Anda di halaman 1dari 10

Makalah

MODEL BASIS DATA

Fajar Rachman Hidayah

NPM : 4122320130040

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK, PERENCANAAN DAN ARSITEKTUR

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI

BANDUNG

2020

1
Daftar Isi

Daftar Isi.....................................................................................................................................2

BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...........................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3

BAB I..........................................................................................................................................5

DASAR TEORI...........................................................................................................................5

2.1 Bidang Referensi Bumi......................................................................................................5

2.2 Bidang Referensi Geoids........................................................................................................5

2.3 Bidang Referensi Ellipsoids...................................................................................................6

PENUTUP....................................................................................................................................9

3.1Kesimpulan...........................................................................................................................9

Daftar Pustaka................................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem basis data merupakan sebuah sistem penyimpanan dan pengelolaan data dengan
menggunakan komputer sehingga informasi yang disediakan cepat dan akurat. Dengan
memanfaatkan sistem basis data akan dapat sangat membantu perusahaan dalam
pengambilan keputusan yang lebih optimal. Oleh karena itu sistem basis data sangatlah
dibutuhkan oleh perusahaan untuk dapat bersaing ditengah persaingan yang semakin
kompetitif.

Dalam pandangan kuno, bumi ini dianggap bidang datar yang berbentuk seperti sebuah
piringan dan menjadi pusat dari seluruh alam semesta. Pythagoras (495 SM) adalah orang
pertama yang menyatakan bahwa bumi ini bukanlah pipih namun bulat seperti bola, yang
kemudian didukung oleh Aristoteles (340 SM) dan Archimedes (250 SM). Namun
pernyataan itu belum didasari penelitian dan pengukuran atas dimensi bumi melainkan
hanya didasarkan pada fakta a.l, pada waktu terjadi gerhana bulan, bayangan bumi
berbentuk lingkaran, dan pada waktu meninggalkan pantai, kapal berangsur-angsur
menghilang seolah-olah tenggelam ke bawah garis horison.

Kemudian Eratosthenes (250 SM) melakukan percobaan untuk menentukan keliling bumi
dengan cara sbb : ( lihat gambar 1.1):
Gambar 1. Pengukuran Eratosthenes

Eratosthenes mendirikan tongkat di Alexandria dan membuat sumur di Syene. Jarak


antara ke dua lokasi itu 5000 stadia (1 stadia = 185 meter). Ketika matahari tepat di atas
sumur, diukurlah panjang bayangan tongkat. Dari harga tinggi tongkat dan panjang
bayangan.

Teknik pengukuran untuk menentukan dimensi bumi tersebut dilakukan berdasarkan


kombinasi pengukuran astronomi dan pengukuran triangulasi. Pengukuran astronomi
adalah pengukuran untuk mendapatkan posisi di bumi berdasarkan pengamatan benda
langit (umumnya benda langit yang digunakan adalah bintang). Teknik triangulasi
adalahteknik pengukuran di permukaan bumi dengan menggunakan jaring-jaring segitiga
untuk mendapatkan koordinat titik-titik sudut. Dalam pengukuran triangulasi ini diukur
seluruh sudut setiap segitiga.

Teknik triangulasi pertama kali diperkenalkan oleh Schnellius pada tahun 1615 untuk
mencari panjang 1o busur meridian. Teknik ini dikerjakan di Belanda pada sekitar lintang
rata-rata 52o utara ekuator. Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh bahwa panjang
1obusur meridian = 107,7 km.

Tahun 1669, Picard mendapat 1o busur meridian = 111,211 km dari pengukuran


triangulasi di Perancis pada lintang rata-rata 48o utara. Tahun 1736, Maupertius, Clairaut,
dan Celcius mendapat 1o busur meridian = 111,949 km dari pengukuran triangulasi di
Lapland pada lintang rata-rata 66o utara. Tahun 1735, Bouger dan Godin Lacondamina
mendapat 1o busur meridian = 110,6 km dari pengukuran triangulasi di Peru pada lintang
rata-rata 10o.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Bidang Referensi Bumi

