Anda di halaman 1dari 2

Sejarah

Inventarisasi Hutan pertama kali dilakukan pada sekitar abad ke-14 yang dimana pada
saat itu terjadi eksploitasi tambang secara besar-besaran yang mengakibatkan sumber daya
hutan terkena dampaknya. Inventarisasi Hutan merupakan aplikasi teknik sampling, sehingga
Inventarisasi Hutan mulai berkembang hingga abad ke-19 dan abad ke-20. Dimulai dari abad
tersebut, Inventarisasi Hutan merupakan salah satu komponen terpenting dalam perencanaan
kehutanan, dikarenakan penggunaan ilmu statistika untuk Inventarisasi Hutan mengalami
peningkatan. Pada tahun 1860-an, dilaksanakan Inventarisasi Hutan Hujan Tropis,
Selanjutnya perkembangan Inventarisasi Hutan mengalami peningkatan disebabkan oleh:
Peningkatan permintaan dan penawaran pasar kayu; Kemajuan ilmu pengetahuan; dan
Perkembangan teknologi sarana dan prasarana.
Inventarisasi Hutan berasal dari bahasa Inggris yakni Forest Inventore (atau Forest
Inventory), diserap ke bahasa Belanda menjadi Bosch Inventarisatie, dan istilah tersebut
digunakan oleh pengelola hutan pada jaman kolonial di Indonesia dengan sebutan Inventore
Hutan. Penggunaan istilah Inventore Hutan ataupun Perisalahan digunakan oleh para
pengelola hutan jati di Jawa pada jaman kolonial dikarenakan cara inventarisasi hutan yang
dilakukan menggunakan metode okuler sebagai metode inventarisasi hutan. Metode Okuler
yang dimaksud adalah sebuah metode untuk menggambarkan kualitas suatu pohon atau
tegakan pada akhir tebangan atau akhir daur, yang dilakukan dengan membuat deskiptif,
risalah, atau catatan tentang keaadaan hutan jati secara kualitatif. Hingga setelah
kemerdekaan sampai sekarang, penggunaan istilah Inventore Hutan beralih ke Inventarisasi
Hutan dikarenakan penggunaan bahasa baku. Inventarisasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah kegiatan pencatatan dan/atau pengumpulan suatu barang atau data
(yang dimaksud dalam artikel ini adalah hutan). Sampali saat ini, istilah Inventarisasi Hutan
mengalami perkembangan dan juga memiliki istilah-istilah lainnya, seperti Timber Cruising,
Cruising, Timber Estimation, Forest Survey, dan Penaksiran Potensi Hutan.
Inventarisasi Hutan disahkan menurut UU No. 41 tahun 1999 Pasal 13 dan diperjelas
oleh PP No. 44 tahun 2004 Pasal 5. Menurut kedua pasal tersebut, Inventarisasi Hutan adalah
suatu cara untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumber daya,
potensi kekayaan alam hutan serta lingkungannya secara lengkap.

Pelaksanaan

Bedasarkan UU No. 41 tahun 1999 dan PP No. 44 tahun 2004, Inventarisasi Hutan
dilaksanakan berdasarkan tingkatannya. Tingkatan tersebut terdiri dari tingkatan nasional,
tingkatan wilayah, tingkatan daerah aliran sungai (DAS), dan tingkat unit pengelolaan.
Pelaksanaan Inventarisasi Hutan dapat dilakukan dengan cara survei melalui Pengindraan
Jauh (atau Citra atau Inderaja) dan Terrestris.

Metode-Metode Inventarisasi

Metode Sampling yang tepat akan menghasilkan data yang obyektif dan data tersebut
tidak bias. Pemilihan Metode Sampling ditentukan bedasarkan kriteria hutan yang akan
disampling. Berikut merupakan contoh-contoh Metode Sampling yang digunakan dalam
Inventarisasi Hutan adalah Sampling Acak Sederhana (atau Simple Random Sampling),
Sampling Sistematik, Continous Strip Sampling, Line Plot Sampling, Sampling Stratifikasi,
Sampling Bertingkat (atau Multistage Sampling) dan Intensitas Sampling (IS).
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Inventarisasi_hutan

Anda mungkin juga menyukai