Klimatologi
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nim : A0218306
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Cuaca dan iklim di bumi ini senantiasa berubah-ubah. Walau begitu, sifat dan
polanya pada kawasan tertentu memiliki kecenderungan yang sama. Cuaca dan iklim
dapat terbentuk karena unsur-unsur sinar matahari, suhu/temperatur, kelembapan udara,
tekanan udara, curah hujan, angin, dan awan.
a. Sinar Matahari
d. Tekanan Udara
Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul oleh adanya berat dari
lapisan udara. Udara merupakan kumpulan gas yang masing-masing memiliki
massa dan menempati ruang. Karena massa yang dimilikinya, udara pun
memiliki tekanan. Suhu di suatu kawasan sangat berpengaruh terhadap tekanan
udara di kawasan tersebut. Bila suhu makin tinggi, maka tekanan udara akan
makin rendah. Ini disebabkan udara yang hangat bersifat renggang. Sebaliknya,
bila suhu makin rendah, maka tekanan udara akan makin tinggi karena udara
yang dingin lebih padat daripada udara yang panas. Berdasarkan hal tersebut,
suhu sangat menentukan perbedaan tekanan udara di setiap kawasan di muka
bumi ini.
e. Angin
Seperti telah kita ketahui, tekanan udara di setiap kawasan di bumi ini
tidak sama. Karena adanya perbedaan tekanan udara di dua kawasan yang
berbeda, maka udara yang berada di salah satu kawasan tersebut akan bergerak di
kawasan lain. Udara akan bergerak dari daerah dengan tekanan udara tinggi ke
daerah dengan tekanan yang lebih rendah untuk mengisi ruang. Maka udara
bergerak dari daerah yang dingin ke daerah yang lebih panas. Udara yang
bergerak ini disebut angin.
f. Curah Hujan
Hujan ialah suatu proses jatuhnya air (H2O) dari udara ke permukaan
bumi. Air yang jatuh dapat berbentuk cair maupun padat (es dan salju). Hujan
terjadi karena menguapnya air sebagai akibat dari pemanasan sinar matahari.
Uap-uap air tersebut kemudian naik ke atmosfer dan mengalami kondensasi
sehingga membentuk awan. Lama-kelamaan, awan akan makin berat, karena
kandungan airnya makin banyak. Bila uap air di awan telah mencapai jumlah
tertentu, maka titik-titik air pada awan tersebut akan jatuh sebagai hujan.
g. Awan
Awan adalah kumpulan besar dari titik-titik air atau kristalkristal es yang
halus di atmosfer. Pada waktu musim kemarau sedikit sekali kita jumpai awan di
udara karena penguapan yang terjadi sedikit, akan tetapi di musim hujan kita
dapat menjumpai banyak sekali awan dengan berbagai bentuk dan variasinya, hal
ini karena kandungan uap air di udara cukup banyak.
Iklim hujan tropis (A) : Suhu berkisar antara 18˚C-30˚C, dan memiliki curah
hujan setiap bulannya sebesar > 60mm. Vegetasi yang tumbuh subur adalah
ekosistem hutan hujan tropis.
Iklim kering (B) : Curah hujan yang terjadi merata sepanjang tahunnya. Suhu
berkisar antara 19˚C-32˚C dan vegetasi yang tumbuh subur adalah bioma
stepa dan pada pasir atau bioma gurun.
Iklim sedang (C) : Suhu terbagi menjadi dua yaitu suhu musim dingin yang
berkisar antara -3°C sampai kurang dari 18°C dan suhu musim panas berkisar
lebih dari 10°C. Pada iklim ini, suhu selalu lembab sepanjang tahunnya dan
bersifat kering pada musim dingin dan panas, curah hujan setiap bulannya
sekitar lebih dari 60 mm.
Iklim dingin (D) : Suhu rata-rata adalah -3˚C sampai ≥ 10˚C. Iklim ini bersifat
dingin dan kering.
Iklim kutub (E) : Suhu yang tercatat sekitar 0°C sampai 10°C yang disebabkan
oleh ketinggian topografi yang berada lebih dari 5000 kaki dari permukaan
laut. Vegetasi yang tumbuh adalah bioma tundra dan memiliki salju abadi.
b. Sistem Thornthwaite (1933)
Sistem ini juga paling sering digunakan di seluruh dunia. Sama halnya
dengan klasifikasi iklim Koppen, sistem ini berdasarkan pada vegetasi, evaporasi,
surah hujan, dan suhu. Menurut Thornthwaite, iklim di dunia dibedakan menjadi
6 tipe, yaitu:
Tropika Taiga
Mesotermal Tundra
Mikrotermal Frost (dingin)
Sistem ini membagi iklim di dunia menjadi lima zona. Pembagian ini
berdasarkan pada suhu dan penerimaan sinar matahari sepanjang tahunnya.
Berikut pembagiannya:
Sistem ini membagi iklim berdasarkan aliran angina dan curah hujan
secara global yang meliputi:
Zona ekuatorial, kawasan ini memiliki ciri basah dan hujan tropis yang sifat
hujannya adalah hujan muson.
Zona tropika, kawasan ini mengalami hujan pada musim panas dan memiliki
vegetasi bioma sabana dan hutan kering.
Zona subtropika kering, kawasan ini bersifat kering dan didominasi oleh
padang pasir atau gurun, dan vegetasinya meliputi stepa dan bioma stepa.
Zona hujan bersalju kering, kawasan ini bercirikan turunnya hujan di musim
dingin, dan vegetasinya meliputi pohon berdaun keras.
Zona ekstratropika, kawasan ini mengalami hujan sepanjang tahunnya dan
vegetasinya meliputi hutan heterogen dan pohonnya memiliki daun yang
lebar.
Zona subkutub, kawasan ini memiliki hujan yang terbatas di sepanjang
tahunnya dan hutan konifer mendominasi vegetasinya.
Sistem ini memiliki dasar dengan sistem Mohr, namun Mohr membagi
iklim berdasarkan rata-rata curah hujan sepanjang tahunnya. Ada 8 tipe iklim
menurut sistem ini, yaitu sangat basah, agak basah, sedang, agak kering, sangat
kering, dan luar biasa kering. Pada pembagian iklim di Indonesia, sistem ini
sangat terkenal dan banyak diacu dalam bidang kehutanan dan perkebunan.
g. Sistem Oldeman (1975)
Hubungan antara hutan dan iklim mikro telah banyak dibahas secara ilmiah,
hubungan saling ketergantungan antara satu sama lain menyebabkan banyak aspek yang
dapat dikaji dan diteliti, salah satunya jika terjadi perubahan penggunaan lahan dari hutan
menjadi non hutan.
Peranan hutan sebagai pengatur iklim mikro pada lingkungan di sekitarnya sangat
penting. Tiap kondisi hutan akan memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal mengatur
iklim mikro pada suatu lingkungan hutan, misalnya temperatur udara, kelembaban
udara,penerimaan cahaya matahari, dan defisit tekanan uap air.
Unsur iklim mikro seperti curah hujan, kelembaban relatif dan temperatur
merupakan unsur yang menunjukkan adanya perubahan pola iklim mikro di suatu wilayah
jika terjadi perubahan pada penggunaan lahan dan perubahan luas hutan dan vegetasi
(Larjavaara, 2005). Perubahan iklim mikro juga akan mempegaruhi keberadaan hutan di
wilayah tersebut karena tumbuhan memiliki ketergantungan yang besar terhadap keadaan
iklim dan cuaca (Spittlehouse, 2005).
5. Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode waktu
tertentu yang pengukurannya menggunakan satuan tinggi di atas permukaan
tanah horizontal yang diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run off, maupun
evaporasi.
Definisi curah hujan atau yang sering disebut presipitasi dapat diartikan
jumlah air hujan yang turun di daerah tertentu dalam satuan waktu tertentu.
Jumlah curah hujan merupakan volume air yang terkumpul di permukaan bidang
datar dalam suatu periode tertentu (harian, mingguan, bulanan, atau tahunan).
Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar
selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas
permukaan horizontal. Hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan
yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan
tidak mengalir (Suroso 2006).
b. Klasifikasi
1.) Gerimis atau drizzle merupakan presipitasi hujan dengan jumlah sedikit
bahkan bisa disebut ringan yang umumnya memiliki diameter kurang dari
0.5 mm. Gerimis disebabkan oleh awan stratus kecil dan awan stratocumulus.
2.) Hujan salju atau snow merupakan hujan dari kristal-kristal kecil air yang
menjadi es dan memiliki temperatur di bawah titik beku.
3.) Hujan batu es merupakan batu es yang turun dari awan yang memiliki
temperatur dibawah 0° derajat celcius yang terjadi pada cuaca panas.
4.) Hujan deras atau rain merupakan curahan air yang memiliki butiran kurang
lebih 7 milimeter dan berasal dari awan yang memiliki temperatur di atas 0°.
Penguapan bisa terjadi dari badan air (laut, danau, sungai dan lainnya),
daratan, serta makhluk hidup seperti tumbuhan maupun hewan. Proses perubahan
wujud dari zat cair menjadi gas disebut dengan proses penguapan.
e. Pembentukan Awan
Uap air yang tercipta dari proses penguapan akan terus naik ke atmosfer
hingga ketinggian tertentu dan mengalami kondensasi. Kondensasi merupakan
perubahan wujud dari uap menjadi cair.
f. Perjalanan Awan
Dengan adanya tiupan angin, awan tersebut bergerak ke lain tempat. Lalu
awan tersebut akan mengumpul dan terbentuklah awan yang lebih besar. Awan
yang terkumpul akan bergerak ke tempat yang lebih dingin dan membuat air yang
terkandung menjadi jenuh. Akibatnya warnanya menjadi semakin kelabu.
g. Hujan Turun
Awan yang jenuh membuat titik-titik air semakin berat. Akibatnya titik-
titik air tidak dapat terbendung lagi dan membuat butiran-butiran air jatuh ke
permukaan bumi yang biasa disebut dengan hujan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.berpendidikan.com/2019/07/unsur-unsur-cuaca-dan-iklim-beserta-
penjelasannya.html di akses pada 7 Juli 2019
http://samudraituluas.blogspot.com/2017/01/faktor-pengendali-iklim-beserta.html
di akses pada 10 Januari 2017
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/iklim/pembagian-iklim-di-dunia di akses
pada 7 Desember 2017
https://mamadtama.wordpress.com/2014/06/05/pengaruh-iklim-mikro-terhadap-
hutan/ di akses pada 5 Juni 2014