DisusunOleh
Kelompok 1 :
Edi Purnomo (15.51.010.001)
15.51.010.001)
Slamet Wahyu Handok
Handoko (15.51.010.049)
Anggit Adhi Wijaya (15.51.010.060)
Agung Purnomo (15.51.010.013)
Faisal Fajarudin Ramadhan (15.51.010.031)
M Candra Handika Dayat (15.51.010.016)
Sutrisno (15.51.010.018)
Muhammad Ridwan H (15.51.010.057)
DisusunOleh
Kelompok 1 :
Edi Purnomo (15.51.010.001)
15.51.010.001)
Slamet Wahyu Handok
Handoko (15.51.010.049)
Anggit Adhi Wijaya (15.51.010.060)
Agung Purnomo (15.51.010.013)
Faisal Fajarudin Ramadhan (15.51.010.031)
M Candra Handika Dayat (15.51.010.016)
Sutrisno (15.51.010.018)
Muhammad Ridwan H (15.51.010.057)
Hantarum,
Hantarum ST,MT.
ST, Ir. Sutomo, MT.
NIDN. N
NIDN.026045502
026045502
ii PRAKTIKUM
KUM UJI MATERIAL
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat karunia serta hidayat-Nya sehingga penyusun mampu melaksanakan
praktikum uji material dan melakukan penulisan laporan ini dengan lancar.
Dengan selesainya tugas uji material ini penyusun menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bp Hantarum,ST,MT. Selaku dosen Pembimbing Universitas Merdeka
Madiun
2. Bapak dan Ibu Pembimbing Universitas Merdeka Malang.
3. Semua rekan - rekan yang telah membantu hingga terselesainya laporan ini.
Laporan ini merupakan bukti tugas akhir penulis telah mengikuti praktikum Uji
Material, adapun laporan ini berisikan tentang teori-teori dasar, alat dan bahan, prosedur
kerja, pembahasan dan kesimpulan dari praktikum Uji Material Mesin. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, yang telah memberikan motivasi
sehingga laporan ini terselesaikan sesuai apa yang diinginkan.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin namun
penulis juga mempunyai keterbatasan pengetahuan, sehingga nantinya jika laporan ini
ada kekurangan-kekurangan harap dimaklumi dan penulis siap menerima saran yang
bersifat membangun sehingga laporan ini nantinya bisa menjadi lebih sempurna.
Team Penyusun
Dalam pengujian tarik ini akan dapat pula diamati beberapa fenomena
yang terjadi dalam deformasi antara lain :
1. Elastisitas : Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan
tanpa menyebabkan terjadinya perubahan bentuk secara tetap
(permanen) setelah tegangan tersebut dihasilkan.
2. Fenomena luluh : Merupakan kecenderungan dari logam untuk patah
bila mkenerima tegangan berulang (cyclic stress) yang besarnya masih
jauh dibawah batas kekuatan elastis.
3. Plastisitas : Menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami
sejumlah deformasi plastis (secara permanen) tanpa mengakibatkan
kerusakan.
Keteramham :
A = Batas Proposional OC =Tegangan luluh
A’ =Batas Elastis 0,2% offset
B = Batas Luluh ∑ = Tegangan ( / )
D = Batas Maksimum = Tegangan Ultimate ( / )
E = Batas Patah =Regangan (%)
Dimana :
= Tegangan Teknis ( / )
∆ = Perubahan Panjang (mm)
= Luas Panjang Mula –Mula( )
= Regangan Teknis
P = Bebean (kg)
= Panjang uji mula-mula (mm)
Tegangan Sebenarnya – Rengangan Sebenarnya
Tegangan sebenarnya adalah beban dibagi dengan luas penampang sesaat :
= = × = ×
( ∆ )
=
= (1 + )
Regangan sebenarnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang
menggambarkan besarnya deformasi yang sebenarnya, yaitu perubahan panjang
sepecimen ataupun berubahnya luas penmpang.
∆
= = = ln (1 + )
log
=
log
Posisi yang tepat untuk harga n (pengerasan regangan) terjadi pada saat
benda uji mulai mengalami deformasi plastis sampai mencapai beban malsimum.
