Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Pengantar Agribisnis

SUBSISTEM ONFARM POHON JATI UNTUK MEBEL

Dosen : Prima Gandhi, SP. Msi


Mata kuliah : Pengantar Agribisnis

Disusun oleh kelompok 1 :


• Asti Permata
• Fadhil Rahmad
• Farrell Ziyad
• Nengri
• Ridho Simbolon
• Shalu Heidianti

Tahun Ajaran
2021 – 2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat, hidayah, dan karunianya
kami dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah pengantar agribisnis mengenai “Subsistem
Onfarm kayu jati untuk mebel”. Makalah ini kami sajikan sebagai bagian dari proses
pembelajaran agar kami sebagai mahasiswa dapat memahami apa itu peternakan sehingga
menjadi karya tulis yang dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.
Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan
tugas mata kuliah Pengantar Agribisnis. Makalah ini sekiranya bermanfaat bagi setiap
pembacanya dan bisa menjadi acuan. Kami menyajikan makalah ini sebagai proses belajar agar
bisa menjadi lebih baik lagi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam
pembuatannya. Kami sadari di dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Kami mohon maaf atas segala kekurangan itu dan dengan
segala kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun,sehingga apa
yang kita harapkan dapat tercapai.

Kelompok 1

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Subsistem usaha tani atau budidaya (on farm) meruapakan susistem dalam sistem
agribisnis paling utama dalam kegiatan agribisnis, karena semua kegiatan agribisnis ada karena
adanya kegiatan untuk memproduksi produk pertanian. Menurut Downey dan Erickson (1989)
“Keuntungan dari usaha tani/ budidaya hanya 30 % saja sedagkan 70 % nya berada pada sektor
hilir (pengolahan dan pemasaran)”. Walaupun demikian sektor produksi merupakan yang
paling utama dalam kegiatan agribisnis. Oleh sebab itu perlu untuk memahami seluruh
subsektor dalam agribisnis tersebut, sehingga dapat untuk memahami sistem agribisnis secara
utuh.
Penggunaan kayu pada industri mebel dan kegunaan lainnya pada kehidupan kita sangat
banyak. Salah satu kayu yang memiliki kualitas baik nan mahal adalah kayu jati. Di indonesia
sendiri banyak petani jati yang memiliki puluhan hektar pohon jati, namun tak sebanyak pohon-
pohonlainnya dikarenakan lamanya pertumbuhan pohon jati. Pohon jati yang memiliki kualitas
baik dansiap untuk di tebang yaitu sekitar 10 tahun ke atas, itulah alasan kebanyakan petani
berpindahhaluan. Selain itu karena pohon jati hanya bisa di ambil kayunya saja (tidak adanya
buah atau hasil lainnya.

Pohon jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang
lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya dari pohon yang berumur lebih dari 80
tahun. Kayu jati sudah banyak dikenal karena keunggulan sifatnya seperti keawetan alami,
kekuatan maupun keindahan seratnya. Pemahaman sifat dasar yang menyeluruh akan
membantu dalam pemanfaatan kayu secara maksimal maupun peningkatan mutu kayunya
(Sulistyo & Marsoem, 2000). Kayu jati sangat cocok untuk segala jenis konstruksi seperti untuk
pembuatan tiang, balok dan gelagar pada bangunan rumah, jembatan, mebel dan sebagainya.
Kayu jati merupakan kayu yang paling baik untuk pembuatan kapal dan biasa dipakai untuk
papan kapal, terutama untuk kapal yang berlayar di daerah tropis serta mempunyai daya tahan
terhadap berbagai bahan kimia (Martawijaya, 1981)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi sub sistem onfarm kayu jati di Indonesia?
2. Kendala-kendala apa aja yang terdapat dalam kayu jati?
3. Risiko apa saja yang dihadapi dalam subsistem on farm kayu jati?
4. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut?
5. Bagaimana pembiayaan modal dan investasi agribisnis pada kayu jati?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah agar dapat mengenal, mempelajari, dan
memahami kondisi subsistem on farm kayu jati, mengatasi kendala yang mempengaruhi kayu
jati , mengenal risiko dan ketidakpastian dalam kayu jati dan pembiayaan modal serta investasi
agribisnis kayu jati.

