Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROYEKSI PETA, SISTEM WGS 1984, DAN TRANFORMASI


DATUM

DOSEN PEMBIMBING:
Muhammad El Hakim, S.T., M.T.

DisusunOleh:
ISMI NUR AZIZAH
F1D121063

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Perpetaan, dengan judul: "
Proyeksi Peta, Sistem Wgs 1984, Dan Transformasi Datum".
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh
karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Jambi,8 Desember 2022

Ismi Nur Azizah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1. 2 Rumusan Masalah.......................................Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan...........................................................Error! Bookmark not defined.
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................Error! Bookmark not defined.
2.1 Pengertian Proyeksi Peta dan Penggunaan Proyeksi Peta di
Indonesia…….Error! Bookmark not defined.
2.2 Sistem WGS dan Penerapannya...................Error! Bookmark not defined.
2.3 Transformasi Datum…………………………………………………….....11
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..................................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

3
BAB I PENDAHULUAN BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah peta berasal dari bahasa Inggris, yaitu map. Adapun kata map berasal
dari bahasa Yunani, yaitu mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja.
Namun, secara umum. Pengertian peta adalah gambaran seluruh atau sebagian
permukaan bumi padabidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala
tertentu. Ilmu yang mempelajari tentang peta disebut kartografi. Peta merupakan
gambaran bumi yang di skalakan menjadi lebih kecil dari aslinya ke suatu bidang
datar. Dalam peta harus dipenuhi syarat-syarat untuk membuat peta tersebut
ideal,yaitu mulai dari kesamaan bentuk, kesamaan jarak, kesamaan sudut, hingga
kesamaan luas. Dalam realitanya banyak cara dan metode yang digunakan untuk
proyeksi peta.
Koordinat adalah pernyataan besaran geometrik yang menentukan posisi
satutitik dengan mengukur besar vektor terhadap satu posisi dan acuan yang telah
didefinisikan. Posisi acuan dapat ditetapkan dengan asumsi atau ditetapkan
dengan suatukesepakatan matematis yang diakui secara universal dan baku. Fika
penetapan titik acuan tersebut secara asumsi maka sistem koordinat tersebut
bersifat lokal atau disebut koordinat lokal dan jika ditetapkan sebagai kesepakatan
berdasar matematis maka koordinat itu disebut koordinat yang mempunyai sistem
kesepakatan dasar matematisnya.
Proyeksi peta dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari cara
pemindahan data topografi dari permukaan bumi ke atas permukaan peta.
Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan
sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk
bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam
proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-
titik di muka bumi dan di peta Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih
menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Istilah ini sinonim dengan istilah
spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk bumi karena bumi tidak

4
uniform, maka digunakan istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang
menyerupai ellipsoid tetapi dengan bentuk mula yang sangat tidak beraturan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan proyeksi peta dan penggunaan proyeksi peta di
Indonesia ?
2. Bagaimana sistem WGS 1984 ?
3. Apa yang dimaksud dengan transformasi datum ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan
proyeksi peta dan penggunaan proyeksi peta di Indonesia.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana sistem WGS 1984.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan
datum atau transformasi dan model transformasi datum.

5
BAB II PEMBAHASAN BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Proyeksi Peta dan Penggunaan Proyeksi Peta di Indonesia
Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil
pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisis bisa digambarkan diatas
bidang datar (peta). Karena permukaan bumi fisis tidak teratur maka akan sulit
untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu
diperlukan pendekatan secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut. Model
matematis bumi yang digunakan adalah ellipsoid putaran dengan besaran-besaran
tertentu. Maka secara matematis proyeksi peta dilakukan permukaan ellipsoid
putaran ke permukaan bidang datar.
Proyeksi peta diperlukan dalam pemetaan pemukaan bumi yang mencakup
daerah yang cukup luas (lebih besar dari 30 km x 30 km) dimana permukaan bumi
tidak dapat diasumsikan sebagai bidang datar. Dengan sistem proyeksi peta,
distorsi yang terjadi pada pemetaan dapat direduksi sehingga peta yang dihasilkan
dapat memenuhi minimal satu syarat geometrik peta "ideal".
Jenis-jenis proyeksi peta:

Gambar 2.1 Macam-Macam Proyeksi Peta

a. Proyeksi Planar / Azumuthal / Zenithal

6
Bentuk proyeksi seperti bidang datar. Garis meridian berupa garis lurus
berpusat di daerah kutub, garis lintang berupa lingkaran mengelilingi kutub.
Sangat cocok untuk memetakan daerah kutub.
b. Proyeksi Kerucut
Jenis proyeksi ini memiliki kesalahan minimal pada area yang kecil. Biasanya
cocok dalam memetakan daerah pada lintang tengah.
c. Proyeksi Silinder
Garis meridian menjadi garis bujur permukaan silinder, garis pararel menjadi
garis horisontal (garis khatulistiwa). Sangat cocok untuk memetakan daerah
khatulistiwa, namun akan terjadi kesalahan besar pada pemetaan daerah kutub.