Dalam pengukuran dan pemetaan permukaan bumi diperlukan suatu bidang referensi
(disebut juga bidang datum atau bidang acuan) yang akan dijadikan sebagai landasan atau
dasar dalam perhitungan dan penempatan posisi titik. Bidang acuan tersebut ada 3 (tiga)
macam, yang pemilihannya tergantung luas wilayah pemetaan dan tingkat ketelitian peta
yang diinginkan, Ketiga bidang acuan itu adalah bidang datar, bidang bola, dan bidang
elipsoid.
Untuk keperluan praktis, pemetaan daerah dengan ukuran jarak maksimum kurang dari 55
km, dimana bumi masih dapat dianggap datar, maka dapat digunakan bidang acuan
bidang datar, sedangkan untuk ukuran jarak antara 55 km sampai dengan 100 km, dimana
kelengkungan bumi sudah mulai berpengaruh namun tidak terlalu besar, maka dapat
digunakan bidang bola. Untuk pemetaan dalam sistem yang mencakup wilayah lebih luas
dengan jarak minimum lebih besar daripada 100 km, dimana kelengkungan bumi sudah
sangat berpengaruh, maka bidang acuan harus menggunakan bidang referensi elipsoid.
Teknologi penentuan posisi menggunakan GPS (Global Positioning System), yang sistem
koordinatnya berlaku secara global, menggunakan bidang referensi elipsoid. Pengikatan
titik antar pulau, penentuan batas antar negara, penentuan arah dari suatu titik ke titik lain
yang berjarak ribuan kilometer, memerlukan bidang referensi berbentuk elipsoid.
Oleh karena itu, ilmu tentang hitung proyeksi geodesi yang mempelajari tentang bidang
referensi bumi, perhitungan posisi di atas permukaan elipsoid, dan tentang proyeksi peta
harus dipahami dan dikuasai oleh para ahli dan praktisi di bidang survey dan pemetaan.
Dalam buku ini hanya dibahas mengenai bidang referensi bumi dan penentuan posisi di
atas bidang referensi elipsoid bumi.
2.2 Bidang Referensi Geoids
Salah satu tugas ilmu geodesi adalah menentukan koordinat titik, jarak dan azimut garis di
muka bumi untuk keperluan praktis maupun ilmiah. Namun, karena bentuk permukaan
bumi sangat tidak beraturan, yaitu adanya gunung, dataran, lembah, bahkan palung laut,
diperlukan suatu bidang acuan untuk perhitungan dalam penentuan posisi. Untuk
keperluan praktis, misalnya untuk pengukuran sipil, dapat digunakan suatu bidang yang
disebut bidang Geoid yang mengacu pada tinggi permukaan laut rata-rata (MSL = Mean
Sea Level).

Bidang geoid adalah bidang nivo pada ketinggian muka laut tenang rata-rata. Bidang nivo
adalah bidang yang tegak lurus arah gravitasi bumi. Dengan demikian, bidang geoid ini
tegak lurus arah gravitasi bumi. Namun, karena arah gravitasi terpengaruh oleh distribusi
massa bumi sedangkan distribusi tersebut tidak merata maka arah gravitasi menjadi tidak
beraturan dan tidak mengarah ke pusat bumi sehingga dengan demikian bidang geoid pun
menjadi tidak beraturan.

2.3 Bidang Referensi Ellipsoids

Ellipsoid berasal dari kata „elips‟ yang sering digeneralisasikan sebagai bentuk lingkaran
atau bola. Namun sejatinya, bumi itu sendiri tidak berbentuk bola sempurna, melainkan
berbentuk ellipsoid dimana bumi sebenarnya lebih lebar bila dibandingkan dengan
tingginya. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh data yang mengatakan bahwa keliling
khatulistiwa bumi sekitar 42 milimeter lebih panjang bila dibandingkan dengan garis
bujurnya. Jadi dapat dibilang bahwa planet ini tidaklah berbentuk bulat sempurna.
Meskipun banyak pemodelan bumi lainnya, model ellipsoid dianggap paling sesuai
dengan bentuk bumi yang sebenar-benarnya.

Banyak ahli yang telah mengembangkan beragam model bumi ellipsoid sejak bertahun-
tahun yang lalu. Namun yang paling populer adalah model yang dirancang sebagai basis
data untuk referensi sistem koordinat WGS84. WGS84 merupakan sistem referensi
koordinat geografis, yang berarti kontekstualisasi titik pada permukaan 3D – dalam hal
ini, bumi – menggunakan derajat lintang dan bujur. Koordinat pada data GPS diturunkan
dengan menggunakan WGS84.

Model ellipsoid digunakan untuk mengukur jarak yang melintasi antar permukaan bumi.
Di Indonesia sendiri, model ellipsoid masih cenderung memiliki ketelitian yang cukup
rendah, yakni kurang lebih 1 meter. Hal tersebut terjadi karena masih sedikitnya
pengukuran gaya berat di Indonesia.

Tidak seperti geoid, model ellipsoid mengasumsikan bahwa permukaan bumi rata. Bukan
dalam rangka mendukung teori bahwa bumi itu datar, melainkan hal tersebut memiliki
arti bahwa tidak ada gunung atau parit sehingga permukaan bumi berada di titik
ketinggian yang sama. Jarak vertikal yang terdapat di antara geoid dan ellipsoid
merupakan sebuah hasil dari diperhitungkannya keberadaan gunung dan parit dalam
pemodelan bumi geoid. Perbedaan tersebut dikenal dengan istilah „geoid height‟ atau
ketinggian geoid (undulasi). Perbedaan antara ellipsoid dan geoid dapat menjadi sangat
signifikan, karena sejatinya ellipsoid hanyalah garis dasar untuk mengukur ketinggian
topografi. Pada model ellipsoid, diasumsikan bahwa permukaan bumi halus, sedangkan
pada model geoid permukaan bumi tidaklah demikian adanya.
Ilustrasi Geoid dan Ellipsoid
Sumber : Geodesy and Geodynamics Journal,2020

Datum Vertikal

Baik ellipsoid maupun geoid merupakan contoh dari datum vertikal. Untuk surveyor,
datum vertikal berfungsi sebagai titik referensi dari mana ketinggian (ketinggian positif
dan negative) dapat ditentukan. Terdapat dua jenis datum vertikal. Yang pertama adalah
datum pasang surut, dan yang kedua adalah datum geodetik. Untuk sejenak pembahasan
akan difokuskan pada datum geodetik yang lebih relevan dengan pekerjaan surveyor.

Ketepatan besaran inci pada pekerjaan survey adalah sebuah hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan dengan baik. Hal tersebut sangatlah kritikal sehingga para surveyor
haruslah menggunakan datum geodetic yang sama dalam satu rangkaian proyek. Peralihan
model ellipsoid atau geoid di pertengahan jalan akan menyebabkan perbedaan data yang
signifikan. Jika kumpulan data survey menggunakan sistem referensi dan koordinat yang
berbeda, maka perlu dilakukan perubahan untuk mencocokan satu dengan yang lainnya,
jika tidak pengukuran tidak akan berhasil.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bumi dianggap bidang datar yang berbentuk seperti sebuah piringan dan menjadi pusat dari
seluruh alam semesta. Pythagoras (495 SM) adalah orang pertama yang menyatakan bahwa
bumi ini bukanlah pipih namun bulat seperti bola, yang kemudian didukung oleh Aristoteles
(340 SM) dan Archimedes (250 SM). Teknik pengukuran untuk menentukan dimensi bumi
tersebut dilakukan berdasarkan kombinasi pengukuran astronomi dan pengukuran triangulasi.
Pengukuran astronomi adalah pengukuran untuk mendapatkan posisi di bumi berdasarkan
pengamatan benda langit (umumnya benda langit yang digunakan adalah bintang).

Dalam pengukuran dan pemetaan permukaan bumi diperlukan suatu bidang referensi (disebut
juga bidang datum atau bidang acuan) yang akan dijadikan sebagai landasan atau dasar dalam
perhitungan dan penempatan posisi titik. Bidang acuan tersebut ada 3 (tiga) macam, yang
pemilihannya tergantung luas wilayah pemetaan dan tingkat ketelitian peta yang diinginkan,
Ketiga bidang acuan itu adalah bidang datar, bidang bola, dan bidang elipsoid.

Oleh karena itu, ilmu tentang hitung proyeksi geodesi yang mempelajari tentang bidang
referensi bumi, perhitungan posisi di atas permukaan elipsoid, dan tentang proyeksi peta harus
dipahami dan dikuasai oleh para ahli dan praktisi di bidang survey dan pemetaan. Dalam buku
ini hanya dibahas mengenai bidang referensi bumi dan penentuan posisi di atas bidang
referensi elipsoid bumi.

Model ellipsoid digunakan untuk mengukur jarak yang melintasi antar permukaan bumi. Di
Indonesia sendiri, model ellipsoid masih cenderung memiliki ketelitian yang cukup rendah,
yakni kurang lebih 1 meter. Hal tersebut terjadi karena masih sedikitnya pengukuran gaya
berat di Indonesia. Tidak seperti geoid, model ellipsoid mengasumsikan bahwa permukaan
bumi rata. Bukan dalam rangka mendukung teori bahwa bumi itu datar, melainkan hal
tersebut memiliki arti bahwa tidak ada gunung atau parit sehingga permukaan bumi berada di
titik ketinggian yang sama. Perbedaan tersebut dikenal dengan istilah „geoid height‟ atau
ketinggian geoid (undulasi).
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, Ari. 2018. “GEODESI GEOMETRI I”. https://slideplayer.info/slide/13673747/

Geodesy.gd.itb.ac.id. 2007. Studi Geoid Teliti dan Permodelannya di Daerah Indonesia.


Geodesy.gd.itb.ac.id

Jasaukurtanah.com. 2016. Mengenal Ap aitu Geoid, Undulasi, dan Tinggi Orthometrik.


Jasaukurtanah.com

Smith, N. 2017. The Difference Between Geoid & Ellipsoid. Sciencing.com

Yasma, Mega. 2017. “GEODESI GEOMETRI II Jaring Kontrol Geodesi”. Institut Teknologi
Padang. https://www.slideshare.net/MegaYasmaAdha/makalah-geodesi-geometri-ii-terkait-
jaring-kontrol-dan-datum-geodesi.

Yohannes. 2016. “DIKTAT BAHAN KULIAH GEODESI GEOMETRIK”. Institut Teknologi


Sumatera.

Zeidel, A. 2020. Geoids vs. Ellipsoids: What‟s the Difference?. Propeller

https://www.handalselaras.com/converter/

https://www.facebook.com/notes/selamatkan-bumi-kita/sejarah-bumitanpa-gambar-
diagram/406075466156312/.

Anda mungkin juga menyukai