21,54
= 1,75 kg
F1 / F2 = eμ0
F = F 1 – F2
eμ 0−1
= F1
eμ 0
Keterangan :
F = gaya efektif sabuk dalam hal ini adalah gaya keliling sabuk
= 0,87 kg
42,6
= 0,54 –
152,6+v
42,6
= 0,54 –
152,6+21,54
= 0,244
= 3 rad
56
Sehingga,
0,87
[
F1 = e 0,244 . 3−1
e 0,244 . 2 ]
0,87
=
0,488
= 1,78 kg
Dari hubungan antara F1 dan F2 maka gaya tarik pada sisi kendor dapat dihitung
sebagai berikut :
F2 = F1 – F
= 1,78 – 0,87
= 0,91 kg
F 1+ F 2
F0 =
2
1,78+0,87
=
2
= 1,32 kg
Daya yang ditransmisikan untuk tiap sabuk tunggal dihitung sebagai berikut :
( F 1 – F 2)⋅v
P0 = (hp)
75
Keterangan :
= 1,78 kg
= 0,61 kg
57
= 21,54 m/det
sehingga,
( 1,78−0,61 ) . 21,54
P0 =
75
P
Z=
P˳
Keterangan :
= 0,254 kW
= 1,43 kW
0,254
Z=
1,43
= 0,17 (≈ 1 buah )
Karena daya yang ditransmisikan lebih besar dari daya yang dapat ditransmisikan
oleh satu sabuk, maka dipilih satu buah sabuk.
Bahan : FC 30
Berat jenis (p) : 7.25 . 10-6 kg/mm3
Diameter pulley penggerak : 147 mm
Diameter pulley digerakkan : 96 mm
Spesifikasi sabuk tipe B : ( dari tabel 2.5. )
e = 12,5 t = 16
e = 3,5 s = 10
58
A. Perhitugan Lebar Pulley
Pulley penggerak
B1 = (Z – 1 ) . t + 2 . s
= ( 1 – 1 ) . 16 + 2 . 10
= 20 mm
Pulley digerakkan :
B2 = ( Z – 1 ) . t + 2 . s
= ( 1 – 1 ) . 16 + 2 . 10
= 20 mm
59
= 7,25 . 10-6 kg/mm3
Wp1 = 𝜋⋅rp2⋅t⋅p
= 2,46 kg
Wp2 = 𝜋⋅rd2⋅t⋅p
= 𝜋 (49)2.20.7,25.10-6
= 1,1 kg
Poros yang diperhitungkan adalah poros pahat, poros pahat merupakan poros
transmisi yang dikenai beban lentur dan puntir, sehingga poros mengalami
tegangan lentur dan tegangan puntir.
σᵦ
Τs =
Sf 1 xSf 2
Keterangan :
= 6,0
= 2,0
60
Maka tegangan geser ijin adalah :
120
Τs =
6,0 x 2,0
= 10 kg/mm2
Fp = gaya penyerutan
= 2,7 N
= wp+ F1+F2
=3,49 kg (34,9 N)
= 12 kg (120 N)
∑ MF = 0
61
= 117,525 N
∑ MA =0
= 73,656 N
MB = FB x 75
= 31,9 x 75
= 2392,5 N.mm
MD = Rfv x 450
= 73,656 x 450
= 33145,2 N.mm
A B D F
∑ MF = 0
(Fpx 450)
RBH =
900
62
(2,7 x 450)
=
900
= 1,35 N
[(RFHx975)+(RBHx75)]-(Fpx525)=0
= 1,56 N
MB = FPx450
=2,7x450
=1215 N.mm
MD = RFH x450
= 1,56x450
= 702 N.mm
1215 N.mm
702 N.mm
A B D F
MBtot = √ MB v 2 + MB H 2
= √ 3982 ,5²+1215²
63
=4136,72 N.mm
= 33152,6 N.mm
d3 = [ ( 5,1τs ) √( Km Mb ) +(K , T )¿ ¿
2 1/3
keterangan :
= 10 N/mm2
= 33152,6 N.mm
= 2,0
= 1,5
0.37
= 9,74 x103x
4400
= 81,9 N.mm
≥ 29,34 mm
64
≈ 30 mm
Pasak yang dihitung adlah pasak pada pisau. Gaya tangensial yang terjadi
pada poros dihitung sebagai berikut :
T
F1 =
ds /2
Keterangan :
0,37
= 9,74 x 105 x
4400
= 81,9 N.mm
ds = diameter poros
= 30 mm
Sehingga,
81,9
F1 =
30/2
= 5,5 kg
σ₁
F1 =
Sf 1 x Sfƨ
65
60
=
6,0 x 2,0
= 5 kg/mm2
F1
τ max =
b xl
Keterngan :
Sehingga,
4,1
τ max =
12 x 40
= 0,00854 kg/mm2
F1
P=
lxt
Keterangan :
F1 = gaya tangensial
= 4,1 kg
I = panjang pasak
= 40 mm
Sehingga,
4,1
P=
40 x 4
66
= 0,0205 kg/mm2
Tegangan geser dan tekanan permukaan yang terjadi dibatasi oleh harga
tegangan geser ijin dan tekanan permukaan yang diijinkan, p a = 5 kg/mm3.
