Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIK

PENGUKURAN DAN PEMETAAN HUTAN

“PENGUKURAN REKONSTRUKSI (POLIGON)”

OLEH :

MUH HARIYANTO H
A0218306
A KEHUTANAN 2018

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
MAJENE
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan laporan
ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para
sahabatnya. Laporan ini berjudul “Pengukuran Rekonstruksi (Poligon)” yang
merupakan salah satu syarat kelulusan mata kuliah Pengukuran dan Pemetaan
Hutan.
Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
kedua orang tua atas doa dan kasih sayangnya, kepada dosen pembimbing serta
teman-teman dan pihak yang telah membantu sehingga terselesainya laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Mamuju, 18 Juni 2020

Muh Hariyanto H

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan ....................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran dan Alat Pengukuran yang Digunakan.......................... 3
2.2 Poligon .............................................................................................. 4
BAB III METODE PRAKTIK
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 6
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 6
3.3 Pengolahan Data................................................................................. 7
3.4 Peta ................................................................................................... 8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................................. 9
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 10
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 12
5.2 Saran ................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13
LAMPIRAN .................................................................................................. 14

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tally sheet hasil pengukuran............................................................. 9

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5. Poligon terbuka ............................................................................. 4


Gambar 6. Poligon tertutup ............................................................................ 5
Gambar 7. Poligon tertutup ............................................................................ 8

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Peta poligon kertas grafik................................................................................ 14
Peta poligon tertutup kertas kalkir.................................................................. 15

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran dan pemetaan hutan terdiri dari dua kegiatan yaitu
pengukuran hutan dan pemetaan hutan. Dua kegiatan tersebut sangat
berkaitan. Jika dilihat dari urutannya pengukuran berkaitan dengan kegiatan
hulu sedangkan pemetaan adalah kegiatan hilir. Pemetaan dengan arti lain
akan bisa dilakukan manakala pengukuran telah selesai dilakukan. Kegiatan
pengukuran dan pemetaan di kalangan masyarakat lebih dikenal dengan nama
survei dan pemetaan.
Sekarang apa pengertian pengukuran hutan ? Apa pengertian
pemetaan hutan ? Pengukuran hutan adalah kegiatan menentukan titik batas di
atas permukaan bumi (tanah atau perairan) dari suatu areal hutan untuk
memisahkan kawasan hutan dengan selain kawasan hutan, atau membagi
jenis kawasan hutan yang memiliki perbedaan fungsi atau peruntukan. Ilmu
yang mendasari pengukuran hutan ini adalah ilmu ukur tanah. Ilmu ukur
tanah tersebut merupakan sebagian kecil dari ilmu yang lebih luas yang
dinamakan Ilmu Geodesi.
Pemetaan hutan adalah kegiatan menggambarkan suatu kawasan hutan
yang ditransformasikan ke dalam media datar dan diperkecil yang didasari
dengan seni dan teknik kartografi. Ilmu Kartografi sendiri memiliki definisi
sebagai gabungan dari ilmu, seni dan teknik dalam pembuatan
(penggambaran) peta sehingga jelas untuk melakukan pemetaan hutan dasar
ilmu yang akan dipelajari adalah Ilmu Kartografi. Guna mengenal lebih jauh
tentang ilmu yang mendasari pemetaan hutan yaitu ilmu ukur tanah dan ilmu
yang mendasari pemetaan hutan yaitu kartografi, mari kita pelajari terlebih
dahulu satu demi satu.

