Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

Analisis Pengaruh Media Tanam pada Sengon (Falcataria moluccana Miqq.)

Oleh:

Arien Aisyara (120420068)

Alya Rakisa Erya (120420022)

Alfin Syifa Perdana (120420049)

Maruwahal Sitanggang (120420064)

M Rizki Ferdinan (1204200)

Touriski (120420078)

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2023

Analisis Pengaruh Media Tanam pada Sengon (Falcataria moluccana Miqq.)


ABSTRAK
Media tanam merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan suatu tanaman yang masih
memiliki akar, media tanam yang digunakan merupakan media tanam kompos blok. Kompos
blok merupakan media inovasi dari berbagai campuran pupuk organik seperti serasah, sayuran
busuk, dan kulit buah untuk dijadikan media tanam yang kemudian dibentuk menggunakan
cetakan silinder dengan beberapa campuran arang sekam dan media tanah sebagai media
pertumbuhan bibit sengon. Pengaruh media tanaman pada sengon menggunakan media kompos
blok memiliki keunggulan membuat tanaman lebih baik pertumbuhannya serta memperkuat
perakaran tumbuhan. Berdasarkan pengaruh media tanam pada sengon menggunakan media
kompos blok memiliki tujuan mengatasi masalah sampah organik yang menumpuk dengan hasil
yang bermutu serta menginovasi bentuk daripada wujud limbah organik itu sendiri. Dari hasil
penelitian analisis pengaruh media tanam pada sengon dengan menggunakan kompos blok, hasil
yang didapatkan pada proses kegiatan pembuatan kompos, pembuatan arang sekam, pembuatan
media tanam komposit, persiapan media sapih, perkecambahan benih, penyapihan semai, dan
pengukuran, penyulaman, dan pemeliharaan telah dicapai bahwa media tanam pada sengon
memiliki pengaruh signifikan dalam pertumbuhan yang dilakukan. Potensi media tanam berbasis
kompos blok mempunyai peran penting dalam keberlangsungan media tanam dengan
memanfaatkan limbah organik serta teknik metode inovasi pembuatan kompos blok sehingga
pengaplikasiannya dapat ditiru secara luas.

Kata kunci: Media Tanam, Kompos Blok, Sengon, Limbah Organik

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sengon merupakan tanaman berhabitus pohon yang mudah beradaptasi dengan kondisi
lingkungan yang bervariasi. Akarnya dapat bersimbiosis dengan bakteri rhizobium dengan
bentuk bintil akar (Sukarman, 2012). Sengon merupakan tanaman intoleran sehingga sesuai
untuk mempercepat suksesi penutupan lahan. Hal ini dapat diupayakan dengan
mengoptimalkan semua fungsi hutan sesuai dengan peruntukan. Salah satunya dengan
melakukan penanaman kembali lahan-lahan terbuka dan kritis. Menurut Hartanto (2011),
daun sengon digunakan untuk pakan ternak yang mengandung banyak protein tinggi, kayunya
digunakan untuk keperluan dalam bentuk kayu olahan seperti papan mal, mebel sederhana,
industri korek api, pensil, papan partikel dan bahan baku industri pulp kertas. Dalam
pertumbuhannya setiap tanaman memerlukan kadar hara yang baik, salah satu faktor
pendukung pertumbuhan tanaman adalah media tanam. Setiap media tanam tentunya memiliki
kekurangan dan kelebihan yang berbeda dilihat dari segi struktur, unsur hara yang terkandung
dan kemampuan menyimpan air (Hadris dan Triyono, K., 2015).