Bab II
PEMBAHASAN

A. Kondisi sub sistem onfarm dari komoditas

Pada umumnya usaha pada kegiatan on farm sangat tergantung dengan keadaan
lingkungan, seperti kondisi lahan dan iklim. Kegiatan on farm atau budidaya tanaman
memiliki karakteristik tanam yang berbeda-beda, karena itu tidak dapat dilaksanakan di
sembarang tempat. Pemilihan lokasi yang sesuai dengan karakteristik tumbuh
merupakan syarat utama dalam pemilihan lokasi. Pemilihan lokasi tanam yang sesuai
dengan karakteristik tanam merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam
pemilihan lokasi, sesuai dengan karakteristik tumbuhnya. Pelaksanaan usaha yang
bergerak di bidang onfarm memiliki risiko yang besar terhadap hasil produksi, hal
tersebut dikarenakan pelaksanaan usaha ini dipengaruhi oleh keadaan iklim dan
lingkungan. Berikut tahap tahap pembuatan kayu jati sebagai mebel yaitu :

• Bahan dan Alat


Berikut terdapat bahan-bahan dan alat pembuatan kayu jati :

1. Kayu jati
2. Gergaji atau Cutter
3. Bor,Obeng,dan skrup
4. Pahat
5. Amplas
6. Kayu
7. Cat kayu
8. Alat ukir ( Pulpen ukir/Pisau Ukir )
9. Alat ukur
10. Kuas ukur
11. Lem kayu
12. Pernis
13. Amplas

1. Proses Memilih Bibit Jati Unggul

Ketika berniat untuk mananam pohon jati, maka hal pertama yang dilakukan ialah
memilih bibit jati yang unggul terlebih dulu.

Berikut adalah cara memilih bibit jati unggul :

1. Pilih bibit jati yang sudah masak dan tentunya sehat. Bibit yang sudah masak
mempunyai warna coklat gelap sedangkan jika belum, warnanya putih terang.
Setelah itu, anda bisa menjemur benih tersebut di tempat yang mendapatkan sinar
matahari secara langsung.

2. Durasi penjemuran antara sehari hingga dua hari jika cuaca cerah. Setelah
penjemuran diharapkan akan mempunyai benih yang kadar airnya 12%.

3. Setelah kering, anda bisa membersihkan serasah yang tercampur pada benih. Benih
jati yang sudah berlubang jangan dibuang karena justru benih itulah yang akan mudah
untuk berkecambah. Hal tersebut dikarenakan benih tersebut sudah mengalami
penipisan kulit benih (skarifikasi) secara alami.

4. Biasanya dalam 1 kg benih bisa mencapai 1.500 butir benih. Besar atau kecil ukuran
benih tersebut tidak mempengaruhi apakah nanti pertumbuhan baik atau buruk. Benih
yang telah dipilih tersebut kemudian bisa anda simpat ke tempat yang sejuk tapi tetap
kering. Jika dirumah anda ada AC-nya, anda bisa menyimpan bibit jati tersebut ke
ruangan tersebut kurang lebih selama 2 tahun.
2. Cara Pengolahan Kayu Jati Agar Siap Pakai

Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh sebatang pohon jati hingga menjadi
bentuk papan siap olah adalah sebagai berikut :

• Langkah awal
memilih pohon yang telah siap tebang dengan kata lain pohon tesebut sudah
cukup dewasa. Kriteria bagi pohon yang telah siap tebang yaitu diameter batang
yang kira-kira mencapai kurang lebih 40 cm. Ukuran ini disesuaikan dengan
kebutuhan pasar, selain itu diameter yang besar tentu akan lebih menghasilkan
banyak kayu ketimbang yang lebih kecil diameternya.

• Langkah selanjutnya
penebangan pohon. Pohon yang telah ditentukan selanjutnya ditebang.
Penebangan dilakukan pada bagian bawah pohon dekat dengan permukaan tanah.
Hal ini agar panjang kayu dapat lebih dimaksimalkan, selain itu diameter paling
besar tentu berada pada bagian bawah pohon. Pohon yang telah tumbang
selanjutnya dilakukan pembersihan terhadap ranting yang masih menempel, lalu
batang dipotong sesuai dengan ukuran panjang yang diinginkan

Hasil potongan selanjutnya harus dibersihkan dari kulit kayu yang masih ada.
Biasanya batangan kayu akan pisahkan dari kulit sehingga membentuk bagian balok.
Pemisahan dari kulit ini dilakukan agar kayu didalammnya tetap terjaga kualitasnya.
Kayu yang belum dipisahkan dari kulitnya akan mudah membusuk, selain itu kayu juga
akan perlu dikeringkan terlebih dahulu.