1
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan
1. Mengetahui letak suatu areal
2. Mengetahui luas suatu areal
1.2.2 Kegunaan
1. Diharapkan mampu menggambar/memperlihatkan pada kertas grafik
letak suatu lokasi, kenampakan dan luasan areal/wilayah.
2. Dapat diaplikasikan pada kegiatan perencanaan suatu wilayah,
penataan areal kerja dan pembuatan batas kawasan hutan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran dan Alat Pengukuran yang Digunakan


2.1.1 Pengukuran

Pengukuran titik-titik kontrol (control survey) adalah


pekerjaan pengukuran pemasangan patok-patok yang kelak akan
digunakan sebagai titik- titik dasar dalam berbagai macam
pekerjaan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan untuk
memperoleh hubungan posisi di antara titik-titik dasar yang
disebut juga dengan titik-titik kontrol yang hasilnya akan
dipergunakan untuk pengukuran detil yang akhirnya berupa
peta-peta, peta udara dan lain-lain (Sosrosodarsono, 1997).

2.1.2 Dasar Pemetaan


Tahap awal sebelum melakukan suatu pengukuran adalah
dengan melakukan penentuan titik-titik kerangka dasar pemetaan pada
daerah atau areal yang akan dilakukan pengukuran yaitu penentuan
titik-titik yang ada di lapangan yang ditandai dengan patok kayu, paku
atau patok permanen yang dipasang dengan kerapatan tertentu, fungsi
dari sistem kerangka dasar pemetaan dengan penentuan titik-titik inilah
yang nantinya akan dipakai sebagai titik acuan (reference) bagi
penentuan titik-titik lainya dan juga akan dipakai sebagai titik kontrol
bagi pengukuran yang baru. Pengukuran dilaksanakan untuk
memperoleh data sudut dan jarak dilapangan yang akan dihasilkan
suatu data posisi berupa data koordinat (X,Y) yang dapat digunakan
dalam pembuatan peta dasar teknik, (Brinker.1987).

3
2.1.3 Patok
Petak yang biasa dipakai dalam klaster plot umumnya berbentuk
persegi yang dapat mewakili suatu data. Ukuran minimum petak dapat
ditentukan menggunakan kurva spesies area yang ditentukan dengan
dasar bahwa penambahan luas tidak menyebabkan kenaikan jumlah
spesies lebih dari 5 % (Indriyanto, 2015).

2.2 Poligon
Poligon (poly = banyak, gonos = sudut) adalah serangkaian garis lurus
yang menghubungkan titik-titik di permukaan bumi. Metode poligon adalah
salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik. Tujuan pengukuran
poligon untuk menentukan koordinat titik-titik ikat (kontrol) pengukuran.
Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah
ditentukan dari pengukuran lapangan. Poligon dapat dijadikan sebagai kontrol
jarak dan sudut, basis titik untuk pengukuran selanjutnya, serta memudahkan
perhitungan pada plotting peta. Selain itu, poligon juga sebagai dasar untuk
tempat pelaksanaan pengukuran yang lainnya (Kusumawati, 2014).
Menurut Kusumawati (2014), jenis-jenis poligon terbagi menjadi dua
bagian, yaitu:
2.2.1 Poligon terbuka
Poligon jenis ini memiliki karakteristik yaitu titik awal dan akhir
pengukuran tidak sama. Pengukuran poligon terbuka memerlukan
pengulangan untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan. Poligon
terbuka terbagi menjadi poligon tidak terikat, poligon terikat sebagian,
terikat sempurna. Poligon terikat sebagian terbagi menjadi poligon
terikat sebagian koordinat dan poligon terikat sebagian azimut.

Gambar 1. Poligon Terbuka

4
2.2.2 Poligon Tertutup
Poligon tertutup merupakan metode pengukuran dimana garis-
garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak yang tertutup
secara matematis dan geometris sehingga memiliki ketelitian yang sama
atau lebih besar dari ketelitian awal. Poligon tertutup menrberikan
pengecekan pada sudut-sudut dan jarak-jarak tertentu, suatu
pertimbangan yang sangat penting. Poligon tertutup dipakai secara luas
dalam pengukuran-pengukuran titik kontrol, konstruksi, pemilikan
tanah dan topografik.