Pada logam yang mempunyai harga n besar akan mempunyai kekuatan tarik yang
besar, sedangkan nilai n di peroleh dengan cara sebagai berikut :
1. Menentukan beberapa beban dan perubahan panjang berdasarkan
grafik mesin dengan menggunakan sekala bebean dan perpanjangan.
2. Menentukan tegangan teknis dan tegangan teknisnya ( - ).
3. Menentukan tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya ( − )
4. Menentukan log , log sehingga dapat garis linier.
Dengan demikian maka kemiringan diagaram log , log adalah sama
harga koefisien pengerasan renggangan.
Dimana :
: 48,9 mm
: 11,6mm
: 4 mm
Dimana :
: 56,8 mm
: 9,4 mm
: 3,4 mm
: 2775 kg
∆Ls = b x∆Ltn
1. ∆Ls = b x ∆L1
= 0,632x 2 mm
= 1,264 mm
2. ∆Ls = b x ∆L2
= 0,632 x 3 mm
= 1,896 mm
3. ∆Ls = b x ∆L3
= 0,632 x 4,5 mm
= 2,844 mm
4. ∆Ls = b x ∆L4
= 0,632 x 9 mm
= 5,688 mm
5. ∆Ls = b x ∆L5
=0,632 x 12,5 mm
= 7,9 mm
,
2. = = = 31,534
,
,
3. = = = 46,5
,
5. = = = 56,121
,
, ( , , )
=
, ,
,
= = 22,47
,
( ∆ )
b. =
.
1463,2 ( , 1,896 )
=
, ,
,
= = 32,74
,
( ∆ )
c. =
.
2157,6 ( , , )
=
, ,
,
= = 49,16
,
( ∆ )
d. =
.
,
= = 66,63
,
( ∆ )
e. =
.
( , , )
=
, ,
,
= = 65,02
,
17 PRAKTIKUM
KUM UJI MATERIAL – UJI KEKUATAN TARIK
deformasi plastis (secara permanen).sedangkan pada tegangan
tegangan--regangan
regangan teknis
dititik kelima mengalami kenaikkan atau berada di batas maksimum,dalam proses
ini tegangan teknis yang terjadi ((σt5) adalah 56,121 kg/mm2,dan sedangkan
regangan teknisnya (εt5) adalah 15,86%.sehingga
.sehingga pada tegangan-regangan
tegangan regangan teknis
benda tidak mengalamipatah atau pada batas patah.
b. Hubungan
ubungan Antara Tegangan sebenarnya Dengan Regangan
Sebenarnya
No Tegangan Sebenarnya ( ) (%)
Regangan Sebenarnya (%
1 22,47 9,5
2 32,74 10,4
3 49,16 13,1
4 66,63 18,3
5 65,02 21,5
18 PRAKTIKUM
KUM UJI MATERIAL – UJI KEKUATAN TARIK
kg/mm2,sedangkan reganganya dititik ketiga(εs3) adalah 13,1 % pada proses
benda berada pada batas luluh.dari batas luluh dititik ketiga benda tersebut
mengalami kenaikkan tegangan dititik keempat(σs4) adalah 66,63 kg/mm2 dan
regangan yang terjadi (εs4) adalah 18,3 % pada titik ini benda berada dititik
puncak atau berada pada batas plastis,sehingga pada batas ini benda akan
mengalami deformasi plastis (secara permanen).sedangkan pada tegangan-
regangan teknis dititik kelima mengalami patah atau berada di batas patah ,dalam
proses ini tegangan teknis yang terjadi (σs5) adalah 65,02 kg/mm2,dan sedangkan
regangan teknisnya (εs5) adalah 21,5%.
2.1Latar Belakang
2.2TujuanPengujian
Pengamatan dapat dilakukan pada beberapa jenis logam seperti besi cor kelabu,
besi cor nodular, baja dengan beda perlakuan panas, kuningan, alumunium, dan
sebagainya.
