Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN HASIL HUTAN KAYU

SEMESTER GASAL 2020-2021

FINISHING

KELOMPOK A3

A. TIM PENGGERGAJIAN
1. Baiq maya lispiani_C1L01808_(Bertanggung jawab untuk penggergajian)
2. Zoul fakar_C1L018101_(Bertanggung jawab untuk penggergajian)

B. TIM PENGERINGAN
1. Reza Maulana_C1L018057_(Bertanggung jawab untukpengeringan)
2. Irfan Maulana_C1L018029_(Bertanggung jawab untuk pengeringan)
3. Adrianti puteri LT_C1L018003_(Bertanggung jawab untuk pengeringan)

C. TIM PENGAWETAN
1. Ainun Awallunnisa_C1L018075_(Bertanggung jawab untuk pengawetan)
2. Hulma Naziah_C1L018025_(Bertanggung jawab untukpengawetan)
3. Kristi joy O.D_C1L018073_(Bertanggungjawab untuk pengawetan)

D. TIM FINISHING
1. Annisa nurul shanty_C1L018007_(Bertanggung jawab untuk finishing)
2. Nanik_C1L018053_(Bertanggung jawab untuk Finishing)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki hutan kurang lebih 65% dari
jumlah seluruh daratan yakni 122 juta Ha. Indonesia adalah negara ketiga penghasil
kayu terbanyak di dunia Badan Inventarisasi dan Tata Guna Hutan, Depertemen
Kehutanan menyatakan bahwa indonesia memiliki 400 jenis kayu , dan beberapa
diantaranya telah masuk kedalam daftar kayu yang dapat diperdagangkan
(KLHK,2016). Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus) adalah kayu yang memiliki
karakteristik berupa kebal dari serangan jamur dan rayap. Hal tersebut membuat kayu
ini memiliki peminat yang banyak, selain itu kayu nangka ini memiliki ketahanan yang
sangat baik, kekuatan kayu ini telah diakui oleh banyak oramg yang telah
memanfaatkannya. Kayu nangka memiliki serat kayu yang menarik dengan corak yang
unik dan estetik di dalamnya. Namun kayu nangka saat ini sudah sangat jarang di temui.
Penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi maupun furniture atau perkakas
rumah tangga sampai sekarang belum tergantikan seluruhnya. Kayu adalah bahan
hayati yang sangat awet, meskipun dipaparkan pada cuaca apapun pada lahan terbuka ,
di tanam di dalam tanah atau disimpan pada makam-makam kuno, tetapi kayu dapat
bertahan selama bertahun-tahun. Dapat dilihat dari banyaknya bangunan-bangunan
prasejarah yang terbuat dari kayu yang masih bertahan hingga saat ini (Hoadley 2000).
Kayu yang ditempatkan di dalam maupun diluar ruangan membutuhkan perlindungan
dari bahan bahan kimia ,sinar matahari , panas maupun hujan dan angin. Salah satu cara
untuk mempertahankan daya tahan kayu agar tetap terpelihara dengan baik adalah
dengan melakukan finishing di setiap permukaan kayu.
Proses akhir dari pengerjaan kayu (wood finishing) adalah proses dimana
diberikannya lapisan pada permukaan produk kayu, terutama untuk produk mebel,
dengan tujuan penghalusan atau perlindungan pada permukaan kayu. Dalam lima puluh
tahun terakhir pelapisan permukaan kayu secara komersial didominasi oleh penggunaan
resin sintetis, seperti nitroselulosa dan melamin yang menggunakan pelarut dari mineral
dan pengeras formaldehida. Nitroselulosa dan melamin ini memberkan hasil finishing
yang baik, Tetapi penggunaan dari kedua resin ini dapat menimbulkan pengaruh yang
buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia (Li & Guo, 2002).
2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat menjelaskan perekat yang digunakan dan metode pelaksanaannya.
2. Dapat menjelaskan jenis bahan finishing yang digunakan dan metode
pelaksanaannya.
METODE
1. Alat dan Bahan
Alat alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Kuas,Amplas dan botol
bekas sebagai wadah untuk menyimpan larutan finishing. Sedangkan bahan bahan
yang digunkan pada praktikum ini adalah Tiner dengan merk Thinner, pelitur atau
pernis, lem kayu jenis Syntetic Rubber Adhesive dan sortimen kayu nangka yang sudah
kering tanur
2. Prosedur praktikum
Prosedur praktikum yang dilakukan pertama-tama membentuk sortimen kayu
sesuai dengan pola-pola produk yang telah ditentukan sebelumnya. kemudian
Langkah selanjutnya adalah mengamplas permukaan sortimen kayu yang telah
dibentuk sampai permukaanya halus. Setelah kayu sudah halus kemudian sortimen-
sortimen yang sudah terbentuk sesuai pola tersebut dirangkai satu sama lain dengan
menggunakan lem kayu sesuai dengan bentuk produk yang akan dibuat. Kemudian
didiamkan selama beberapa jam sampai lemnya merekat dengan kuat. Sembari
menunggu lemnya merekat kuat, buatlah larutan finishing yang akan dibauri pada
produk kayu yaitu dengan mencampur tiner dan pelitur/ vernis dengan perbandingan
1:1. Setelah kayu yang sudah dilem dirasa rekatannya cukup kuat, kemudian langkah
selanjutnya yaitu mengoleskan larutan yang telah dibuat ke permukaan produk kayu
dengan merata ke seluruh bagian, langkah terakhir yaitu diamkan produk kayu sampai
kering.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Jenis Bahan Perekat
Proses akhir dari pengerjaan kayu (wood finishing) adalah proses dimana
diberikannya lapisan pada permukaan produk kayu, terutama untuk produk mebel,
dengan tujuan penghalusan atau perlindungan pada permukaan kayu. Dalam lima puluh
tahun terakhir pelapisan permukaan kayu secara komersial didominasi oleh penggunaan
resin sintetis, seperti nitroselulosa dan melamin yang menggunakan pelarut dari mineral
dan pengeras formaldehida. Nitroselulosa dan melamin ini memberkan hasil finishing
yang baik, Tetapi penggunaan dari kedua resin ini dapat menimbulkan pengaruh yang
buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia (Li & Guo, 2002).
Praktikum yang telah dilakukan adalah proses finishing. Yang pertama
dilakukan adalah mengamplas sortimen kayu yang telah dipotong sesuai pola produk
dan dikering tanurkan sebelumnya sampai sortimen kayu tersebut benar benar halus ,
kemudian dilakukan perekatan sortimen kayu tersebut menggunakan perekat dengan
jenis Syntetic Rubber Adhesive. lem jenis ini terbuat dari bahan sintetis dan pelarut
organik. Lem ini biasa digunakan untuk berbagai media seperti, kulit, karet, busa,
plastik, karpet, PVC sheet, HPL, formika, kayu, triplek,dan logam. Dilihat dari sisi
kegunaannya lem ini digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan perekatan , lem
ini dapat digunakan untuk bahan pembuatan furnitur dari kayu , bambu , hingga
perekatan kayu kayu olahan. Lem ini memiliki ketahanan ekstra terhadap air. Akan
tetapi daya rekat menggunakan lem tersebut kurang bagus jika diaplikasisan terhadap
sortimen kayu karena masih banyak bagian bagian dari sortimen tersebut tidak merekat
dengan sempurna atau masih banyak bagian yang terlepas meski sudah diberikan
beberapa lapis lem tersebut, lem ini juga tidak dapat kering dengan cepat. Metode yang
digunakan untuk merekatkan antara satu bagian sortimen kayu dengan bagiannya yang
lain yaitu dengan cara mengoleskan secara merata bagian lem pada permukaan kayu
yang akan direkatkan.
2. Jenis Bahan Finishing
Pada praktikum ini kayu yang digunakan adalah kayu nangka. Kayu Nangka
(Artocarpus heterophyllus) adalah kayu yang memiliki karakteristik berupa kebal dari
serangan jamur dan rayap. Hal tersebut membuat kayu ini memiliki peminat yang
banyak, selain itu kayu nangka ini memiliki ketahanan yang sangat baik , kekuatan kayu
ini telah diakui oleh banyak orang yang telah memanfaatkannya. Kayu nangka memiliki
serat kayu yang menarik dengan corak yang unik dan estetik di dalamnya. Namun kayu
nangka saat ini sudah sangat jarang di temui. Salah satu bahan yang digunakan untuk
finishing adalah pernis , proses penggunaan pernis ini sangat praktis yaitu hanya dengan
mengoleskan pernis keseluruh bagian permukaan kayu kemudian di tunggu hingga
kering sempurna . pernis merupakan bahan finishing dengan hasil warna transparan
sehingga warna asli kayu nangka masih terlihat, karena campuran tiner dan varnish
yang digunakan berwarna kuning seperti warna asli kayu nangka maka warna yang
dihasilkan kayu setelah di varnish tidak jauh berbeda dari warna asli kayu nangka
tersebut hanya saja serat dari kayu nangka yang semakin terlihat.

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas adalah bahwa perekata
menggunakan lem dengan jenis syntetic rubber adhesive dengan merk rajawali tidak
terlalu bagus untuk kayu karena masih banyak bagian bagian sortimen kayu yang
terlepas/ tidak merekat walau di oleskan beberapa kali lem tersebut dan untuk kering
sempurna lem tersebut memerlukan waktu yang cukup lama. Pengolesan vernis pada
sortimen kayu nangka tidak terlalu merubh warna kayu tersebut karena campuran tiner
dan vernis yang digunakan berwarna kuning seperti warna asli dari kayu nangka
tersebut hanya saja serat kayu nangka yang semakin mencolok.
2. Saran
Saran untuk praktikum sebagai berikut:
1. Sebaiknya waktu praktikum finishing diberikan waktu lebih lama.
2. Sebaiknya dibuatkan modul untuk praktikan.
3. Dilakukan pengecatan untuk kayu nangka tersebut agar produk yang dihasilkan
lebih bagus hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Balfas, J. (2017). Kualitas Politur Organik dari Ekstrak Kayu Jati dan Sirlak. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan, 35(1), 53-71.
Darmawan, W., & Purba, I. (2009). Daya tahan lapisan finishing eksterior beberapa
jenis kayu terhadap pengaruh cuaca. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Hutan, 2(1), 1-8.
Wijoyo, S. S., Santosa, A., & Pradjonggo, C. J. (2018). Perancangan Furnitur dengan
Material Kayu Balsa. Intra, 6(2), 105-115.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

Lampiran 2. Hasil Produk

Anda mungkin juga menyukai