Gambar 2.2 Ilustrasi Bidang Proyeksi


Cara pemilihan proyeksi peta yaitu:
▸Pemetaan topografi suatu wilayah memanjang dengan arah barat-timur,
umumnya menggunakan proyeksi kerucut, normal, konform, dan menyinggung di
titik tengah wilayah yang dipetakan. Proyeksi seperti ini dikenal sebagai proyeksi
LAMBERT.
▸ Pemetaan dengan wilayah yang wilayah memanjang dengan arah utara- selatan,
umumnya menggunakan proyeksi silinder, transversal, konform, dan
menyinggung meridian yang berada tepat di tengah wilayah pemetaan tersebut.
Proyeksi ini dikenal dengan proyeksi Tranverse Mercator (TM) atau Universal
Tranverse Mercator (UTM).
▸ Pemetaan wilayah di sekitar kutub, umumnya menggunakan proyeksi azimuthal,
normal, konform. Proyeksi ini dikenal sebagai proyeksi stereografis.

7
2.2 Sistem WGS 1984 dan Penerapannya
Elipsoid dengan dimensi tertentu yang digunakan untuk hitungan geodesi
dinamakan Elipsoid Referensi. Indonesia telah 2 kali mengganti elipsoid referensi
pemetaannya. Elipsoid Bessel 1841 telah digunakan pada masa kurun waktu 1862
– 1974. Selanjutnya pada tahun 1974, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Republik Indonesia (Bakosurtanal) menggantinya dengan Geodetic Reference
System 1967 (GRS-67). Terakhir, pada tahun 1996 GRS-67 diganti dengan WGS-
84, kemudian pada tahun 2013 melalui Peraturan Kepala Badan Informasi
Geospasial Nomor 15 Tahun 2013, Elipsoida referensi yang digunakan adalah
WGS 84.

Gambar 2.3 Koordinat WGS 84

WGS84 dikelola oleh suatu Institusi di Amerika Serikat yang dikenal the
National Geospatial Intellegency Agency (NGA), yang sebelumnya the National
Imagery and Mapping Agency (NIMA) menggantikan the Defence Mapping
Agency (DMA). Dalam pengembangan WGS84 sebagai suatu system referensi
untuk pertama kali, DMA lah yang mendapat tanggungjawab, dan menginisiasi
realisasi kerangka referensi WGS84.
1. WGS-84 : Sistem Referensi Koordinat
Sebagai system referensi Koordinat Elipsoid WGS-84 dirancang agar sedekat
mungkin dengan ITRS, dimana sebagai sistem refrensi koordinat WGS-84 adalah

8
geosentrik dimana pusat (origin) elipsoid berimpit dengan pusat massa bumi,
dengan pengaturan sistem referensi koordinat dengan system koordinat kartesian
dan system koordinat geodetik sebagai berikut :
a. Sistem koordinat kartesiannya mengikuti aturan sebagai berikut.
▸ originnya merupakan pusat massa bumi, sehingga pusat elipsoid juga
merupakan pusat bumi
▸ sumbu z mengarah ke kutub utara rata-rata atau Conventional International
Origin (CIO), sebagaimana ditetapkan oleh International Earth Rotation Service
▸ sumbu x merupakan perpotongan bidang meridian acuan (Greenwich Mean
Astronomical Meridian, sebagaimana ditetapkan oleh Bureau International
l’Heure) dan bidang ekuator
▸ sumbu y menyesuaikan terhadap sumbu x dan z, dengan mengikuti aturan
tangan kanan.
b. Sistem koordinat geodetik mengikuti aturan sebagai berikut.
▸ Meridian elips yang melewati Observatorium Greenwich dipakai sebagai dasar
untuk menghitung salah satu unsur koordinat (bujur tempat), sedang bidang
Ekuator digunakan untuk menghitung unsur koordinat yang kedua (lintang
tempat).
▸ Titik yang terletak di sebelah timur meridian Greenwich harga bujurnya diberi
tanda positif (+), sedang yang terletak di sebelah barat meridian acuan tersebut
diberi tanda negatif (-).
▸ Titik yang terletak di sebelah utara Ekuator harga lintangnya diberi tanda positif
(+), sedang yang terletak di sebelah selatan Ekuator diberi tanda negatif (-).
2. WGS 84 sebagai Elipsoida
WGS-84 merupakan bidang/model matematik yang saat ini dianggap paling
mendekati besar dan bentuk bumi. Elipsoid ini dipakai sebagai bidang referensi
pemetaan nasional di Indonesia. Ada empat parameter yang mendefinisikan
WGS-84 tersebut, yaitu sebagai berikut.
▸ Setengah sumbu panjang elipsoid = a = 6 378 137 meter.
▸Penggepengan (flattening) = f = 1 / 298,257 223 563.
▸Kecepatan angular bumi = ω = 7 292 115 x 10-11 rad/sekon.

