Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN ILMU UKUR TANAH DAN PEMETAAN WILAYAH

” Perumahan Dosen Kemaraya, Kendari

Asrama Hijau Greenity ”

Oleh :

DWHY PUSPITA DEWI RAHMAT PUTRI


NIM. M1B1 18 084

Ilmu Lingkungan
Kelas C/018

JURUSAN ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah-

Nya dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan

ini yaitu Pengukuran Perumahan Dosen Kemaraya, Kendari Asrama Hijau

Greenity Dalam hal memenuhi kebutuhan tugas praktek mata kuliah Ilmu Ukur

Tanah dan Pemetaan Wilayah. Sholawat serta salam tak lupa pula kita

hanturkan kepada Nabi besar kita, Sang suri tauladan, Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah hingga ke zaman yang

penuh dengan ilmu pengetahuan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak selaku dosen Mata kuliah

yang telah meluangkan waktu dan kesempatan dalam mengisi Pemahaman kami

selaku mahasiswa ditengah – tengah keterpurukan Negeri dengan cengkraman

wabah Covid-19.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan makalah penulis selanjutnya.

Akhirnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,

khususnya pribadi sendiri, Aamiin.

Kendari, Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3. Tujuan Pratikum.................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3

2.1. Pengertian Peta...................................................................................... 3


2.2. Skala...................................................................................................... 4
2.3. Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah............................................. 6

BAB III. METODE PRAKTIKUM.............................................................. 9

3.1. Waktu dan Tempat................................................................................ 9


3.2. Alat dan Bahan...................................................................................... 9
3.3. Prosedur Pelaksanaan............................................................................ 9
3.4. Analisis Data......................................................................................... 10

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 18

4.1. Hasil...................................................................................................... 18
4.2. Pembahasan........................................................................................... 19

BAB V. PENUTUP......................................................................................... 23

5.1. Kesimpulan........................................................................................... 23
5.2. Saran...................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 25

DOKUMENTASI............................................................................................ 27

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-

cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi

relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya,

dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu

daerah.

Prinsip dasar pemetaan merupakan pengukuran sudut dan jarak untuk

menentukan posisi dari suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah segitiga

diketahui, maka semua sudut dan jarak dari segitiga tersebut dapat ditentukan.

Dengan demikian untuk mendapatkan koordinat suatu titik dapat dilakukan

dengan cara mengukur sudut dan jarak dari titik yang sudah diketahui

koordinatnya. Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengambil titik

koordinat, salah satunya dengan menggunakan kompas.

Kompas adalah alat navigasi yang banyak digunakan untuk menentukan

arah berupa semua panah, arah menunjukan magnetis yang bebas

menyelaraskan arahnya dengan medan magnet bumi yang ada secara jelas. Selain

itu, kompas memberikan gambaran arah tertentu, sehingga sangat membantu

dalam bidang navigasi, arah mata angin yang ditunjukan dengan arah  utara,

selatan, timur, maupun barat.

Berdasarkan penjelasan diatas,  praktikum ini sangat

penting untuk di laksanakan agar lebih memudahkan dalam mengetahui, cara


2

pengambilan data, dan pengelolaan data dalam pemetaan dengan menggunakan

kompas dan alat navigasi lainnya.

Oleh Karena itu, perlunya pengetahuan yang mendasar dalam hal

pengambilan data seperti pengukuran sudut dan jarak untuk menentukan posisi

dari suatu titik. dengan metode turun langsung di lapangan agar mendapatkan

hasilnya yang sesuai dengan yang di peruntukkan.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah cara melakukan pengukuran menggunakan kompas

2. Bagaimanakan cara menetukan titik/sudut suatu objek

3. Bagaimanakah cara menetukan jarak sesungguhnya pada suatu bangunan

yang akan di ukur.

4. Bagaimanakah cara menetukan jarak pada peta serta sudut yang telah di

ukur pada media datar (kertas).

1.3. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara melakukan pengukuran menggunakan kompas

2. Untuk mengetahui cara menetukan titik/sudut suatu objek

3. Untuk mengetahui cara menetukan jarak sesungguhnya pada suatu

bangunan yang akan di ukur.

4. Untuk mengetahui cara menetukan jarak pada peta serta sudut yang telah

di ukur pada media datar (kertas).


3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Peta

Menurut K. Wardiyatmoko (2014:68) menyatakan, Peta adalah gambaran

konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sesuai kenampakannya dari

atas, peta umumnya digunakan dalam bidang datar dan dilengkapi skala, orientasi

dan simbolsimbol dengan kata lain peta adalah gambaran dipermukaan bumi yang

diperkecil sesuai dengan skala (Wildan, et all, 2018).

Peta dikenal juga dengan denah, merupakan kata benda dengan makna

representasi melalui gambar dari suatu daerah dengan pernyataan sifat, seperti

batas daerah, sifat permukaan, atau lainnya (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional, 2008) atau suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan

manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang

digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu (PP Nomor 8, 2013).

Peta Dasar adalah Peta dengan penyajian unsur-unsur alam dan/atau buatan

manusia yang berada di permukaan bumi, digambarkan pada suatu bidang datar

dengan skala, pernomoran, proyeksi, dan georeferensi tertentu (Hadi, et all, 2019).

Peta situasi adalah peta topografi skala besar yang merupakan penyajian

dari gambaran permukaan bumi baik detil alam maupun buatan manusia yang

digambar pada bidang datar (kertas) dengan sistem proyeksi dan skala tertentu.

Peta konsep adalah suatu gambar yang memaparkan struktur konsep yaitu

keterkaitan antar konsep dari suatu gambaran yang menyatakan hubungan yang

bermakna antara konsep-konsep dari suatu materi pelajaran yang dihubungkan

dengan suatu kata penghubung sehingga membentuk suatu proposisi. Peta


4

semacam ini mempunyai struktur berjenjang, yaitu dari yang bersifat umum

menuju yang bersifat khusus, dilengkapi dengan garis-garis penghubung yang

sesuai (Siti, 2016).

Ketelitian Peta adalah ketepatan, kerincian dan kelengkapan data, dan/atau

informasi georeferensi dan tematik, sehingga merupakan penggabungan dari

sistem referensi geometris, skala, akurasi, atau kerincian basis data, format

penyimpanan secara digital termasuk kode unsur, penyajian kartografis dengan

cakupan simbol, warna, arsiran dan notasi, dan kelengkapan muatan peta (PP

Nomor 8, 2013). Peta Sarana Desa merupakan peta wilayah saat diterapkan

berdasarkan peraturan di pemerintahan desa sesuai dengan kebutuhan dan lingkup

penerbitan dokumen dalam bentuk (Asaziduhu, et all, 2019).

Peta tematik adalah suatu peta yang memperlihatkan (mempresentasikan)

data atau informasi kualitatif dan atau kuantitatif dari suatu tema, maksud, konsep

tertentu, serta berhubungan dengan unsur/detail topografi yang spesifik, yang

sesuai dengan tema yang bersangkutan. Atau, dalam pengertian yang lebih praktis,

dapat dikatakan bahwa peta tematik adalah suatu peta yang menampilkan jenis

atau kelas informasi berdasarkan tema tertentu, misalnya peta geologi, peta

kependudukan, peta aktivitas ekonomi, peta hutan, hidrologi, dan sebagainya

(Irwin, 2011).

2.2. Skala

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga

alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data

kuantitatif. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas,


5

biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran juga dapat diartikan

sebagai pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakteristik tertentu yang

dimiliki oleh seseorang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi

yang jelas dan disepakati. Pengukuran dapat dilakukan pada apapun yang

dibayangkan, namun dengan tingkat kompleksitas yang berbeda. Misalnya untuk

mengukur tinggi, maka seseorang dapat mengukur dengan mudah karena objek

yang diukur merupakan objek kasat mata dengan satuan yang sudah disepakati

secara internasional. Namun hal ini akan berbeda jika objek yang diukur lebih

abstrak seperti kecerdasan, kematangan, kejujuran, kepribadian, dan lain

sebagainya sehingga untuk melakukan pengukuran diperlukan keterampilan dan

keahlian tertentu (Dewi, 2018).

Skala di definisikan sebagai perbandingan tetap dari jarak lokasi dip eta

dengan permukaan bumi. 1 : 500, Artinya 1 unit jarak di lapangan sama dengan

500 x unit jarak di peta. Pemilihan skala pada proyek tertentu bergantung pada

kerangka yang telah ada atau kepraktisan dalam memebawanya (Rizki, 2014).

Skala adalah besarnya reduksi yang diambil untuk peta yang dibuat

terhadap areal permukaan bumi yang sesungguhnya, yaitu perbandingan jarak

antara dua buah titik pada peta terhadap jarak antara kedua titik tersebut pada

keadaan sebenarnya. Penentuan skala peta didasarkan pada tingkat ketelitian dan

banyaknya informasi yang dibutuhkan mengenai keadaan daerah yang dipetakan

pada ukuran gambar-gambar yang harus dimasukkan dalam peta dan pada tujuan

dari pemetaan tersebut (Sendow, 2012).

Teknik membuat skala, menurut Nazir (1999) serta Good dan Hatt  (1952)

adalah cara mengubah fakta-fakta kualitatif yang melekat peda objek atau subjek
6

penelitian menjadi urutan kuantitatif. Pembuatan skala pengukuran ini dibuat

dengan mendasarkan pada 2 asumsi, yaitu ilmu pengetahuan pada akhir-akhir ini

lebih cenderung menggunakan prinsip-prinsip matematika dan ilmu pengetahuan

semakin menuntut presisi yang lebih baik utamanya dalam ham mengukur grasasi.

Dalam pembuatan skala, peneliti harus mengasumsikan bahwa fakta dalam

mengandung suatu kontinum yang nyata berasal dari sifat-sifat objek yang di teliti

(Nazir, 2017).

Salah satu jenis metode skala adalah Skala Likert yang merupakan skala

pengukuran yang dikembangkan oleh Likert. Dimana bentuk skala yang paling

sering digunakan dalam penelitian sosial dan ekonomi. Apabila mengunakan skala

jenis ini, maka variabel yang diukur menjadi dimensi, selanjutnya dimensi

dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan menjadi

indikator-indikator. Akhirnya indikator-indikator dapat dijadikan titik tolak untuk

membuat item intrumen berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh

responden. Setiap jawaban di hubungkan dengan pertanyaan yang sifatnya positif

dan negatif. Skor yang digunakan biasanya berada pada rentan 1 sampai 5. Untuk

pertanyaan positif, jika responden memilih jawaban “sangat setuju” , maka diberi

skor 5, dan sebaliknya (Maryuliana, et all, 2016).

2.3. Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah

Ukur tanah merupakan bagian dari seni pengukuran secara luas

(surveying) yaitu penentuan posisi relatif pada, di atas, atau di bawah permukaan

bumi. Peralatan survey ada sejak zaman mesir astrologi yang ilmunya itu sendiri

berinduk pada astronomi,astrologi dan matematika. Pada perkembangannya

peralatan survey di pengaruhi oleh penemuan pembagian skala (vernier) dan


7

teleskop, yang nantinya menjadi transit di Amerika dan teodolit di Eropa.

Meskipun tidak kaku, dapat di klarifikasikan atas dasar akurasinya,metode

penentuan posisinya, instrument yang di gunakannya,tujuannya dan tempatnya.

Alat dasar itu, pekerjaan suervey dan memiliki lebih dari 1 klasifikasi bergantung

dari sudut pandangya (Andrew, 2019)

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-

cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan

seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif sempit, sehingga unsur

kelengkungan permukaan buminya dapat diabaikan. Salah satu produk keluaran

dari ilmu ukur tanah adalah peta situasi. Sedangkan geodesi mencakup kajian dan

pengukuran yang lebih luas, tidak sekadar pemetaan dan penentuan posisi di darat,

namun juga di dasar laut untuk berbagai keperluan, juga penentuan bentuk dan

dimensi bumi baik dengan pengukuran di bumi dan dengan bantuan pesawat

udara, maupun dengan satelit dan sistem informasinya (Dinda, 2016).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pemetaan adalah proses, cara,

perbuatan membuat peta. Sedangkan menurut para ahli, Pemetaan adalah

pengelompokkan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan dengan beberapa letak

geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi, pegunungan, sumber daya dan

potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang memilki ciri

khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat (Niskarto, 2013).

Dalam pemetaan medan pengukuran sangat berpengaruh dan ditentukan

oleh kerangka serta jenis pengukuran. Bentuk kerangka yang didesain tidak harus

sebuah poligon, tapi dapat saja kombinasi dari kerangka yang ada. Jenis

pengukuran dalam ilmu ukur tanah (Fish, 2007) di antaranya adalah sebagai
8

berikut: (1) pengukuran horizontal – terdapat dua macam pengukuran yang

dilakukan untuk posisi horizontal yaitu pengukuran poligon utama dan

pengukuran poligon bercabang; (2) pengukuran beda tinggi – pengukuran situasi

ditentukan oleh dua jenis pengukuran ketinggian, yaitu pengukuran sifat datar

utama dan pengukuran sifat datar bercabang; (3) pengukuran detail – pada saat

pengukuran di lapangan, data yang diambil untuk pengukuran detail adalah beda

tinggi antara titik ikat kerangka dan titik detail yang bersangkutan, jarak optik atau

jarak datar antara titik kerangka dan titik detail, dan sudut antara sisi kerangka

dengan arah titik awal detail yang bersangkutan, atau sudut jurusan magnetis dari

arah titik detail yang bersangkutan. Kegiatan pengukuran merupakan tahapan

awal yang di lakukan pada kegiatan konstruksi. Tujuan dilakukannya pengukuran

adalah untuk menggambarkan peta situasi dari lahan yang mencakup penyajian

data dalam dimensi horizontal dan vertikal secara bersama-sama dalam suatu

gambar peta (Andryan, 2011).

Poligon berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gonos yang berarti

sudut.Secara harfiahnya, poligon berarti sudut banyak.Namun arti yang

sebenarnya adalah rangkaian titik-titik secara berurutan, sebagai kerangka dasar

pemetaan. Sebagai kerangka dasar,posisi atau koordinat titik-titik poligon harus

diketahui atau ditentukan secara teliti. Karena akan digunakan sebagai ikatan

detil, pengukuran poligon harus memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu

(Hardiansyah, 2012).
9

BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini di laksanakan pada hari Minggu, tanggal 26 April

2020, pukul 17.28 WITA sampai selesa. Bertempat di Asrama Hijau Greenity,

Kemaraya, Jalan Mayjen S. Parman/Siroja 2, kelurahan Lahundape, Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan pada praktikum ini adalah kompas, meteran rol,

penggaris, busur derajat dan alat tulis menulis. Sedangkan Bahan yang digunakan

pada praktikum ini adalah tally sheet berupa tabel pengukuran.

3.3. Prosedur Pelaksanaan

Langkah-langkah yang di lakukan pada praktikum ini adalah sebagai

berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan pengukuran

2. Mengamati lokasi yang akan menjadi tempat pengukuran

3. Membuat sketsa lokasi pengukuran lengkap dengan titik sudutnya

4. Mengukur lokasi berupa bangunan permanen yang telah di sketsakan

sebelumnya menggunakan meteran roll

5. Mentukan setiap derajar sudut bangunan sesuai titik pengukuran

menggunakan kompas

6. Menentukan jarak pada peta dan sudut sesuai skala yang telah di tentukan

7. Semua hasil di masukkan dalam tabel pengukuran

8. Menggambar sesuai dengan tabel pengukuran


10

3.4. Analisis Data

3.4.1. Skala

Panjang Kertas
¿
Panjang pengukuran lapangan

Diketahui : Panjang Kertas = 20 cm

Panjang Halaman = 68 m = 6800 cm

Ditanyakan : Skala = …?

Penyelesaian :

Panjang Kertas 20 cm
¿ = =1 :340
Panjang pengukuran lapangan 6800 cm

Jadi, Skala = 1 cm : 340 cm

3.4.2. Analisis

A. (objek pengukuan)

 Sudut

Bangunan R = Rumah

< R1 = arah < R1 – arah < R12


11

= 300 – 40 = 260°

<R2 = <R1 – <R2

= 300 – 210 = 90°

<R3 = <R2 – <R3

= 295 – 210 = 85°

<R4 = <R3 – <R4

= 295 – 165 = 130°

<R5 = <R4 – <R5

= 165 – 220 = 55°

<R6 = <R5 – <R6

= 63 – 40 = 23°

<R7 = <R6 – <R7

= 90 – 63 = 27°

<R8 = <R7 – <R8

= 270 – 165 = 105°

<R9 = <R8 – <R9

= 260 – 165 = 95°

<R10 = <R9 – <R10

= 165 – 260 = 95°

<R11 = <R10 – <R11

= 300 – 165 = 135°

<R12 = <R11 – <R12

= 40 – 300 = 260°
12

Bangunan D = Dapur Umum

<D1 = <D1 - <D4

= 200 – 105 = 95°

<D2 = <D1 - <D2

= 200 – 105 = 95°

<D3 = <D2 - <D3

= 200 – 175 = 25°

<D4 = <D3 - <D4

= 175 – 200 = 25°

Bangunan K = Kolam

<K1 = <K1 - <K4

= 115 – 115 = 0°

<K2 = <K1 - <K2

= 115 – 23 = 92°

<K3 = <K2 - <K3

= 23 – 207 = 184°

<K4 = <K3 - <K4

= 207 – 115 = 92°

Bangunan G = Gedung Greenity

<G1 = <G1 - <G9

= 185 – 120 = 65°

<G2 = <G1 - <G2

= 20 – 300 = 280°

<G3 = <G2 - <G3


13

= 280 – 200 = 80°

<G4 = <G3 - <G4

= 280 – 155 = 125°

<G5 = <G4 - <G5

= 200 – 155 = 45°

<G6 = <G5 - <G6

= 285 – 200 = 85°

<G7 = <G6 - <G7

= 285 – 100 = 185°

<G8 = <G7 - <G8

= 195 – 100 = 95°

<G9 = <G8 - <G9

= 195 – 185 = 10°

 Panjang Sisi

Jarak Lapangan
x 100
Skala

Bangunan R = Rumah

7.69
R1-R2 = x 100 = 2.26
340

10.67
R2-R3 = x 100 = 3.14
340

6.12
R3-R4 = x 100 = 1.8
340

2.49
R4-R5 = x 100 = 0.73
340

2.88
R5-R6 = x 100 = 0.85
340
14

0.92
R6-R7 = x 100 = 0.86
340

0.86
R7-R8 = x 100 = 0.25
340

3.29
R8-R9 = x 100 = 0.97
340

20.31
R9-R10 = x 100 = 5.97
340

14.30
R10-R11 = x 100 = 4.20
340

20.31
R11-R12 = x 100 = 5.97
340

6.73
R12-R1 = x 100 = 1.98
340

Bangunan D = Dapur Umum

1.72
D1-D2 = x 100 = 0.50
340

2.31
D2-D3 = x 100 = 0.68
340

1.72
D3-D4 = x 100 = 0.50
340

2.31
D4-D1 = x 100 = 0.68
340

Bangunan K = Kolam

17.30
K1-K2 = x 100 = 5.09
340

5.40
K2-K3 = x 100 = 1.59
340

17.30
K3-K4 = x 100 = 5.09
340
15

5.40
K4-K1 = x 100 = 1.59
340

Bangunan G = Gedung Greenity

3.57
G1-G2 = x 100 = 1.05
340

1.20
G2-G3 = x 100 = 0.35
340

4.88
G3-G4 = x 100 = 1.43
340

1.6
G4-G5 = x 100 = 0.47
340

2.56
G5-G6 = x 100 = 0.75
340

6.30
G6-G7 = x 100 = 1.85
340

0.75
G7-G8 = x 100 = 0.22
340

3.57
G8-G9 = x 100 = 1.05
340

3.20
G9-G1 = x 100 = 0.94
340

B. (Objek Berikutnya)

Tabel. Pengukuran
Panjang di Panjang di Keterang
Titik Sudut
Lapangan (m) peta (cm) an
260°
R1 – R2 7.69 2.26 T
90°
90°
R2 – R3 10.67 3.14 S
85°
85°
R3 – R4 6.12 1.8 B
130°
16

130°
R4 – R5 2.49 0.73 S
55°
55°
R5 – R6 2.88 0.85 S
23°
23°
R6 – R7 2.92 0.86 B
27°
27°
R7 – R8 86 0.25 B
105°
105°
R8 – R9 3,29 0.97 S
95°
95°
R9 – R10 20.31 5.97 B
95°
95°
R10 – R11 14.30 4.20 U
135°
135°
R11 – R12 20.31 5.97 T
260°
260°
R12 – R1 6.73 1.98 U
260°
95°
D1 – D2 1.72 0.50 T
95°
95°
D2 – D3 2.31 0.68 S
25°
25°
D3 – D4 1.72 0.50 B
95°
95°
D4 – D1 2.31 0.68 U
95°

K1 – K2 17.30 5.09 T
92°
92°
K2 – K3 5.40 1.59 S
184°
K3 – K4 17.30 5.09 184° B
17

92°
92°
K4 – K1 5.40 1.59 U

65°
G1 – G2 3.57 1.05 T
280°
280°
G2 – G3 1.20 0.35 U
80°
80°
G3 – G4 4.88 1.43 T
125°
125°
G4 – G5 1.6 0.47 S
45°
45°
G5 – G6 2.56 0.75 S
85°
85°
G6 – G7 6.30 1.85 B
185°
185°
G7 – G8 75 0.22 S
95°
95°
G8 – G9 3.57 1.05 B
10°
10°
G9 – G1 3.20 0.94 U
65°
18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

 Peta Utuh

 Tabel Pengukuran
19

4.2. Pembahasan

Ilmu ukur tanah ialah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara

pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi

realitaf atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau dibawahnya,

dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi suatu daerah.

pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat

memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek

lainnya. Pengukuran terletak di antra ilmu geodesi dan ilmu pemetaan. Hasil

penelitian geodesi dipakai sebagai dasar referensi pengukuran, kemudian hasil

pengelolaan data pengukuran adalah dasar dari pembuatan peta.

