Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Hutan Tropika e-ISSN: 2656-9736 / p-ISSN: 1693-7643

Vol. 17 No. 1 / Juni 2022 Hal. 40-50


https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JHT Akreditasi Menristek/Kep.BRIN No.148/M/KPT/2020

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA PAPAN LAMINASI


KAYU SENGON
(Physical and Mechanical Properties of Laminate Boards Sengon Wood)

Febriana Tri Wulandari1, Radjali Amin2


1
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Mataram
2
Pasca Sarjana Institute Teknologi Yogyakarta
* E-mail: febriana.wulandari@unram.ac.id

Diterima : 25 Februari 2022


Direvisi : 06 Maret 2022
Disetujui : 02 April 2022

ABSTRACT

Keuntungan pembuatan papan laminasi antara lain mampu mereduksi cacat-cacat kayu,
efisiensi pemanfaatan bahan baku kayu, memiliki nilai estetika dan mudah dalam
perawatan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kenaikan kelas
kuat setelah kayu sengon dibuat menjadi papan laminasi dengan menguji sifat fisika dan
mekanikanya. Metode yang digunakan metode eksperimen; Berat labur perekat tidak
berpengaruh nyata pada semua pengujian sifat fisika dan mekanika papan laminasi kayu
sengon kecuali pada pengujian kadar air dan kerapatan. Semua nilai pengujian sifat
fisika papan laminasi kayu sengon telah memenuhi standar SNI 03-2105-2006 dan JAS
234-2007 (JSA 2007) kecuali pada pengujian penyusutan tebal. Sifat mekanika tidak
memenuhi standar JAS 234-2007. Berdasarkan nilai berat jenis, MoE dan MoR maka
papan laminasi kayu sengon masuk dalam kelas kuat IV. Berdasarkan hal tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa kayu sengon tidak mengalami peningkatan kekuatan kayu
setelah dibuat papan laminasi sehingga hanya dapat digunakan untuk konstruksi
bangunan ringan, kerajinan dan meubel.

Kata kunci (Keywords): Sifat fisika, sifat mekanika, papan laminasi, kayu sengon.

PENDAHULUAN Kegiatan penebangan secara ilegal dan


Bahan baku kayu terutama yang terjadinya kebakaran hutan mampu
berasal dari hutan alam jumlahnya menyusutkan ruang hijau sebanyak 40%
semakin terbatas untuk keperluan dengan laju deforestasi hutan Indonesia
berbagai industri pengolahan kayu. mencapai 61.037.595 ha pada tahun 2011
Menurut Kementerian Kehutanan (2012) (Kementerian Kehutanan, 2012).
penggunaan kayu oleh industri primer Hal ini mendorong pemerintah untuk
pada tahun 2005 sekitar 37,9 juta m³ dan mulai mengembangkan jenis-jenis kayu
pada tahun 2014 meningkat menjadi 60,3 cepat tumbuh (fast growing) sebagai
juta m³. Sedangkan ketersediaan bahan salah satu solusi untuk untuk memenuhi
baku yang ada di hutan alam terus pasokan kebutuhan kayu. Salah satu
berkurang potensinya, ditambah lagi jenis kayu cepat tumbuh adalah kayu
kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia sengon (Paraserianthes falcataria).
cukup mengkhawatirkan banyak pihak. Pohon sengon bisa mencapai ketinggian

© Jurnal Hutan Tropika – All right reserved 40


Sifat Fisika dan Mekanika Papan Laminasi Kayu Sengon
(Febriana Tri Wulandari, Radjali Amin)

