Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seperti yang kita ketahui bahwa bentuk bumi sebenarnya bukan
bulat tetapi menyerupai ellips tiga dimensi atau ellipsoid, maka dari itu
perlu diketahui suatu cara dalam menyajikan suatu bentuk yang
mempunyai dimensi tertentu ke dimensi yang lain atau disebut juga
dengan proyeksi, dan teknik-teknik serta penggambarannya dikenal
dengan proyeksi peta.
Dalam proyeksi peta terdapat beberapa macam, dilihat dari
berbagai kriteria, diantaranya dilihat dari sipat, bidang, serta
kedudukan bidang proyeksi. Dari berbagai macam kriteria tersebut
Proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) merupakan sistem yang
digunakan untuk kepentingan pemetaan (proyeksi silinder) dan
bersipat Universal sebagai sistem Pemetaan Nasional, keuntungan dan
kerugian sistem UTM, serta gambaran kedudukan bidang proyeksi
silinder terhadap bumi pada proyeksi UTM dan kemudian untuk melihat
serta menghitung suatu proyeksi diperlukan sistem koordinat.
Berkenaan dengan urgensi pembahasan Proyeksi Peta, UTM, dan
Sistem Koordinat tersebut, perlu disusun sebuah makalah yang mampu
menjadi wahana bagi para mahasiswa untuk memperoleh wawasan,
pengetahuan, dan konsep keilmuan, berkenaan dengan Proyeksi Peta,
sistem UTM dan Sistem Koordinat baik secara teoritis maupun secara
praktis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan proyeksi peta ?
2. Apakah tujuan, cara dan pembagian sistem proyeksi pada
peta?
3. Apakah yang dimaksud dengan UTM (Universal Transverse
Mercator) ?
4. Bagaimana ketentuan UTM ?
5. Apa saja ciri-ciri Proyeksi UTM ?
6. Mengapa UTM dijadikan sebagai sistem Proyeksi Pemetaan
Nasional ?
7. Apa saja keuntungan dan kerugian sistem UTM ?
8. Bagaimanakah sistem koordinat bentuk permukaan bumi ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Pengertian proyeksi peta;
2. Tujuan, cara, dan pembagian sistem proyeksi pada peta;
3. Pengertian UTM;
4. Ketentuan-ketentuan proyeksi UTM;
5. Ciri-ciri proyeksi UTM;
6. Alasan UTM dijadikan sistem Proyeksi Nasional;
7. Keuntungan dan kerugian menggunakan UTM; dan
8. Sistem koordinat bentuk permukaaan bumi.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik
secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini
berguna sebagai pengembangan konsep pengetahuan mengenai
proyeksi UTM. Secara praktis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan
konsep keilmuan khususnya tentang konsep Ilmu Ukur Tanah
mengenai proyeksi peta;
2. Pembaca/dosen/mahasiswa, sebagai media informasi
tentang proyeksi UTM baik secara teoritis maupun secara
praktis.

1.5 Prosedur Makalah


Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Metode yang digunakan adalah metode noninteraktif model analisis
teks. Melalui metode ini penulis menguraikan secara komprehensif
permasalahan yang akan dibahas. Data teoritis dalam makalah ini
dikumpulkan dengan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil
data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan
dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi
melalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data
tersebut dalam konteks tema makalah.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Proyeksi Peta
A. Pengertian Proyeksi Peta
Proyeksi adalah suatu cara dalam menyajikan suatu bentuk yang
mempunyai dimensi tertentu ke dimensi yang lain. Sedangkan yang
dimaksud dengan proyeksi peta yaitu teknik-teknik untuk
menggambarkan sebagian atau atau keseluruhan permukaan tiga
dimensi secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua
dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin.
Sistem proyeksi peta dibuat untuk mereduksi sekecil mungkin distorsi dengan
:
1. Membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian-bagian yang
terlalu luas.
2. Menggunakan bidang peta berupa bidang datar atau bidang yang
dapat ditatarkan tanpa mengalami distorsi seperti bidang kerucut dan
bidang silinder.
B. Tujuan, Cara dan Pembagian Proyeksi Peta
a) Tujuan Sistem Proyeksi Peta dibuat dan dipilih untuk:
Menyatakan posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem
koordinat bidang datar yang nantinya bisa digunakan untuk
perhitungan jarak dan arah antar titik.
Menyajikan secara grafis titik-titik pada permukaan bumi ke dalam
sistem koordinat bidang datar yang selanjutnya bisa digunakan untuk
membantu studi dan pengambilan keputusan berkaitan dengan
topografi, iklim, vegetasi, hunian dan lain-lainnya yang umumnya
berkaitan dengan ruang yang luas.
b) Cara proyeksi peta bisa dipilih sebagai:
Proyeksi langsung (direct projection): yaitu dari ellipsoid langsung ke
bidang proyeksi.
Proyeksi tidak langsung (double projection): yaitu proyeksi yang
dilakukan menggunakan "bidang" antara, ellipsoid ke bola dan dari
bola ke bidang proyeksi.
c) Pembagian Sistem Proyeksi Peta
Pembagian sistem proyeksi peta biasanya dikelompokan
berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik.
Berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dapat diklasifikasikan
berdasarkan :
1. Bidang proyeksi yang yang digunakan :
a. Proyeksi azimuthal/zenithal : bidang proyeksi bidang datar.
b. Proyeksi kerucut : bidang proyeksi bidang selimut kerucut.
c. Proyeksi silinder : bidang proyeksi bidang selimut silinder.
2. Persinggungan bidang proyeksi dengan bola bumi
a. Proyeksi tangen : bidang proyeksi bersinggungan dengan bola bumi.
b. Proyeksi secant : bidang proyeksi berpotongan dengan bola bumi.
c. Proyeksi polysuperficial : banyak bidang proyeksi.

Gambar 1. Jenis bidang proyeksi dan kedudukannya pada bidang


datum

3. Posisi sumbu bidang proyeksi terhadap sumbu bumi


a. Proyeksi normal : sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan
sumbu bola bumi.
b. Proyeksi miring : sumbu simetri bidang proyeksi miring terhadap
sumbu bola bumi.
c. Proyeksi transversal : sumbu simetri bidang proyeksi terhadap
sumbu bola bumi.
Gambar 2. Jenis bidang proyeksi kedudukannya pada bidang dan
datum
Sedangkan berdasarkan pertimbangan intrinsik dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Sifat asli yang dipertahankan
a. Proyeksi ekuivalen : luas daerah dipertahankan, luas pada peta
setelah disesuaikan dengan skala peta sama dengan luas asli pada
muka bumi.
b. Proyeksi conform : bentuk daerah dipertahankan, sehingga sudut-
sudut pada peta dipertahankan sama dengan sudut-sudut di muka
bumi.
c. Proyeksi ekuidistan : Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan
dengan skala peta sama dengan jarak asli di muka bumi.
2) Cara penurunan peta:
a) Proyeksi Geometris: Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral.
b) Proyeksi Matematis: Semuanya diperoleh dengan hitungan
matematis.
c) Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh dengan cara
proyeksi dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara matematis.
3) Pertimbangan dalam pemilihan proyeksi peta untuk pembuatan peta
skala besar adalah:
1) Distorsi pada peta berada pada batas batas kesalahan grafis.
2) Sebanyak mungkin lembar peta yang bisa digabungkan.
3) Perhitungan plotting setiap lembar sesederhana mungkin.
4) Plotting manual bisa dibuat dengan cara semudah-mudahnya.
5) Menggunakan titik-titik kontrol sehingga posisinya segera bisa
diplot.

Tabel 1. Kelas proyeksi peta

Kelas

1. Bid. Proyeksi Datar Kerucut Silinder

Pertimbangan 2.
Tengent Secant Superficial
Ekstrinsik Persinggungan

3. Posisi Normal Miring Transversal

4. Sifat Ekuidistan Ekuivalen Konform


Pertimbangan
Instrinsik Semi
5. Generasi Geometris Matematis
Geometris
Bidang datum dan bidang proyeksi:
a) Bidang datum adalah bidang yang akan digunakan untuk
memproyeksikan titik-titik yang diketahui koordinatnya (j ,l )
b) Bidang proyeksi adalah bidang yang akan digunakan untuk
memproyeksikan titik-titik yang diketahui koordinatnya (X,Y).

Proyeksi Polyeder
Sistem proyeksi kerucut, normal, tangent dan konform. Proyeksi
ini digunakan untuk daerah 20 x 20 (37 km x 37 km), sehingga bisa
memperkecil distorsi. Proyeksi polyeder di Indonesia digunakan untuk
pemetaan topografi dengan cakupan: 94 40 BT - 141 BT, yang dibagi
sama tiap 20 atau menjadi 139 bagian, 11 LS - 6 LU, yang dibagi tiap
20 atau menjadi 51 bagian. Keuntungan proyeksi polyeder yaitu
karena perubahan jarak dan sudut pada satu bagian derajat 20 x 20,
sekitar 37 km x 37 km bisa diabaikan, maka proyeksi ini baik untuk
digunakan pada pemetaan teknis skala besar. Kerugian proyeksi
polyeder yaitu untuk pemetaan daerah luas harus sering pindah bagian
derajat, memerlukan tranformasi koordinat, grid kurang praktis karena
dinyatakan dalam kilometer fiktif, tidak praktis untuk peta skala kecil
dengan cakupan luas dan kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak
15 km.
Gambar 3. Proyeksi kerucut bidang datum dan bidang proyeksi