9
▸ Konstanta gravitasi bumi (termasuk atmosfer) = G = 3 986 005 x 10-8
m3/sekon2
WGS-84 ini hampir identik dengan elipsoida the Geodetic Reference System
1980 (GRS80) yang sama-sama berkorelasi dengan ITRF. Perbedaan terdapat
pada nilai besaran nilai pegepengan atau flattening, yang tidak berpengaruh
signifikan pada aplikasi praktis. Parameter-parameter elipsoid WGS-84 dan
GRS80
3. WGS-84 sebagai Kerangka Referensi.
WGS-84 merupakan salah satu datum (acuan) bagi orbit satelit, sehingga
oleh U.S. Defense Mapping Agency dinyatakan sebagai model referensi geodetik
global. Kerangka referensi WGS84 adalah merupakan realisasi dari system
referensi WGS-84 melalui koordinat terdefinisi di 11 stasiun monitoring referensi
yang terdistribusi global dan nilai besaran kecepatan perubahan linier koordinat
atau velocities ikut diperhitungkan .Stasiun stasiun kontrol referensi ini, berikut
nilai koordinatnya selanjutnya diaplikasikan untuk menghitung orbit-orbitsatelit
GPS pada konstelasinya. Maka pada saat penentuan posisi dimuka bumi dengan
menggunakan metode pengamatan satelit GPS, nilai koordinat yang diperoleh
bereferensi pada kerangka referensi WGS-84.
Di mulai pada tahun 2014 atau tepatnya setelah 13 Oktober 2013, realisasi
terkini system WGS-84 adalah merupakan evolusi ke-enam dari rangkaian
realisasinya. Pada urutan realisasi WGS84 dibedakan oleh notasi GPS Week yang
menunjukkan kapan kerangka referensi diberlakukan, contoh : pada 8 Pebruari
2012 adalah GPS Week 1674, „WGS84(G1674)‟. Realisasi ke-enam kerangka
referensi WGS84 yang mengindikasikan sejak Januari 2002 ketidak-tentuan
(uncertainty) padapenentuan posisi dengan kerangka referensi WGS-84 relatif
terhadap ITRF2008 adalah « 2 cm. Selanjutnya untuk mengetahui tentang
realisasi WGS84 terkini, Wong et al., 2012 dan Malys et al., 2016 memberikan
penjelasan lebih detail. Di mana realisasi WGS84 (G1674) dan WGS84(G1762)
di 11 stasiun monitoring GPS yang terdistribusi global, disekutukan langsung ke
nilai koordinat ITRF2008 berikut velocities yang dipublikasi oleh IERS.
Diimplementasikan oleh the GPS Operational Control Segment (OCS) pada 8

10
Pebruari 2012 WGS84(G1674)‟ dan 13 Oktober 2013 „WGS84(G1762)‟, yang
keduanya pada
epoch 2005.0.
Evolusi kerangka referensi ITRF dan WGS84 adalah bersifat dinamik tiada
lain adalah untuk menuju pada target akhir stabilitas realisasi „geocenter‟, pusat
massa gaya berat bumi, dengan tingkat ketelitian 0,1 mm/tahun dan stabilitas
faktor-skala 0,01 ppb/tahun atau 0,1 mm/tahun (Blewitt, 2003). Pencapaian
terkini, pada evolusi sampai ITRF2008 stabilitas realisasi „geocenter‟ pada
tingkat ketelitian 0,5 mm/tahun, dan stabilitas factor skala 0,2 mm/tahun.
Penerapan sistim WGS-1984 merupakan datum global dimana
penyimpangannya tehadap kondisi topografi setempat lebih besar dibanding
dengan sistim GRS 1967 yang lebih mendekati kondisi topografi setempat, namun
untuk perhitungan gravitasi normal relatif masih bisa diabaikan. Untuk
memperoleh keseragaman garavitasi normal transformasi koordinat antar kedua
sistim tidak terlalu sulit dilakukan sehingga diupayakan keseragaman anomali
gravitasi sistim datum lama dengan sistim anomali gravitasi baru yang bersifat
lebih global tunggal. Pemetaan anomali gravitasi sistim WGS 1984 lebih
gampang disambungkan dengan peta-peta sistim lainnnya sehingga dengan mudah
membuat sistim basis data anomali gravitasi yang tunggal.
3.3 Transformasi Datum
Datum adalah sekumpulan parameter yang mendefinisikan suatu sistem
koordinat dan menyatakan posisinya terhadap permukaan bumi. Pada
Permendagri Nomor 1 Tahun 2006 menyebutkan bahwa sebuah Peta Lingkungan
Laut Nasional digunakan dalam penentuan batas laut provinsi. Transformasi
datum adalah pengamatan pada titik-titik yang sama atau disebut titik sekutu.
Titik sekutu ini memiliki koordinat-koordinat dalam berbagai datum. Prinsip
transformasi datum adalah pengamatan pada titik-titik yang sama atau disebut titik
sekutu. Titik sekutu ini memiliki koordinat-koordinat dalam berbagai datum.
Dari koordinat koordinat ini dapat diketahui hubungan matematis antara
datum yang bersangkutan sehingga terdapat besaran-besaran yang
menggambarkan hubungan keduanya yang disebut dengan parameter
transformasi. 9 Jenis-jenis datum dan pemanfaatannya :

11
1. Datum lokal adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang
dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid lokal (tidak luas) yang dipetakan -
datumnya menggunakan a b Meridian 0 Deg a b Xo, Yo, Zo 7. Konsep Geodesi
GIS 3/11 ellipsoid lokal. Indonesia (1862-1880) telah melakukan penentuan posisi
di pulau jawa dengan metode triangulasi. Penentuan posisi ini menggunakan
ellipsoid Bessel 1841, sebagai ellipsoid referensi, meridian Jakarta sebagai
meridian nol, dan titik awal (lintang) beserta sudut azimutnya diambil dari
triangulasi di puncak gunung Genock (dikenal sbg datum Gonock).
2. Datum regional adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi
yang dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid untuk area yang relatif luas
(regional) datumnya menggunakan ellipsoid regional. Datum ini digunakan
bersama oleh beberapa negara yang berdekatan dalam satu benua yang sama.
Contoh datum regional: Amerika Utara 1983 (NAD83) digunakan bersama oleh
negara-negara yang terletak di benua amerika bagian utara. European datum 1989
(ED89) yang digunakan oleh negara-negara yang terletak di benua eropa,
Australian Geodetic Datum 1998 (AAGD98) yang digunakan bersama oleh
negara negara yang terletak di henua Australia.
3. Datum Global adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi
yang dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid untuk seluruh permukaan
bumi datumnya menggunakan ellipsoid global. Contohnya, 1984 departemen
pertahanan amerika (DoD) mempublikasikan datum WGS84. Datum ini
dikembangkan oleh DMA (Defense Mapping Agency) merepresentasikan
pemodelan bumi dari standpoint gravitasional, geodetik, dan geometrik dengan
menggunakan data teknik, dan teknologi yang sudah ada.
4. Transformasi datum Untuk keperluan survey geodesi yang lebih luas, seperti
penentuan batas-batas antara negaranegara yang bersebelahan, maka diperlukan
datum bersama. Jika negara-negara ybs masingmasing menggunakan datum lokal
yang berbeda, maka masing-masing harus ditransformasikan ke datum yang sama.
Prinsip transformasi datum adalah pengamatan pada titik-titik yang sama.
Selanjutnya, titiktitik sekutu ini memiliki koordinat-koordinat dalam berbagai
datum. Dari koordinat-koordinat ini dapat diketahui hubungan matematis antara
datum-datum ybs.