Pemetaan adalah salah satu kegiatan yang banyak dilakukan dalam

pembuatan peta, dengan melakukan metode survey atau pengambilan data

dilapangan. Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam pengambilan data,

biasanya dalam pembuatan peta menggunakan titik-titik koordinat pada jarak

tertentu, dan akhirnya nanti akan menggabungkan semua titik-titik tersebut akan

diproyeksikan ke bidang datar dalam hal ini tulisan diatas kertas milimeter blog.

Beberapa cara yang biasa digunakan seperti pengukuran menggunakan kompas,

GPS, whaterpast, dan theodolit, yang ke semuanya tergantung dari kita, mencari

data seperti apa. Ada juga cara yang lebih modern dari itu yakni menggunakan

pengindraan jarak jauh, dengan kata lain kita tidak perlu turun ke lapangan tetapi

cukup menggunakan satelit yang kemudian akan mengirim data dengan memotret

lokasi yang kita akan petakan dari atas bumi.


20

Meteran atau pita ukur biasanya berbentuk seperti pita yang memiliki

panjang tertentu. Meteran juga bisa disebut dengan rol meter, karena saat

disimpan atau dalam keadaan tidak digunakan, meteran akan digulung atau dirol.

Kompas berasal dari bahasa latin yaitu cumpassus yang berarti jangka.

Kompas merupakan alat penentu arah mata angin. Kompas terdiri atas magnet

jarum, yang dapat berputar bebas. Kutub-kutub magnet ini selalu menunjukan

arah utara, selatan walaupun tidak tepat benar karena adanya sudut deklinasi.

Kompas Bidik Adalah kompas yang digunakan dengan cara membidik titik

tertentu yang ada di lapangan (medan) dan disesuaikan kedudukannya dengan

keadaan pada peta, tetapi dalam pembacaannya di peta perlu dilengkapi dengan

busur derajat dan penggaris.

Skala merupakan perbandingan antara jarak pada gambar dengan jarak

yang sebenarnya. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di

bawah legenda. Skala dibagi menjadi 3, yaitu: Skala angka. Misalnya 1 :

2.500.000. artinya setiap 1 cm jarak dalam peta sama dengan 25 km satuan jarak

sebenarnya. Skala garis. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horizontal yang

memiliki panjang tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm atau lebih untuk mewakili

jarak tertentu yang diinginkan oleh pembuat peta. Skala verbal, yakni skala yang

ditulis dengan kata-kata.

Azhimut adalah sudut yang dibentuk oleh dua titik terhadap dua arah

utara. Azhimut biasanya dinyatakan dalam bentuk derajat. Azhimut digunakan

untuk menentukan arah dari suatu titik ke titik lain. Azimuth merupakan suatu

sudut yang diukur dari patokan dasar arah kompas yaitu Utara dan searah jarum

jam. Ada tiga jenis azimuth yaitu Azimuth Sebenarnya, Azimuth Peta dan
21

Azimuth Magnetic/Kompas. Artinya titik pangkal nol derajat dan 360 derajat

adalah Utara. Back azimuth itu adalah sudut kebalikan dari azimuth itu sendiri.

Ada dua cara untuk menghitung back azimuth yaitu: Jika sudut azimuth kurang

dari 180 derajat maka back azimuth ditambah 180 derajat dan Jika sudut azimuth

lebih dari 180 derajat maka back azimuth ditambah 180 derajat.

Pengukuran yang di lakukan adalah pengukuran pada empat (4) bangunan

yang terdapat di Asrama Hijau Greenity. Bangunan tersebut terdiri dari Bangunan

Ruman, Dapur Umum , Kolam Ikan dan Gedung Greenity serta pengukuran pada

halaman rumah.

Pengukuran pertama dilakukan pada pengukuran Rumah, dengan 2

tingkat bangunan (tingkat pertama ialah rumah pribadi milik Asrama hijau

Greenity yang bersambung dengan asrama/kamar kos mahasiswa bidik misi

dengan 5 kamar kos dan 1 dapur umum yang terpisah dengan garis rumah dan

tingkat kedua ialah lanjutan kamar kos yang berada di lantai pertama dengan 4

kamar kos dan 2 wc umum). Hasil pengukuran rumah tersebut adalah memiliki

lebar 14.30 m dan panjang 20.31 m. Di rumah tersebut terdapat 12 titik (R1-R12)

yang masing-masing memiliki perbedaan panjang sebenarnya, panjang di peta,

derajat, dan sudutnya.

Pengukuran kedua dilakukan pada pengukuran dapur umum yang terletak

di belakang rumah dengan posisi berhadapan dengan kamar kos yang terdapat di

rumah lantai satu. Dapur umum tersebut bersebut berwarna biru dengan ukuran

panjang x lebar = 1.72 m x 2.31 m. Dapur tersebur terdiri dari 4 titik ( D1-D4)

dengan sudut yang sama dari kedua titik, dan panjang pada peta yang berbeda

akibat hasil perkalian dengan skala yang telah di dapat sebelumnya.


22

Pengukuran ketiga dilakukan pada pengukuran kolam ikan yang terdapat

di halaman rumah bagian belakang . kolam tersebut berisikan ikan yang

terdibudidayakan sebelumnya. Hasil pengukuran pada kolam tersebut ialah

panjang x lebar = 17.30 m x 5.40 m. Kolam tersebut terdiri dari 4 titik (K1-K4)

sama seperti bangunan dapur umum.

Pengukuran keempat dilakukan pada gedung greenity yang berada di

balakang rumah berseblahan dengan kolam ikan dekat pagar keluar jalan. Gedung

tersebut merupakan tempat mengajar (les private bahasa. Inggris yang sudah lama

berlangsung). Hasil pengukuran gedung tersebut ialah panjang x lebar = 14 m x 6

m. Gedung tersebut terdapat 9 titik (G1-G9) yang berbeda hasil panjang

sebenarnya ( yang di ukur dari G1-G2 dan seterusnya hingga G9), panjang pada

peta ( yang telah di kalikan dengan skala), derajat (yang telah di bidik

menggunakan kompas) dan Sudut ( yang telah di kurangkan dari setiap titik).

Untuk skalanya, di dapatkan dari hasil pengukuran halaman rumah yang

kemudian di bagi dengan ukuran pada kertas yang menjadi media pembuatan peta.

Dimana panjang halaman = 68 m = 6800 cm di bagi 20 cm = 1 cm : 340 cm (skala

= 1:340). Sedangkan pengukuraan jarak sebenarnya di lakukan dengan

menggunakan meteran rol dari titik ke titik. Pengukuran jarak pada peta di

lakukan dengan cara menggunakan rumus mencari JP = skala x jarak sebenarnya.

Dan untuk sudutnya di dapatkan dengan cara hasil pengurangan setiap titik yang

membentuk sudut dan juga mnggunakan rumus Azimut.


23

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Cara pengukuran menggunakan kompas : Komponen utama yang ada di

alat ukur ini yaitu jarum dan lingkaran berskala, dimana salah satu ujung jarum

tersebut dibuat dari magnet atau besi berani, bagian tengah jarum dipasang sebuah

sumbu sehingga jarum dapat bergerak bebas ke arah horisontal sesuai dengan arah

medan magnet bumi yaitu utara dan selatan. Ada baiknya menggunakan kompas

yang memiliki cairan nivo yang berfungsi menstabilkan gerakan jarum dan juga

alat pembidik atau visir. Fungsi dari kompas yaitu menentukan arah dari mata

angin dan penunjuk arah terutama utara dan selatan. Selain itu, kompas bisa juga

sebagai penentu arah dari suatu titik ke titik lain yang ditunjukan pada besaran

azimut (besarnya sudut yang dimulai dari arah utara ke selatan), membuat siku –

siku dan mengukur sudut horisontal.

Cara penggunaan kompas yaitu pegang dan atur agar kompas dalam

keadaan mendatar sehingga jarum dapat bergerak dengan bebas. Jika kompas

memiliki cairan nivo, usahakan agar gelembung tepat berada di tengah.

Cara mentukan sudut, Dimana saat melakukan pengukuran sudut yaitu

sudut yang lebih besar di kurangi sudut yang lebih kecil misalnya saat melakukan

pengukuran sudut dari A ke B langkah pertama yang harus dilakukan adalah

kompas harus diarahkan ke utara lalu di putar searah jarum jam ke titik B dengan

Cara menghitung jarak sebenarnya dan jarak pada peta adalah Dengan

menghitung jarak di peta dan mengetahui skala, kita bisa tahu jarak sebenarnya di
24

bumi. Berikut rumusnya : (Jarak sebenarnya = Jarak peta : Skala) . (Skala = Jarak

peta : Jarak sebenarnya) dan (Jarak peta = Jarak Sebenarnya x Skala).

5.2. Saran

Untuk menghindari kesalahan – kesalahan yang besar sebaiknya dalam

menjalankan praktikum, praktikan harus dibimbing secara langsung dengan

sebaik-baiknya, mengingat praktikan baru pertama kali melakukan pengukuran

seperti ini.
25

DASFTAR PUSTAKA

Andryan, S. 2011. Studi Perbandingan Hasil Pengukuran Alat Teodolit Digital

Dan Manual: Studi Kasus Pemetaan Situasi Kampus Kijang. Jurnal

Comtech. Vol.2(2) : 1013-1022.

Andrew, Stefano. 2019. Ilmu Ukur Tanah. PT.garis putih pratama. Makassar.

Asaziduhu, G., Mody, U, R.2019. Konfigurasi Server Node.Js Untuk Capture

Traffic Network Dan Menampilkan Peta Url Berbasis Web. Jurnal

Manajemen Informatika & Komputerisasi Akuntansi. Vol.3(2) : 100-104.

Dinda, F, R. 2016. Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa

Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Jurnal Integrasi.

Vol.8(1) : 50-55.

Dewi, S. 2018. Tes dan Pengukuran. PT. UPI Sumedang Press. SumedangJawa

Barat.

Hadi, E, P., Arief, G. 2019. Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Pembaruan

Peta Sarana Desa di Desa Pemagarsari, Parung, Bogor. Jurnal

Pengabdian Pada Masyarakat. Vol.4(3) : 329-340.

Hardiansyah, 2012. Studi Evaluasi Pengukuran Dengan Alat Theodolite Dan Alat

Global Position System (Gps) Pada Proyek Jalan Ahmad Yani Kota

Banjarbaru. Jurnal Global. Vol.2(1) : 153-164.

Irwin N. 2011. Sistem Informasi Penerimaan Siswa Baru Berbasis Web Dengan

PHP dan MySQL. Yogyakarta (ID). Universitas Negeri Yogyakarta.

Maryuliana., Imam, M, I, S., Sam, F, C, H. 2016. Sistem Informasi Angket

Pengukuran Skala Kebutuhan Materi Pembelajaran Tambahan Sebagai

Pendukung Pengambilan Keputusan Di Sekolah Menengah Atas


26

Menggunakan Skala Likert. Jurnal Transistor Elektro Dan Informatika

(TRANSISTOR EI). Vol.1(2) : 1-12.

Nazir, Moh. 2017. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Niskarto, Z. 2013. Sistem Informasi Geografis Pemetaan Rumah Makan (Studi

Kasus Pada : Wilayah Medan Kabanjahe). Jurnal Sarjana Teknik

Informatika. Vol.1(1) : 24-29.

Rizki, M, U. 2014. Pembangunan Peta Kampus 3d Universitas Komputer

Indonesia Berbasis Webgl. Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika

(KOMPUTA). Vol.9(2) : 1-8.

Siti, F, F. 2016. Pemahaman Konsep Kurikulum Dan Pembelajaran Dengan Peta

Konsep Bagi Mahasiswa Pendidikan Seni. Jurnal Pendidikan dan Kajian

Seni.Vol.1(1) : 16-28.

Sendow, T, K. 2012. Studi Pemetaan Peta Kota (Studi Kasus Kota Manado).

Jurnal Ilmiah Media Engineering. Vol.2(1) : 35-46.

Wildan, N., Sanyata, P dan MT. 2018. Sistem Informasi Geografis Berbasis Web

Dengan Studi Kasus Area Rawan Bencana Alam Di Kota Tasikmalaya.

Jurnal Manajemen Dan Teknik Informatika. Vol 2(1) : 151 – 160.


27

DOKUMENTASI

- Segala bentuk cakaran analisis


28
29
30
31
32

- Dokumentasi pengukuran

Bangunan rumah tampilan depan

Bangunan rumah tampilan belakang


33

Pengukuran di lantai 1

Dapur Umum di bagian belakang


34

Kolaam Ikan
35

Gedung Greenity

Anda mungkin juga menyukai