Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMETAAN SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN PESISIR LAUT DAN PPK

PROYEKSI PETA

DISUSUN OLEH:

AKBAR SYAHRUL RAMADHAN

202063014

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2023

Jl. Ir. Putuhena, Kampus Unpatti Poka-Ambon


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Proyeksi Peta” Tidak lupa juga

kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi

dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat

dukungan dari berbagai pihak. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat

kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh

karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat

memperbaiki karya ilmiah ini. Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini

memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Ambon, 12 November 2023

Akbar Syahrul Ramadhan


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................2

DAFTAR ISI .........................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................4

1.2 Tujuan ................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................6

2.1 Pengertian Proyeksi Peta ..................................................................................................................... 6

2.2 Klasifikasi Proyeksi Peta............................................................................................................7

2.3 Pemilihan Proyeksi Peta........................................................................................................... 10

2.4 Proyeksi Peta yang umum dipakai di Indonesia ......................................................................... 12

BAB III PENUTUP......................................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................. 17

3.1 Saran ......................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 18


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peta merupakan gambaran suatu tempat seperti kota, negara atau benua yang memperlihatkan

karakteristik utamanya. Jadi pemetaan dapat diartikan sebagai kegiatan penggambaran permukaan

bumi yang di proyeksikan ke dalam bidang datar dengan skala tertentu. Sebuah peta dasar dibuat

dengan skala terkecil mulai dari 1 : 50.000 sampai 1 : 250.000. Proyeksi diartikan sebagai metoda

atau cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi

yang sistematik

Secara umum, proyeksi peta dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari cara

pemindahan data topografi dari permukaan Bumi ke atas permukaan peta.Proyeksi peta adalah

teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga

dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi

sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara

posisi titik-titik di muka bumi dan di peta.

Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid.Istilah ini

sinonim dengan istilah spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi

tidak uniform, maka digunakan istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang menyerupai

ellipsoid tetapi dengan bentuk muka yang sangat tidak beraturan.

Proyeksi diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi

tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik. Proyeksi peta merupakan cara memindahkan

garis lintang atau paralel dan garis bujur atau meridian di bola bumi (globe) ke bidang datar yang
berbentuk peta. Analoginya adalah sama dengan saat kita akan menghitung luas kulit jeruk. Untuk

menghitungnya kita harus mengupasnya dan meletakkannya pada bidang datar. Karena awalnya

kulit jeruk tersebut 3 Dimensi dengan dikupas dan di letakkan mendatar maka dipaksakan menjadi

2 Dimensi maka sebagai akibatnya terjadi perubahan dari bentuk awal yang dikarenakan adanya

sobekan, mengembang atau berkerut.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu proyeksi peta

2. Untuk mengetahui klasifikasi dari proyeksi peta

3. Untuk mengetahui pemilihan dari proyeksi peta

4. Untuk mengetahui proyeksi apa saja yang umum dipakai di Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Proyeksi Peta

Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang

dilakukan di permukaan bumi fisis bisa digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena permukaan

bumi fisis tidak teratur maka akan sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari

pengukuran. Untuk itu diperlukan pendekatan secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut.

Model matematis bumi yang digunakan adalah ellipsoid putaran dengan besaran- besaran tertentu.

Maka secara matematis proyeksi peta dilakukan dari permukaan ellipsoid putaran ke permukaan

bidang datar.

Gambar 1 Proyeksi peta dari permukaan bumi ke bidang datar

Gambar 2 Koordinat Geografis dan Koordinat Proyeksi


Proyeksi peta diperlukan dalam pemetaan permukaan bumi yang mencakup daerah yang

cukup luas (lebih besar dari 30 km x 30 km) dimana permukaan bumi tidak dapat diasumsikan

sebagai bidang datar. Dengan sistem proyeksi peta, distorsi yang terjadi pada pemetaan dapat

direduksi sehingga peta yang dihasilkan dapat memenuhi minimal satu syarat geometrik peta

‘ideal’.

2.2 Klasifikasi Proyeksi Peta

Proyeksi peta dapat diklasifikan menjadi beberapa macam/jenis berdasarkan bidang

proyeksi yang digunakan, posisi sumbu simetri bidang proyeksi, kedudukan bidang proyeksi

terhadap bumi, dan ketentuan geometrik yang dipenuhi (Mutiara, Ira A, 2004).

Adapuan macam-macam proyeksi peta secara garis besar proyeksi dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1. Menurut bidang proyeksi yang digunakan

Bidang proyeksi adalah bidang yang digunakan untuk memproyeksikan gambaran

permukaan bumi. Bidang proyeksi merupakan bidang yang dapat didatarkan. Menurut

bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah:

• Proyeksi Azimuthal

Bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang datar. Sumbu simetri dari

proyeksi ini adalah garis yang melalui pusat bumi dan tegak lurus terhadap bidang

proyeksi.

• Proyeksi Kerucut (Conic)

Bidang proyeksi yang digunakan adalah kerucut. Sumbu simetri dari proyeksi ini

adalah sumbu dari kerucut yang melalui pusat bumi.


