PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Salah
satunya adalah sumber daya alam yang berasal dari hutan. Hutan merupakan suatu
kosistem yang kompleks dan mempunyai banyak manfaat langsung maupun tidak
langsung, yang meliputi manfaat dari segi ekologis, sosial dan ekonomi. Dari segi
ekologis, hutan berperan sebagai perlindungan ekosistem flora, fauna dan sumber
plasma nutfah. Sedangkan dari segi ekonomi dan sosial, hutan berperan sebagai
sumber devisa dan mata pencaharian bagi masyarakat. Sehingga hutan selain
dituntut untuk dapat memberikan manfaat ekologis juga diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Kayu yang digunakan untuk industri pengerjaan kayu adalah jenis kayu
komersil yang berkualitas tinggi dan mempunyai corak yang dekoratif, seperti kayu
Jati (Tectona grandis L.f.), Mahoni (Swietenia spp) dan jenis kayu lainnya yang
berasal dari famili Dipterocarpaceae. Jenis kayu komersil tersebut memiliki kelas
keawetan dan nilai jual yang tinggi, tetapi jumlahnya terbatas sehinggab
produksinya juga terbatas (Fauzi, 2006).
1
terserang oleh faktor perusak, baik faktor biologis maupun non biologis. Untuk
mengatasi hal tersebut diperlukan suatu perlakuan khusus, salah satunya yaitu
dengan melakukan finishing. Finishing yaitu melapisi bagian permukaan kayu
dengan bahan berasal dari cat. Selain itu dilakukan perbaikan terhadap sifat-sifat
tertentu dari jenis kayu non komersil yang diharapkan dapat menjadi produk
subsitusi dari jenis kayu komersil yang bermutu tinggi ( Amarullah, 2005).
Pada saat ini terdapat berbagai macam industri yang bergerak dalam bidang
pengerjaan kayu, diantaranya moulding dan furniture. Akan tetapi untuk
memperoleh suatu hasil finishing yang baik diperlukan keadaan permukaan tekstur
kayu yang indah, khususnya untuk kayu yang mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi. Dengan demikian suatu langkah yang perlu dikembangkan yaitu dengan
menggunakan bahan kayu yang mempunyai daya ekonomis rendah dan dilakukan
suatu finishing yang baik, serta perlu diperhatikan mengenai sifat-sifat finishing
terhadap kayu tersebut (Adidarma, 1998).
2
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penlisan laporan ini
adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan teknik finishing
furniture
2. Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan finishing
3. Untuk mengetahui Kapan waktu yang baik kita mengerjakan
finishing furniture
4. Untuk mengetahui aplikasi finishing furniture
1.4 Manfaat
1. Memberikan nilai estetika yang lebih baik pada perabot kayu dan
juga berfungsi untuk menutupi beberapa kelemahan kayu dalam hal
warna, tekstur atau kualitas ketahanan permukaan pada material
tertentu.
2. Melindungi kayu dari kondisi luar (cuaca, suhu udara dll) ataupun
benturan dengan barang lain
3. Memberi nilai tambah pada suatu produk meubel (memperindah
produk agar memeliki nilai jual yang tinggi), Dan memberi
perlindungan pada meubel tsb.
4. Meningkatakan nilai keindahan subtract kayu,keawetan
kayu,keteguhan gesek,dan pukulan.
3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Proses finishing adalah pekerjaan tahap akhir dari suatu proses pembuatan
produk mebel. Pada saat ini proses finishing lebih dikenal sebagai proses aplikasi
cat. Hal yang sangat wajar karena saat ini sebagian besar proses finishing dilakukan
dan dikerjakan dengan menggunakan cat (coating) sebagai bahan finishing.
Sebenarnya furniture finishing mempunyai cakupan yang lebih luas. Ada banyak
proses finishing untuk mebel yang dikerjakan dengan menggunakan bahan-bahan
selain cat, dan ada banyak proses-proses pekerjaan lain yang bukan merupakan
pengecatan tetapi juga merupakan proses finishing. Proses finishing untuk mebel
bisa berupa: pengamplasan, pengecatan, pemolesan, penggosokan dan pengerjaan–
pengerjaan yang lain yang diperlukan.
4
bahkan ada produk mebel yang cukup diamplas atau dipolish saja tanpa
menggunakan bahan finishing sama sekali.
Wood finishing Wood finishing adalah proses pengecatan pada kayu atau
produk olahan kayu. Wood finishing merupakan istilah yang sangat dekat dengan
furniture finishing. Seringkali saat kita menyebutkan istilah wood finishing yang
tergambar di dalam otak kita adalah furniture finishing dan sebaliknya. Hal yang
sangat masuk akal karena dari dulu saat manusia mengenal mebel sampai sekarang,
kayu merupakan bahan baku utama untuk membuat mebel. High end furniture yang
membutuhkan finishing yang bagus dan membutuhkan sentuhan seni hampir
semuanya dibuat dari kayu atau produk olahannya. Meskipun saat ini telah banyak
juga produk mebel yang dibuat dari bahan baku selain kayu misalnya seperti rotan,
plastik, logam atau bahkan resin, tetapi pengetahuan dan keahlian finishing untuk
kayu masih merupakan dasar utama yang sangat penting untuk bisa menguasai dan
mendalami furniture finishing.
Sebenarnya ada juga proses yang merupakan wood finishing yang bukan
furniture finishing karena kayu banyak juga dipakai untuk bahan baku membuat
produk-produk selain furniture product, seperti flooring parquet, wall panelling,
5
decking, dan lain-lainnya. Proses finishing untuk kayu untuk produk-produk
tersebut secara teknik sangat mirip dengan dengan prinsip-prinsip untuk proses
finishing mebel yang terbuat dari kayu, kecuali bahwa untuk furniture finishing
selain kemampuan yang menyangkut teknik juga dibutuhkan sentuhan seni. Yang
harus selalu diingat adalah bahwa kayu merupakan produk alam yang sangat unik,
maka pengetahuan mengenai jenis-jenis kayu dan sifat-sifatnya merupakan hal
yang sangat penting dalam mempelajari wood finishing dan juga furniture finishing.
Fungsi yang harus dipenuhi oleh furniture Finishing pada mebel harus dapat
memenuhi 2 fungsi, yaitu fungsi keindahan dan fungsi perlindungan. Yang
dimaksud dengan fungsi keindahan adalah bahwa suatu finishing harus dapat
membuat suatu produk mebel menjadi indah dan menarik bagi orang yang mau
memakainya, sedangkan yang dimaksud dengan fungsi perlindungan adalah bahwa
suatu finishing yang dari suatu produk mebel harus dapat memberikan perlindungan
sehingga mebel tersebut dapat menjalankan fungsinya sebagai perlengkapan dalam
suatu rumah atau ruangan.
1. Fungsi perlindungan dari finishing Pada jaman dulu saat pertama kali orang
mengenal finishing untuk furniture, fungsi utamanya adalah untuk bisa
memberikan perlindungan sehingga produk mebel tersebut dapat bisa
digunakan lebih lama. Sampai sekarang tentu saja furniture finishing masih
tetap diharapkan untuk dapat memberikan perlindungan yang cukup.
Furniture finishing harus cukup kuat sehingga produk furniture itu dapat
menjalankan fungsinya sebagai alat-alat untuk rumah tangga. Kekuatan
yang diharapkan oleh suatu produk furniture sangat tergantung dari
kegunaan dari produk tersebut. Misalnya suatu finishing untuk produk
outdoor furniture diharapkan dapat tahan terhadap cuaca udara luar seperti:
panas, dingin, hujan. Finishing untuk indoor furniture seperti: bed room set
harus bisa membuat produk mebel itu dapat dibersihkan dengan mudah dan
bisa digunakan tanpa mengotori pakaian atau benda yang diletakkan
diatasnya.
6
2. Fungsi keindahan dari finishing Pada perkembangan berikutnya ternyata
finishing juga berfungsi untuk memberikan keindahan pada suatu produk
mebel. Semakin berkembangnya dan maju suatu peradaban maka
kebutuhan terhadap nilai keindahan dan seni ini menjadi semakin penting.
Suatu produk mebel sekarang ini tidak hanya dilihat dari fungsinya saja,
tetapi semakin lama semakin dibutuhkan untuk dapat memenuhi selera dari
pemakainya. Fungsi estetika dari finishing ini pada saat ini menjadi semakin
diperlukan bagi suatu produk furniture. Pada saat ini dimana teknologi dan
informasi mengenai pembuatan mebel sudah menyebar dan dikuasai oleh
sebagian besar pelaku industri mebel, maka fungsi suatu produk mebel
hampir sudah dapat dipenuhi oleh semua produk mebel yang ditawarkan ke
pasar. Pada kondisi ini maka kunci untuk menarik pembeli adalah dengan
memberikan design dan model yang bisa menarik dan cocok dengan selera
para pembeli. Karena itulah maka saat ini telah berkembang berbagai
macam model dan desain produk mebel seperti: model klasik, model antic,
model kontemporer, model minimalis dan lain-lain. Untuk melengkapi
desain mebel tersebut maka suatu produk mebel membutuhkan suatu
penampilan finishing yang sesuai dengan model-model tersebut. Pada saat
ini maka saat ini telah berkembang berbagai macam model finishing
menyesuaikan dengan perkembangan model mebel tersebut misalnya
finishing gaya antik, finishing gaya klasik, simple finish, natural finish, dan
lain-lainnya. Sebagai departemen terakhir dalam proses pembuatan mebel
maka proses finishing harus bisa menyesuaikan dengan model mebel yang
sudah ada untuk bisa menghasilkan suatu produk mebel yang menarik dan
disukai oleh banyak orang yang akan membelinya.
7
1. Pengahalang daya lekat bahan finishing.
2. Pengganggu penampilan keindahan.
3. Penentuan detail perabot atau benda kerja yang perlu dan tak perlu di-
finishing
1. Persiapan permukaan
2. Pengisian pori-pori kayu.
3. Pewarnaan permukaan.
4. Pelapisan dasar permukaan kayu.
5. Pelapisan antar media.
6. Pelapisan akhir permukaan finishing.
7. Pemolesan permukaan.(Prasetyo, 1999).
1. Sistem finishing.
2. Pengetahuan substrat kayu.
3. Pengetahuan bahan finishing.
4. Cara aplikasi.
5. Kondisi operasional proses finishing.
6. Penempatan dan hasil finishing.
8
mengalami kegagalan. Misal, faktor penempatan barang jadi yang seharusnya untuk
di bawah atap atau di dalam ruang (in door), ditempatkan di luar ruang (out door)
maka akan mudah rusak ( Sunaryo, 1997)
Kertas amplas atau kertas pasir, demikian juga disebut dengan kertas amril,
telah lama dipakai di dalam industri maupun aplikasi finishing. Sebetulnya tidaklah
tepat diambil istilah “kertas”. Pada kenyataannya, amplas tidak hanya dibuat dari
bahan kertas saja. Bahan media yang biasa dipakai amplas adalah kanvas atau kain
tebal, kertas itu sendiri, kombinasi antara kertas dan kain yang merupakan kertas
berserat, lembaran fibre glass yang bisa ditekuk untuk bisa mengamplas
profilprofil, serta bahan PVC untuk mengamplas profil.
Pengamplasan secara prinsip dengan kertas amplas yang tajam dan tekanan
secukupnya, agar supaya urat/serat kayu tidak menjadi tertekan atau tanpa terjadi
bekas. Kertas amplas harus bebas dari butiran besi karena kertas amplas yang
mengandung bahan dari besi menyebabkan noda gelap pada kayu (Kasmudjo,
2002).
9
macam yaitu air dan thinner. Wood filler yang berpelarut air lebih lunak dan lebih
lambat mengering dibandingkan dengan wood filler yang berpelarut thinner. Proses
aplikasi wood filler ke pori-pori kayu bisa dengan skrap atau kapi untuk bidang
permukaan lebar dan rata, bisa juga menggunakan kuas atau kaos dengan sedikit
tekanan ke permukaan kayu yang berprofil, sempit, dan tidak rata ( Mulyana, 2007).
Berikut adalah tahapan finishing:
1. Wood Filler, menutup pori-pori kayu bukanlah hal yang sulit, Anda bisa
menutupnya dengan wood filler atau yang lebih terkenal dengan sebutan
dempul. Bentuk dari dempul adalah padat sehingga cara
mengaplikasikannya adalah dengan pisau pallet kemudian ditunggu benar-
benar kering baru dilapisi oleh cat selanjutnya. Wood Filler tidak hanya
digunakan untuk menutup pori-pori kayu tetapi juga dimanfaatkan untuk
memperbaiki cacat tekstur pada permukaan kayu agar terlihat rata.
2. Wood Stain. Produk ini adalah termasuk produk coloring, dengan produk
inilah Anda akan memberikan warna natural pada furniture. Anda bisa
memilih berbagai warna seperti warna mahoni, warna jati, warna walnut
atau warna salak brown. Warna jati sendiri terdiri berbagai macam seperti
yellow teak, red teak, dll. Aplikasi wood stain sangat mudah karena
bentuknya yang cair Anda bisa menggunakan air atau thinner tergantung
jenis cat yang digunakan. Alat yang diguankan ada berbagai macam mulai
dari kuas, roller, spray gun, metode wipping dan juga bisa direndam.
Bahan yang mahal tidak menjamin hasil finishing yang baik dan berkualitas.
Banyak faktor yang ikut menentukan kualitas hasil finishing. Cara aplikasi
merupakan salah satu faktor yang penting menentukan kualitas hasil. Ada beberapa
cara aplikasi finishing menyesuaikan dengan jenis bahan dan kualitas akhir yang
diinginkan. Satu jenis bahan finishing tidak menutup kemungkinan untuk memakai
lebih dari satu cara aplikasi. Berikut ini beberapa cara aplikasi finishing.
10
permukaan benda kerja, terutama pada bagian sudut & tersembunyi bisa
terlapisi bahan finishing..
2. Wiping (pemolesan dengan kain) Proses ini sebaiknya tidak dipakai sebagai
proses awal/dasar. Walaupun demikian beberapa bahan finishing tertentu
hanya bisa diaplikasikan dengan cara ini, misalnya politur. Kualitas
permukaan lebih baik dari proses celup tapi membutuhkan waktu lebih
lama.
3. Brush (kuas).Merupakan cara paling murah dan mudah di antara yang lain.
Hanya saja harus hati-hati dalam memilih kuas yang berkualitas. Bahan
finishing yang cocok untuk cara ini termasuk cat, varnish dan pewarna.
Sebagaimana ujung kuas, hasil permukaan finishing tidak sehalus dan serata
aplikasi spray atau poles.
4. Spray (semprot) Membutuhkan beberapa alat tambahan khusus tapi tidak
terlalu mahal. Alat utama yang diperlukan adalah kompressor untuk
membuat tekanan udara dan spray gun, suatu alat untuk menyemprotkan
bahan finishing bersamaan dengan udara bertekanan ke bidang kerja.
5. Shower (curah) Metode ini diimplementasikan pada mesin finishing curtain
(tirai), bahan finishing dicurahkan ke permukaan benda kerja dengan
volume dan kecepatan tertentu sehingga membentuk lapisan tipis di atas
permukaan benda kerja. Cara pengeringannya tergantung bahan finishing
yang digunakan. Kebanyakan digunakan oleh pabrik flooring (parket) atau
furniture indoor lainnya yang memakai papan buatan.
6. Rolling. Prinsipnya sama dengan roller yang dipakai untuk mengecat
tembok, tetapi yang dimaksud disini adalah alat aplikasi sebuah mesin roller
yang seluruh permukaannya terbalut dengan bahan finishing cair dan benda
kerja (papan) mengalir di bawahnya ( Prasetyo, 1999).
11
ruangan) serta vernis interior dan eksterior (pemakaian di dalam dan di luar
ruangan). Lapisan film vernis interior umumnya memerlukan kekerasan dan
ketahanan terhadap bahan kimia (terutama asam), sedangkan vernis eksterior
memerlukan lapisan film yang keras namun lebih lentur agar memiliki daya tahan
yang baik terhadap cuaca. Unsur-unsur dalam vernis eksterior harus memiliki
ketahanan terhadap kerusakan karena pengelupasan, retak, timbulnya noda (bintik-
bintik), penguningan dan kehilangan kilap (Marino, 2003).
Pertama jarak spray gun. Apabila jarak spray gun dengan area
permukaan terlalu dekat maka berakibat jumlah cat yang teraplikasi akan
kebanyakan / lapisan menjadi tebal dan bisa meleleh. Sebaliknya jika
terlalu jauh bisa mengakibatkan cat menjadi tipis dan kasar. Jarak yang
tepat ialah antara 100 hingga 200 mm.
Kedua yaitu sudut spray gun. Alangkah baiknya sudut spray gun
dengan permukaan ialah 90 derajat. Spray gun mesti dipegang sesuai sudut
tersebut secara continue supaya hasilnya menjadi rata.
12
Buka tabung spray gun dan kondisikan pada posisi terbalik (supaya
sisa cairan menetes keluar). Buka air cup bersikan menggunakan sikat halus
dan thiner. Bersihkan nozzle menggunakan sikat halus dan flasing berulang
kali.
Sebelum itu, lepaskan seluruh bagian / part kecil spray gun yang dapat
dilepas, masukkan kedalam gelas dan rendam dengan thinner (thinner A
special atau thinner polyurethane), rendam dengan lama 30 menit.
Lepas pula cup spray gun, untuk saluran cat (pada bagian yang susah
dibersihkan), Anda dapat memakai cara mengambil gelas air mineral
(tuangkan thinner secukupnya), rendam selama 30 menit , ini berguna untuk
melarutkan dan melunakkan bekas cat atau pernish yang mengeras.
13
Setelah selesai dengan part tadi, sekarang giliran cup spray gun untuk
di bersihkan, gunakan juga jarum untuk mengorek sisa-sisa cat dan pernish
yang telah melunak, bersihkan hingga bersih sekali.
Bagian-bagian :
Paint Cup.
Saluran Cat
Jarum.
Fluid Tip.
Air Cap.
Sekrup penyetel fan
speader.
Sekrup penyetel fluida.
Sekrup penyetel udara
Saluran udara.
Trigger.
Cara Memilih Spray Gun yang Baik/Berkualitas :
14
BAB 3
STANDARD OPERATING PROCEDURE
(SOP)
15
pengecatan yang lamban akan membuat cat berkumpul dan meleleh
sehingga hasilnya biasaya keriput.
10. Gerakan mengecat sebaiknya kekanan dan kekiri atau keatas dan
kebawah dengan disesuaikan dan pastikan tidak berhenti belum selesai.
11. Pada saat pengecatan atur jarak semprotan cat kira kira 30 cc dari bahan
yang akan di cat atau disesuaikan dengan tekanan angina yang keluar
12. Tunggu hingga kering dan lakukan pengecatan ulang.
13. Pada tahap terakhir gunakan cat duco dan untuk warna sesuaikan dengan
keinginan. Untuk campuran cat duco seperti pada umumnya dicampur
dengan thinner untuk pengencer gunakan secukupna.
14. Kemudian campuran cat duco dan thinner tuangkan ketabung spray gun
yang tersambung pada selang angina kompresor.
15. Lalu lakukan pengecatan dengan teknik pengecatan sama halnya dengan
pengecatan poxy.
16. . Saat pengecatan selesai, lakukan pengeringan hingga cat benar benar
kering.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Ketika kita praktik diharapkan serius dan focus dan juga diharapkan
tidak menjadi bahan permainan, karena dalam furniture ini butuh ketekunan dan
ketelatenan, sehingga akan menghasilkan kualitas furniture yang baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
18