Media tanam memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Kualitas media tanam yang baik dapat memberikan kondisi lingkungan optimal bagi tanaman,
termasuk ketersediaan nutrisi yang memadai, drainase yang baik, dan sirkulasi udara yang
optimal (Nurhasanah, A., Wulandari, E. F., & Salam, A., 2018). Setiap media tanam tentunya
memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda dilihat dari segi struktur, unsur hara yang
terkandung dan kemampuan menyimpan air. Media tanam yang baik untuk pembibitan adalah
yang memiliki struktur remah, memiliki pH netral, mengandung unsur-unsur baik yang
dibutuhkan oleh tanaman, dapat menyimpan air dengan baik, dapat mempertahankan
kelembaban air di sekitar akar tanaman, memiliki drainase dan aerasi yang baik, serta bebas
dari organisme dan cendawan penyebab penyakit pada tanaman. Oleh karena itu, pohon
Falcataria moluccana juga sering digunakan dalam program penghijauan lahan kritis,
produksi kayu, dan reklamasi bekas tambang.

Kegiatan rehabilitasi pada umumnya membutuhkan bibit yang berkualitas. Namun, bibit
mengalami kematian dengan jumlah besar setelah ditanam di lapangan karena ketersediaan
unsur hara dan air tidak terpenuhi untuk tumbuh dan berkembang (Handayani, I., Riniarti, M.,
and Bintoro, A., 2018). Namun, penelitian mengenai pengaruh media tanam terhadap
pertumbuhan Falcataria moluccana masih terbatas. Oleh karena itu, penting untuk melakukan
analisis yang lebih mendalam mengenai pengaruh media tanam pada Falcataria moluccana
guna memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang parameter penting dalam memilih
media tanam yang sesuai untuk Falcataria moluccana. Faktor-faktor yang dapat
dipertimbangkan meliputi komposisi tanah, ketersediaan nutrisi struktur pori media tanam,
dan kelembaban (Sari, R. D., Aisyah, S., & Wijayanto, N., 2021).

B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mempraktekkan cara pembuatan kompos dari limbah organik yang
berasal dari sampah rumah tangga maupun sampah organik yang ada di sekitar
lingkungan.
2. Mahasiswa mampu membuat arang sekam padi dengan metode yang sederhana dan biaya
yang murah.
3. Mahasiswa mampu membuat kompos blok sebagai pengganti media tanam dengan
menggunakan polybag.
4. Mahasiswa mampu mempraktikkan teknik pengolahan media sapih serta pengaruhnya
terhadap pertumbuhan semai.
5. Mahasiswa mampu mengecambahkan benih-benih tanaman kehutanan yang akan
digunakan untuk penanaman pada kompos blok.
6. Mahasiswa mampu mempraktikkan teknik penyapihan pada media yang sudah
disediakan.
7. Pengukuran, Penyulaman, dan Pemeliharaan
● Mahasiswa mampu mempraktikkan pengukuran tinggi dan diameter semai
● Mahasiswa mampu mempraktikkan penyulaman.
● Mahasiswa mampu mempraktikkan pemeliharaan semai.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompos blok

kompos blok merupakan salah satu jenis olahan kompos yang dalam proses
pengerjaanya dicetak menjadi blok – blok menggunakan bantuan mesin press. Kompos blok
merupakan produk inovasi kompos yang dapat berfungsi menggantikan kompos biasa,
Pemanfaatan limbah organik rumah tangga untuk dijadikan bahan baku pembuatan kompos
blok sebagai media tanam merupakan salah satu inovasi yang dapat dikembangkan di era
pandemi. Kompos blok bertujuan memanfaatkan limbah organik menjadi bernilai tinggi
sehingga tidak terbuang Hal ini selain digunakan sebagai media tanam namun juga bertujuan
untuk memanfaatkan sisa limbah organik yang tidak terpakai agar lebih bermanfaat serta
mengurangi limbah plastik dari penggunaan polybag. Kompos blok sendiri dapat digunakan
sebagai media tanam dalam budidaya pertanian berbasis urban farming.(ANDIANA,2021)

