Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Klimatologi

I
S
U
S
U
N

Oleh :

Nama : Muh Hariyanto H

Kelas : Kehutanan A 2018

Nim : A0218306

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN & KEHUTANAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
BAB II

PEMBAHASAN

1. Tujuan dan Manfaat Ilmu Klimatologi

Ilmu klimatologi sangat bermanfaat bagi berbagai bidang, seperti pertanian,


kehutanan, perhubungan, peternakan, perdagangan dan pariwisata. Klimatologi memiliki
tujuan untuk membuat penggolongan iklim, sehingga akan lebih mudah dalam
mempelajarinya. Ilmu klimatologi digunakan untuk menuliskan atau menguraikan serta
menerangkan hakikat tentang iklim, distribusi iklim terhadap ruang, dan variasinya
terhadap waktu, serta hubungan iklim dengan berbagai unsur lain dari lingkungan alam
dan aktivitas manusia.

Sedangkan manfaat dari klimatologi sendiri adalah meningkatkan upaya waspada


terhadap akibat negatif yang bisa ditimbulkan oleh kondisi dan situasi cuaca atau iklim
yang ekstrim. Klimatologi juga dapat dimanfaatkan untuk menyesuaikan diri dengan
karakter iklim setempat, sehingga dapat terhindar dari hambatan yang ditimbulkannya.
Selain itu, klimatologi memiliki manfaat sebagai upaya penyusunan rekayasa bidang
teknik, sosial dan ekonomi dengan cara menerapkan teknologi pemanfaatan sumber daya
cuaca atau iklim, seperti pembangkit listrik tenaga surya atau tenaga angin, hujan buatan,
sistem pertanian hidroponik, rumah kaca, dan sebagainya.
2. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim

Cuaca dan iklim di bumi ini senantiasa berubah-ubah. Walau begitu, sifat dan
polanya pada kawasan tertentu memiliki kecenderungan yang sama. Cuaca dan iklim
dapat terbentuk karena unsur-unsur sinar matahari, suhu/temperatur, kelembapan udara,
tekanan udara, curah hujan, angin, dan awan.

a. Sinar Matahari

Bumi beredar mengelilingi matahari pada lintasan elips yang disebut


garis edar. Matahari yang berpijar memancarkan sinarnya ke segala arah, dan
bumi yang mengelilinginya pun menerima sinar matahari tersebut. Proses
penyinaran matahari pada bumi disebut insolasi. Sebagai akibat penyinaran
matahari, terjadi pemanasan di permukaan bumi. Proses pemanasan tersebut
dinamakan radiasi. Radiasi dari sinar matahari menjadi sumber pemanas utama
bagi bumi.

b. Suhu atau Temperatur

Adanya perbedaan tingkat pemanasan matahari di permukaan bumi,


menyebabkan suatu kawasan akan memiliki perbedaan suhu dengan kawasan
lainnya. Sebagian panas yang sampai ke permukaan bumi diserap dan sebagian
lagi dipantulkan. Pantulan sinar matahari tersebut akan sangat memengaruhi suhu
di kawasan tersebut. Kawasan permukaan bumi yang berada pada posisi 0–
230LU dan LS akan mengalami pemanasan yang lebih banyak dibanding
kawasan lainnya, sehingga suhunya tinggi. Ini disebabkan penyinaran terjadi
secara tegak lurus. Adapun kawasan yang berada pada posisi 23–400 LU dan LS
bersuhu sedang karena sudut penyinaran lebih rendah dibandingkan pada
kawasan dengan posisi 0–230 LU dan LS. Sementara, daerah dengan kawasan
lintang dekat kutub akan bersuhu rendah karena penyinaran lebih miring lagi.
c. Kelembapan Udara

Pemanasan yang terjadi pada permukaan bumi menyebabkan air-air yang


ada pada permukaan bumi, baik di daratan maupun lautan, menguap dan termuat
dalam udara. Kandungan uap yang ada dalam udara ini dinamakan kelembapan
udara. Kelembapan udara dapat berubah-ubah, tergantung pada pemanasan yang
terjadi. Makin tinggi suhu di suatu kawasan, maka makin tinggi pula tingkat
kelembapan udara di kawasan tersebut, karena udara yang mengalami
pemanasan, merenggang dan terisi oleh uap air.