Dari hasil perhitungan didapat tegangan geser dan tekananan permukaan yang
terjadi masih dibawah harga yang diijinkan (0,00854kg/mm3 < 5 kg/mm3, dan
0,0205 kg/mm2 < 8kg/mm2) sehinga pasak relatif masih aman.
Pr = (x . v . FR + Y . Fs)
Keterangan :
= 1 (untuk Fa / VFR≤ e )
= 0 (untuk Fa / VFR≤ e )
V = faktor rotasi
67
= 1,2 (untukk cincin luar yang berputar)
FR = beban radial
= √ Rbh²+ Rbv ²
= √ 1 ,35²+117 ,656²
Fa = beban aksial
= 14,124 kg
Untuk memilih bantalan yang sesuai dengan diameter poros (d= 40 mm)
maka dapat dilihat dari tabel 2.12.
Keterangan :
n = putaran bantalan
= 4400 rpm
Sehingga,
Fn = ( 4400
33,3
) 1/3
= 0,196
Jika untuk bantalan dalm jam dienteukan sebasr 20000 jam, maka faktor umur
bantalan dapat dihitung sebagai berikut :
Lh = 500 . fh3
68
20000
fh3 =
500
fh3 = 40
Ca
fh = fh
P
Keterangan :
= 0,196
= 14,124 kg
Sehingga,
fh . P
CB =
fh
3,4 .14,124
=
0,196
= 246,45,1 kg
Dari tabel 2.15. dapat dipilih bantalan yang sesuai dengan kapasitas nominal
dinamis hasil perhitungan yaitu bantalan nomor seri 6308zz dan kapasitas nominal
dinamik spesifik, C = 3200 kg. Selanjutnya dihitung umur bantalan berdasar
kapasitas dinamis bantalan yang didapatkan dari tabel 2.15.
C
fh = fn
Pr
Keterangan :
= 0,196
69
Pr = beban ekivalen dinamis
= 14,124 kg
sehingga,
3200
fh = 0,196 .
14,124
= 44,4
Keterangan :
= 44,4
Sehingga,
Lh = 500 . 44,4 3
= 4374192 jam
70
BAB V
REKAPITULASI
Dari hasil perhitungan pada bab IV maka dapat dibuat rekapitulasi sebagai berikut
:
1. Data awal
Jenis : Kayu jati I mutu A
Berat Jenis : 0,67 gram/cm3
Tegangan ijin : 150 kg/cm2
Modulus Elastisitas : 127700 kg/cm2
Modulus Geser : 10000 kg/cm2
Ukuran lebar kayu
Panjang : 150 cm
Lebar : 50 cm
Tebal : 3 s/d 5 cm
2. Motor penggerak pisau
Daya : 0,37 kW ( 1/2 hp )
Putaran motor : 2800 rpm
3. Sabuk
Bahan sabuk : solid woven cotton
Jenis & type : sabuk – V type A
Panjang sabuk : 2007 mm
Jumlah sabuk : 2 buah
4. Pulley
Bahan : besi tuang FC 30
Diameter pulley penggerak : 140 mm
Diameter pulley digerakkan : 89 mm
Lebar pulley : 20 mm
5. Poros
71
Bahan : SNCM 25 ( JIS G 4103 )
Panjang poros : 975 mm
Diameter poros : 40
Putaran poros : 4400 rpm
6. Pasak
Bahan : ST 60
Lebar, b : 12 mm
Tinggi, h : 8 mm
Panjang, I : 40 mm
7. Bantalan
Jenis bantalan : Groove ball bearing with
two seal (Bantalan bola
alur tunggal dengan sekat
ganda )
Nomor seri : 6308 ZZ
Diameter dalam : 30 mm
Diameter luar : 90 mm
Tebal : 23 mm
72
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Petunjuk Praktis Sifat-
sifat Dasar Jenis Kayu Indonesia, PT. Pusaka Semesta Persada, 2008.
Sularso, dan Suga, Kiyokatsu. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin,
Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1992.
Taufiq Rochim, Teori dan Teknologi Proses Permesinan, Lab. Teknik Produksi,
Jurusan Teknik Mesin, FTI,ITB, Bandung, 1993.
Martawijaya, A , dkk. Atlas Kayu Indonesia jilid I, CV. Miranti, Bogor, 1981.
Martawijaya, A , dkk. Atlas Kayu Indonesia jilid II, CV. Miranti, Bogor, 1989.
73
74
75