TINJAUAN PUSTAKA
Dari gambar diatas terlihat jelas bahwa daerah pengamatan struktur mikro
tersebut berkisar antara 10 cm, sedangkan kemampuan manusia hanya terbatas
10 . Walaupun daerah lingkup pengamatan struktur mikro ini mencangkup
daerah yang cukup luas (10 − 10 cm) namun obyek pengamatan yang biasa
dilakukan adalah 10 cm atau dengan pembesaran 5000 – 30000 kali untuk
mikroskop electron dan 10 cm atau pembesaran 100 – 300 kali untuk
mikroskop optic.
c) Metode Lingkaran
Metode ini hanya dapat digunakan untuk mengukur besar butir akuiaksial. Besar
butir rata-rata ( ) ini dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
. 10
=
(0,67 + )
Benda pertama (foto etsa) telah dilakukan etsa oleh dosen pembimbing
sehingga kita hanya akan menghitung jumlah butir dari benda kedua saja.
Besar butir Heyn adalah panjang rata-rata segmen garis dari suatu garis
pengujian yang melintasi batas – batas butir. Metode Heyn dapat digunakan untuk
mengukur besar butir ekuiaksial dan terelongasi.
.
=
.Σ
V = Perbesaran foto
6
N1
5
N2
5,5
N3
6
N4
7,5
N5
Batas butir dihitung 2 Batas butir dihitung 0,5 Batas butir dihitung 1
jadi :
.
= .
5 × 95,1
= 881,7 × 30
475,5
=
26451
= 0,018 mm
6,5
N1
7
N2
7
N3
7,5
N4
6
N5
Batas butir dihitung 2 Batas butir dihitung 0,5 Batas butir dihitung 1
jadi :
.
= .
5 × 95,1
= 881,7 × 34
475,5
=
29977,8
= 0,016 mm
8
N1
7
N2
8,5
N3
7,5
N4
6,5
N5
Batas butir dihitung 2 Batas butir dihitung 0,5 Batas butir dihitung 1
jadi :
.
= .
5 × 95,1
= 881,7 × 37,5
475,5
=
33063,75
= 0,014 mm
7,5
N1
6
N2
6
N3
4
N4
5
N5
Batas butir dihitung 2 Batas butir dihitung 0,5 Batas butir dihitung 1
jadi :
.
= .
5 × 95,1
= 881,7 × 28,5
475,5
=
25128,45
= 0,019 mm
( ’ )
Dimensi rata- rata : =
,
= = −0,0131726 mm
= 1,25
∆ =
√
,
∆ =
√
= −0,00772 mm
= −77,2 10 mm
Σ ± = 10,37 x 10 ± −77,2 10
= 87,57 10
Kesalahan relatif :
= × 100%
,
= 100%
,
= 11,52 %
Ketelitian :
= 100 % −
= 100% − 11,52 %
= 88,48 %
Gambar C Gambar D
. 10
=
(0,67 + )
V = perbesaran foto
Dimana :
Fk = Luas lingkaran Z =10
d = 48 mm N =6
r = 24 mm V = 881,7 x
Jadi :
. 10
=
(0,67 + )
1808,64 × 10
=
((0,67 × 6) + 10)881,7
1808640000
=
((4,02) + 10)777394,89
1808640000
=
14,02 777394,89
1808640000
= = 165,94mm
10899076,36
Dimana :
Fk = Luas lingkaran Z =8,5
d = 48 mm N =6
r = 24 mm V = 881,7 x
Jadi :
. 10
=
(0,67 + )
1808,64 × 10
=
((0,67 × 6) + 8,5)881,7
1808640000
=
((4,02) + 8,5)777394,89
1808640000
=
12,52 777394,89
1808640000
= = 185,83mm
9732984,02
Dimana :
Fk = Luas lingkaran Z =7
d = 48 mm N =5
r = 24 mm V = 881,7 x
Jadi :
. 10
=
(0,67 + )
1808,64 × 10
=
((0,67 × 5) + 7)881,7
1808640000
=
((10,35) + 7)777394,89
1808640000
=
12,35 777394,89
1808640000
= = 224,79mm
8046037,11
Dimana :
Fk = Luas lingkaran Z =8
d = 48 mm N = 5,5
r = 24 mm V = 881,7 x
Jadi :
. 10
=
(0,67 + )
1808,64 × 10
=
((0,67 × 5,5) + 8)881,7
1808640000
=
((3,685) + 8)777394,89
1808640000
=
12,685 777394,89
1808640000
= = 183,41mm
9861254,18
A B C D
Fm
165,94mm 185,83 mm 224,79 mm 184,41 mm
( ’ )
Dimensi rata- rata : =
,
= = 29095,3mm
= 1,25
∆ =
√
,
∆ =
√
= 16531,42mm
Σ ± = 146236,47 ± 16531,42
= 129705,05
Kesalahan relatif :
= × 100%
,
= 100%
,
= 21,75 %
Ketelitian :
= 100 % −
= 100% − 21,75 %
= 78,25 %
Kesimpulan
Ketelitian Ke = 88,48%
Ketelitian Ke = 78,25%
Sehingga dari metode heyn didapat kesalahan relatif (Kr) = 11,52%, dan
tingkat ketelitian (Ke) =88,48%, sedangkan dengan metode lingkaran didapatkan
kesalahan relatif (Kr) =21,25% , dan tingkat ketelitian (Ke) =78,25%.
3.6.Peralatan Bantu
Adapun peralatan lain yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Media pendingin serta tempatnya.
2. Sarung tangan tahan panas.
3. Penjepit logam.
4. Stop watch.
1. Annealing
Adalah proses perlakuan panas yang digunakan untuk mengurangi kekerasan,
menghilangkan tegangan sisa, memperbaiki kekuatan dan menghaluskan ukuran
butiran strukltur mikro pembentuk logam.
Macam - macam Proses Annealing :
Full Annealing
Spheroidized Annealing
Isothermal annealing
Homogenized
Intermediate Annealing
Bright Annealing
2. Normalizing
Manfaat dari proses ini adalah :Menormalkan produk cor, over heated forging
& produk tempa yang besar, Memperhalus butir,Memperbaiki mampu mesin,
Menghilangkan tegangan sisa, Memperbaiki sifat mekanik.
Proses ini digunakan untuk baja konstruksi, baja roll, material yang mengalami
penempaan, dan material yang mempunyai struktur tidak sama. Hal ini
disebabkan karena jumlah beban tidak sebanding dank arena perubahan bentuk
pada tahap – tahap pendinginan yang tidak merata terutama untuk benda dengan
ketebalan yang tidak sama
Proses Normalizing :
Logam dipanaskan hingga 50°diatas T kritis, kemudian ditahan untuk
beberapa waktu (sehingga terbentuk ferit dan perlit atau sementit), lalu
didinginkan dengan perlahan di udara.
3. Hardening
4.Tempering
ST-60 ST-60
C = 0,4% C = 0,4%
PEMANASAN
PENDINGINAN
BAHAN PERLAKUAN PANAS PEMANASAN PENAHANAN
KONTINYU
(⁰C) (menit)
(media)
Baja ST60 Hardening 840 30 Air
Besi ST60 Hardening 840 30 Olie SAE 20
Hardening
T (°C)
890 (+ 50°C)
840 T.luluh
T.kritis
0 30 T (menit)
Hardening
T (°C)
890 (+50°C)
840 T.luluh
T.kritis
udara
0 30 T (menit)
Pada gambar diatas bahwa Hardenability rendah di quench di air dan atau
untuk hardenability tinggi dan dimensi besar,dan kedalaman martensite tergantung
4.3.Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pelaksanaan praktikum uji kekerasan adalah sebagai
berikut :
4.5.Prosedur Pengujian
Pengujian kekerasan dilakukan pada 2 bahan yang berbeda tetapi mempunyai
bentuk dan ukuran yang sama.
3.5. 1. Untuk specimen uji yang pertama (ST-60 Hardening Olie SAE 20) :
Standart uji = ASTM E18
Jenis bahan = Brass
Beban mayor = 100 kg
Beban minor = 10 kg
Waktu = 5detik
Jenis indentor = Bola baja 1/16"
Harga kekerasan =90 ; 100 ; 93 ; 89,5 ; 98 ; 94,5 HRB
Rata- rata kekerasan = 94,1 HRB
Warna skala = Merah
2. Untuk specimen uji yang kedua (ST-60 Hardening Air) :
Standart uji = ASTM E18
Jenis bahan = aluminium paduan
Beban mayor = 100 kg
Beban minor = 10 kg
Waktu = 5 detik
Jenis indentor =Bola baja 1/16"
Metode Pengujian
Berdasarkan mekanisme penekanan, pengujian kekerasan dibagi dalam
beberapa metode antara lain ;
A. Metode Gores
Metode ini dikenalkan oleh Mohs yaitu dengan membagi kekerasan material
berdasarkan skala (yang kemudian dikenal sebagai skala Mohs).Skala ini
berfariasi dari 1 untuk kekerasan yang peling rendah sampai skala 10 untuk
kekerasan yang paling tinggi. Dalam skala mohs iritan nilan kekerasan material
didunia diwakili oleh :
1 Talk 6 Orthoclase
2 Gipsum 7 Quartz
3 Calcite 8 Topaz
4 Flourite 9 Corondum
5 Apatite 10 Intan
B. Metode Elastik/Pantul (Rebound)
Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat Scroscope
yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu
yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi
pantulan (reboumd) yang dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin
tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukan oleh dial pada alat pengukur, maka
kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi.
BHN = 2P = P Kg/mm2
(πD)(D-√D2 – d2) πDt
Dimana :
P = beban (Kg)
D = diameter indentor (mm)
d = diameter jejak (mm)
t = kedalaman jejak (mm)
dimana : d = panjang diagonal rata – rata dari jejak berbentuk bujur sangkar.
Hari / tanggal
tangga : Minggu,13 Mei 18 Jenis Mesin :Rockwell Hardness Tester
Pukul : 08.00 s/d Selesai Bantuk Bahan :batangan
Standar Uji : ASTM Indeks Rockwell :A,
: (B),, C, D, E, F, G, H,
H *
90
Bola 100
ST 60
baja 93
(HARDENING 100 10 5 Merah 94,1
1/16" 89,5
SAE 20)
20
98
94,5
102,5
Bola 100
ST 60
baja 103,5
(HARDENING 100 10 5 Merah 102,7
1/16" 102,5
AIR)
AIR
106
102
73 PRAKTI
PRAKTIKUM
KUM UJI MATERIAL – UJI KEKERASAN
ERASAN MATERIAL
MATERIAL
Dari data hasil pengujian kekerasan yang telah dilakukan dapat dikembangkan
sebagai berikut :
1. Jenis Bahan ST-60 Paduan(Hardening Olie SAE 20) :
Titik Kekerasan (x) Rata-rata (x’) ( x – x’ )
HRh HRh HRh
1 90 -4,1
2 100 5,9
3 93 -1,1
4 89,5 94,1 -4,6
5 98 3,9
6 94,5 0,4
N Σx = 565 Σx’ = 94,1 Σ(x – x’) = 0,4
x = 94,1 HRB
c. Standart Deviasi :
Sda = 1,25 x a
= 1,25 x 0,06
Sda= 0,075
∆x =
√
,
=
√
∆x = 0,03
e. Perhitungan Kekerasan :
Hs = x ± ∆x
- kekerasan maksimal :
Hs = x + ∆x
= 94,1 + (0,03)
Hs = 94,13
- kekerasan minimal :
Hs = x - ∆x
= 94,1 – (0,03)
= 94,07
- Kesalahan Relatif :
∆x
Kr = x 100 %
,
= x 100 %
,
Kr = 0,032 %
f. Ketelitian :
Ke = 100% - Kr
= 100 % - 0,032 %
Ke = 99,968 %
,
=
x = 102,7 HRB
,
=
a = 0,05 HRB
c. Standart Deviasi :
Sda = 1,25 x a
= 1,25 x 0,05
Sda = 0,0625
∆x =
√
,
=
√
∆x = 0,026
e. Perhitungan Kekerasan :
Hs = x ± ∆x
- kekerasan maksimal :
Hs = x + ∆x
= 102,7 + 0,026
Hs = 102,726
- kekerasan minimal :
Hs = x - ∆x
= 102,7-0,026
Hs = 102,674
- Kesalahan Relatif :
Kr = ∆x x 100 %
x
,
= x 100 %
,
Kr = 0,025 %
f. Ketelitian :
Ke = 100% - Kr
= 100 % - 0,025 %
Ke = 99,975 %
Proses Hardening
dilakukanuntukmendapatkanbendakerjadengankekerasan yang
tinggidanmeningkatkanketahananterhadapaus.