Gambar 4. Proyeksi polyeder bidang datum dan bidang proyeksi

2. UTM (Universal Transverse Mercator )


1) Pengertian Universal Transverse Mercator (UTM)
Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator dengan sifat-
sifat khusus. UTM merupakan sistem proyeksi silinder,konform, secant,
transversal.
Gambar 5. Kedudukan bidang proyeksi silinder terhadap bola bumi
pada proyeksi UTM

2) Ketentuan UTM
Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang
disebut meridian standar dengan faktor skala 1.
Lebar zone 6 dihitung dari 180 BB dengan nomor zone 1 hingga
ke 180 BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian
tengah sendiri.
Perbesaran di meridian tengah = 0,9996.
Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84 LU dan 80 LS.
3) Ciri Proyeksi UTM
Ciri proyeksi UTM adalah :
a) Proyeksi bekerja pada setiap bidang Ellipshoid yang dibatasi
cakupan garis meridian dengan lebar 6 yang disebut zone.
b) Proyeksi garis meridian pusat (MC) merupakan garis vertikal pada
bidang tengah poyeksi.
c) Proyeksi garis lingkar equator merupakan garis lurus horizontal di
tengah bidang proyeksi.
d) Grid merupakan perpotongan garis-garis yang sejajar dengan dua
garis proyeksi pada butir dua dan tiga dengan interval sama. Jadi garis
pembentukan gridn bukan hasil dari garis Bujur atau Lintang
Ellipshoide (kecuali garis Meridian Pusat dan Equator).
e) Penyimpangan arah garis meridian terhadap garis utara grid di
Meridian Pusat = 0, atau garis arah meridian yang melalui titik luar
Meridian Pusat tidak sama dengan garis arah Utara Grid Peta yang
disebut Konvegerensi Meridian. Dalam luasan dan skala tertentu
tampilan simpangan ini dapat diabaikan karena kecil.
4) UTM digunakan sebagai sistem Proyeksi Pemetaan Nasional
Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi yang
digunakan secara nasional di wilayah Indonesia. Berikut ini akan
dijelaskan lasan mengapa sistem UTM dipakai :
a. Kondisi geografi negara Indonesia membujur disekitar garis
khatulistiwa atau garis lintang equator dari barat sampai ke timur yang
relative seimbang.
b. Untuk kondisi seperti ini, sistem proyeksi Tansverse Mecator/ Silinder
Melintang Mecator adalah paling ideal (memberikan hasil dengan
distorsi mnimal).
c. Dengan pertimbangan kepentingan teknis maka akan dipilih sisatem
proyeksi Universal Transverse Mecator yang memberikan batasan
luasan bidang 6 antara dua garis bujur dan ellipsoide yang dinyatakan
sebagai zone.
5) Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan:
a. Proyeksi simetris selebar 6 untuk setiap zone.
b. Transformasi koordinat dari zone ke zone dapat dikerjakan dengan
rumus yang sama untuk setiap zone di seluruh dunia.
c. Distorsi berkisar antara - 40 cm/ 1.000 m dan 70 cm/ 1.000 m.
Kerugian :
a. Karena pembesaran jarak dan konvergensi meridian, maka unsur ini
harus diperhatikan dalam perhitungan.
b. Walaupun satu derajat bagian meliputi daerah luas akan tetapi masih
dibutuhkan hitungan-hitungan pemindahan bagian derajat, menjadi
tidak praktis.
c. Konvergensi meridian pada jarak 15 km maksimum dapat mencapai
lebih kurang 150 meter.
Konvergensi adalah serangkaian garis searah yang menuju suatu titik
pertemuan dan Konvergensi Meridian adalah ukuran lembar peta dan
cara menghitung titik sudut lembar peta UTM .
Gambar 6. Konvergensi meridian pada proyeksi UTM

3. Sistem Koordinat
Koordinat adalah posisi titik yang dihitung dari posisi nol sumbu X
dan posisi nol sumbu Y.
Sistem koordinat permukaan bumi keseluruhan menggunakan
sistem koordinat geografik (Geodetik) yang diukur dengan
menggunakan derajat (degree) garis-garis lingkaran yang
menghubungkan kutub utara ke kutub selatan dikenal dengan nama
garis bujur (longitude) atau garis-garis meridian. Garis-garis lingkaran
yang) tegak lurus terhadap garis meridian dikenal dengan nama garis
lintang (latitude.
Gambar 7. Sistem koordinat geografis
Beberapa ketentuan yang berhubungan dengan pemodelan bumi
sebagai spheroid adalah:
Meridian dan meridian utama.
Paralel dan paralel NOL atau ekuator.
Bujur (longitude - j), bujur barat (0 - 180 BB) dan bujur timur (0 -
180 BT).
Lintang ( latitude - l ), lintang utara (0 - 90 LU) dan lintang selatan (0
90LS).
Gambar 8. Bumi sebagai spheroid

BAB III
PEMBAHASAN
A. Proyeksi Peta
1. Dalam pengertiannya proyeksi adalah suatu cara dalam menyajikan
suatu bentuk yang mempunyai dimensi tertentu ke dimensi yang lain
dan proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk
menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi
yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi
dengan distorsi sesedikit mungkin. Tujuan dari sistem proyeksi peta
dibuat dan dipilih untuk menyatakan dan menyajikan secara grafis
posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat
bidang datar. Tujuan sistem proyeksi peta dibuat dan dipilih untuk
menyatakan dan menyajikan secara grafis posisi titik-titik pada
permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar dan cara
proyeksi peta dapat dilakukan dengan cara proyeksi langsung (direct
projection) dan proyeksi tidak langsung (double projection). Secara
garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan
pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik.
Gambar 9.Jenis bidang proyeksi

B. UTM (Universal Transverse Mercator)


Sistem proyeksi yang digunakan di Indonesia diantaranya ada
sistem proyeksi Polyeder dan proyeksi Universal Transverse Mercator
(UTM), yang dijadikan sebagai sistem proyeksi nasional di Indonesia
adalah proyeksi UTM karena sistem ini memiliki tingkat distorsi yang
lebih minimum dibanding polyeder yaitu berkisar antara -40 cm/ 1000
m dan 70cm/ 1000 cm. Selain itu Proyeksi UTM pun memiliki sifat-sifat
khusus yaitu :
1) Proyeksi Transverse Mecator dengan lebar zone 6,
2) Sumbu pertama (ordinat/ Y) : Meridian sentral dari tiap zone,
3) Sumbu kedua (absis/ X) : equator,
4) Satuan : meter
5) Absis semu (T) :500.000 meter padqa meridian sentral,
6) Ordinat semu (U) : 0 meter di equator untuk belahan bumi bagian
utara dan 10.000.000 meter di equator untuk bagian belahan bumi
bagian selatan,
7) Faktor skala : 0,9996 (pada meridian sentral),
8) Penomoran zone : dimulai dengan zone 1 dari 180 BB s.d 174 BB,
Tzone 2 dari 174 s.d 168, dan seterusnya sampai zone 60 yaitu dari
174 BB s.d 180 BT,
9) Batas lintang : 84 LU dan 80 dengan lebar lintang untuk masing-
masing zone adalah 8, kecuali untuk bagian lintang x yaitu 12,
10) Penomoran bagian derajat lintang : dimulai dari notasi C, D, E, F,
sampai X (notasi huruf I dan O tidak digunakan).
Gambar 10. UTM Kota Bandung
Zone ditentukan dengan :
(Pembulatan ke atas (bujur)6 ) + 30
Dimana :
Bujur : bujur ditengah daerah pemetaan
3 : lebar 0,5 zone
30 : nomor zone di Greenwich
Kesimpulan, parameter Koordinat UTM terdiri atas komponen
North/East dan informasi zone (kontur bukan parameter koordinat).
Sebagai pengetahuan, UTM kota Bandung yaitu 48, sedangkan
kota Tasikmalaya 49.

C. Sistem Koordinat
Sistem koordinat permukaan bumi keseluruhan menggunakan
sistem koordinat geografik (Geodetik) yang diukur dengan
menggunakan derajat (degree) garis-garis lingkaran yang
menghubungkan kutub utara ke kutub selatan dikenal dengan nama
garis bujur (longitude) atau garis-garis meridian. Garis-garis lingkaran
yang tegak lurus terhadap garis meridian dikenal dengan nama garis
lintang (latitude).

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya penulis dapat mengemukakan
simpulan sebagai berikut :
1. Proyeksi Peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk
menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi
yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi
dengan distorsi sesedikit mungkin.
2. Tujuan sistem Proyeksi Peta dibuat dan dipilih untuk menyatakan
dan menyajikan secara grafis posisi titik-titik pada permukaan bumi ke
dalam sistem koordinat bidang datar.
3. Cara proyeksi peta dapat dilakukan dengan cara proyeksi langsung
(direct projection) dan proyeksi tidak langsung (double projection).
Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan
berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik.
4. Proyeksi UTM merupakan sistem proyeksi silinder, conform, secant,
transversal.
5. UTM banyak digunakan, dan di Indonesia sistem Proyeksi UTM
digunakan sebagai sistem Pemetaan Nasional karena memiliki nilai
distorsi yang minimum, kondisi geografi Indonesia, serta pertimbangan
kepentingan teknis.
6. Parameter koordinat UTM terdiri atas komponen North/East dan
informasi zone.
7. Sistem koordinat permukaan bumi keseluruhan menggunakan sistem
koordinat geografik (Geodetik) yang diukur dengan menggunakan
derajat (degree) garis-garis lingkaran yang menghubungkan kutub
utara ke kutub selatan dikenal dengan nama garis bujur (longitude)
atau garis-garis meridian. Garis-garis lingkaran yang tegak lurus
terhadap garis meridian dikenal dengan nama garis lintang (latitude).
B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai
berikut:
1. Dosen hendaknya dapat memberikan penjelasan yang dapat
dimengerti oleh para mahasiswanya ketika masuk kepada materi
proyeksi peta, sistem UTM dan sistem koordinat.
2. Mahasiswa hendaknya belajar memahami serta banyak membaca
khususnya mengenai materi proyeksi peta, UTM dan sistem koordinat
ini, agar ada korelasi dari apa yang dijelaskan oleh dosen.

DAFTAR PUSTAKA

Purwaamijaya, I.M. 2008. Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1 untuk


SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
UTM (Universal Transverse Mercator)

Universal Transverse Mercator(UTM) merupakan Metode grid berbasis


menentukan lokas di permukaan bumi yang merupakan aplikasi praktis
dari 2 dimensi.

Sejarah UTM (Universal Transerve Mercator)

Universal Transerve Mercator sistem koordinat dikembangkan oleh


Amerika Serikat Army Corps of Engineers pada tahun 1940-an. Sistem
ini didasarkan pada model yang ellipsoidal bumi. Untuk daerah di
Amerika Serikat berbatasan, yang Clarke 1866 ellipsoid digunakan
untuk daerah sisa bumi, termasuk Hawai, ellipsoid internasional
digunakan. Saat ini WGS84 ellipsoid digunaka sebagai model yang
mendasari bumi dalam system koordinat UTM.

Sebelum pengembangan system transverse Mercator koordinat


universal. Beberapa Negara Eropa menunjukkan utilitas berbasis grid
peta konformal dengan pemetaan wilayah mereka selama periode
antar perang. Menghitung jarak antara dua titik pada peta ini dapat
dilakukan lebih mudah dilapangan daripada yang dinyatakan mungkin
menggunakan rumus trigonometri yang diperlukan dalam system
graticule berbasis lintang dan bujur.

Melintang proyek si Mercator adalah varian dari proyeksi Mercator,


yang awalnya dikembagkan oleh Flemish geographer dan kartografer
Gerardus Mercator, pada tahun 1570. Proyeksi ini konformal, sehingga
mempertahankan sudut dan mendekati bentuk tetapi selalu
mendistrosi jarak dan daerah. UTM melibatkan non-linear scaling di
kedua Easting dan Northing untuk memastikan peta proyeksi eliipsoid
adalah konformal.

Zona UTM

System UTM membagi permukaan bumi antara 80oS dan 84oLU menjadi
60 zona, masing-masing 6o bujur lebar dan berpusat diatas meridian
bujur. Zona 1 adalah dibatasi oleh bujur 180 o sampai 174oB dan
berpusat pada 177 barat meridian. Zona penomoran meningkatkan kea
rah timur. Masing-masing dari 60 zona bujur dalam system UTM
didasarkan pada Mercator Melintang proyeksi. Pemetaan wilayah besar
utara-selatan dengan batas jumlah rendah distori, dengan
menggunakan zona sempit dari 6o bujur sampai 800 km lebarnya dan
mengurangi skala factor sepanjang meridian sentral denga hanya
0,0004 0,9996 (pengurangan 1:2500), jumlah distori diselenggarakan
dibawah 1 bagian di 1.000 dalam setiap zona. Distorsi skala meningkat
menjadi 1,00010 pada batas luar zona sepanjang khatulistiwa.

Pada setiap zona factor skala meridian sentral mengurangi diameter


silinder melintang untuk menghasilkan proyeksi garis potong dengan
dua garis standar, atau garis-garis skala sebenarnya terletak disekitar
180 km dikedua sisi, dan kira-kiran sejajar, pusat meridian (ARccOs
0,9996 = 1,62o pada khatulistiwa). Faktor skala kurang dari 1 dalam
baris-baris dan lebih besar dari 1 luar dari garis-garis, tetapi
keseluruhan distorsi skala di dalam zona seluruh diminimalkan

Koordinat UTM atau koordinat grid merupakan sistem koordinat


yang juga ditampilkan pada peta RBI Bakosurtanal di samping
koordinat geografis, walaupun dalam prakteknya pengguna peta harus
membuat garis-garis grid baru di atas muka peta RBI dengan panduan
garis-garis tick yang ada pada tiap sisi muka peta.

Sistim koordinat UTM inilah yang biasanya lebih mudah dipakai dalam
kegiatan navigasi darat dan berbagai kegiatan lainnya, karena
menggunakan grid dalam satuan jarak, yaitu meter. Juga karena romer
yang tersedia pada protraktor yang umum beredar di pasaran
merupakan romer dari koordinat UTM/Grid dengan skala 1:25.000 dan
skala 1:50.000.

Penggunaan Koordinat UTM pada Peta RBI

Penggunaan koordinat grid pada peta cetakan RBI Bakosurtanal harus


membuat sendiri garis-garis grid vertikal dan horizontal pada isi muka
peta karena garis-garis grid tersebut tidak tersedia.

Jika menggunakan koordinat grid pada peta cetakan RBI Bakosurtanal


maka pada muka peta akan terdapat dua jenis garis-garis grid peta,
yang pertama adalah garis-garis grid koordinat geografis asli cetakan
Bakosurtanal berwarna biru dan yang kedua garis-garis grid koordinat
grid/UTM hasil buatan sendiri.

Pembuatan garis-garis grid peta dapat dilakukan dengan


memanfaatkan garis bantu (ticks) yang terdapat pada keempat sisi
muka peta (sisi atas, bawah, kiri dan kanan). Umumnya penggambaran
garis bantu grid pada pada RBI Bakosurtanal berupa garis panjang
yang diberi garis ticks berwarna hitam pada sisi bawah dan sisi kanan
muka peta dengan mencantumkan angka nilai grid setiap kelipatan
lima angka. Pada sisi atas dan sisi kiri muka peta hanya
mencantumkan tanda ticks warna hitam saja tanpa garis panjang dan
angka nilai grid. (lihat dan perhatikan peta RBI)

Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik koordinat dinyatakan


dalam ukuran jarak dari titik acuan pada tiap zona proyeksi UTM. Garis
vertikal diberi nomor urut dari barat ke timur (dari arah kiri ke arah
kanan), sedangkan garis horizontal dari selatan ke utara (dari arah
bawah ke arah atas).

Pada koordinat grid sistem urutan penomoran ini sangat penting untuk
dipahami karena merupakan prinsip dasar dari sistem penomoran
urutan garis-garis grid. Untuk mempermudah dalam mengingatnya
disingkat menjadi KIKA BATAS, yaitu urutan penomoran dari KIri ke
KAnan dan dari BAwah ke aTAS.

KIKA adalah urutan penomoran dari garis-garis grid vertikal (easting


coordinat) dan BATAS merupakan urutan penomoran dari garis-garis
grid horizontal (northing coordinat).

Luas tiap karvak adalah 4 cm x 4 cm untuk skala peta 1:25.000 atau


sama dengan luas 1 km x 1 km di lapangan, dan 2 cm x 2 cm untuk
skala peta 1:50.000 atau sama dengan luas 1 km x 1 km di lapangan.

Sistem penyebutan Koordinat Grid

Ada beberapa cara dalam penyebutan atau penulisan koordianat UTM


yang bisa digunakan dengan tingkat keakuratan yang berbeda-beda.
Pemilihan sistem koordinat berkenaan dengan cakupan luas daerah
yang diinginka dari penunjukan lokasinya di lapangan.

Setiap digit dari angka-angka sistem koordinat grid merupakan


penunjukan ukuran panjang suatu daerah pada permukaan bumi
dengan satuan meter. Perhatikan gambar di bawah ini yang
menyatakan penunjukan jarak di permukaan bumi yang diwakili oleh
tiap digit dari koordinat UTM.

Gambar di atas menggunakan koordinat lengkap empat belas angka,


tujuh angka untuk nilai urutan KIKA (easting coordinate) dan tujuh
angka untuk nilai urutan BATAS (northing coordinate). Empat belas
angka tersebut merupakan penunjukan koordinat UTM secara lengkap
dan juga yang ditunjukkan pada GPS untuk setting koordinat UTM/UPS.
Gambar Satuan digit yang mewakili jarak di permukaan bumi pada
koordinat UTM

Beberapa penyebutan sistem koordinat UTM yang umum dan tidak


umum digunakan adalah sebagai berikut:

a. Sistem Karvak

Sistem karvak dalam penentuan koordinaat grid digunakan untuk


penyebutan wilayah yang lebih luas dengan cara menyebutkan nomor
karvak yang bersangkutan, baik satu karvak atau lebih, misalnya untuk
menyatakan luasnya wilayah kebakaran hutan dan lain-lain.

b. Sistem 4 Angka

Sistem 4 angka merupakan sistem koordinat grid yang


mengindikasikan panjang dengan digit puluh ribuan, ribuan meter
pada permukaan bumi. Dua angka untuk easting coordinat dan dua
angka lagi untuk northing coordinat. Sistem grid ini pada dasarnya
sama dengan sistem karvak pada contoh 1 sistem karvak, yaitu untuk
menunjukkan daerah yang luasnya satu karvak. Untuk menentukan
koordinat pada sistem ini dapat dilakukan langsung dengan melihat
garis vertikal dan horizontal daerah yang ditentukan.
c. Sistem 6 Angka

Sistem 6 angka merupakan sistem koordinat grid yang


mengindikasikan panjang dengan digit puluh ribuan, ribuan dan
ratusan meter pada permukaan bumi. Sistem ini merupakan cara
penunjukan suatu titik di peta dengan tingkat akurasi di lapangan
pada angka ratusan meter.
Penunjukkan koordinat suatu kota dengan koordinat grid sering
menggunakan sistem 6 angka ini untuk menunjukkan suatu titik
dengan wilayah yang lebih luas.

Menentukan Koordinat Sistem 6 Angka

Pada prinsipnya untuk menentukan koordinat sistem 6 angka dalam


koordinat UTM yaitu tiap sisi karvak dibagi menjadi sepuluh bagian
yang sama, sepuluh bagian tersebut dapat digambarkan dengan garis
ticks.

Pada peta skala 1:25.000 tiap karvaknya berukuran 4 cm x 4 cm dan


peta skala 1:50.000 berukuran 2 cm x 2 cm. Ini berarti pada skala
1:25.000 tiap sisi karvak jika dibagi 10 bagian yang sama maka tiap
bagian ticks berjarak 4 mm, dan pada skala 1:50.000 tiap tick berjarak
2 mm.

Jika tidak memiliki alat bantu penunjuk koordinat UTM khusus (yaitu
romer grid) untuk menentukan titik koordinat maka dapat
menggunakan alat bantu penggaris centimeter dengan memperhatikan
luas karvak pada masing-masing skala.

Romer grid/UTM untuk peta skala 1:25.000 dan 1:50.000 biasanya


sudah tersedia pada protractor yang dijual di pasaran.

Langkah-langkah dalam menentukan koordinat UTM sistem 6


angka:

1. Tentukan dan beri tanda silang (x) pada titik di peta yang akan dicari
titik koordinatnya.

2. Catat nomor karvak tempat titik x berada, yaitu ,,,, ,,, . Empat
angka telah didapat, yaitu angka 00 dan angka 00 yang menunjukkan
jarak puluh ribuan dan ribuan. Dua angka lagi yang tersisa, yaitu satu
angka untuk KIKA dan satu untuk BATAS yang menunjukkan jarak
ratusan meter.

3. Taruh romer grid pada titik x, nilai nol yang ada pada sudut romer
berhimpitan dengan titik x, pilih romer grid sesuai dengan skala peta
yang digunakan.

4. Catat nilai grid pada romer yang berhimpitan dengan garis vertikal
dan garis horizontal pada peta, yaitu,,,,,,, dan ,,,,,,,,

5. Tulis koordinat lengkapnya, yaitu ,,,,,,,, ,,,,,,,,


Jadi koordinat sistem 6 angka untuk titik x adalah ,,,,, ,,,,,,,

d. Sistem 8 Angka

Sistem 8 angka merupakan sistem koordinat grid yang


mengindikasikan panjang dengan digit puluh ribuan, ribuan, ratusan
dan puluhan meter pada permukaan bumi.

Sistem 8 angka pada sistem penentuan koordinat peta adalah cara


penunjukan suatu titik di peta dengan tingkat akurasi di lapangan pada
angka puluhan meter. Sistem koordinat ini yang sering digunakan
dalam kegiatan-kegiatan alam terbuka seperti penjelajahan hutan-
gunung, operasi SAR dan lainnya.

Penunjukan titik koordinat sistem 8 angka ini memiliki tingkat akurasi


pada hitungan puluhan meter di lapangan.

Menentukan Koordinat Sistem 8 Angka


Jika pada sistem 6 angka hitungan dalam penentuan titik koordinatnya
dengan cara membagi tiap sisi-sisi karvak menjadi 10 bagian yang
sama, maka untuk sistem 8 angka tiap sisi-sisi karvaknya dibagi
menjadi seratus bagian yang sama juga, atau tiap satu digit dari
sepuluh bagian yang sama (pada sistem 6 angka) dibagi lagi menjadi
sepuluh bagian yang sama pula.

Jika menggunakan penggaris centimeter dalam pencarian koordinat


sistem 8 angka, untuk skala peta 1:25.000 setiap jarak 1 mm (satu
tick) pada penggaris sama dengan nilai 2,5 bagian dari 100 bagian sisi
karvak.

Dan untuk skala peta 1:50.000, tiap kelipatan 1 mm (satu tick) pada
penggaris sama dengan nilai 5 bagian dari 100 bagian sisi karvak, atau
nilai kelipatan 10 bagian pada sisi karvak adalah 2 mm pada
penggaris.

Langkah-langkah dalam penentuan titik koordinat 8 angka pada


prinsipnya sama dengan cara yang dilakukan pada sistem 6 angka. Jika
pada sistem 6 angka kelebihan atau kekurang dari koordinat yang ada
dilakukan pembulatan ke atas atau ke bawah, maka pada sistem 8
angka kelebihan/kekurangan pada pengukuran sistem 6 angka dihitung
menjadi angka satu digit (angka 0 9).

e. Sistem 10 Angka

Sistem 10 angka merupakan sistem koordinat grid yang


mengindikasikan panjang dengan digit puluh ribuan, ribuan, ratusan,
puluhan dan satuan meter.

Sistem 10 angka pada sistem penentuan koordinat peta adalah cara


penunjukan suatu titik di peta dengan tingkat akurasi di lapangan pada
angka satuan meter (0 9 m). Sistem 10 angka ini merupakan cara
penunjukan titik koordinat yang paling akurat dari beberapa sistem
lainnya dan sistem 10 angka ini juga yang ditunjukkan oleh receiver
GPS seperti pada merek Garmin.

Namun pada prakteknya untuk tingkat akurasi satuan meter ini sering
diabaikan saat penggunaan romer UTM khususnya untuk skala peta
1:50.000 dan skala 1:25.000 dikarenakan sempitnya jarak antar ticks
pada romer grid tersebut. Perhitungan sistem 10 angka pada romer
UTM pada prinsipnya adalah membagi tiap ticks menjadi 10 bagian
yang sama.

f. Sistem 14 Angka

Sistem 14 angka merupakan sistem koordinat UTM yang


mengindikasikan panjang pada permukaan bumi dimulai dari angka
jutaan, ratus ribuan, puluh ribuan, ribuan, ratusan dan satuan meter.

Sistem 14 angka dalam penyebutan koordinat grid dilihat dari tingkat


akurasinya tidak berbeda dengan sistem 10 angka. Perbedaannya
hanya pada penambahan dua angka jutaan dan ratus ribuan di depan
lima angka easting dan lima angka northing saja. Sistem 14 angka
adalah penulisan koordinat grid secara utuh yang ditunjukkan oleh
GPS.

Pada lembar peta RBI penulisan nilai garis-garis grid koordinat


grid/UTM pada tiap kelipatan lima angka ditulis dengan menggunakan
empat angka. Dua angka pertama ditulis dengan huruf yang lebih kecil
dari dua huruf yang kedua.

Dua huruf pertama yang lebih kecil ini biasanya tidak disebutkan
dalam penggunaan sistim koordinat 4 angka, 6 angka, 8 angka dan 10
angka karena keberadaannya tidak memberikan pengaruh dalam
penentuan akurasi dari beberapa sistem koordinat. Namun untuk
penggunaan tertentu dalam skala yang sangat luas di permukaan bumi
dua angka pertama pada easting coordinate dan northing coordinate
ini diperlukan untuk membedakannya dengan wilayah yang lain pada.

g. Sistem Penulisan Lengkap Koordinat UTM


Koordinat UTM pada peta RBI Bakosurtanal pada skala peta 1: 25.000
atau 1:50.000 mempunyai standar khusus dalam penulisannya.
Penulisan atau penyebutan koordinat grid pada peta RBI Bakosurtanal
secara lengkap sebagai berikut.

Contoh:
0210045 mT 9211608 mU pada peta skala 1:25.000
0421986 mT 9723407 mU pada peta skala 1:50.000

Dan keterangan lainnya adalah penyebutan nomor zona dari


pembagian zona-zona UTM untuk membedakan posisi koordinat-
koordinat tersebut dengan koordinat pada zona lainnya, misalnya zona
49 M.

Anda mungkin juga menyukai