d. Tekanan Udara

Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul oleh adanya berat dari
lapisan udara. Udara merupakan kumpulan gas yang masing-masing memiliki
massa dan menempati ruang. Karena massa yang dimilikinya, udara pun
memiliki tekanan. Suhu di suatu kawasan sangat berpengaruh terhadap tekanan
udara di kawasan tersebut. Bila suhu makin tinggi, maka tekanan udara akan
makin rendah. Ini disebabkan udara yang hangat bersifat renggang. Sebaliknya,
bila suhu makin rendah, maka tekanan udara akan makin tinggi karena udara
yang dingin lebih padat daripada udara yang panas. Berdasarkan hal tersebut,
suhu sangat menentukan perbedaan tekanan udara di setiap kawasan di muka
bumi ini.

e. Angin

Seperti telah kita ketahui, tekanan udara di setiap kawasan di bumi ini
tidak sama. Karena adanya perbedaan tekanan udara di dua kawasan yang
berbeda, maka udara yang berada di salah satu kawasan tersebut akan bergerak di
kawasan lain. Udara akan bergerak dari daerah dengan tekanan udara tinggi ke
daerah dengan tekanan yang lebih rendah untuk mengisi ruang. Maka udara
bergerak dari daerah yang dingin ke daerah yang lebih panas. Udara yang
bergerak ini disebut angin.
f. Curah Hujan

Hujan ialah suatu proses jatuhnya air (H2O) dari udara ke permukaan
bumi. Air yang jatuh dapat berbentuk cair maupun padat (es dan salju). Hujan
terjadi karena menguapnya air sebagai akibat dari pemanasan sinar matahari.
Uap-uap air tersebut kemudian naik ke atmosfer dan mengalami kondensasi
sehingga membentuk awan. Lama-kelamaan, awan akan makin berat, karena
kandungan airnya makin banyak. Bila uap air di awan telah mencapai jumlah
tertentu, maka titik-titik air pada awan tersebut akan jatuh sebagai hujan.

g. Awan

Awan adalah kumpulan besar dari titik-titik air atau kristalkristal es yang
halus di atmosfer. Pada waktu musim kemarau sedikit sekali kita jumpai awan di
udara karena penguapan yang terjadi sedikit, akan tetapi di musim hujan kita
dapat menjumpai banyak sekali awan dengan berbagai bentuk dan variasinya, hal
ini karena kandungan uap air di udara cukup banyak.

h. Faktor Pengendali Iklim

1.) Pancaran radiasi surya


Matahari adalah sumber energi utama bagi bumi sejak lama dianggap
sangat mempengaruhi variabilitas iklim. Pemanasan matahari pada siang hari
dan pendinginan pada malam hari dalam skala harian, atau musim panas dan
musim dingin dalam skala tahunan, berperan besar pada gerakan massa udara
dalam bentuk angin, baik dalam skala lokal maupun global. Demikian juga
penguapan air di permukaan bumi oleh matahari sehingga menjadi awan dan
dari awan itu turun hujan kemudian airnya mengalir ke tempat yang rendah,
tampak jelas peranan matahari dalam siklus hidrologi yang merupakan
gerakan massa air.
2.) Ketinggian tempat diatas permukaan laut
Suhu udara akan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya
ketinggian tempat dari permukaan laut. Suhu menurun sekitar 0.6oC setiap
100 meter kenaikan ketinggian tempat. Permukaan bumi merupakan
permukaan yang sangat kasar. Sebagai buktinya ada daerah yang landai dan
tinggi/curam. Berdasarkan variasi kekasaran, permukaan daratan digolongkan
menjadi tiga:
 Dataran tinggi  > 700 m dpl
 Dataran menengah 400-700 m dpl
 Dataran rendah  < 400 m dpl

Perbedaan dataran tinggi dan dataran rendah


Indicator Dataran Tinggi Dataran Rendah
Suhu Rendah Tinggi
Tekanan Udara Rendah Tinggi
Kelembaban Tinggi Rendah