30 sampai 45 cm dengan diameter batang METODOLOGI PENELITIAN


bisa mencapai 70 sampai 80 cm. Tekstur Penelitian ini menggunakan metode
kayu sengon agak halus sampai kasar dan eksperimen yaitu suatu percobaan yang
setelah digergaji permukaan kayu sengon dilakukan untuk membuktikan suatu
berserabut. Kayu sengon sebagai bahan hipotesis (Hanafiah, 2016).
konstruksi memiliki beberapa kelemahan
yaitu berat jenisnya 0,33 masuk dalam Tempat dan Waktu Penelitian
berat jenis ringan (0,29- 0,56) dengan Penelitian ini akan dilakukan di
kelas kuat III-IV. Berdasarkan Laboratorium Teknologi Hasil Hutan
kelemahan tersebut maka kayu sengon Program Studi Kehutanan Universitas
tidak layak digunakan sebagai bahan Mataram untuk uji fisika, sedangkan
kontruksi karena masuk dalam kelas kuat untuk uji mekanika dilakukan di
yang rendah (Iskandar, 2006). Laboratorium Struktur dan Bahan
Untuk meningkatkan kekuatan kayu Fakultas Teknik Sipil Universitas
sengon dengan cara membuat kayu Mataram. Waktu penelitian
sengon menjadi papan laminasi dilaksanakan pada bulan April sampai
(laminated board). Menurut Wulandari, Desember 2021.
F.T (2015) papan laminasi adalah papan
yang dibuat dari potongan-potongan Alat dan Bahan Penelitian
kayu yang direkatkan menggunakan Alat-alat yang digunakan dalam
perekat dan dikempa menjadi bentuk penelitian ini adala clemping (alat kempa
papan yang ukurannya dapat disesuaikan dingin) berfungsi untuk pengempaan
dengan kebutuhan. Keuntungan dari papan lamina agar benda yang direkat
pembuatan papan laminasi antara lain dengan perekat dapat saling berekatan
mampu mereduksi cacat-cacat kayu, dan memperkuat perekatan. Alat pelabur
efisiensi pemanfaatan bahan baku kayu, perekat/ kuas berfungsi untuk mengoles
memiliki nilai estetika dan mudah dalam atau meleburkan perekat pada sortimen
perawatan karena dapat diawetkan kayu yang akan disambung. Timbangan
dahulu atau diberi bahan fire retardant digital berfungsi untuk menimbang berat
(Purwanto, 2011). Beberapa penelitian dan kadar air kayu. Desikator berfungsi
tentang papan laminasi dari kayu bayur, untuk menormalkan contoh uji kayu.
jati putih dan limbah kayu campuran Oven berfungsi untuk mengeringkan
menunjukan peningkatan kenaikan contoh uji kayu. Kaliper berfungsi untuk
kekuatan setelah dibuat menjadi papan mengukur dimensi contoh uji kayu.
laminasi (Wulandari, et al , 2021). Meteran berfungsi untuk mengukur
Tujuan penelitian ini untuk panjang kayu sesuai ukuran. Mesin serut
mengetahui apakah terdapat kenaikan (planner) berfungsi menyerutkan kayu
kelas kuat setelah kayu sengon dibuat agar permukaan kayu menjadi halus.
menjadi papan laminasi dengan menguji Mesin pemotong berfungsi untuk
sifat fisika dan mekanikanya. memotong kayu menjadi sortimen-
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat sortimen kayu sesuai ukuran. Alat
memberikan informasi karateristik papan pengujian mekanika yaitu ADVANTEST
laminasi kayu sengon sehingga dapat 9 kapasitas 300 kN yang dihubungkan
dimanfaatkan lebih lanjut sebagai dengan komputer untuk pembacaan
alternatif pengganti kayu solid. beban.

© Jurnal Hutan Tropika – All right reserved 41


Jurnal Hutan Tropika e-ISSN: 2656-9736 / p-ISSN: 1693-7643
Vol. 17 No. 1 / Juni 2022 Hal. 40-50
https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JHT Akreditasi Menristek/Kep.BRIN No.148/M/KPT/2020