12
5. Datum Horizontal Ellipsoid referensi yang paling sering digunakan sebagai
bidang untuk penentuan posisi horizontal (lintang dan bujur), yang dalumnya
dikenal sebagai datum horizontal. Koordinat posisi horizontal ini beserta
tingginya di atas permukaan ellipsoid dapat dikonversikan ke sistem koordinat
kartesian 3D yang mengacu pada sumbu-sumbu ellipsoid.
 MODEL TRANSFORMASI DATUM

ransformasi 7 Parameter
( Bursa-Wolf )
Kita mengenal beberapa model
transformasi koordinat, salah
satunya transformasi
dengan 7 parameter, yaitu : 3
rotasi, 3 translasi, dan faktor
skala. Model ini sering
disebut juga sebagai model
linear conformal in three
dimension atau three
dimensional
similarity transformation. Hal
ini disebabkan bahwa dalam
model ini faktor skala pada
13
semua arah adalah sama. Dalam
model ini bentuk jaringan
dipertahankan, maka sudut
tidak berubah, tetapi panjang
baseline dan posisi titik dapat
berubah. Menggunakan
model three dimensional
similarity transformation pada
jaring kerangka yang besar
mungkin dapat mengubah
skala lokal dan orientasi.
ransformasi 7 Parameter
( Bursa-Wolf )
Kita mengenal beberapa model
transformasi koordinat, salah
satunya transformasi
dengan 7 parameter, yaitu : 3
rotasi, 3 translasi, dan faktor
skala. Model ini sering
14
disebut juga sebagai model
linear conformal in three
dimension atau three
dimensional
similarity transformation. Hal
ini disebabkan bahwa dalam
model ini faktor skala pada
semua arah adalah sama. Dalam
model ini bentuk jaringan
dipertahankan, maka sudut
tidak berubah, tetapi panjang
baseline dan posisi titik dapat
berubah. Menggunakan
model three dimensional
similarity transformation pada
jaring kerangka yang besar
mungkin dapat mengubah
skala lokal dan orientasi.
1. Transformasi 7 Parameter (Bursa-Wolf)

15
Kita mengenal beberapa model transformasi koordinat, salah satunya
transformasi dengan 7 parameter, yaitu: 3 rotasi, 3 translasi, dan faktor skala.
Model ini tering disebut juga sebagai model linear conformal in three dimension
atau three dimensional similarity transformation. Hal ini disebabkan bahwa dalam
model ini faktor skala pada semua arah adalah sama. Dalam model ini bentuk
jaringan dipertahankan, maka sudut tidak berubah, tetapi panjang baseline dan
posisi titik dapat berubah. Menggunakan model three dimensional similarity
transformation pada jaring kerangka yang besar mungkin dapat mengubah skala
lokal dan orientasi.
2. Transformasi 10 Parameter (Affinity Model)
Secara praktis, jika kita ingin mentransformasikan satu sistem koordinat ke
sistem koordinat yang lain, digunakan transformasi menggunan 7 parameter, 3
parameter rotasi, 3 parameter translasi, dan faktor skala. Implikasi dari model ini
adalah posisi titik dan panjang baseline akan berubah, tetapi sudut dan bentuk
jaringan tidak berubah. Sering kali model ini tidak cukup merefreksikan situasi
yang sebenarnya (Wolfrum, 1992). Dari teori permukaan (Hotine, 1947:
Wolfrum, 1992) bahwa setiap perubahan, bagian kecil dipermukaan, cenderung
diasumsikan sebagai karakter dari affinity.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil
pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisis bisa digambarkan
diatas bidang datar (peta). Karena permukaan bumi fisis tidak teratur

16
maka akan sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari
pengukuran.
2. World Geodetic System 1984 atau biasa disebut WGS 84 adalah sistem
koordinat CTS yang didefinisikan, direalisasikan dan dipantau oleh
NIMA (National Imagery and Mapping Agency) Amerika Serikat.
3. Transformasi datum adalah pengamatan pada titik-titik yang sama atau
disebut titik sekutu. Titik sekutu ini memiliki koordinat-koordinat dalam
berbagai datum.

3.2 Saran
. Tentunya t penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Agung Sasongko. 2016. Jurnal Khatulistiwa Informatika, Vol 4(1).
Adnyana, dkk, 2007. "Delimitasi Batas Maritim antara Provinsi Bali dan Provinsi
Nusa Tenggara Barat: Sebuah Kajian Teknis" Yogyakarta: Jurusan Teknik
Geodesi dan Geomatika FT UGM.

17
Handoko, E. Y, 2002. Analisis Transformasi Datum dan Datum Indonesia 1974
ke Datum Geodesi Nasional 1995. Jurnal Surveying dan Geodesi.
Kahar.S, 2006. Tranformasi Koordinat Pada Peta Lingkungan Laut Nasional dari
Datum ID74 Untuk Keperluan Penentuan Batas Wilayah Laut
Provinsi Jawa Tengah Dan Jawa Barat. Jurnal Geodesi,
Universitas Diponegoro
Ricky, I. S. 2020. Sistem Informasi Geografis. Medan: Yayasan Kita Menulis.

18

Anda mungkin juga menyukai