3.) Letak lintang / Derajat Lintang


Garis lintang itu adalah garis maya yang melingkari bumi ditarik dari
arah barat hingga ke timur atau sebaliknya , sejajar dengan equator (garis
khatulistiwa). Garis lintang terus melingkari bumi, dari equator hingga ke
bagian kutub utara dan kutub selatan bumi. Menurut penamaannya, kelompok
garis yang berada di sebelah selatan equator disebut Lintang Selatan (S).
Sedangkan kelompok garis yang berada di sebelah utara equator disebut
Lintang Utara (U). Jarak antar garis dihitung dalam satuan derajat. Garis
lintang yang tepat berada pada garis khatulistiwa disebut sebagai 0º (nol
derajat). Makin ke utara atau ke selatan, angka derajatnya makin besar hingga
pada angka 90º (Sembilan puluh derajat) pada ujung kutub utara atau kutub
selatan. Satuan derajat bisa juga disebut Jam sehingga setiap derajat terbagi
menjadi 60 menit (diberi symbol ‘) dan setiap menit terbagi lagi menjadi 60
detik (diberi symbol ”). Jika misalnya garis lintang suatu tempat tertulis
seperti ini : 57º 27’ 14”S, maka dibaca sebagai 57 derajat 27 menit 14 detik
Lintang Selatan. Pada system pemetaan internasional huruf U sebagai
Lintang Utara diganti dengan huruf N (North). Sedangkan Lintang Selatan
tetap menggunakan huruf S karena Selatan dalam bahasa Inggris (South) juga
berawalan huruf S.
4.) Posisi Terhadap Lautan
Pergerakan air laut meliputi 1/4 dari total penyebaran panas untuk
iklim di seluruh dunia, suhu suatu perairan dapat memengaruhi suhu udara di
atasnya yang kemudian bersama sama membawa uap air (udara lembab) ke
suatu daratan, misalnya angin muson Barat yang lembab yang melewati
perairan luas yang kemudian melintasi Indonesia banyak menurunkan hujan
di sebagian besar wilayah Indonesia.
5.) Pusat Tekanan Tinggi dan Rendah
Pemusatan tekanan udara tinggi dan rendah menyebabkan dinamika
angin. Tekanan tinggi menyebabkan angin bergerak menuju daerah
bertekanan rendah. Sebagai salah satu unsur cuaca, pemusatan tekanan sangat
berperan sebagai pengendali cuaca. Di daerah pusat- pusat tekanan tinggi
maupun rendah menyebabkan cuaca di daerah tersebut berbeda dengan
daerah lainnya. Perbedaan tekanan ini dapat dibuktikan dengan adanya
pergerakan angin yang relatif cepat. Sehingga dengan adanya pergerakan
tersebut, dapat diketahui keadaan cuaca pada saat itu dan prakiraan cuaca
untuk hari-hari berikutnya. Prakiraan cuaca ini dapat dilakukan dengan
mengukur tekanan udara dan unsur-unsur cuaca lainnya. Selain itu dengan
melihat peta isobar, yaitu untuk memperkirakan arah gerakan angin suatu
daerah. Karena didalam peta isobar terdapat informasi besarnya tekanan pada
garis-garis yang menghubungkan daerah-daerah yang bertekanan sama.
6.) Massa Udara
Massa udara merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi
perbedaan dan perubahan iklim di permukaan wilayah bumi. Hal ini
disebabkan massa udara yang dinamis, tidak selalu tetap berada di
wilayahnya, tetapi dapat bergerak ke wilayah lain. Saat pergerkan massa
udara terjadi, pertemuan massa udara yang berasal dari dua wilayah tersebut
akan membentuk bidang batas yang disebut front. Massa udara dapat
mengalami perubahan sifat. Ini terjadi saat massa udara meninggalkan
sumbernya dan berinteraksi dengan permukaan yang dilalui sehingga
mengubah kestabilan dan sifat dari massa udara tersebut. Sifat-sifat massa
udara ini yang akhirnya mempengaruhi iklim di permukaan bumi terutama
pada suhu dan kelembapan massa udara.
7.) Arus Laut
Arus laut yang dingin akan menurunkan suhu udara di daratan,
sedangkan arus laut panas akan menaikkan suhu di daratan. Misalnya, Arus
Teluk Atlantik Utara mempertahankan suhu musim dingin di sepanjang
pantai di Eropa Barat di atas 0°C. demikian juga pengaruh arus panas
Kuroshiwo pada pantai-pantai di sekitarnya. Arus yang mengarah ke kutub
pada umumnya bersifat lebih panas dari pada lingkungan sekitarnya,
sehingga dinamakan arus panas. Sebaliknya arus yang menuju equator pada
umumnya bersifat dingin dari pada lingkungan sekitarnya, sehingga arus
dingin.
8.) Halangan pegunungan / Topografi
Adanya perubahan suhu, tekanan dan kelembaban disekitar
gunung penghalang menghasilkan beberapa fenomena cuaca.
Fenomena tersebut adalah angin lembah, angina gunung dan hujan
orografis. Berikut adalah penjelasan dari ke tiga fenomena tersebut.
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari lembah gunung
kearah puncak gunung yang terjadi pada siang hari. Terjadinya aliran
angin ini disebabkan karena perbedaan kerapatan udara di daerah
lembah dan puncak gunung. Pada siang hari puncak gunung menerima
panas lebih tinggi dibanding di lembah yang terlindung,
Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung
menuju ke lembah dan terjadi pada malam hari. Pada malam hari
proses pemanasan berhenti dan udara di sekitar puncak pegunungan
mengalami pendinginan lebih cepat. Adanya proses pendinginan ini
mengakibatkan udara dari puncak gunung turun ke dasar lembah.
Hujan terjadi di daerah pegunungan, yaitu massa udara yang
berhembus secara horizontal di permukaan terhalang oleh gunung atau
bukit-bukit, sehingga massa udara yang mengandung uap air tersebut
dipaksa didorong keatas, dan cepat terkondensasi karena suhunya
semakin rendah.
3. Sistem Klasifikasi Iklim