Kecepatanpendinginanmerupakan factor penting yang
mempengaruhikekerasanpada proses ini. Media pendinginan yang
c. Perhitungan Energi :
Menghitung Besarnya Energi di titik A (Pendulum sebelum jatuh)
Eд = m.g.h = m.g.Rcos
Eд = m.g.R (1-cos )
Menghitung Besarnya Energi di titk B (Pendulum setelah jatuh)
Eв = m.g.h = m.g.R cos
Eв = m.g.R (1-cos )
Energi Yang Diperlukan Untuk Mematahkan Specimen Uji
Eд-Eв = m.g.R (1-cos ) – m.g.R (1-cos )
= m.g.R (cos − cos )
Dimana :
E = Energy (joule)
m = Massa pendulum = 26,2 Kg
g = Gravitasi bumi = 9,81 m/s
P L T H T A Permukaan
No.
(mm) (mm) (mm) (mm) ( ) ( ) Patahan
Pada proses pengujian benda (baja karbon ST 35) keduanya baik yang
menggunakan pendinginan dengan Airmaupun menggunakan pendinginan udara
pada temperatur es hasilnya berbeda,karena struktur kimia yang terdapat pada
bahan mengalami perubahan. Pada proses Hardening dengan T=850°C dan
pendinginannya menggunakan Airpermukaan patahan yang dihasilkan yaitu
specimen benda tersebut mengalami patah ulet. Sedangkan pada proses
Normalizing dan pendinginannya melalui udara pada temperatur esT = -4°C
hasilnya specimen tersebut mengalami patah getas. Dengan demikian perubahan
struktur kimia dapat mengalami perubahan pula sifat mekaniknya. Bentuk atau
pola patahan ini juga dipengaruhi oleh dimensi dari benda uji masing – masing.
Dengan pengujian ini dapat dikatakan bahwa material atau specimen bisa
dikatakan bahwa telah memenuhi syarat tertentu ditinjau dari pukul-takik.
92 PRAKTIKUM
KUM UJI MATERIAL – UJI KEETAHANAN
TAHANAN IMPAK
PENUTUP
Kesimpulan
Dari ulasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, ada
perbedaan energi, antara harga impak dan struktur kristal yang dapat dilihat dari
kurva temperature transisi pada masing-masing specimen uji.
Pada specimen uji yang didinginkan dengan proses hardening pendinginan air
baja karbon ST 45mengalami patah getas dan mempunyai energi sebesar194,115
joule dengan harga impak sebesar 2,5047 joule/mm²serta terbentuk struktur kristal
kubus bersifat muka atau FCC pada temperature kamar 850°C, maka berubah
menjadi ulet.
Pada specimen uji yang normalizing dengan melaluiudara pada temperatur
esakan mengalami patah getas yang mempunyai energi sebesar 6,554joule dengan
harga impak sebesar 0,093 joule/mm².
Pada dasarnya penggunaan kurva temperature transisi adalah penentuan
temperature patah getas untuk level tegangan elastic. Semakin rendah temperature
transisi ,maka semakin besar ketangguhan patah suatu bahan.
Manfaat utama dari hasil uji ketahanan impak adalah untuk memmilih
bahan tahan terhadap patah getas. Hasil percobaan antara lain :
1. Perlakuan panas
2. Pendinginan atau quenching
3. Dimensi