Bahan-bahan yang digunakan dalam sortimen kayu. Pembuatan sortimen kayu


penelitian ini adalah lem PVAC (merk dengan menggunakan mesin gergaji
Rajawali) dengan berat labur 200 g/ cm³. pemotong dengan ukuran sortimenyang
Lem yang digunakan menggunakan telah ditentukan. Pengamplasan
rumus gram pick up yaitu: dilakukan kembali pada sortimen kayu
sampai kayu menjadi halus supaya
𝑆. 𝐴 200. (120 𝑥 5) permukaannya menjadi rata dan
GPU = 2048,3 = = 58,58 g.
2048,3 memudahkan dalam proses perekatan.
Sortimen kayu dioven pada suhu 60°C
Sortimen kayu sengon dengan selama 2 hari 24 jam untuk
ukuran tebal 5 cm dengan lebar 5 cm dan menyeragamkan kadar air pada masing-
panjang 30 cm dan 40 cm. Ukuran papan masing sortimen kayu.
lamina (tebal x lebar x panjang) yang
dibuat serta jumlahnya adalah 5 cm x 15 b. Perakitan Papan Lamina
cm x 120 cm sebanyak 6 buah. Perakitan papan laminasi meliputi
langkah-langkah sebagai berikut:
Rancangan Percobaan sortimen kayu yang sudah seragam kadar
Rancangan penelitian yang airnya dilakukan pelaburan perekat
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan perekat PVAC yang
Rancangan Acak Lengkap (RAL) non mudah dicari di pasaran dan yang sudah
faktorial. Terdapat 2 perlakuan yaitu umum dipakai oleh masyarakat dengan
berat labur 150 g/ m² (B1) dan berat labur merk dagang lem Rajawali. Sortimen
200 g/ m² (B2). Setiap perlakuan kayu yang sudah siap selanjutnya
memiliki tiga ulangan sehingga total dilakukan pengkombinasian jenis kayu
terdapat 6 contoh uji ditampilkan pada yang akan direkatkan. Pengkleman atau
tabel 1. pengempaan dingin dilakukan setelah
proses pengeleman dan penyambungan
Tabel 1. Tabulasi Rancangan Percobaan agar sortimen kayu dan perekat dapat
Ulangan (U)
Perlakuan
1 2 3
merekat dengan menggunakan alat
B1 B1U1 B1U2 B1U3 pengkleman yang sudah dibuat dan
B2 B2U1 B2U2 B2U3 dikempa selama 24 jam dengan tekanan
Keterangan: kempa sebesar 20 N.m (Widyawati,
B1 = berat labur 150 g/ m² 2010).
B2 = berat labur 200 g/ m²
U1 = ulangan 1 c. Pengkondisian
U2 = ulangan 2 Pengkondisian meliputi langkah-
U3 = ulangan 3 langkah sebagai berikut: setelah
perakitan sortimen-sortimen kayu
Prosedur Penelitian menjadi papan lamina selesai, kemudian
a. Persiapan Bahan Baku dilakukan pengkondisian. Papan yang
Limbah potongan kayu dengan akan dijadikan sebagai contoh uji
memilih potongan kayu yang ukurannya disimpan di dalam ruangan konstan
panjang sesuai yang dibutuhkan. selama kurang lebih satu minggu untuk
Penyerutan bahan baku dilakukan menyeragamkan kadar air dalam kayu
terlebih dahulu sebelum pembuatan (Herawati, Massijaya & Nugroho 2008 ).
© Jurnal Hutan Tropika – All right reserved 42
Sifat Fisika dan Mekanika Papan Laminasi Kayu Sengon
(Febriana Tri Wulandari, Radjali Amin)

papan laminasi dipengaruhi oleh kadar


d. Pembuatan Contoh Uji air dan kerapatan serat bahan
Balok laminasi yang telah jadi, pembentuknya (Sari, 2011).
dipotong untuk dibuat contoh pengujian Nilai rata-rata kadar air papan
sifat fisika dan mekanika. Adapun hasil laminasi kayu sengon pada Tabel 2.
pemotongan contoh uji papan seperti sebesar 10,773%. dengan nilai kisaran
pada Gambar 1. antara 9,527%–12,072%.

Tabel 2. Nilai Rata-rata Kadar Air papan


laminasi Sengon (%)
Ulangan
Perlakuan Rata-Rata
1 2 3
B1 9,527 10,025 10,453 10,002
B2 11,743 12,072 10,819 11,545
Gambar 1. Pola Pemotongan Contoh Uji Rata-Rata 10,773
Keterangan:
Keterangan: B1 = Berat labur 150 g/ m²
1. Contoh uji kerapatan dan kadar air B2 = Berat labur 200 g/ m²
(4 cm x 4 cm x 3 cm)
2. Contoh uji perubahan dimensi Nilai rata-rata kadar air papan
(4 cm x 4 cm x 3 cm) laminasi kayu sengon nilainya lebih
3. Contoh uji MOE dan MOR rendah bila dibandingkan dengan
(45 cm x 4 cm x 3 cm) penelitian yang dilakukan oleh
Gusmawati (2018) yaitu sebesar
e. Parameter Pengujian 12,092%. Kadar air papan laminasi
Sifat fisika dan mekanika balok dipengaruhi oleh kadar air lamina
laminasi diuji menurut JAS 234-2007 penyusunannya dan kondisi
untuk kayu laminasi lem (JSA 2007). lingkungannya. Air dalam kayu
Pengujian yang dilakukan adalah mempengaruhi kedalaman penetrasi
pengujian fisika (kadar air, kerapatan, perekat dalam waktu pematangan perekat
perubahan dimensi) dan mekanika (MoE cair. Dalam penggabungannya, air yang
dan MoR). banyak terdapat pada kayu akan
menghambat ikatan dari cairan perekat.
f. Analisis Data Pada umumnya ikatan perekat yang baik
Data yang diperoleh, dilakukan terjadi pada lamina dengan tingkat kadar
analisis keragaman (ANOVA) untuk air 6-14% (Ruhendi, 2007). Perbedaan
mengetahui apakah hasilnya berbeda kadar air antara lamina yang saling
nyata atau tidak dengan menggunakan bersebelahan tidak boleh melebihi 5%.
program SPSS16 pada taraf signifikan 5 Hal ini dilakukan agar distribusi kadar air
%. merata sehingga menghindari tekanan
akibat penyusutan dan pengembangan
HASIL DAN PEMBAHASAN yang menyebabkan kerusakan pada
sambungan(Hadjib, 2015). Nilai kadar
Kadar Air
air papan laminasi kayu sengon telah
Menurut Kasmudjo (2001) kadar air
memenuhi standar JAS 234:2003 yaitu
adalah banyaknya air yang terkandung
kurang dari 15%.
dalam kayu atau produk kayu dinyatakan
sebagai kandungan air. Pembuatan
© Jurnal Hutan Tropika – All right reserved 43
Jurnal Hutan Tropika e-ISSN: 2656-9736 / p-ISSN: 1693-7643
Vol. 17 No. 1 / Juni 2022 Hal. 40-50
https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JHT Akreditasi Menristek/Kep.BRIN No.148/M/KPT/2020

Tabel 3. Hasil ANOVA Kadar Air papan


laminasi Sengon
Kuadrat
Sumber Jumlah
db Rata- Fhit. Sig.
Keragaman Kuadrat
rata
Perlakuan 3,571 1 3,571 11,223 0,029
Galat 1,273 4 0,318
Total 4,844 5
Koreksi

Berdasarkan hasil uji analisis


keragaman pada Tabel 3. menunjukkan
bahwa perlakuan berpengaruh nyata
Keterangan:
terhadap nilai kadar air papan yang B1 = Berat labur 150 g/ m²
ditandai dengan nilai signifikansi B2 = Berat labur 200 g/ m²

perlakuan 0,029 sehingga perlu


Gambar 2. Hasil Uji Lanjut DMRT
dilakukan uji lanjut DMRT untuk
Perlakuan Berat Labur Papan Laminasi
mengetahui perbedaan antar perlakuan.
Hasil uji lanjut DMRT disajikan pada
Kerapatan
Gambar 2.
Kerapatan didefinisikan sebagai
Pada Gambar 2. dapat dilihat hanya
perbandingan massa suatu bahan
ada dua kelompok dari perlakuan berat
terhadap satuan volumenya (Purwanto,
labur sehingga dapat dilihat perbedaan
2011). Nilai rata-rata kerapatan papan
yang signifikan dari dua kelompok
laminasi kayu sengon pada Tabel 4
tersebut. Pada gambar tersebut perlakuan
sebesar 0,317 g/ cm³ dengan nilai kisaran
dengan berat labur 150 g/ m² (B1)
antara 0,277–0,352 g/ cm³.
memiliki nilai yang lebih kecil
dibandingkan dengan nilai perlakuan
Tabel 4. Nilai Rata-rata Kerapatan papan
dengan berat labur 200 g/ m² (B2). Salah
laminasi Sengon (g/ cm³)
satu faktor yang menentukan perbedaan Ulangan
Perlakuan Rata-Rata
kadar air suatu produk laminasi adalah 1 2 3
B1 0,352 0,330 0,341 0,341
berat jenis, jumlah lapisan laminasi, berat B2 0,301 0,303 0,277 0,294
labur, kandungan air perekat dan Rata-Rata 0,317
prosedur yang digunakan dalam proses Keterangan:
perekatan (Purwanto, 2011). Nilai kadar B1 = Berat labur 150 g/ m²
juga berpengaruh terhadap kekuatan B2 = Berat labur 200 g/ m²
mekanika dimana semakin rendah kadar
air akan meningkatkan kekuatan Nilai rata-rata kerapatan papan
mekanikanya (Wulandari, 2013). laminasi kayu sengon bila dibandingkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Risnasari et al (2012) mengenai
karakteristik balok laminasi dari batang
kelapa (Cocos macnifera L) dan kayu
kemiri (Aleurites moluccana Wild)
dengan nilai rata-rata kerapatan 0,68 g/
cm³ termasuk lebih rendah.

© Jurnal Hutan Tropika – All right reserved 44


Sifat Fisika dan Mekanika Papan Laminasi Kayu Sengon
(Febriana Tri Wulandari, Radjali Amin)

Berdasarkan hasil uji analisis bahwa semakin tinggi berat labur perekat
keragaman pada Tabel 5 menunjukkan maka berat jenis papan akan meningkat
bahwa perlakuan berpengaruh nyata karena bahan perekat yang masuk
terhadap nilai kerapatan papan laminasi kedalam permukaan papan laminasi
yang ditandai dengan nilai signifikansi semakin tinggi dimana kekuatan rekatan
perlakuan 0,010 sehingga uji lanjut dapat dijadikan sebagai tolak ukur
DMRT perlu dilakukan untuk keberhasilan hasil produksi laminasi.
mengetahui perbedaan antar perlakuan. Berat labur untuk mengetahui jumlah
Hasil uji lanjut DMRT disajikan pada perekat terlabur optimum (Malik dan
Gambar 3. Santoso, 2005)

Tabel 5. Hasil ANOVA Kerapatan papan Pengembangan Tebal


laminasi Sengon Menurut Ginting (2012)
Kuadrat menyatakan bahwa perubahan dimensi
Sumber Jumlah
db Rata- Fhit. Sig.
Keragaman Kuadrat menunjukan adanya perubahan kadar air
rata
Perlakuan 0,003 1 0,003 21,084 0,010 dalam kayu karena kemampuan dinding
Galat 0,001 4 0,000
Total 0,004 5 sel kayu untuk mengikat air karena
Koreksi perbedaan kerapatan kayu.