a. Sistem Klasifikasi Iklim Koppen

Sistem klasifikasi iklim Koppen ini paling sering digunakan di dunia


yang berdasarkan pada rata- rata suhu tahunan dan bulanan, dan vegetasi asli.
Menurut Koppen, iklim di dunia terbagi menjadi 5 kelas yang disimbolkan
dengan huruf A-E, berikut penjelasannya:

 Iklim hujan tropis (A) : Suhu berkisar antara 18˚C-30˚C, dan memiliki curah
hujan setiap bulannya sebesar > 60mm. Vegetasi yang tumbuh subur adalah
ekosistem hutan hujan tropis.
 Iklim kering (B) : Curah hujan yang terjadi merata sepanjang tahunnya. Suhu
berkisar antara 19˚C-32˚C dan vegetasi yang tumbuh subur adalah bioma
stepa dan pada pasir atau bioma gurun.
 Iklim sedang (C) : Suhu terbagi menjadi dua yaitu suhu musim dingin yang
berkisar antara -3°C sampai kurang dari 18°C dan suhu musim panas berkisar
lebih dari 10°C. Pada iklim ini, suhu selalu lembab sepanjang tahunnya dan
bersifat kering pada musim dingin dan panas, curah hujan setiap bulannya
sekitar lebih dari 60 mm.
 Iklim dingin (D) : Suhu rata-rata adalah -3˚C sampai ≥ 10˚C. Iklim ini bersifat
dingin dan kering.
 Iklim kutub (E) : Suhu yang tercatat sekitar 0°C sampai 10°C yang disebabkan
oleh ketinggian topografi yang berada lebih dari 5000 kaki dari permukaan
laut. Vegetasi yang tumbuh adalah bioma tundra dan memiliki salju abadi.
b. Sistem Thornthwaite (1933)

Sistem ini juga paling sering digunakan di seluruh dunia. Sama halnya
dengan klasifikasi iklim Koppen, sistem ini berdasarkan pada vegetasi, evaporasi,
surah hujan, dan suhu. Menurut Thornthwaite, iklim di dunia dibedakan menjadi
6 tipe, yaitu:

 Tropika  Taiga
 Mesotermal  Tundra
 Mikrotermal  Frost (dingin)

c. Sistem Mohr (1933)

Sistem ini berdasarkan pada presipitasi, evaporasi, struktur tanah dan


membagi lima golongan iklim menurut rata-rata curah hujan setiap bulannya,
yaitu basah, agak basah, agak kering, kering, dan sangat kering.

d. Sistem Klages (1942)

Sistem ini membagi iklim di dunia menjadi lima zona. Pembagian ini
berdasarkan pada suhu dan penerimaan sinar matahari sepanjang tahunnya.
Berikut pembagiannya:

 Zona tropis, suhunya melebihi dari 20˚C


 Zona sub-tropis memiliki suhu lebih dari 20˚C tapi berlangsung selama 4-11
bulan
 Zona sedang suhunya berkisar 10˚C-20˚C
 Zona dingin suhunya terbagi dengan jelas, dimana satu bagian memiliki suhu
10˚C-20˚C dan yang lain bersuhu kurang dari 10˚C
 Zona kutub suhu yang tercatat adalah -1˚C
e. Sistem Flohn (1950)

Sistem ini membagi iklim berdasarkan aliran angina dan curah hujan
secara global yang meliputi:

 Zona ekuatorial, kawasan ini memiliki ciri basah dan hujan tropis yang sifat
hujannya adalah hujan muson.
 Zona tropika, kawasan ini mengalami hujan pada musim panas dan memiliki
vegetasi bioma sabana dan hutan kering.
 Zona subtropika kering, kawasan ini bersifat kering dan didominasi oleh
padang pasir atau gurun, dan vegetasinya meliputi stepa dan bioma stepa.
 Zona hujan bersalju kering, kawasan ini bercirikan turunnya hujan di musim
dingin, dan vegetasinya meliputi pohon berdaun keras.
 Zona ekstratropika, kawasan ini mengalami hujan sepanjang tahunnya dan
vegetasinya meliputi hutan heterogen dan pohonnya memiliki daun yang
lebar.
 Zona subkutub, kawasan ini memiliki hujan yang terbatas di sepanjang
tahunnya dan hutan konifer mendominasi vegetasinya.

f. Sistem Schmidt & Ferguson (1951)

Sistem ini memiliki dasar dengan sistem Mohr, namun Mohr membagi
iklim berdasarkan rata-rata curah hujan sepanjang tahunnya. Ada 8 tipe iklim
menurut sistem ini, yaitu sangat basah, agak basah, sedang, agak kering, sangat
kering, dan luar biasa kering. Pada pembagian iklim di Indonesia, sistem ini
sangat terkenal dan banyak diacu dalam bidang kehutanan dan perkebunan.
g. Sistem Oldeman (1975)

Sistem kategori klasifikasi iklim Oldeman berdasarkan pada panjang


pendeknya periode bulan basah dan kering secara berurutan dari rata-rata curah
hujan masing-masing bulan selama periode pengamatan tertentu. Dan sistem ini
sangat berguna sekali di Indonesia dalam mengklasifikasikan lahan pertanian dan
tanaman pangan karena sistem Oldeman mengklasifikasikan iklim yang dikaitkan
dengan pertanian yang menggunakan unsur curah hujan. Klasifikasi ini dibuat
meliputi bulan kering yang curah hujannya kurang dari 100 mm, bulan lembab
yang curah hujannya antara 100-200 mm, dan bulan basah yang curah hujannya
lebih dari 200 mm.

4. Peran Iklim Terhadap Kehutanan

Hubungan antara hutan dan iklim mikro telah banyak dibahas secara ilmiah,
hubungan saling ketergantungan antara satu sama lain menyebabkan banyak aspek yang
dapat dikaji dan diteliti, salah satunya jika terjadi perubahan penggunaan lahan dari hutan
menjadi non hutan.

Hutan merupakan komponen penyeimbang berbagai siklus di alam, termasuk


untuk sirkulasi iklim dan cuaca skala lokal. Peran hutan dalam mengatur temperatur bumi
dan pola cuaca adalah dengan menyimpan karbon dan air dalam jumlah besar, fungsi
sebagai pengatur ini juga memberikan pengaruh yang sangat besar pada iklim lokal.
Secara umum hubungan antara iklim, vegetasi dan hutan sangat kompleks dan masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut (Larsen and MacDonald 1998; Drobyshev 2004).

Peranan hutan sebagai pengatur iklim mikro pada lingkungan di sekitarnya sangat
penting. Tiap kondisi hutan akan memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal mengatur
iklim mikro pada suatu lingkungan hutan, misalnya temperatur udara, kelembaban
udara,penerimaan cahaya matahari, dan defisit tekanan uap air.

Timbulnya iklim mikro disebabkan oleh adanya perbedaan- perbedaan dari


keadaan cuaca dan iklim yang cukup besar terutama proses sifat fisik lapisan atmosfer
(Hassan, 1970). Dijelaskan oleh Anwar (1983), bahwa temperatur udara dekat permukaan
tanah sangat dipengaruhi oleh besarnya radiasi matahari yang diserap oleh permukaan
tanah itu sendiri. Radiasi yang diterima permukaan tanah pada siang hari, sebagian
digunakan untuk memanaskan dan merambatkan ke bagian yang lebih dalam dan
sebagian lagi diradiasikan kembali dalam bentuk gelombang panas yang memanaskan
udara dan menguapkan air. Energi radiasi matahari pendek yang merambat ke dalam
tanah diubah menjadi energi panas dalam tanah yang akan mempengaruhi temperatur
tanah tersebut.