Balok kayu yang masih mentah biasanya didiamkan beberapa hari agar kadar air
berkurang. Ini bertujuan agar kayu menjadi lebih padat dan keras dan tidak mudah
berjamur dan lapuk. Balok kayu yang masih basah juga akan lebih berat karena
kandungan air didalamnya masih sangat banyak. Selain itu kayu yang masih basah akan
cenderung kasar dan berbulu pada saat pemotongan nantinya.

Pada tahap ini kayu sudah siap untuk dipasarkan. Kayu balokan ini biasanya akan
dibeli oleh para pengusaha kayu yang kemudian harus melewati proses pemotongan
agar kayu berbentuk menjadi papan atau balok yang lebih kecil. Pada dasarnya
pengolahan jati putih tidaklah rumit namun proses yang panjang harus dilalui. Namun
proses yang panjang inilah yang akan menghasilkan kayu dengan kualitas yang sangat
baik. Akan tetapi terdapat banyak faktor lain yang menjadi penyebab penurunan
kualitas kayu jati yang dihasilkan.
Perlu diketahui bahwa dalam menjadikan kayu jati sebagai furnitur, kayu ini perlu
melewati beberapa tahapan terlebih dahulu. Kayu yang baru ditebang dari hutan perlu
dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan. Kemudian, kayu jati tak langsung diolah
untuk menjadi bahan furnitur, melainkan dikeringkan terlebih dulu.

Proses pengeringan sendiri terdapat dua cara. Ada yang menggunakan cara tradisional
dengan memanfaatkan sinar matahari, ada pula metode yang lebih modern dengan
memasukkan kayu ke dalam oven. Semua cara tersebut pada intinya untuk mengurangi
kadar air dalam kayu. Sehingga ketika kayu tersebut masuk pada tahap produksi, kayu
akan mudah diolah dan tidak lembek.
Setelah proses pengeringan selesai, kayu tersebut baru bisa diolah menjadi sebuah
furnitur. Adapun beberapa furnitur yang banyak terbuat dari jati adalah meja, lemari,
tempat tidur, dan lain sebagainya. Dengan bahan kayu solid jenis jati tersebut, barang-
barang itu pastinya akan memiliki nilai artistik yang lebih bagus, dan tentunya juga
akan lebih tahan lama.

B. Kendala Subsistem Onfarm Kayu Jati untuk mebel.

Kendala yang ada dalam subsistem onfarm mebel kayu jati :

1. Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) yang diberlakukan pemerintah dianggap
kontraproduktif dan membuat industri kebel dan kerajinan Indonesia kurang berkembang.

2. Adanya pihak-pihak yang menginginkan dibukanya ekspor log atau kayu gelondongan
dengan berbagai alasan seperti ekspor bahan baku dianggap lebih praktis dan
menguntungkan jika dibandingkan dengan ekspor barang jadi berupa mebel dan kerajinan.

3. Regulasi yang ada juga menimbulkan konsekuensi kenaikan biaya produksi sehingga
menggerus daya saing.

4. Rusaknya pohon jati akibat terkena penyakit Hawar Daun (Blight), busuk batang dan
luka terbuka yang disebabkan oleh jamur (Phytophteras sp).

C. Risiko Subsistem Onfarm Kayu Jati untuk mebel.

1. Modal yang Cukup Besar

Salah satu resiko usaha mebel yaitu modalnya. Pada usaha mebel tidak sedikit biaya
yang dikeluarkan. Modal ini diantaranya untuk membeli bahan, transportasi, dan karyawan.
Jika sudah mempunyai suplai kayu yang banyak maka akan menguntungkan pengusaha.
Namun, tentunya kayu tersebut juga akan habis jika terjual semua.

2. Cara Pemasaran Harus Cerdas

Jika pengusaha tidak cakap dalam berpromosi, mebel ini akan sulit terjual sehingga
mengakibatkan menumpuknya mebel dan mengalami kerusakan. Selain itu arus keuangan
akan berhenti karena tidak ada pemasukan. Hal tersebut bisa menyebabkan kerugian pada
pengusaha mebel dan karyawan juga bisa kehilangan pekerjaan jika mendapatkan
penghasilan.
Oleh karena itu, pengusaha maupun karyawan harus bisa mencari peluang untuk
memasarkan mebel tersebut. Saat ini banyak media untuk melakukan promosi, salah
satunya melalui sosial media. Pengusaha harus memikat calon pelanggan agar tertarik
dengan mebelnya. Selain promosi online, pengusaha juga bisa promosi langsung pada
orang terdekat.

3. Susah dalam Mencari Tempat Usaha


Kasus ini merupakan resiko usaha mebel. Tidak bisa dipungkiri, tempat untuk usaha
mebel sangat sulit ditemukan. Apalagi pengusaha yang tidak memiliki lahan luas.
Pengusaha harus menambah biaya yang cukup banyak untuk mendapatkan tempat usaha
mebel. Ukuran mebel itu yang menyebabkan kebutuhan lahan cukup besar.
Pengusaha mebel harus mencari tempat yang strategis agar bisa memproduksi mebel
dengan mudah. Selain itu, pengusaha mebel sebisa mungkin mencari tempat yang jauh dari
penduduk dan kerumunan. Hal tersebut dilakukan agar tidak mengganggu aktivitas orang
lain.

4. Jenis Kayu yang Susah Didapat

Ketika membuat mebel, karyawan harus memastikan bahwa kayu yang digunakan
dalam memproduksi mebel adalah kayu yang terbaik. Maksudnya terbaik disini adalah
sesuai dengan mebel apa yang akan dibuat. Misalnya, karyawan akan membuat lemari
berarti kayu yang digunakan harus tua dan kokoh.
Selain itu, pembeli biasanya sering memesan kayu sesuai keinginan. Oleh karena itu, sering
pengusaha kesusahan dalam mencari kayu yang sesuai dengan permintaan pembeli.
Terlepas dari permintaan pembeli, pengusaha mebel harus bertanggung jawab dengan jenis
kayu untuk menghasilkan produk yang baik.

5.Mebel sering dimakan rayap

Kasus ini sering terjadi jika mebel tidak laku dijual. Produk mebel biasanya akan
bertumpuk begitu saja sehingga rayap akan memakan mebel tersebut.

D. Upaya-Upaya mengatasi kendala Subsistem Onfarm.

1. Penetapan harga jual produk furniture oleh para pelaku usaha sehingga tidak terjadi
ketimpangan harga jual antar pelaku usaha.
2. Mengutamakan pengambilan tenaga kerja ahli dari dalam wilayah.
3. Selalu mengutamakan kualitas dan kuantitas barang furniture
4. Adanya naungan dari Lembaga keuangan untuk menyediakan permodalan dengan
prosedur permodalan yang sederhana, contohnya koperasi dan bantuan dana dari
pemerintah.
5. Menggunakan internet sebagai media untuk promosi, seperti sosial media Instagram,
facebook dan sebagainya
6. Melakukan kerja sama dengan petani kayu yang sudah berpengalaman dan memiliki
kayu dengan kualitas yang baik.
7. Peningkatan sarana transpotasi dan infrastruktur pemasaran
8. Menggunakan berbagai cara agar kayu tidak dimakan rayap, seperti mengaplikasikan
solar pada kayu, melakukan pengasapan, menggunakan pelapis, merendam kayu di
lumpur, dan merendam di air yang mengalir.
E. Permasalahan dalam Pembiayaan Agribisnis Kayu Jati

▪ Kurangnya modal untuk membudidayakan tanaman pohon jati karena untuk


membudidayakan pohon jati, banyak modal yang harus dikeluarkan, seperti untuk bibit,
lahan, dan alat pertanian.

▪ Kerja sama dengan Lembaga keuangan, seperti bank dan koperasi belum terjalin
dengan baik, sehingga pemanfaatan Lembaga keuangan belum maksimal.

▪ Lembaga keuangan sedikit ragu untuk menanamkan modalnya ke perusahaan karena


masa pembudidayaan pohon jati relative lama.

▪ Modal pembudidayaan pohon jati mahal, seperti alat-alat untuk menebang pohon jati.

▪ Minimnya informasi yang diterima petani pohon jati akan pengaruh dan keuntungan
dari Lembaga keuangan.

F. Pembiayaan yang dibutuhkan untuk modal dan investasi kayu jati untuk mabel.
Biaya yang diperlukan untuk kayu mabel meliputi :

Biaya investasi serta Biaya operasional

Pertama dan yang paling utama, perhatikan biaya yang harus Anda keluarkan untuk
membuat mebel. Biaya ini sangat tergantung pada jumlah, jenis, dan kualitas material pokok
tersebut. Dan untuk menentukan ketiga aspek itu, ada baiknya Anda mengamati karakter target
pasar Anda. Sebagai contoh, bila target Anda adalah anak kost, maka sebaiknya gunakan bahan
kayu yang lebih simple dan cocok digunakan di rumah indekos yang tidak luas.

Pilih kayu dari jenis yang bukan kayu unggulan. Anda tak perlu buang-buang uang
banyak untuk membeli jati. Untuk mahasiswa, kayu sengon dan kayu-kayu murah pun cukup
karena produk yang biasanya dibuat adalah meja belajar kecil, rak kecil, dan sejenisnya.

Beda bila misalnya, sasaran Anda adalah kelas menengah atas urban yang kebanyakan PNS
dan pegawai swasta yang sudah mapan. Untuk pasar seperti ini, tentu saja Anda perlu dukungan
kayu-kayu populer seperti jati. Agar mebel makin menawan, gunakan juga tambahan aksen
natural fiber seperti rotan. Seberapa besar biaya untuk komponen ini sangat tergantung pada
karakter pasar yang Anda sasar.

1. Harga Bahan Finishing


Komponen kedua yang harus Anda perhatikan saat menghitung modal usaha mebel
adalah harga bahan finishing. Finishing sendiri bisa berupa , Finishing cat hingga pernis ,
Finishing tempel berupa veneer, HPL, PVC, dan pelapis-pelapis lainnya. Sama seperti poin
pertama, biaya yang harus dikeluarkan untuk komponen ini juga tergantung pada Anda sendiri.
Contoh, untuk pasar mebel high end, biasanya orang menyukai finishing dengan tampilan yang
tak biasa seperti dengan efek charcoal, white wash, patina, dan sejenisnya. Oleh sebab itu,
gunakanlah cat. Jenis cat yang dipakai sendiri pastinya lebih banyak dibanding bila finishing
hanya dilakukan dengan tampilan natural biasa saja.

2. Harga Produk Pengawet Kayu


Berikutnya, perhatikan juga biaya yang harus dikeluarkan untuk bahan pengawet kayu.
Dewasa ini, penggunakan bahan pengawet sudah menjadi hal yang primer atau harus
dilakukan. Sejak kayu ditebang sampai sebelum kayu difinish, dibutuhkan produk preservasi
kayu yang bagus.

3. Harga Lem Kayu


Bahan perekat atau lem kayu juga perlu Anda masukkan ke dalam daftar bahan yang harus
dibeli. Lem berfungsi untuk menyambungkan rangka mebel terkait. Bagi Anda yang
menggunakan kayu olahan dan veneer atau HPL, lem juga dibutuhkan untuk aplikasi finishing
tersebut.

Saat memilih lem, perhatikanlah beberapa hal di bawah ini selain harganya:

✓ Daya rekat lem


✓ Ketahanan lem pada berbagai faktor yang bisa menyebabkan kerusakan
✓ Efek lem pada estetika terutama menyangkut glue line
✓ Keamanan lem, baik pada kesehatan ataupun pada lingkungan
✓ Boros dan tidaknya lem
✓ Kecepatan kering lem
✓ Mudah dan tidaknya lem digunakan
✓ Harga Peralatan Woodworking Profesional
✓ Selain berbagai bahan yang dibutuhkan di atas, Anda juga perlu memperhatikan harga
berbagai peralatan untuk mengolah kayu menjadi mebel. Jenis peralatannya sendiri
sangat banyak, antara lain gergaji, table saw, trimmer, pukul, paku, bor, dan lain
sebagainya. Makin canggih alat yang Anda beli tentu saja harganya juga semakin
mahal. Konsumsi listrik pun akan semakin besar.

4. Upah untuk Karyawan Anda (Opsional dalam Perhitungan Modal Usaha Mebel)
Yang tak kalah penting, Anda juga perlu memperhatikan upah untuk karyawan, bila pada
proses usaha ini pun sejak awal Anda sudah ingin menyewa tenaga kerja tukang. Anda harus
memperhatikan biaya upah ini sebab ini sangat krusial. Jangan sampai mengabaikan faktor
upah karyawan dan bermaksud menggaji mereka bila Anda sudah mendapatkan keuntungan.
Selain tidak adil, hal tersebut juga bisa menjadi masalah di kemudian hari. Bekerjalah dengan
orang lain secara profesional.

5. Biaya Sewa Tempat


Rincian berikutnya adalah biaya sewa tempat. Ini juga sangat krusial dan harus
diperhatikan saat Anda menghitung perkiraan modal usaha mebel yang hendak dibangun.
Penyewaan tempat ini pun bisa digunakan untuk hal yang berbeda. Yang pertama untuk
memajang atau menjual produk Anda, dan yang kedua sebagai tempat untuk produksi mebel.
Tak jarang, juga dibutuhkan tempat untuk gudang penyimpanan.

Khusus untuk penjualan, sudah pasti posisi lahan harus strategis. Kalau kurang strategis
bisa jadi produk Anda akan kurang laku. Namun untuk mendapatkan lahan strategis, Anda
harus sedia uang lebih banyak. Jadi, pertimbangkanlah masak-masak untuk hal-hal seperti ini.
Sesuaikan dengan kapasitas dan juga kebutuhan Anda dalam membangus bisnis furniture
tersebut.

6. Biaya Listrik
Biaya listrik juga tak bisa dikesampingkan saat Anda menghitung modal usaha mebel.
Biaya listrik yang dimaksud jelas bukan hanya biaya untuk lampu atau penerang saja. Sebab
banyak alat woodworking yang menggunakan listrik untuk bisa bekerja.

7. Biaya Promosi

Terakhir, Anda juga tak bisa abai pada perlunya pengeluaran untuk promosi. Apalagi bila
tempat di mana Anda mendirikan usaha sudah ramai dengan pengusaha mebel yang lain. Anda
perlu memperkenalkan usaha tersebut terlebih dahulu. Cara promosinya sendiri bisa beragam.
Anda bisa menggunakan pamflet sampai merambah dunia online.

8. Total Modal Usaha Mebel


Pada akhirnya, bisa dikatakan bahwa modal yang harus dikeluarkan untuk mendirikan
usaha ini sangat tergantung pada Anda dan pilihan target pasar Anda. Untuk usaha yang kecil
dengan produk mebel murah, Anda mungkin bisa memulai dengan biaya hanya di bawah 25
juta saja. Namun untuk usaha yang lebih besar dengan produk yang lebih mahal, biayanya bisa
lebih dari 50 juta.
BAB III
PENUTUPAN

● Kesimpulan

Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Subsistem Onfarm kayu mebel yaitu
untuk mengetahui kondisi kayu mebel mulai dari pemilihan kayu yang tepat hingga pengolahan
kayu jati agar siap Pakai. Usaha yang cukup klasik dalam dunia usaha kecil apalagi yang non
formal seperti yang akan adalah modal. Modal/ biaya yang diperlukan untuk kayu mabel
meliput biaya investasi serta biaya operasional.

Selain modal sebagai kendala utama dalam pengembangan bisnis mebel ini, yaitu sangat
susah memperoleh bahan baku karena usaha mebel ini berbahan baku kayu jati, maka
sangatlah sulit mendapatkan kayu jati dengan kualitas yang bagus dan harga terjangkau. . Tapi
masalah itu dapat diatasi dengan banyak hal contoh nya Mengutamakan pengambilan tenaga
kerja ahli dari dalam wilayah, Selalu mengutamakan kualitas dan kuantitas barang furniture
dan juga adanya naungan dari Lembaga keuangan untuk menyediakan permodalan dengan
prosedur permodalan yang sederhana, contohnya koperasi dan bantuan dana dari pemerintah.

● Saran
Jenis usaha mebel ini perlu terus dikembangkan, agar dapat lebih maju dan
dapat berbadan hukum supaya lebih mudah dalam melakukan peminjaman uang pada
pihak bank sebagai tambahan modal. Usaha ini juga bisa menjadi salah satu usaha yang
meningkatkan perekonomian di Indonesia melalui jalus bisnis usaha kecil.

Anda mungkin juga menyukai