Pembuatan kompos blok merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan pupuk organik padat
yang dapat digunakan dalam pertanian. Cara pembuatan Kompos blok bisa dilakukan dengan
cara: Perisapan bahan, Campuran bahan, Pengadukan dan penyiraman, dan Pengompresan.
(Ambarwati, 2020)
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos blok seperti
● Sisa makanan, dedaunan, jerami, sisa-sisa tanaman, atau limbah organik lainnya.
● Material yang membantu kompresi, seperti tanah liat atau debu batu.
● Sekop, garpu atau alat pengaduk lainnya.
● Area terbuka atau bak kompos.
● Dan EM4

2.2 Amelioran tanah

Amelioran adalah bahan atau substansi yang ditambahkan ke tanah untuk


meningkatkan kondisi tanah tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia, atau biologi tanah agar lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman. Amelioran bisa berupa
bahan organik atau anorganik, seperti kompos, pupuk hijau, gypsum, kapur pertanian, dan
bahan-bahan lainnya.(Handayani, 2018) Tujuan dari amelioran tanah sebagai bahan
pembuatan kompos blok yaitu : Memperbaiki struktur tanah, Meningkatkan kandungan mikroba
tanah, Penyesuaian Ph tanah, Peningkatan retensi air, Peningkatan kesuburan tanah.
Pemilihan jenis amelioran harus didasarkan pada analisis tanah yang tepat dan pertimbangan
spesifik mengenai jenis tanaman yang akan ditanam serta keadaan lingkungan setempat untuk
meningkatkan produktivitas tanaman secara jangka panjang.

Amelioran tanah merujuk pada bahan-bahan atau tindakan yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas tanah yang tidak subur atau kurang subur menjadi lebih produktif bagi
pertumbuhan tanaman. Tujuan utama dari ameliorasi tanah adalah untuk meningkatkan
struktur, tekstur, kesuburan, serta ketersediaan unsur hara bagi tanaman.(Slamet, 2021).
Bahan amelioran yang sering digunakan selain tanah mineral antara lain berbagai jenis kapur,
lumpur, pupuk kompos atau bokashi , pupuk kandang dan abu.Selain faktor kesuburan tanah,
faktor irigasi juga perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas suatu produk pertanian.
Salah satu sistem irigasi yang dianjurkan adalah irigasi sistem sumbu.

Penggunaan amelioran tanah harus disesuaikan dengan kondisi tanah yang spesifik,
kebutuhan tanaman yang akan ditanam, serta tujuan yang ingin dicapai dalam meningkatkan
produktivitas lahan pertanian atau kebun. Praktik penggunaan amelioran tanah yang tepat
dapat membantu menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang dan mendukung pertanian
yang berkelanjutan.(Sofyan, 2018)

2.3 Tumbuhan Falcataria moluccana Miqq.

Sengon (Falcataria moluccana) merupakan salah satu jenis komoditi hutan tanaman
prioritas di Indonesia dengan alasan pertumbuhannya sangat cepat, penguasaan silvikulturnya
baik dan kualitas kayunya dapat diterima oleh industri kayu panel dan industri kayu
pertukangan (Aji, 2020). Kayu sengon menjadi salah satu unggulan produk hutan rakyat di
Indonesia dan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar hutan. Pembangunan
hutan sengon dilakukan melalui tiga pola tanam, yaitu monokultur, polikultur dan
agroforestri. Pola tanam sengon pada hutan rakyat lebih variatif dibandingkan hutan tanaman
industri karena hutan sengon menjadi penopang kebutuhan harian rumah tangga masyarakat
sekitar hutan (Dharmawati, 2018).
2.4 Arang sekam

Arang adalah suatu bahan padat berpori yang dihasilkan dari pembakaran pada suhu
tinggi dengan proses karbonisasi, yaitu proses pembakaran tidak sempurna, sehingga bahan
hanya terkarboninasi dan tidak teroksidasi. Sebagian besar pori - pori pada arang masih tertutup
dengan hidrokarbon, ter dan senyawa organik lainnya. Arang bermanfaat sebagai sumber energi
terutama jika dikembangkan menjadi briket dengan teknologi pengepresan. Arang dapat diman
faatkan sebagai sumber energi bakar. Arang juga dapat dimanfaatkan sebagai pembangun
kesuburan tanah. Di samping itu, arang juga dapat ditingkatkan mutunya dengan cara aktivasi
menjadi arang aktif.

Media tanam merupakan tempat tinggal atau rumah bagi tanaman, tempat tinggal yang
baik adalah tempat yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan. Media
tanam yang digunakan tidak harus menggunakan tanah, melainkan banyak media lain, yang
dapat digunakan sebagai media tanam, salah satunya adalah media arang sekam (Trya dkk,2016).
Menurut Azmin & Hartati mengatakan bahwa arang sekam adalah salah media tanam yang
sangat cocok untuk meningkatkan kualitas tanah dan menyuburkan tanaman (Hartati dkk, 2021).
BAB III

METODE
3.1 Lokasi dan Waktu

Aaaaaaaaaaaaa

3.2 Alat dan Bahan

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

3.3 Prosedur pelaksanaan

1. Pembuatan kompos
1) Siapkan bahan kompos berupa serasah kering, serasah basah, maupun limbah
organik lainnya. Limbah organic yang digunakan dapat diperoleh dari sampah
organic dapur, maupun sayuran dan buah-buahan busuk di pasar tradisional.
2) Siapkan larutan EM4 untuk aktivasi sebelum diaplikasikan ke bahan kompos.
Penggunaan EM4 menggunakan perbandingan gula : EM4 : air berturut-turut
adalah 1:1:50. Larutan tersebut didiamkan selama 2 – 4 jam untuk mempercepat
aktivasi mikroorganisme.
3) Potong-potong bahan kompos tersebut sekitar 2–3 cm.
4) Masukkan bahan-bahan kompos ke dalam trash bag/bak/ember. Cara
mencampurkan bahan organic dapat dilakukan per lapis, yaitu lapisan pertama
bahan organic basah (sayur dan buah-buahan busuk), lapisan selanjutnya bahan
organic kering (serasah). Lapisan-lapisan tersebut disusun secara bergantian
dengan masing-masing lapisan setebal 3-5 cm. Setelah semua bahan dimasukkan
5 ke dalam wadah, selanjutnya dapat disiram dengan larutan EM4 yang sudah
diaktivasi pada langkah kedua. Cara kedua yang dapat digunakan untuk
mencampur bahan kompos adalah mencampurkan semua bahan organic basah dan
bahan organik kering, lalu disiram dengan larutan EM4 yang sudah diaktivasi.
Langkah selanjutnya, semua bahan tersebut diaduk hingga merata dengan kadar
air yang cukup lembab. Cara mengetahui kadar air yang cukup adalah dengan
mengepal campuran kemudian dilepaskan. Campuran yang cukup kadar airnya
ditunjukkan dengan campuran masih menggumpal Ketika kepalan tangan dilepas,
namun bila disentuh jari akan pecah.
5) Tutup rapat bahan-bahan kompos dan diamkan hingga 5–7 hari untuk menjalani
proses fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan berkisar 35-45
oC.
6) Setelah 5–7 hari, cek kematangan kompos, jika kompos terlalu basah, tambahkan
serasah kering. Jika kompos terlalu kering, tambahkan limbah organik yang basah
seperti rumput yang baru dipotong atau limbah sayur dan buah. Selanjutnya, aduk
campuran kompos hingga merata.
7) Ulangi pengecekan kompos hingga minggu keempat atau kelima dari awal
pembuatan.
8) Kompos yang sudah jadi ditandai dengan bentuknya yang sudah hancur dan
gembur, serta warnanya sudah hitam.
2. Pembuatan arang sekam
1) Siapkan lokasi terbuka yang dibawahnya berupa paving/lantai plester semen/asbes
2) Bakar tempurung kelapa hingga menjadi bara api di atas lokasi yang disediakan
3) Setelah menjadi bara, tuangkan sedikit demi sedikit sekam padi di atas bara
hingga tidak mengeluarkan asap.
4) Jika sekam padi mengeluarkan asap, tuang sedikit demi sedikit sekam hingga asap
tidak 10 keluar.
5) Ulangi langkah 4 hingga sekam padi habis.
6) Jika asap sudah mulai keluar, aduk sekam dengan menggunakan sekop atau
tongkat kayu.
7) Bagian dalam tumpukan sekam sudah berubah menjadi arang.
8) Lakukan pengadukan secara berkala hingga semua sekam padi berubah menjadi
arang
9) Jika semua sekam sudah menjadi arang, percikan air pada seluruh arang sekam
untuk memberhentikan proses pembakaran.
10) Jika asap sudah tidak ada yang keluar, ratakan tumpukan arang sekam agar arang
sekam cepat dingin.
11) Arang sekam yang sudah dingin dapat dimasukkan ke dalam wadah
penyimpanan
3. Pembuatan kompos blok
1) Campurkan amelioran tanah yang akan digunakan untuk kompos blok dan aduk
hingga merata.
2) Tambahkan air hingga media lembab dan dapat dibentuk. Pada formula dengan
penambahan pati, larutkan pati dalam air dengan perbandingan pati {1}: air {5}
kemudian didihkan hingga menyerupai bubur.
3) Masukkan campuran media ke dalam cetakan dan tekan media tersebut agar padat
dan dapat terbentuk.
4) Tuangkan kompos blok dari cetakkan.
5) Kering-udarakan kompos blok sekitar satu minggu.
6) Kompos blok siap digunakan
4. Persiapan media tanam di polybag
1) Tanah yang digunakan untuk media tanam berasal dari lingkungan ITERA yang
merupakan tanah yang kurang subur.
2) Perbandingan volume tanah dengan amelioran adalah 3 : 1. Jika perlakuan
menggunakan amelioran kompos dan arang sekam, maka perbandingan antara
tanah : kompos : arang sekam adalah 3 : 1 : 1 19.
3) Pada perlakuan yang memerlukan kapur, besarnya dosis kapur bergantung nilai
pH tanah yang diperoleh. Tanah dengan pH sangat masam (<4.50), dapat
ditambahkan 1% dari berat total tanah, sedangkan pada tanah pH masam (4.5 –
5.5) dapat ditambahkan 0,5% dari berat tanah yang digunakan. Berdasarkan hasil
penelitian Jayani 2018 dan Munawaroh 2019, penambahan kapur sekitar 1% dari
berat tanah berdasarkan perhitungan nilai Al-dd tanah tersebut, mampu
meningkatkan pH sangat masam menjadi netral.
4) Setelah tanah dan amelioran tanah dicampur dengan rata, selanjutnya masukkan
ke dalam polybag yang sudah diberi penamaan. Penamaan perlakuan pada
polybag seperti pada Tabel di atas.
5) Masukkan media yang sudah disiapkan ke dalam polybag. Setiap kelompok
membuat 3 polybag
5. Pengecambahan benih
1) Siapkan media pengecambahan (zeolite, tanah, atau kompos) di atas nampan yang
sudah diberi lubang di bawahnya.
2) Taburkan benih yang sudah dipatahkan dormansinya di atas media
pengecambahan.
3) Tutup benih-benih yang sudah ditaburkan dengan media tanam.
4) Lakukan penyiraman setiap hari dengan menggunakan sprayer atau gembor
6. Penyapihan
1) Beri lubang pada polybag untuk penyapihan semai. Lubang dapat menggunakan
ranting ataupun dengan jari tangan. Kompos blok tidak perlu menggunakan
lubang tanam.
2) Ambillah semai yang akan disapih dengan cara mengambil pada bagian bawah
media semai agar akar tidak rusak atau batangnya patah. Jangan mencabut semai
dari atas media taburnya.
3) Tutup kembali lubang semai dengan sedikit menekan dengan jari-jari tangan.
4) Setelah semua tanaman disapih, selanjutnya ukur tinggi dan diameter semai
sebagai 27 data awal pertumbuhan (T0 ).
5) Jika ada semai yang mati setelah disapih, lakukan penyulaman (penanaman
kembali) dengan semai yang ada pada media tabur. Penyulaman dilakukan hingga
7 hari setelah penyapihan pertama.
6) Siramlah tanaman setiap hari dan lakukan pembersihan terhadap hama jika
diperlukan
7. Pengamatan pertumbuhan
1) Pengukuran tinggi dilakukan dengan penggaris, dari titik tumbuh permukaan
tanah media tanam hingga tunas bagian pucuk. 31.
2) Pengukuran diameter pada pangkal batang tanaman. Bias pengukuran dapat
terjadi karena adanya pemadatan tanah akibat penyiraman. Oleh karena itu, dapat
menggunakan ajir mini yang sudah ditandai untuk titik pengukurannya.
3) Pengukuran dilakukan setiap minggu selama 8 minggu sejak penyapihan.
4) Data hasil pengukuran dicatat pada Lampiran 1
8. Pengolahan data
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

SIMPULIN AJA SENDIRI

5.2 Saran

PRET PRET PRET


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, F. N. (2020). Pertumbuhan dan Hasil Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

pada BerbagaiKomposisi Media Tanam dalam Skala Pot. Vegetalika.


ANDIANANTAPRADANA, E. N. (2021). Variasi Jenis dan Ukuran Bahan pada

Kompos Blok Berbasis LimbahPertanian sebagai Media Pertumbuhan Tanaman

Cabai. Jurnal Teknologi Lingkungan.

Hadris dan Triyono, K. (2015). Pengaruh Macam Media Tumbuh dan Pupuk Mikro Plant

Nature Terhadap Pertumbuhan Bibit Akasia (Acacia mangium Willd.). Jurnal Inovasi

Pertanian 14(1), 40-46.

Handayani, I., Riniarti, M., and Bintoro, A. (2018). Pengaruh Dosis Inokulum Spora

Scleroderma Columnare terhadap Kolonisasi Ektomikoriza dan Pertumbuhan Semai

Damar Mata Kucing. Jurnal Sylva Lestari, 6(1), 9-15.

Hartanto, H. (2011). Cara Pembudidayaan Sengon. Brilliant Book. Yogyakarta.

Handayani. (2018). Biokonsentrasi Dan Translokasi Logam Berat Cd Pada Tanaman

Bawang Merah Dengan Aplikasi Amelioran. Jurnal Tanah dan Sumberdaya

Lahan.

Nurhasanah, A., Wulandari, E. F., & Salam, A. (2018). Pengaruh Media Tanam Berbeda

Terhadap Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen). Jurnal

Penelitian Kehutanan Wallacea, 7(1), 27-36.

Sari, R. D., Aisyah, S., & Wijayanto, N. (2021). Analisis Pertumbuhan Acacia Mangium

pada Beberapa Media Tanam di Kebun Percobaan KPH Bandung Utara. Jurnal

Silvikultur Tropika, 12(1), 25-34.

Sukarman. (2012). Pertumbuhan bibit sengon (Paraserianthes falcataria) pada berbagai

media tumbuh. Eugenia, 18(3).


Slamet, A. A. (2021). Pemanfaatan Lahan Pekarangan Dan Limbah Organik

Terfermentasi Sebagai Bahan Amelioran Untuk Ketahanan Pangan Di Wilayah

Pesisir. Jurnal Abdi Mas TPB.

Sofyan, A. P. (2018). Konsorsium Pupuk Hayati Dan Amelioran Organik Terhadap

Nitrogen Tanah Serta Pertumbuhan Padi(Oryza sativa L.) Pada Tanah Inceptisol.

Jurnal Agrotek Indonesia.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai