OLEH :
KELAS : Kehutanan A
NIM : A0218306
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
Makalah ini dapat terselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Ibu Kurniati, SP., M.Si yang selama ini telah banyak
memberikan arahan, bimbingan, motivasi serta ilmu sehingga sangat membantu
penulis dalam penyusunan Makalah ini dan semua pihak yang namanya tidak bisa
disebutkan satu-persatu yang turut adil membantu dalam berbagai hal.
Dan harapan penulis semoga Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi Makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam Makalah ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
Makalah ini.
Penulis
Muh Hariyanto H
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan .................................................................................................
2. Saran ............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah sebagai salah satu sumber daya yang akan mendorong manusia dalam
kehidupannya untuk berperilaku secara unik terhadap tanah atau bidang tanah
tersebut. Tanah itu bersifat unik di lokasinya serta komposisinya, tidak bisa
dipindahkan ke lokasi lainnya. Latar belakang tersebut berimplikasi terhadap
ketersediaan tanah, keterbatasan ketersediaan tanah sebagai akibat dari permintaan
tanah yang meningkat jauh lebih besar dari tanah yang dapat disediakan. Keadaan ini
mendorong kenaikan nilai tanah yang tidak terkendali. Salah satu penyebab
meningkatnya harga tanah secara tiba-tiba adalah situasi pasar tanah yang tidak
transparan. Hal ini yang kemudian mengakibatkan persaingan yang terjadi dalam
pembebasan tanah menjadi tidak sempurna yang mungkin disebabkan oleh informasi
yang kurang tepat sehingga menjadi spekulasi. (Sukanto, et al, 1994).
Penilaian orang atas sebidang tanah akan menjadi sangat berbeda, karena
tanah memiliki beberapa dimensi dan ukuran yang berbeda-beda. Penilaian atas
sebidang tanah memerlukan keahlian tersendiri. Selain membutuhkan pengalaman,
penilaian tanah juga membutuhkan pengetahuan yang memadai tentang prinsip-
prinsip penilaian, teknik pendekatan dalam penilaian, faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai juallahan, serta metode yang dipakai untuk mempermudah dalam
estimasi nilai tanah. (Joseph K. Eckert 1990)
Tanah atau lahan merupakan salah salah satu sumber daya yang mempunyai
peranan strategis dalampembangunan perkotaan. Perkembangan pembangunan kota
yang semakin pesat dan tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan faktor
pendorong meningkatnya kebutuhan tanah di perkotaan. Sementara itu, tanah yang
tersedia di daerah perkotaan terbatas. Hal ini menimbulkan permasalahan pada tanah
perkotaan, seperti peningkatan harga tanah yang tak terkendali .
1. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Konsep Penerapan Tanah Dalam Kehidupan?
b. Apa Saja Faktor-faktor Pendukung Dalam Pembentukan Tanah?
c. Bagaimana Proses Terjadinya Pembentukan Tanah?
2. Tujuan
a. Dapat Mengetahui Konsep Penerapan Tanah Dalam Kehidupan
b. Dapat Mengetahui Faktor-faktor Pendukung Dalam Pembentukan Tanah
c. Dapat Mengetahui Proses Terjadinya Pembentukan Tanah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Iklim
Unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah utama, yaitu suhu
dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses keberlangsungan pelapukan
bahan induk. Jika suhu tinggi, proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap
kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan penyucian tanah yang cepat
menyebabkan tanah menjadi asam.
2. Organisme
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah, antara
lain sebagai berikut.
a. Membantu proses pelapukan khususnya pelapukan organik.
b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan meng
hasilkan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di
permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan
bantuan mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah.
c. Jenis vegetasi berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Vegetasi hutan
dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan
vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak
memiliki kandungan bahan organik.
d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman ber
pengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Misalnya, jenis cemara akan
memberi unsur-unsur kimia, seperti Ca, Mg, dan K yang relatif
rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya
akan lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf. Batuan induk akan hancur menjadi bahan induk, mengalami
pelapukan, dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian
memperlihatkan sifat yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk yang masih
terlihat, seperti tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan
pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi
intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak
mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula
sehingga dapat menghindari penyucian asam silikat membentuk tanah yang berwarna
kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah
yang warnanya lebih merah.
4. Topografi
Keadaan topografi suatu daerah akan memengaruhi pembentukan tanah,
antara lain sebagai berikut.
a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah. Daerah dengan bidang miring dan
berbukit lapisan tanahnya menjadi lebih tipis karena tererosi,
sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi
proses sedimentasi.
b. Sistem drainase atau pengaliran. Daerah yang drainasenya jelek sering
tergenang air. Keadaan ini akan menyebabkan tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Akibat proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka induk tanah
berubah berturut-turut menjadi muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Tanah muda
ditandai oleh adanya proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran
antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya.
Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol.
Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda
dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B.
Misalnya, tanah andosol, latosol, dan grumosol. Tanah tua ditandai oleh proses
pembentukan tanah yang berlangsung terus-menerus sehingga terjadi proses
perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horizon A dan B. Contoh tanah pada
tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua.
Lamanya waktu pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik
yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk
membentuk tanah muda, dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.
C. Proses-proses Terjadinya Pembentukan Tanah
Batuan yang berada di permukaan bumi karena pengaruh iklim lambat laun
mengalami proses pelapukan menjadi serpihan-serpihan kecil. Proses pelapukan
sendiri sebetulnya melibatkan banyak faktor lain, sehingga ia dikelompokan menjadi
3 jenis, yaitu pelapukan kimiawi, pelapukan fisik, dan pelapukan biologi.
Pelapukan kimiawi sangat dipengaruhi oleh hujan asam yang sering terjadi di
awal proses terbentuknya bumi. Asam yang dihasilkan dari kondensasi metana,
sulfur, dan klorida dan terbawa ke dalam hujan bersifat sangat menghancur, sehingga
dapat mengikis batuan-batuan tersebut secara kimia. Hujan asam ini terjadi sangat
sering, sehingga pelapukan dapat terjadi hingga batuan-batuan yang letaknya lebih
dalam.
Pelapukan fisik dipengaruhi oleh perubahan iklim dan cuaca yang terjadi
dengan sangat ekstrim. Perubahan suhu secara cepat membuat ikatan batuan menjadi
lapuk dan mudah mengalami pemecahan. Perlu diketahui bahwa, dalam pelapukan
fisik, struktur kimia dari batuan tidak berubah sama sekali, oleh karena itu mineral
yang terkandung dari hasil pelapukan tetap sama.
Pelapukan biologi umumnya tidak terjadi saat awal proses pembentukan
tanah. Jenis pelapukan ini berlangsung secara terus menerus setelah tanah terbentuk
dan siap digunakan sebagai media hidup beragam jenis hewan dan tumbuhan mikro.
Bisa dikatakan bahwa pelapukan biologi adalah pelapukan penyempurna dari sifat-
sifat tanah yang nantinya terbentuk.
4. Proses Penyuburan
Di tahap ini, tanah yang terbentuk mulai mengalami proses pengayaan bahan-
bahan organik. Tanah yang awalnya hanya mengandung mineral-mineral yang
berasal dari proses pelapukan batuan akan bertambah subur dengan adanya pelapukan
materi-materi organik yang berasal dari hewan dan tumbuhan yang mati di
permukaan. Mikroorganisme tanah memegang peran penting dalam hal ini.
Setelah tahapan keempat ini, tanah yang biasa kita lihat sehari-hari sudah
terbentuk dengan sempurna. Tumbuhan dan hewan autotrof mencari sumber
makanannya dalam media tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
https://www.academia.edu/32541936/PERAN_TANAH_DALAM_KEHIDU
PAN_MANUSIA di akses pada 18, Oktober 2019
http://geografisku.blogspot.com/2015/08/faktor-pembentuk-tanah.html di
akses pada 27, Agustus 2015
http://www.ebiologi.net/2016/02/proses-pembentukan-tanah.html di akses
pada 25, Februari 2016