Gambar 2. Poligon Tertutup

5
BAB III
METODE PRAKTIK

3.1 Waktu dan Tempat


Dilaksanakan di Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Provinsi
Sulawesi Barat, pada hari Kamis, 18 Juni 2020 pukul 14.00 WITA s/d selesai.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada kegiatan Pengukuran Rekonstuksi
(Poligon) di Kabupaten Mamuju antara lain sebagai berikut:
1. Kalkulator
2. Alat Tulis menulis
3. Busur Derajat
4. Penggaris
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada Pengukuran Rekonstuksi
(Poligon) di Kabupaten Mamuju antara lain sebagai berikut:
1. Kertas Grafik
2. Kertas Kalkir
3. Pensil Rotring
4. Tally Sheet
5. Huruf Maal

6
3.3 Pengolahan Data
3.3.1 Jarak Datar

JD Lapang = JD Peta × Skala


1
Satuan meter
Keterangan
JL : Jarak Datar Lapangan
JP : Jarak Datar Peta
Skala : Skala peta Misal 1 : 2000

3.3.2 Jarak Datar Peta

JD Peta = JD Lapang ×1
Skala
Satuan centimeter
Keterangan
JP : Jarak Datar Peta
JL : Jarak Datar Lapangan
Skala : Skala peta Misal 1 : 2000

3.3.2 Koreksi poligon Patok

pn
JKPn = ×S
∑ Pn−1

Keterangan
JKPn : Jarak patok koreksi
Pn : Patok ke-n
∑ Pn : Jumlah patok keseluruhan
S : Jarak P0 dengan P akhir (Jarak koreksi)

7
3.4 Peta
Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk
poligon segi banyak yang dimulai dari suatu titik awal dan diakhiri
pengukuran kembali ke titik semula sehingga akan membentuk segi banyak.
Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan jarak tertentu.
Poligon tertutup ini hanya membutuhkan satu titik kontrol yang sudah
diketahui koordinatnya yaitu titik awal.

Gambar 3. Poligon Tertutup

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Tally sheet hasil pengukuran
Back JD
Azimuth JD Lap JKP
No. Patok Azimuth peta
() (m) (cm)
() (cm)
1. P0 – P1 160 + 180 = 350 20 500.000 10 0,3

2. P1 – P2 283 - 180 = 103 257 275.000 5,5 0,6

3. P2 – P3 32 + 180 = 212 148 225.000 4,5 1

4. P3 – P4 307 - 180 = 127 233 355.000 7,1 1,3

5. P4 – P5 204 - 180 = 24 336 175.000 3,5 1,6

6. P5 – P6 180 + 180 = 360 0 125.000 2,5 2

7. P6 – P7 318 - 180 = 138 222 370.000 7,4 2,3

8. P7 – P8 80 + 180 = 100 100 355.000 7,1 2,6

9 P8 – P9 140 + 180 – 40 40 280.000 5,6 3

9
4.1 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran diatas menunjukkan bahwa terdapat tiga
patok yang terdiri atas P0 sampai P9 dari 10 patok yang seharunya
didapatkan. Patok tersebut digunakan sebagai titik-titik pada penggambaran
peta poligon dengan skala 1:50.000 Data diperoleh dari berbagai alat yang
digunakan, pada pengukuran jarak lapang digunakan penggaris yang
termasuk dalam alat pengukur jarak (Yusuf & halim, 2014) Peralatan
pengukuran jarak akan mempunyai tingkatan-tingkatan yang dapat dibaca
langsung dengan jelas sehingga tidak mendua artikan gambar. Peralatan-
peralatan yang digunakan dalam pengukuran jarak yaitu penggaris centimeter
yang panjangnya bisa mencapai 30 cm. Selanjutnya untuk mengukur azimuth
digunakan busur. Semua hasil pengukuran dimasukkan ke dalam tally sheet.
Pengolahan data dimulai dengan mengubah jarak datar peta menjadi jarak
datar lapangan dengan rumus JD Lapang = JD Peta × Skala, dengan JD lapan
adalah jarak lapang dan skala. Setelah itu nilai jarak datar dikonversi ke
dalam satuan cm dengan menggunakan skala 1 : 50.000 yang berarti 1 cm
jarak di peta sama dengan 50.000 cm jarak sesungguhnya. Setelah dikonversi
nilai JD lapang diolah dengan rumus J Pada lapang : Skala untuk menentukan
jarak pada peta.
Prinsip pengukuran poligon yaitu mengetahui luas suatu daerah yang
dibatasi oleh patok-patok, dimana P akhir harus bertemu dengan P awal (P0).
Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumawati (2014), bahwa poligon tertutup
merupakan metode pengukuran dimana garis-garis kembali ke titik awal.
Dalam penentuan pembuatan peta poligon pekerjaan perencanaan pengukuran
dimulai menentukan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam
pengukuran. selanjutnya dengan penentuan titik koordinat, Titik yang dicari
koordinatnya adalah titik yang di tentukan pada kertas grafik. Titik yang
bersifat permanen yang ditentukan oleh pengukur. Titik pada kertas grafik
merupakan titik yang digunakan sebagai titik yang menjadi acuan dalam
penentuan posisi arah sudut dan jarak.

10
Pengukuran selanjutnya yaitu menentukan azimuth dengan
menggunakan busur. Azimuth adalah sudut yang diukur searah jarum jam.
Azimut ialah sudut yang dimulai dari utara yang besaran azimut antara 0°-
360°. Dalam pengukuran tanah datar, azimut biasanya diukur dari utara,
tetapi para ahli astronomi, militer dan National Geodetic Survey memakai
selatan sebagai arah acuan (Walidjatun, 2010).
Kemudian melakukan pengukuran jarak. Pengukuran jarak merupakan
data yang diperoleh dari lapangan, dapat dilakukan dengan cara manual
menggunakan penggaris centimeter. Dalam pengukuran jarak dibuat selurus
mungkin antar titik-titik poligon usahakan dalam pengukuran jarak posisi
harus sedatar mungkin.

11
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengukuran hutan adalah kegiatan menentukan titik batas di atas
permukaan bumi (tanah atau perairan) dari suatu areal hutan untuk
memisahkan kawasan hutan dengan selain kawasan hutan. Sedangkan
Pemetaan hutan adalah kegiatan menggambarkan suatu kawasan hutan yang
ditransformasikan ke dalam media datar dan diperkecil yang didasari dengan
seni dan teknik kartografi.
5.2 Saran
Dipraktik mendatang sebaiknya lebih memfokuskan bagaimana cara
membaca dan menentukan titik kordinat demi kelancaran praktik. Mahasiswa
seharusnya lebih memahami cara menghitung luas pembacaan peta dan
lapangan agar praktik mandiri dapat berjalan dengan lancar.

12
DAFTAR PUSTAKA

Brinker, R. 1987. Dasar-Fasar Pengukuran Tanah. Erlangga, Jakarta.

Indriyanto. 2015. Ekologi Hutan. Bumi Aksara : Jakarta.

Kusumawati, Yuli. 2014. Catatan Kuliah Ilmu Ukur Tanah. Pusat Survei Geologi:
Bandung.

Matondang, Jordan. 2010. Pengaruh Pengalaman Audit Independensi, dan


Keahlian Profesional Terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan
Penyajian Laporan Keuangan. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah.

Mujiyanto. 2009. Penggunaan Global Positioning System untuk Memetakan


Keberadaan Titik Kasus Penyakit. http://www.mujiyanto.com, diakses
pada 23 Desember 2013 pukul 16.00 WIB

Suyono Sosrodarsono dan Masayoshi Takasaki, (1997). Pengukuran Topografi


Dan Teknik Pemetaan, Pradnya Paramita, Jakarta.

Walidjatun, Djoko. 2010. Dasar-dasar Pengukuran Tanah (Surveying). Erlangga:


Jakarta.

13
LAMPIRAN

Gambar peta polygon kertas grafik

14
Gambar peta polygon tertutup di kertas kalkir

15

Anda mungkin juga menyukai