Tabel 6. Nilai Rata-rata Pengembangan


Tebal Papan Laminasi Sengon (%)
Ulangan
Perlakuan Rata-rata
1 2 3
B1 2,307 2,267 2,018 2,197
B2 2,620 1,264 4,133 2,672
Rata-Rata 2,435
Keterangan:
B1 = Berat labur 150 g/ m²
B2 = Berat labur 200 g/ m²

Nilai rata-rata pengembangan tebal


Keterangan: papan laminasi kayu sengon pada Tabel
B1 = Berat labur 150 g/ m² 6 sebesar 2,435 % dengan nilai kisaran
B2 = Berat labur 200 g/ m²
antara 1,264–4,133% g/cm³. Nilai rata-
rata pengembangan tebal papan laminasi
Gambar 3. Hasil Uji Lanjut DMRT
kayu sengon bila dibandingkan dengan
Perlakuan Berat Labur Papan Laminasi
penelitian yang dilakukan Islamiyati
(2021) tentang papan laminasi dari kayu
Pada Gambar 3 dapat dilihat hanya
rajumas dengan nilai sebesar 1,707%
ada dua kelompok dari perlakuan berat
termasuk lebih tinggi tetapi lebih kecil
labur sehingga dapat dilihat perbedaan
dibandingkan dengan penelitian Rinasari
yang signifikan dari dua kelompok
et. al., (2012) mengenai Karakteristik
tersebut. Pada gambar tersebut perlakuan
Balok Laminasi dari Batang Kelapa dan
dengan berat labur 150 g/ m² (B1)
Kayu Kemiri yang memperoleh nilai
memiliki nilai yang lebih besar rata-rata 1,59 %. Hal tersebut terjadi
dibandingkan dengan nilai perlakuan karena perbedaan perlakuan serta
dengan berat labur 150 g/ m² (B2). perbedaan bahan baku yang digunakan
Menurut Darwis (2010) menyatakan
© Jurnal Hutan Tropika – All right reserved 45
Jurnal Hutan Tropika e-ISSN: 2656-9736 / p-ISSN: 1693-7643
Vol. 17 No. 1 / Juni 2022 Hal. 40-50
https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JHT Akreditasi Menristek/Kep.BRIN No.148/M/KPT/2020

dalam penelitian. Perubahan dimensi 5,910 %. Berdasarkan Standar SNI 03-


(termasuk pengembangan kayu) 2105-2006 nilai penyusutan tebal papan
menandai adanya perubahan kadar air laminasi kayu bayur tidak memenuhi
dalam kayu karena kemampuan dinding standar (6,5% – 9,5 %).
sel kayu untuk mengikat air yang
disebabkan oleh perbedaan kerapatan Tabel 8. Nilai Rata-rata Penyusutan
kayu dimana kerapatan dan berat jenis Tebal papan laminasi Sengon (%)
kayu bervariasi antara berbagai jenis Ulangan
Perlakuan Rata-rata
1 2 3
pohon dan diantara pohon dari jenis yang B1 2,739 2,967 3,339 3,015
sama (Herawati et al, 2008). Nilai papan B2 2,527 2,705 2,968 2,733
Rata-Rata 2,874
laminasi kayu sengon telah memenuhi
Keterangan:
standar JAS 234-2007 (JSA 2007) yang
B1 = Berat labur 150 g/ m²
mensyaratkan nilai pengembangan tebal
B2 = Berat labur 200 g/ m²
≤ 20%.
Tabel 9. Hasil ANOVA Penyusutan
Tabel 7. Hasil ANOVA Pengembangan
Tebal Papan Laminasi Sengon
Tebal Papan Laminasi Sengon Kuadrat
Kuadrat Sumber Jumlah
Sumber Jumlah db Rata- Fhit. Sig.
db Rata- Fhit. Sig. keragaman Kuadrat
Keragaman Kuadrat rata
rata Perlakuan 0,119 1 0,119 0,119 1
Perlakuan 0,338 1 0,338 0,325 0,599 Galat 0,282 4 0,071 0,282 4
Galat 4,170 4 1,043 Total 0,401 5
Total 4,508 5 Koreksi
Koreksi

Hasil uji analisis keragaman pada


Hasil uji analisis keragaman pada
Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan
Tabel 7. menunjukkan bahwa perlakuan
tidak berpengaruh nyata terhadap
tidak berpengaruh nyata terhadap
penyusutan tebal laminated board yang
pengembangan tebal papan laminasi
ditandai dengan nilai signifikansi 0,264
kayu sengon yang ditandai dengan nilai
sehingga uji lanjut DMRT tidak perlu
signifikansi 0,599 sehingga uji lanjut
dilakukan untuk mengetahui perbedaan
DMRT tidak perlu dilakukan untuk
antar perlakuan. Perlakuan yang
mengetahui perbedaan antar perlakuan.
diberikan tidak memiliki pengaruh yang
nyata terhadap penyusutan tebal papan
Penyusutan Tebal
laminasi karena selama proses
Tidak seimbangnya kadar air dapat
pengeringan dimensi kayu dapat
menyebabkan terjadinya proses kembang
berkurang atau menyusut seiring dengan
susut yang sangat berpengaruh terhadap
menurunnya kadar air kayu (Basri et al,
kualitas kayu (Kasmudjo, 2010). Nilai
2009). Sehingga penyusutan tebal tidak
rata-rata penyusutan tebal papan laminasi
begitu terlihat nyata ketika pengujian
kayu sengon pada Tabel 8 sebesar 2,874
dilakukan. Berat labur tidak berpengaruh
% dengan nilai kisaran antara 1,264–
nyata terhadap penyusutan tebal papan
4,133% gram/cm3. Nilai rata-rata
laminasi kayu sengon karena papan
penyusutan tebal papan laminasi kayu
laminasi terbuat dari satu jenis kayu
sengon lebih rendah bila dibandingkan
sehingga sifat fisika cenderung sama
dengan nilai penyusutan tebal pada
penelitian Islamiyati (2021) sebesar
© Jurnal Hutan Tropika – All right reserved 46
Sifat Fisika dan Mekanika Papan Laminasi Kayu Sengon
(Febriana Tri Wulandari, Radjali Amin)

Modulus of Elasticity pada permukaan papan laminasi yang


Modulus Elastisitas (MOE) adalah akan menyebabkan pelemahan ikatan
ukuran ketahanan balok laminasi perekat dengan kayu. Proses
menahan beban dalam batas proporsi pengempaan yang dilakukan sangat
(sebelum patah). Sifat ini sangat penting mempengaruhi kualitas perekatan papan
jika balok laminasi digunakan sebagai laminasi (Rachmad, 2013). Berdasarkan
bahan kontruksi (Iwan et al., 2012). standar JAS 234:2007 yang
mensyaratkan nilai MoE minimal 75.000
kgf/cm2 maka MoE papan laminasi kayu
sengon belum memenuhi standar.
Tabel 10. Nilai Rata-rata Modulus of Elasticity papan laminasi Sengon (kgf/cm2)
Ulangan
Perlakuan Rata-rata
1 2 3
B1 12672,103 25608,681 18399,173 18893,319
B2 22202,722 24017,838 23301,302 23173,954
Rata-Rata 21033,636
Keterangan:
B1 = Berat labur 150 g/ m²
B2 = Berat labur 200 g/ m²

Tabel 11. Hasil ANOVA Modulus of Elasticity Papan Laminasi Sengon


Sumber keragaman Jumlah Kuadrat db Kuadrat Rata-rata Fhit. Sig.
Perlakuan 27485755,803 1 27485755,803 1,283 0,321
Galat 85715441,737 4 21428860,434
Total Koreksi 113201197,540 5

Pada Tabel 10 dapat dilihat nilai Hasil uji analisis keragaman pada
rata-rata MoE papan laminasi kayu Tabel 11. menunjukkan bahwa perlakuan
sengon sebesar 21033,636 kgf/cm². Nilai tidak berpengaruh nyata terhadap MoE
tertinggi MoE papan laminasi kayu papan laminasi kayu sengon yang
sengon tertinggi pada berat labur B2 dan ditandai dengan nilai signifikansi 0,321
yang terendah pada B1. Nilai rata-rata sehingga uji lanjut DMRT tidak perlu
papan laminasi kayu sengon bila dilakukan untuk mengetahui perbedaan
dibandingkan dengan penelitian yang antar perlakuan.
dilakukan Rahmawati (2021) dengan
menggunakan limbah kayu campuran Modulus of Rupture
nilainya lebih rendah dimana nilai rata- Modulus patah (MoR) merupakan
rata papan laminasi dari kayu campuran salah satu sifat mekanika kayu yang
sebesar 49889,111 kgf/cm². Menurut menunjukkan kekuatan kayu dalam
(Malik dan Santoso, 2005) semakin menahan beban yang bekerja padanya
banyak lapisan maka nilai MoE papan (Anshari, 2006).
laminasi yang dihasilkan akan semakin
menurun karena semakin banyaknya
lapisan maka akan banyak terdapat celah

© Jurnal Hutan Tropika – All right reserved 47


Jurnal Hutan Tropika e-ISSN: 2656-9736 / p-ISSN: 1693-7643
Vol. 17 No. 1 / Juni 2022 Hal. 40-50
https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JHT Akreditasi Menristek/Kep.BRIN No.148/M/KPT/2020

Tabel 12. Nilai Rata-rata Modulus of mensyaratkan nilai MoR minimal 300
Rupture papan laminasi Sengon kg/cm² maka papan laminasi kayu
(kgf/cm2) sengon belum memenuhi standar
Ulangan Hasil uji analisis keragaman pada
Perlakuan Rata-rata
1 2 3
B1 330,090 378,267 209,099 305,819 Tabel 13. menunjukkan bahwa perlakuan
B2 183,915 276,487 232,625 231,009 tidak berpengaruh nyata terhadap MoR
Rata-Rata 268,414
laminated board yang ditandai dengan
Keterangan:
nilai signifikansi 0,259 sehingga uji
B1 = Berat labur 150 g/ m²
lanjut DMRT tidak perlu dilakukan untuk
B2 = Berat labur 200 g/ m²
mengetahui perbedaan antar perlakuan.

Tabel 13. Hasil ANOVA Modulus of Rupture papan laminasi Sengon


Sumber
Jumlah Kuadrat db Kuadrat Rata-rata Fhit. Sig.
keragaman
Perlakuan 8394,739 1 8394,739 1,724 0,259
Galat 19481,265 4 4870,316
Total Koreksi 27876,004 5

Nilai rata-rata MoR papan laminasi KESIMPULAN DAN SARAN


kayu sengon sebesar 268,414 kgf/cm2.
Nilai tertinggi pada berat labur B1 dan Kesimpulan
terendah pada B2. Nilai rata-rata papan Berat labur perekat tidak
laminasi kayu sengon lebih rendah berpengaruh nyata pada semua pengujian
nilainya dibandingkan dengan penelitian sifat fisika dan mekanika papan laminasi
yang dilakukan Wulandari F.T (2021) kayu sengon kecuali pada pengujian
tentang papan laminasi kayu bayur yaitu kadar air dan kerapatan. Semua nilai
sebesar 446,002 kgf/cm2. Perbedaan pengujian sifat fisika papan laminasi
nilai papan laminasi disebabkan karena kayu sengon telah memenuhi standar SNI
jenis kayu dan sifat fisika kayu berbeda 03-2105-2006 dan JAS 234-2007 (JSA
dimana kayu sengon memiliki berat jenis 2007) kecuali pada pengujian penyusutan
yang lebih rendah dibandingkan dengan tebal. Sifat mekanika tidak memenuhi
kayu bayur sehingga nilai MoR nya standar JAS 234-2007. Berdasarkan nilai
menjadi lebih rendah. Hal ini didukung berat jenis, MoE dan MoR maka papan
dengan pernyataan Violet dan Agustina laminasi kayu sengon masuk dalam kelas
(2018) bahwa keteguhan patah (MoR) kuat IV. Berdasarkan hal tersebut maka
sangat erat kaitannya dengan kadar air, dapat disimpulkan bahwa kayu sengon
berat jenis, jumlah dan komposisi bahan tidak mengalami peningkatan kekuatan
perekat serta kesolidan antara bahan kayu setelah dibuat papan laminasi
direkat dan bahan perekat. Semakin sehingga hanya dapat digunakan untuk
tinggi kadar air akan menurunkan konstruksi bangunan ringan, kerajinan
keteguhan patah. Sedangkan jika dan meubel.
kerapatan semakin tinggi maka
keteguhan patahnya semakin tinggi pula. Saran
Berdasarkan standar JAS 234-2007 yang Perlu dilakukan penelitian lanjutan
dengan mengkombinasikan papan
© Jurnal Hutan Tropika – All right reserved 48
Sifat Fisika dan Mekanika Papan Laminasi Kayu Sengon
(Febriana Tri Wulandari, Radjali Amin)

laminasi kayu dengan bahan bambu Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1,
untuk meningkatkan kelas kuatnya 1-8.
Hadjib, Nurawati, Abdurrachman dan
DAFTAR PUSTAKA Efrida Basri. 2015. Karakteristik
Fisik dan Mekanis Glulam Jati,
Anshari, B 2006. Pengaruh Variasi Mangium dan Trembesi. ISSN:
Tekanan Kempa Terhadap Kuat 2442-8957. Jurnal Penelitian Hasil
Lentur Kayu Laminasi Dari Kayu Hutan Vol. 33 No. 2 (2015).
Meranti dan Keruing. Jurnal Civing Iskandar.,2006. Pemanfaatan Kayu
Engineering Dimension, Vol.8. Hutan Rakyat Sengon
Hal.25-33. (Paraserianthes Falcataria (1)
Basri, F., Saefuddin, Rulliaty, S. and Nielsen) Untuk Kayu Rakitan.
Yuniati, K. (2009). Drying Prosiding Seminar Litbang Hasil
corditions for 11 potential Ramin Hutan.
subtitutes. Journ. Of Tropical Forest Kementerian Kehutanan Indonesia.
Science, Vol.21 (4), Hal.328-335. 2012. Data Buku Statistik
Dian Islamiyati (2021 Sifat Fisika Kehutanan Indonesia Kemenhut
Glulam Dari Potongan Kayu tahun 2011 dalam
Rajumas (Duabanga Mollucana) www.cirebonmedia.com (diakses 19
Skripsi.Jurusan Kehutanan Fakultas Mei 2016)
Pertanian Universitas Kasmudjo. 2001. Pengantar Teknologi
Mataram.Mataram. Hasil Hutan Bagian V Papan
Darwis A. 2015. Analisis Transformasi Tiruan Lain. Yayasan Pembina
Penampang Kayu Laminasi Kelapa Fakultas Kehutanan. UGM.
Sawit menggunakan Model Yogyakarta.
Distribusi Ikatan Pembuluh. Sekolah Lempang, M. 2014. Sifat Dasar dan
Pascasarjana. Institut Pertanian Potensi Kegunaan Kayu Jabon
Bogor. Bogor. Merah. Jurnal Penelitian Kehutanan
Ginting, A.2006. Pengaruh Luas Wallacea, 3.163-175.
Tampang dan Komposisi Lapisan Malik, J & Santoso, A. 2005. Keteguhan
Kayu Terhadap Kekuatan Balok Lentur Statis Lamina dari Tiga Jenis
Laminasi. Skripsi.Jurusan Teknik Kayu Limbah Pembalakan Hutan
Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanaman. Jurnal Penelitian Hasil
Yogyakarta. Yogyakarta Hutan 23. 385-397.
Gusmawati E, 2018. Sifat Fisika dan Purwanto, D. 2011. Pembuatan Balok
Mekanika Papan Laminasi dan Papan dari Limbah Industri
Berdasarkan Warna Bidang Kayu.Balai Riset dan Standarisasi
Orientasi Kayu. Skripsi.Jurusan Industri Banjarbaru. Jurnal Riset
Kehutanan Universitas Mataram. Industri, 5.13-20.
Hanafiah, K.A. 2016.Rancangan Risnasari I., Azhar I.,& Sitompul
Percobaan. Penerbit PT Raja NA.2012. Karakteristik Balok
Grafindo Persada. Jakarta. Laminasi dari Batang Kelapa (Cocos
Herawati E, Massijaya, M.Y., Nugroho nucifera L.) dan Kayu Kemiri
N. 2008. Karakteristik Balok (Aleurites moluccana Wild.). Jurnal
Laminasi dari kayu Mangium Foresta Indonesia Journal of
(Acacia mangium Willd.). Jurnal Forestry 1.79-87.
© Jurnal Hutan Tropika – All right reserved 49
Jurnal Hutan Tropika e-ISSN: 2656-9736 / p-ISSN: 1693-7643
Vol. 17 No. 1 / Juni 2022 Hal. 40-50
https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JHT Akreditasi Menristek/Kep.BRIN No.148/M/KPT/2020

Rahmawati. 2021. Sifat Fisika Dan


Mekanika Balok Laminasi Limbah
Potongan Kayu Industri Meubel.
Skripsi. Jurusan Kehutanan
Universitas Mataram.
Sari, R.J.P. 2011. Karakteristik Balok
Laminasi dari Kayu Sengon
(Paraserianthes falcataria
(L.)Nielson), Manii (Maesopsis
eminii Wild.) dan Akasia (Acacia
mangium Engl.). Skripsi.
Departemen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Widyawati, R. 2010. Kekuatan
Sambungan Tegak (Butt Joint)
Struktur Balok Laminasi (Glulam
Beams) dari Kayu Lokal. Jurnal
Rekayasa 14. 28-38.
Wulandari, T.F. 2013. Produk Papan
Komposit Dengan Pemanfaatan
Limbah Non Kayu. Prodi Kehutanan
Faperta Unram. Jurnal Media Bina
Ilmiah vol.7.
Wulandari, 2021. Laminated Board
Limbah Potongan Kayu Gergajian
Sebagai Bahan substitusi Papan
Solid. Laporan Hasil penelitian
PNPB. Universitas Mataram.

© Jurnal Hutan Tropika – All right reserved 50

Anda mungkin juga menyukai