• Proyeksi Silinder (Cylindrical)

Bidang proyeksi yang digunakan adalah silinder. Sumbu simetri dari proyeksi ini

adalah sumbu dari silinder yang melalui pusat bumi.

2. Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan

Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah:

• Proyeksi Normal (Polar)

Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bumi.

• Proyeksi Miring (Oblique)

Sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut terhadap sumbu bumi.

• Proyeksi Transversal (Equatorial)

Sumbu simetri bidang proyeksi tegak lurus terhadap sumbu bumi.

Gambar jenis proyeksi peta menurut bidang proyeksi dan posisi sumbu simetrinya

:
3. Menurut kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi

Ditinjau dari kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, proyeksi peta dibedakan menjadi

• Proyeksi Tangent (Menyinggung)

Apabila bidang proyeksi bersinggungan dengan permukaan bumi.

• Proyeksi Secant (Memotong)

Apabila bidang proyeksi berpotongan dengan permukaan bumi.

4. Menurut ketentuan geometrik yang dipenuhi :

Menurut ketentuan geometrik yang dipenuhi, proyeksi peta dibedakan menjadi :

• Proyeksi Ekuidistan
Jarak antara titik yang terletak di atas peta sama dengan jarak sebenarnya di

permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).

• Proyeksi Konform

Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta sama dengan besar

sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi, sehingga dengan memperhatikan

faktor skala peta bentuk yang digambarkan di atas peta akan sesuai dengan bentuk

yang sebenarnya di permukaan bumi.

• Proyeksi Ekuivalen

Luas permukaan yang digambarkan di atas peta sama dengan luas sebenarnya di

permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).

2.3 Pemilihan Proyeksi Peta

Dalam pemilihan proyeksi peta yang akan digunakan, terdapat beberapa hal yang harus

dipertimbangkan, yaitu

1. Tujuan penggunaan dan ketelitian peta yang diinginkan

2. Lokasi geografis dan luas wilayah yang akan dipetakan

3. Ciri-ciri asli yang ingin dipertahankan atau syarat geometrik yang akan dipenuhi Dalam

melakukan pemilihan proyeksi peta sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini:

4. Pemetaan topografi suatu wilayah memanjang dengan arah barat-timur, umumnya

menggunakan proyeksi kerucut, normal, konform, dan menyinggung di titik tengah

wilayah yang dipetakan. Proyeksi seperti ini dikenal sebagai proyeksi


5. Pemetaan dengan wilayah yang wilayah memanjang dengan arah utara-selatan, umumnya

menggunakan proyeksi silinder, transversal, konform, dan menyinggung meridian yang

berada tepat di tengah wilayah pemetaan tersebut. Proyeksi ini dikenal dengan proyeksi

Tranverse Mercator (TM) atau Universal Tranverse Mercator (UTM).

6. Pemetaan wilayah di sekitar kutub, umumnya menggunakan proyeksi azimuthal, normal,

konform. Proyeksi ini dikenal sebagai proyeksi stereografis.

Manfaat Proyeksi
Dalam pemilihan proyeksi peta yang akan digunakan, terdapat beberapa hal yang harus

dipertimbangkan, yaitu :

• Tujuan penggunaan dan ketelitian peta yang diinginkan

• Lokasi geografis dan luas wilayah yang akan dipetakan

• Ciri-ciri asli yang ingin dipertahankan atau syarat geometrik yang akan dipenuhi

Dalam melakukan pemilihan proyeksi peta sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Pemetaan topografi suatu wilayah memanjang dengan arah barat-timur, umumnya

menggunakan proyeksi kerucut, normal, konform, dan menyinggung di titik tengah

wilayah yang dipetakan. Proyeksi seperti ini dikenal sebagai proyeksi LAMBERT.

2. Pemetaan dengan wilayah yang wilayah memanjang dengan arah utara-selatan, umumnya

menggunakan proyeksi silinder, transversal, konform, dan menyinggung meridian yang

berada tepat di tengah wilayah pemetaan tersebut. Proyeksi ini dikenal dengan proyeksi

Tranverse Mercator (TM) atau Universal Tranverse Mercator (UTM).

3. Pemetaan wilayah di sekitar kutub, umumnya menggunakan proyeksi azimuthal, normal,

konform. Proyeksi ini dikenal sebagai proyeksi stereografis.


2.4 Proyeksi Peta yang umum dipakai di Indonesia

Proyeksi Polyender

Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap

bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak

20′. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel

standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik potong antara garis paralel

standar dan garis meridian standar disebut sebagi ‘titik nol’ (ϕ0, λ0) bagian derajat tersebut. Setiap

bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yang

menggunakan angka romawi menunjukan letak garis paralel standar (ϕ0) sedangkan digit kedua

yang menggunakan angka arab menunjukan garis meridian standarnya (λ0).

Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :

1. Paralel standar : dimulai dari I (ϕ0=6°50′ LU) sampai LI (ϕ0=10°50′ LU)

2. Meridian standar : dimulai dari 1 (λ0=11°50′ BT) sampai 96 (λ0=19°50′ BT) Proyeksi

Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta (λjakarta=106°48′

27′′,79 BT)

Proyeksi Tranverse Mercator

Proyeksi Tranverse Mercator adalah proyeksi yang memiliki ciri-ciri silinder, tranversal,

conform dan menyinggung. Pada proyeksi ini secara geografis silindernya menyinggung bumi

pada sebuah meridian yang disebut meridian sentral. Pada meridian sentral, faktor skala (k) adalah

1 (tidak terjadi distorsi). Perbesaran sepanjang meridian akan semakin meningkat pada meridian

yang semakin jauh dari meridian sentral kearah timur maupun kearah barat. Perbesaran sepanjang

paralel semakin akan meningkat pada lingkaran paralel yang semakin mendekati equator. Dengan
adanya distorsi yang semakin membesar, maka perlu diusahakan untuk memperkecil distorsi

dengan membagi daerah dalam zone-zone yang sempit (daerah pada muka bumi yang dibatasi oleh

dua meridian).

Lebar zone proyeksi TM biasanya sebesar 3º. Setiap zone mempunyai meridian sentral

sendiri. Jadi seluruh permukaan bumi tidak dipetakan dalam satu silinder.

Proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM)

Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifat-sifat khusus.

Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifat-sifat khusus. Sifat-

sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi UTM adalah :

• Proyeksi : Transvere Mercator dengan lebar zone 6°.

• Sumbu pertama (ordinat / Y) : Meridian sentral dari tiap zone

• Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator

• Satuan : Meter

• Absis Semu (T) : 500.000 meter pada Meridian sentral

• Ordinat Semu (U) : 0 meter di Ekuator untuk belahan bumi bagian Utara dan 10.000.000

meter di Ekuator untuk belahan bumi bagian Selatan


• Faktor skala : 0,9996 (pada Meridian sentral)

• Penomoran zone : Dimulai dengan zone 1 dari 180° BB s/d 174° BB,Tzone 2 dari 174° BB

s/d 168° BB, dan seterusnya sampai zone 60 yaitu dari 174° B s/d 180° BT.

• Batas Lintang : 84° LU dan 80° LS dengan lebar lintang untuk masing-masing zone adalah

8°, kecuali untuk bagian lintang X yaitu 12°.

• Penomoran bagian derajat lintang: Dimulai dari notasi C , D, E, F sampai X (notasi huruf

I dan O tidak digunakan).

Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, dimulai dari meridian 90° BT sampai

meridian 144° BT dengan batas lintang 11° LS sampai 6° LU. Dengan demikian, wilayah

Indonesia terdapat pada zone 46 sampai dengan zone 54.

Proyeksi Transverse Mercator 3° (TM-3°)


Proyeksi TM-3° adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifat-sifat khusus.

Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi TM-3° adalah :

1. Proyeksi : Transverse Mercator dengan lebar zone 3°

2. Sumbu pertama (ordinat / Y) : Meridian sentral dari tiap zone

3. Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator

4. Satuan : Meter

5. Absis Semu (T) : 200.000 meter + X

6. Ordinat Semu (U) : 1.500.000 meter + Y

7. Faktor skala : 0,9999 (pada Meridian sentral)

8. Penomoran zone : Dimulai dengan zone 46.2 dari 93° BT s/d 96° BT, zone 47.1 dari 96°

BT s/d 99° BT, zone 47.2 dari 99° BT s/d 102° BT, zone 48.1 dari 102° BT s/d 105° BT

dan seterusnya sampai zone 54.1 dari 138° BT s/d 141° BT

9. Batas Lintang : 6° LU dan 11° LS

Proyeksi TM-3° digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Proyeksi ini beracuan pada

Ellipsoid World Geodetic System 1984 ( WGS ‘84) yang kemudia disebut sebagai Datum Geodesi

Nasional 1995 (DGN ‘95)

Tabel Daftar Zone Proyeksi UTM dan TM-3° untuk Wilayah Indonesia
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah penggunaan proyeksi peta adalah penggambaran

permukaan bumi di suatu media bidang datar dengan berbagai metode proyeksi dan syarat-syarat

pendukung lainnya.

3.1 Saran

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran

yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dalam penulisan makalah di

kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya

juga para pembaca yang budiman pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Bakosurtanal. 1979. Transformasi Koordinat Geografi ke Koordinat UTM-Grid Spheroid

Nasional Indonesia. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional.

Elements of . Cartography. John Wiley & Sons, Inc. New York.

https://atworldtoday.blogspot.com/2014/05/tugas-makalah-proyeksi-peta.html

https://spasialkan.com/2018/02/01/pengertian-klasifikasi-jenis-macam-sistem-proyeksi-peta/

https://www.gurupendidikan.co.id/proyeksi-peta/

Mutiara, I. 2004. Diklat Teknis Pengukuran dan Pemetaan Kota. Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan-ITS, Surabaya.

Prihandito, A. 1988. Proyeksi Peta. Penerbit Kanisius Yogyakarta .

Purwohardjo, U. 1986. Hitung dan Proyeksi Geodesi II. Jurusan Teknik Geodesi FTSP-ITB,

Bandung.

Robinson, H.Arthur, Morrison, Joell, Muehrcke, C.Phillip, et.al.1995.

Anda mungkin juga menyukai