Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PRAKTIKUM

MEKANIKA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria)

BIDANG KEGIATAN:
PRAKTIKUM MEKANIKA KAYU

DIUSULKAN OLEH:

Dhona Novita Amalia 120420082


Alvin Syifa Perdana 120420049
Octavia Ferdelisa Silalahi 120420095
Romaharani Valenchia 120420071

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kayu merupakan salah satu hasil dari sumber daya alam yang penting yaitu hutan
(Abimanyu, 2019). Kayu biasanya dikenal sebagai bahan bangunan yang sering
digunakan dan terus mengalami peningkatan kebutuhannya terutama untuk digunakan
sebagai bahan furnitur dan bangunan (Utama, 2019). Kebutuhan pasokan kayu terus
meningkat, akan tetapi belum bisa terpenuhi secara optimal karena tutupan lahan
hutan yang semakin meningkat. Pasokan bahan baku kayu yang terbatas pada industri
perkayuan nasional membuat industri perkayuan beralih pada bahan baku pengganti
seperti kayu sengon yang merupakan jenis kayu yang cepat tumbuh. Sengon
merupakan salah satu jenis pohon yang dapat dibudidayakan dengan cepat dan
mampu tumbuh di segala kondisi tanah (Irawanti S, 2012).
Kebutuhan kayu sengon untuk industri kayu dalam negeri yang mencapai lebih
dari 50.000 m3 memberikan peluang menarik. Bagian utama pohon sengon yang
dimanfaatkan adalah kayu. Kayu sengon dapat digunakan sebagai papan. Tekstur
kayunya berserat halus dan terasa sedikit kasar jika diraba. Kayu cepat tumbuh
biasanya memiliki karakteristik berat jenis dan keawetan alami yang rendah, sehingga
berdampak pada ketahanan kayu serta stabilitas dimensi yang rendah (Hidayat, 2019).
Selain itu, kayu juga rentan terhadap berbagai kerusakan yang diakibatkan organisme
perusak kayu. Kerusakan kayu dapat diminimalisir dengan modifikasi kayu.
Modifikasi kayu merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu kayu.
Tindakan modifikasi pada kayu dilakukan agar kualitas kayu dari yang sebelumnya
kurang baik seperti stabilitas dimensinya, ketahanan terhadap serangga perusak dan
yang lainnya dapat diminimalisir atau dihilangkan. Modifikasi pada kayu dapat
menggunakan berbagai metode, salah satu diantaranya adalah metode steam.
Perlakuan panas pada kayu dianggap sebagai teknik ramah lingkungan dalam
meningkatkan sifat fisis dan mekanik pada kayu karena tidak menggunakan bahan
kimia . Secara umum, perlakuan panas dapat menurunkan kadar air setimbang (KAS),
mengurangi emisi, meningkatkan stabilitas dimensi, ketahanan terhadap jamur, dan
membuat warna kayu menjadi lebih gelap (Widmann, 2012). Pada penelitian kali ini
lebih berfokus pada perubahan sifat mekanik yaitu MOE (Modulus of Elastcity) dan
MOR (Modulus of Rupture) yang terjadi pada kayu sengon setelah dilakukannya
modifikasi steam.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam proposal penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh metode steam terhadap sifat mekanis kayu sengon?
2. Bagaimana pengunaan kayu sengon tepat guna setelah dilakukannya
modifikasi kayu mengggunakan metode steam?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari proposal penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh metode steam terhadap sifat mekanis pada kayu
sengon setelah dilakukannya modifikasi kayu.
2. Mengetahui strategi untuk mengoptimalkan penggunaan kayu sengon sebagai
material strukturalnya.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini ialah :
1. Mendapatkan sifat mekanik yang lebih tinggi akibat pengaruh steam yang
telah dilakukan.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan kayu sengon sebagai material struktural.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Mekanis Kayu


Sifat mekanis atau kekuatan kayu merupakan sebuah kemampuan kayu untuk
menahan muatan dari luar. Muatan dari luar ini berupa gaya-gaya diluar benda yang
memiliki kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda (Pasaribu,
2017). Kekuatan kayu memilki peranan yang penting dalam penggunaan kayu untuk
konstruksi bangunan. Adapun sifat-sifat kayu dibedakan menjadi:
 Kekuatan lentur : kekuatan batas yang dapat dicapai kayu ketika
komponenkayu tersebut mengalami kegagalan akibat momen lentur dalam
perencanaan balok (komponen lentur) terdapat parameter penting yaitu nilai
desain lentur (Fb). Nilai desain lentur merupakan kekuatan lentur kayu yang
umumnya diperoleh dari hasil pengujian lentur di laboratorium kemudian
diolah, datanya dikoreksi menjadi nilai desain.
 Kekuatan tarik : kekuatan batas yang didapat dicapai kayu ketika komponen
kayu tersebut mengalami kegagalan akibat tarik. Dalam perencanaan
komponen struktur tarik (atau disebut pula batang tarik), terdapat parameter
penting yaitu nilai desain tarik (Ft).
 Kekuatan tekan : kekuatan batas yang dapat dicapai kayu ketika komponen
kayu tersebut mengalami kegagalan akibat tekan. Dalam perencanaan
komponen struktur tekan (batang tekan), terdapat parameter penting yaitu
nilai desain tekan (Fc). Kekutan tekan kayu pada arah longitudinal (arah
sejajar serat kayu) menggunakan notasi Fc//, kekuatan tekan arah radial dan
tangensial (disebut arah tegak lurus serat) menggunakan notasi Fc⊥.
 Kekuatan geser : kekuatan batas yang dapat dicapai kayu ketika komponen
kayu tersebut mengalami kegagalan akibat gaya geser (Sutandar, Juniardi, &
Syahrudin, 2019).

2.2 Kayu Sengon


Kayu sengon merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dibudidayakan
oleh masyarakat karena memiliki sifat yang cepat tumbuh atau dapat disebuat
tanaman fast growin. Kayu Sengon memiliki berat jenis 0,33 (0,24-0,49) dan kelas
kuat IV-V. (Praptoyo & Puspitasari, 2012). Kayu sengon memiliki karakteristik serat
pendek dan miring sehingga penggunaannya masih terbatas sebagai bahan pulp dan
konstruksi ringan. Kayu sengon biasa digunakan untuk kayu pertukangan, papan
lapisan multipleks, dan bahan baku pulp (Mulyana, Asmarahman, & Fahmi, 2012).
Menurut (Hadi, Herliyana, Pari, & Mulyosari, 2020), kayu sengon memiliki kekuatan
tekan, kekuatan lentur, kekuatan tarik, kekuatan impak dan kekerasan yang rendah.
Namun, sifat mekanika kayu sengon dapat ditingkatkan dengan menjalani proses
terfurfurilasi.

2.3 Metode Pengeringan Hidrotermal (Steam)


Proses pengeringan kayu sangat penting sebelum digunakan untuk berbagai
macam produk. Proses pengeringan yang sesuai dapat mengurangi kembang susut
kayu, meningkatkan sifat-sifat kayu lain di antaranya sifat kekuatan, sifat kelistrikan
dan sifat insulasi panas kayu. Sementara itu, setiap jenis kayu mempunyai sifat dan
karakteristik yang berbeda sehingga dalam pengolahannya memerlukan penanganan
yang berbeda pula, misalnya dalam hal pengeringan kayu (Purnawati & Arifudin,
2021). Adapun macam-macam pengeringan kayu, salah satunya pengeringan kayu
secara hidrotermal atau steam..
Hydrothermal merupakan suatu teknik pengkristalan dari temperatur tinggi
pada keadaan campuran dan tekanan tinggi. Sintesis hydrothermal dapat juga
didefinisikan metode yang menggunakan panas dan air. Pada praktiknya, metode ini
melibatkan pemanasan reaktan dalam wadah tertutup (autoclave) menggunakan air.
Dalam wadah tertutup, tekanan meningkat dan air tetap sebagai cairan. Ada beberapa
metode hydrothermal yaitu reaksi hydrothermal,hidrolisis hydrothermal, metode
elektrocemical hydrothermal, reactive elektrode submerged Arc, proses
mechanocemical hydrothermal, proses hydrotermal microwave, metode sonochemical
hydrothermal (Putri, Ritonga, Murdiati, & Zainul, 2018).

2.4 MOE dan MOR


MOE kayu adalah parameter penting dalam perencanaan balok kayu
(komponen struktur lentur) dan dapat digunakan untuk menentukan kekakuan lentur
kayu serta menduga kekuatan kayu bercacat akibat lubang bor. MOE kayu juga dapat
digunakan sebagai parameter untuk menentukan kekuatan kayu. MOE kayu berkaitan
dengan regangan, defleksi, dan perubahan bentuk yang terjadi pada kayu (Pranata &
Palapessy, 2014).
MOE (Modulus of Elasticity) kayu adalah suatu nilai konstan yang
merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan pada kayu di bawah batas
proporsi. MOE kayu berkaitan dengan regangan, defleksi, dan perubahan bentuk yang
terjadi pada kayu. MOE kayu dapat digunakan sebagai parameter penting dalam
perencanaan balok kayu (komponen struktur lentur) dan dapat digunakan untuk
menentukan kekakuan lentur kayu serta menduga kekuatan kayu bercacat akibat
lubang bor. MOE kayu dapat diperoleh dari hasil pengujian kekuatan lentur kayu (Fb)
dalam perencanaan balok kayu (Bahtiar, 2015).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pelaksanaan Riset (Waktu & Lokasi)


Peneletian mekanika kayu ini dilaksanakan pada bulan September 2023.
Penelitian mekanika kayu ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Hutan Tropika
lt. 1 Laboratorium Teknik 5 OZT Institut Teknologi Sumatera.

3.2 Alat & Bahan


Pada penelitian mekanika kayu ini digunakan alat steam, timbangan digital,
dan atk. Penelitian/praktikum ini menggunakan kayu sengon sebagai bahan
pengujiannya.

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Diagram Alir

Survei lokasi
Bahan

Pemotongan bahan
ukuran 50 cm

Pengukuran berat awal


sebelum perperlakuan

Perlakuan steam (120oC/


30;45;60 menit)

Pemotongan sample uji

Pengujian/Perhitungan
MOE dan MOR
3.3.2 Pengujian MOE dan MOR
a. Modulus of Elasticity (MOE)
MOE adalah perbandingan antara tegangan (stress) dan regangan
(strain) dalam daerah elastis material. MOE mengukur kekakuan material, atau sejauh
mana material dapat melentur saat diberi beban tanpa mengalami deformasi
permanen.

b. Modulus of Rupture (MOR)


MOR adalah tegangan maksimum yang dapat ditahan oleh material
sebelum mengalami kegagalan atau patah. Pengujian MOR biasanya dilakukan
dengan memberikan tekanan atau beban lateral pada sampel material hingga terjadi
patah atau retak.

3.4 Luaran dan Indikator Capaian


Luaran pada penelitian/praktikum mekanika kayu ini diharapkan kayu
yang telah dimodifikasi dengan menggunakan metode steam mempunyai sifat-sifat
yang lebih baik dibandingkan dengan kayu-kayu yang tidak diberikan perlakuan,
seperti keawetan, kekuatan, dan ketahanan kayu pada serangan hama dan jamur.
Dalam metode steam ini peningkatan efesiensi proses pengolahan kayu, ramah
lingkungan, dan pengembangan Teknik pengeringan kayu yang lebih efisien.
Indikator capaian dapat dilihat pada peningkatan kekuatan kayu setelah dilakukan
modifikasi menggunakan metode steam. Peningkatan ketahanan kayu terhadap
serangan hama dan jamur pada kayu sengon yang dimodifikasi menggunakan metode
steam. Peningkatan kualitas kayu yang dihasilkan dengan tingkat kelembaban yang
lebih efisien dan juga pengurangan dampak lingkungan dari proses modifikasi kayu.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

Biaya dan rencana jadwal kegiatan pembuatan papan partisi hingga 10 oktober 2023
dan rencana pembuatan ini disusun dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Nama Item Jumlah Harga Satuan Harga
Kayu Sengon Rp. 270.000
Tabel.1 Tabel Rencana Anggaran Biaya

Keterangan Waktu Mulai Waktu Akhir Durasi


Survei Kayu 10 September 2023 10 September 2023 1 Hari
Pembelian Kayu 13 September 2023 13 September 2023 1 Hari
Pemilihan Kayu 20 September 2023 20 September 2023 1 Hari
Penyusunan 07 September 2023 18 September 2023 11 Hari
Proposal
Tabel.2 Jadwal Kegaiatan
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, B. S. (2019). Aplikasi Metode Forest Health Monitoring dalam Penilaian


Kerusakan Pohon di Hutan Kota Metro. Jurnal Sylva Lestari, 7 (3): 289-298.
Bahtiar, E. T. (2015). KEANDALAN MODULUS OF ELASTICITY (MOE)
UNTUK MENDUGA KEKUATAN KAYU BERCACAT AKIBAT
LUBANG BOR. Jurnal Teknologi Hasil Hutan 18 (2), 80-86.
Hadi, Y. u., Herliyana, E. N., Pari, G., & Mulyosari, D. (2020). Sifat Fisis dan
Mekanis Kayu Sengon (Falcataria moluccana Miq.) dan Kayu Mangium
(Acacia Mangium Willd.) Terimpregnasi Furfuril Alkohol.
Hidayat, W. S. (2019). Keawetan dan Stabillitas Dimensi Papan Partikel Hibrida
Bambu-Kayu dengan Perlakuan Steam dan Perendaman Panas. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kayu Tropis, 17 (1): 68-82.
Irawanti S, S. A. (2012). Manfaat Ekonomi dan Peluang Pengembangan Hutan
Rakyat Sengon di Kabupaten Pati. Jurnal Kehutanan.
Mulyana, D., Asmarahman, C., & Fahmi, I. (2012). Petunjuk Praktis Pembibitan
Jabon & Sengon. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Pasaribu, G. (2017). Sifat Fisis Dan Mekanis Empat Jenis Kayu Andalan Asal
Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 25 (1), 15-27.
Pranata, Y. A., & Palapessy, J. G. (2014). KEKUATAN LENTUR, MOE DAN MOR
KAYU ULIN (Eusideroxylon zwageri). Jurnal Teknik Sipil 13 (1), 25-31.
Praptoyo, H., & Puspitasari, R. (2012). VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU
SENGON (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen) DARI 2 JENIS
PERMUDAAN YANG BERBEDA. Seminar Nasional Mapeki XV, 31-39.
Purnawati, R., & Arifudin, M. (2021). SIFAT DAN JADWAL PENGERINGAN
KAYU (Flindersia pimenteliana). Jurnal Kehutanan Papuasia 7 (2), 208-214.
Putri, D. F., Ritonga, H. M., Murdiati, V., & Zainul, R. (2018). A REVIEW WHAT
IS HYDROTHERMAL.
Sutandar, E., Juniardi, F., & Syahrudin. (2019). SIFAT FISIS DAN MEKANIS
KAYU BENGKIRAI. 1-8.
Utama, R. C. (2019). Saluran Pemasaran Kayu Gergajian Sengon pada Industri
Penggergajian Kayu Rakyat di Desa Sukamarga, Kecamatan Abung Tinggi,
Kabupaten Lampung Utara. Jurnal Sylva Lestari, 7(2):195-203.
Widmann, R. F.-C. (2012). Mechanical Properties of Thermally Modified Beech
Timber For Structural Purposes. European Journal of Wood and Wood
Products, 70 (6); 775-784.
Wulandari FT, A. R. (2022). Sifat Fisika dan Mekanika Papan Laminasi Kayu
Sengon. Jurnal Hutan Tropika.

Anda mungkin juga menyukai