Selanjutnya dikemukakan oleh Tjasjono (1999), bahwa ada interaksi antara


tumbuhan dan iklim. Pengaruh tumbuhan pada iklim adalah menjadi penting dengan
semakin besarnya tumbuhan dan semakin banyaknya jumlah tumbuhan. Pada mulanya
tumbuhan hanya dipengaruhi oleh iklim mikro saja, namun kemudian lambat laun
dipengaruhi oleh iklim makro dan iklim meso. Ada hubungan yang erat antara pola iklim
dengan distribusi tumbuhan, sehingga beberapa klasifikasi iklim didasarkan pada dunia
tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan dipandang sebagai sesuatu yang kompleks dan peka
terhadap pengaruh iklim misalnya pemanasan, kelembaban, penyinaran matahari, dan
lain-lain. Tanpa unsur-unsur iklim ini, pada umumnya pertumbuhan tanaman akan
terhambat, meskipun ada beberapa tanaman yang dapat menyesuaikan diri untuk tetap
hidup dalam periode yang cukup lama jika kekurangan salah satu faktor tersebut. Unsur-
unsur iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman ialah curah hujan, suhu, angin,
sinar matahari, kelembaban, dan evapotranspirasi.

Unsur iklim mikro seperti curah hujan, kelembaban relatif dan temperatur
merupakan unsur yang menunjukkan adanya perubahan pola iklim mikro di suatu wilayah
jika terjadi perubahan pada penggunaan lahan dan perubahan luas hutan dan vegetasi
(Larjavaara, 2005). Perubahan iklim mikro juga akan mempegaruhi keberadaan hutan di
wilayah tersebut karena tumbuhan memiliki ketergantungan yang besar terhadap keadaan
iklim dan cuaca (Spittlehouse, 2005).

Menurut Jumin (1989), temperatur udara dapat mempengaruhi iklim mikro


tanaman. Pada prinsipnya temperatur yang dibutuhkan oleh organ tanaman diekspos dari
matahari dan digunakan untuk beberapa proses. Temperatur akan mengaktifkan proses
fisik dan proses kimia pada tanaman. Energi panas dapat menggiatkan reaksi-reaksi
biokimia pada tanaman atau reaksi fisiologis dikontrol oleh selang temperatur tertentu.
Temperatur meningkatkan perkembangan tanaman sampai batas tertentu.
Kelembaban berperan pada perkembangan kutikula, mencegah hidrasi kutikula,
transpirasi yang akhirnya juga sangat berperan dalam mengurangi adanya water stress.
Oleh karena itu dalam mencegah water stress kelembaban nisbi lebih penting peranannya
daripada kelembaban mutlak. Kelembaban nisbi bervariasi dari satu tempat ke tempat lain
dan dari waktu ke waktu, karena dipengaruhi oleh faktor meteorologi dan fisiologi
tanaman seperti transpirasi, respirasi dan fotosintesis. Kelembaban nisbi rendah secara
morfologis mempengaruhi endapan lilin yang tebal. Kondisi ini secara fisiologis
mempengaruhi kecepatan transpirasi (Jumin, 1989).

Pengaruh-pengaruh unsur iklim diatas yang memberi pengaruh pada karakter


hutan di suatu daerah, demikian pula sebaliknya perubahan luas hutan dalam jumlah besar
akan memberi pengaruh pada keadaan iklim di suatu wilayah (Carvalho dkk, 2003).
Perubahan jumlah vegetasi disuatu tempat sebagai akibat deforestasi dan kebakaran hutan
akan mempengaruhi albedo dan iklim mikro di tempat tersebut.

5. Curah Hujan

a. Pengertian Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode waktu
tertentu yang pengukurannya menggunakan satuan tinggi di atas permukaan
tanah horizontal yang diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run off, maupun
evaporasi.

Definisi curah hujan atau yang sering disebut presipitasi dapat diartikan
jumlah air hujan yang turun di daerah tertentu dalam satuan waktu tertentu.
Jumlah curah hujan merupakan volume air yang terkumpul di permukaan bidang
datar dalam suatu periode tertentu (harian, mingguan, bulanan, atau tahunan).

Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar
selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas
permukaan horizontal. Hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan
yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan
tidak mengalir (Suroso 2006).
b. Klasifikasi

Berdasarkan ukuran butirannya, klasifikasi hujan dibedakan menjadi empat yaitu:

1.) Gerimis atau drizzle merupakan presipitasi hujan dengan jumlah sedikit
bahkan bisa disebut ringan yang umumnya memiliki diameter kurang dari
0.5 mm. Gerimis disebabkan oleh awan stratus kecil dan awan stratocumulus.
2.) Hujan salju atau snow merupakan hujan dari kristal-kristal kecil air yang
menjadi es dan memiliki temperatur di bawah titik beku.
3.) Hujan batu es merupakan batu es yang turun dari awan yang memiliki
temperatur dibawah 0° derajat celcius yang terjadi pada cuaca panas.
4.) Hujan deras atau rain merupakan curahan air yang memiliki butiran kurang
lebih 7 milimeter dan berasal dari awan yang memiliki temperatur di atas 0°.

c. Proses Terjadinya Hujan

Proses pembentukan hujan ini termasuk ke dalam siklus hidrologi di


mana air sebagai material utama yang mengalami siklus. Sedangkan suhu, cahaya
matahari, dan angin merupakan unsur yang berpengaruh dalam proses
pembentukan hujan. Hujan terjadi melalui proses yang tidak sederhana. Berikut
merupakan sekilas mengenai proses pembentukan hujan.

d. Proses Penguapan (Evapotranspirasi)

Matahari merupakan sumber energi terbesar yang menyinari bumi secara


terus menerus. Efek dari energi matahari yang besar tersebut menjadi awal mula
terjadinya hujan di permukaan bumi. Panas yang ditimbulkan dari pancaran
matahari menyebabkan semua benda yang mengandung air, kandungan airnya
menguap ke udara.

Penguapan bisa terjadi dari badan air (laut, danau, sungai dan lainnya),
daratan, serta makhluk hidup seperti tumbuhan maupun hewan. Proses perubahan
wujud dari zat cair menjadi gas disebut dengan proses penguapan.
e. Pembentukan Awan

Uap air yang tercipta dari proses penguapan akan terus naik ke atmosfer
hingga ketinggian tertentu dan mengalami kondensasi. Kondensasi merupakan
perubahan wujud dari uap menjadi cair.

Udara yang berkondensasi akan membentuk butiran air dalam ukuran


tertentu. Peristiwa kondensasi ini terjadi ketika suhu di sekitar uap air lebih
rendah dari pada titik embun uap air. Suhu yang rendah menyebabkan uap air
berubah menjadi embun. Embun terbentuk karena udara menjadi dingin dan
udara sudah tidak dapat menampung semua uap air yang ada, maka uap air
tersebut akan berubah manjadi embun.

f. Perjalanan Awan

Dengan adanya tiupan angin, awan tersebut bergerak ke lain tempat. Lalu
awan tersebut akan mengumpul dan terbentuklah awan yang lebih besar. Awan
yang terkumpul akan bergerak ke tempat yang lebih dingin dan membuat air yang
terkandung menjadi jenuh. Akibatnya warnanya menjadi semakin kelabu.

g. Hujan Turun

Awan yang jenuh membuat titik-titik air semakin berat. Akibatnya titik-
titik air tidak dapat terbendung lagi dan membuat butiran-butiran air jatuh ke
permukaan bumi yang biasa disebut dengan hujan.
DAFTAR PUSTAKA

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/iklim/ilmu-klimatologi di akses pada 7


November 2017

https://www.berpendidikan.com/2019/07/unsur-unsur-cuaca-dan-iklim-beserta-
penjelasannya.html di akses pada 7 Juli 2019

http://samudraituluas.blogspot.com/2017/01/faktor-pengendali-iklim-beserta.html
di akses pada 10 Januari 2017

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/iklim/pembagian-iklim-di-dunia di akses
pada 7 Desember 2017

https://mamadtama.wordpress.com/2014/06/05/pengaruh-iklim-mikro-terhadap-
hutan/ di akses pada 5 Juni 2014

https://foresteract.com/curah-hujan/ di akses pada 13 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai