ANALISIS PETA
Oleh :
Lia Anggraini Ritonga 191201024
Wildan Muhammad Adib 191201030
Wanda Afnes Rahmatika 191201033
Christiana Sirait 191201035
Romaoca Andysa Anas 191201148
Donny Damianus Pinem 191201168
Kelompok 2
HUT 3B
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan kasih sayang karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum geodesi dan kartografi ini dengan baik. Laporan Praktikum Geodesi
dan Kartografi yang berjudul “Analisis Peta” ini dimaksudkan untuk memenuhi
tugas Praktikum Geodesi dan Kartografi sebagai syarat masuk Praktikum Geodesi
dan Kartografi pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab
Praktikum Geodesi dan Kartografi yaitu Bapak Dr. Samsuri, S.Hut., M.Si. karena
telah memberikan materi dengan baik dan benar. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada asisten yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
penulis mengikuti kegiatan praktikum.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki
isi laporan ini akan sangat kami hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................. 1
Tujuan.......................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….. 3
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat....................................................................................... 6
Alat dan Bahan............................................................................................. 6
Prosedur Praktikum...................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAAN
Hasil............................................................................................................. 8
Pembahasan.................................................................................................. 11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.................................................................................................. 14
Saran............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data Hasil Perhitungan Analisis Peta………….…………………….. 8
iii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu Geodesi mempelajari mengenai pengukuran dipermukaan bumi,
bentuk muka bumi sebagai geoid maupun ellipsoid serta berbagai macam jenis
hitungan didalamnya. Sehingga mahasiswa ilmu Geodesi dituntut memiliki
pemahaman yang mendalam mengenai berbagai macam jenis hitungan dasar.
Geodesi merupakan salah satu cabang ilmu matematika terapan, sehingga selalu
bersinggungan dengan berbagai macam jenis hitungan. Dalam bidang Geodesi
dan Geomatika, posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua
dimensi atau tiga dimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu.
Sistem koordinat itu sendiri didefinisikan dengan menspesifikasikan tiga
parameter berikut, yaitu : lokasi titik asal dari sistem koordinat, orientasi dari
sumbu-sumbu koordinat, dan besaran untuk posisi suatu titik dalam sistem
koordinat tersebut (Akhsin et al., 2016).
Kartografi atau pembuatan peta adalah studi dan praktik membuat peta
atau globe. Artinya kartografi selalu berhubungan serta membahas secara khusus
tentang pembuatan peta serta interpretasinya. Peta secara tradisional sudah dibuat
menggunakan pena dan kertas, tetapi munculnya dan penyebaran komputer sudah
merevolusionerkan kartografi. mengenai Spesifikasi teknis penyajian peta desa,
terkait dengan peraturan pemerintah tentang perlunya pembuatan peta desa yang
akurat, terintegrasi, dapat dipertanggungjawabkan, dan memiliki standar
kartografi yang sama antar peta desa, maka perlu adanya Spesifikasi Teknis
Penyajian Peta Desa yang mengatur tentang penggunaan simbol kartografi
sehingga penggunaan simbol bisa seragam dan sama persis walaupun pembuat
petanya berbeda (Zurkarnain dan Agung, 2017).
Kartografi berasal dari bahasa yunani, carto, yang berarti permukaan dan
grafi yang berarti gambaran/bentuk. Sehingga kartografi merupakan gambaran
permukaan, atau dapat diartikan sebagai ilmu membuat peta. Arti dari kartografi
telah berubah secara fundamental sejak tahun 1960. Sebelumnya kartografi
didefinisikan sebagai pembuatan peta. Perubahan tersebut disebabkan oleh
kenyataan bahwa kartografi telah dikelompokkan dalam bidang ilmu komunikasi
1
2
2
3
TINJAUAN PUSTAKA
Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah
ukur yang mencakup penyajian dalam tiga dimensi koordinat horizontal dan
koordinat vertikal secara bersama-sama dalam suatu gambar peta. Prinsipnya
dengan menentukan objek-objek penting berdasarkan unsur sudut dan jarak dalam
jumlah yang cukup, sehingga dapat mewakili atau menggambarkan daerah
tersebut dan seisinya secara jelas mungkin dengan skala tertentu. Peralatan dan
perlengkapan yang digunakan biasanya dengan menggunakan alat theodolit dan
meteran. Seiring dengan perkembangan teknologi, peralatan yang digunakan
menggunakan total station yang mana alat ini dapat menyimpan data dan
mengukur jarak secara langsung, bahkan sekarang ini pemetaan situasi dapat
dilakukan dengan menggunakan metode survei GNSS. Salah satu teknologi
pemetaan yang mulai dikembangkan di Indonesia yaitu GNSS CORS (Global
Navigation sattelite system Continuosly Operating Reference Stations). Banyak
dari instansi pemetintah maupun swasta yang mengembangkan teknologi ini
untuk kebutuhan rekayasa dan penelitian yang berkaitan (Julius, 2010).
Proyeksi peta merupakan suatu system yang memberikan hubungan
antara posisi titik di muka bumi dan di peta. Yang disebut dengan peta ideal
adalah memiliki luas, bentuk, arah dan jarak yang benar. Agar proyeksi peta dapat
mengarah kepada peta yang ideal, maka ada beberapa syarat yang perlu
diperhatikan, antara lain : membagi daerah yang menjadi bagian-bagian yang
tidak terlalu luas dan memiliki bidang proyeksi dengan letak daerah yang
dipetakan misalnya bidang datar, bidang kerucut dan bidang silinder. Ditinjau dari
sifat asli yang akan diperhatikan dan dipertahankan, peta memiliki beberapa
proyeksi peta, antara lain : proyeksi ekuivalen, yaitu proyeksi dimana jarak daerah
dipertahankan sama, kemudian proyeksi conform, dimana sudut-sudut
dipertahankan sama, selanjutnya proyeksi ekuivalen, dimana luas daerah
dipertahankan sama (Lesawengen, 2019).
Peta adalah suatu representasi atau gambaran unsur-unsur sebagian atau
keseluruhan obyek permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar
dengan menggunakan skala dan sistem proyeksi tertentu. Peta yang merupakan
3
4
hasil kegiatan pemetaan dengan menentukan posisi x dan y baik dilakukan dengan
pengukuran langsung terestris (pengamatan terhadap obyek yang terletak di
permukaan bumi secara pengukuran langsung) ataupun ekstra-terestris
(pengamatan terhadap obyek secara tidak langsung atau menggunakan instrumen
(alat) tertentu, seperti satelit dan pesawat) adalah peta yang direpresentasikan
secara 2 Dimensi (2D) dalam bentuk data garis. Saat ini masih banyak orang yang
melakukan pemetaan 2D, tetapi seiring berkembangnya teknologi pemetaan
secara 3D mulai dikembangkan. Pada studi ini kegiatan pemetaan dilakukan
dengan metode terestris dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak untuk
mendapatkan posisi berupa x, y, z dan data keruangan berupa panjang, lebar dan
tinggi. Pada studi ini, pemetaan 3D lebih dikembangkan dengan melakukan
pengukuran metode terestris dengan menggunakan alat Electronic Total Station
( ETS ) (Surakusuma, 2017).
Dalam selembar peta dibubuhi semacam jaringan-jaringan kotak-kotak
atau grid system. Tujuan grid untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari
sekian banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik
di atas lembar peta. Dari gambar pada peta, kita dapat melihat perbedaan tinggi
antara satu dengan yang lainnya. Semakin rapat atau semakin banyak gambaran
permukaan tanah yang lebih baik dan jelas, artinya penyajian gambar peta dapat
mendekati atau sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Bentuk suatu permukaan
tanah akan dapat dilukiskan oleh garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang
punya ketinggian. Tidak semua obyek dapat diukur menggunakan alat ETS,
dikarenakan wilayah pengukuran terletak pada daerah yang padat dengan
bangunan gedung sehingga membatasi ruang gerak pengukuran, maka dilakukan
pengukuran relatif (pengukuran terhadap titik yang telah diukur) dengan
menggunakan pita ukur (Arbahiyah, 2014).
Analisis peta merupakan suatu representasi atau gambaran unsur-unsur
atau kenampakan-kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi atau
yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa dan
umumnya digambarkan pada satu bidang datar dan diperkecil. Analisis peta juga
merupakan hasil pengukuran dan penyelidikan yang dilaksanakan baik langsung
maupun tidak langsung mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permukaan
4
5
bumi yag dapat memberi gambaran mengenai kondisi permukaan tanah, atmosfer,
lautan dan lain-lain (Arjiansah et al., 2016).
Salah satu factor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa
peta. Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak –
banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya. Meskipun kita belum pernah
mendatangi daerah di peta tersebut. Unsur data peta yaitu untuk dapat menggali
informasi sebanyak-banyaknya. Pertama kita harus cek informasi dasar di peta
tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Di
samping itu juga bias dianalisa ketinggian suatu titik(berdasarkan pemahaman
tentang kontur) sehingga bisa diperkirakan cuaca dan vegetasinya, mengenal
tanda medan. Di samping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita
dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa arti kontur
yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan antara garis kontur satu
dengan kontur lainnya tidak pernah saling berpotongan garis yang berketinggian
lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi kecuali di
beri keterangan secara khusus, misalnya kawah, beda ketinggian antara kontur
adalah tetap meskipun kerapatan berubah – ubah, daerah datar mempunyai kontur
jarang-jarang sedangkan daerah curam mempunyai kontur rapat (Mahmud, 2010).
Salah satu informasi yang dibutuhkan masyarakat pada saat ini adalah
kebutuhan mengenai informasi geografis. Teknologi SIG (Sistem Informasi
Geografis) / Georaphic Information System (GIS) merupakan teknologi mengenai
geografis yang sangat berkembang, dengan adanya media digital, kini informasi
yang terkandung pada suatu peta menjadi lebih kaya karena dapat terintegrasi
dengan data lain selain data geografis. SIG memiliki kemampuan yang baik dalam
memvisualisasikan data spasial berikut atribut-atributnya, memodifikasi bentuk,
warna, ukuran dan simbol. Saat ini teknologi SIG dapat dibangun berbasis web.
Web GIS merupakan bentuk dari website yang menggambarkan tentang informasi
geografis suatu daerah. Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka jelas SIG
merupakan salah satu sistem informasi dan SIG merupakan suatu sistem yang
menekankan pada unsur "Informasi Geografis". Penggunaan kata “Geografis"
mengandung pengertian suatu persoalan-persoalan mengenai permukaan
bumi (Hisanah et al., 2015).
5
6
METODE PRAKTIKUM
Keterangan :
m = Faktor Sakala
x = Garis tegak lurus dengan kontur
y = Kelerengan
ΔH = Beda tinggi
6
7
7
8
Hasil
Hasil pada praktikum Geodesi dan Kartografi yang berjudul “Pengukuran
Jarak Horizontal” adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Data Hasil Perhitungan Analisis Peta
No. Koordinat O P Delt-H X (cm) Y (%) Warna Keterangan
1 (-5 , 10) 61,25 50 11,25 2,5 9 kuning landai
2 (-5 , 9) 60 50 10 2,1 9,52 kuning landai
3 (-6 , 9) -59 50 9 2,5 7,2 hijau datar
4 (-6 , 8) -62,8 75 12,2 2,8 8,71 kuning landai
5 (-5 , 8) 75,55 60 15,55 2,3 13,52 kuning landai
6 (-5 , 9) 65,625 55 10,625 1,2 17,7 biru agak curam
7 (-2 , 8) 65,83 55 10,83 1,9 11,4 kuning landai
8 (-1 , 8) 75 55 20 3,5 11,42 kuning landai
9 (1 , 8) 70 95 25 3 16,66 biru agak curam
10 (2, 8) 60,8 90 29,2 3,4 17,16 biru agak curam
11 (3 , 8) -79,3 55 24,3 2,6 18,68 biru agak curam
12 (4, 8) 86,9 65 21,9 3,4 12,88 kuning landai
13 (4 , 7) -109,3 85 24,3 3,4 14,28 kuning landai
14 (3, 7) -97,9 80 11,9 2,5 14,32 kuning landai
15 (2 , 7) 97 115 18 2,3 15,64 biru agak curam
16 (1 ,7) 100,8 75 25,8 2,4 21,5 biru agak curam
17 (-1 , 7) -83,75 60 23,75 2,5 19 biru agak curam
18 (-2 , 7) 81,65 60 21,65 2,8 15,46 biru agak curam
19 (-3 , 7) -93,5 110 16,5 2,1 15,7 biru agak curam
20 (-4 , 7) -98,35 80 18,35 2,1 17,46 biru agak curam
21 (-5 , 7) 95,7 80 15,7 3,4 9,22 kuning landai
22 (-6 , 7) -69,3 85 15,7 3,2 9,8 kuning landai
23 (-6 , 6) -67,8 85 17,2 3 11,46 kuning landai
24 (-5 , 6) -99,3 75 24,3 3,3 14,72 kuning landai
25 (-4 , 6) 127,2 115 12,2 3 8,12 kuning landai
26 (-3 , 6) 115 85 30 3,4 11,64 biru agak curam
27 (-2 , 6) 80,8 95 14,2 3,1 9,16 kuning landai
28 (-1 , 6) -83,35 105 21,65 2,8 15,46 biru agak curam
29 (1, 6) -114 130 16 3,1 10,32 kuning landai
30 (2 , 6) -121,7 120 7,7 1,4 11 kuning landai
31 (3 , 6) 106,65 125 18,35 3,2 11,46 kuning landai
32 (4 , 6) -122,7 95 27,7 3,5 15,82 biru agak curam
33 (4 , 5) 131,65 105 26,65 3,3 16,14 biru agak curam
34 (3 , 5) 126,35 115 11,35 2,3 9,86 kuning landai
35 (2 , 5) 145,8 130 15,8 3,3 9,56 kuning landai
36 (1 , 5) -137,95 110 27,95 3,6 15,52 biru agak curam
37 (-1 , 5) 116,55 100 16,55 3,2 10,34 kuning agak landai
38 (-2 , 5) 86,25 110 23,75 2,4 19,78 biru agak curam
39 (-3 , 5) -109,2 85 24,2 2,8 17,28 biru agak curam
40 (-4 , 5) -128,2 115 13,2 3 8,8 kuning landai
41 (-5 , 5) -99,375 120 20,625 2,3 17,92 biru agak curam
42 (-5 , 4) 90,55 125 34,45 3,5 19,68 biru agak curam
43 (-4 , 4) -128,2 115 13,2 2,4 11 kuning landai
44 (-3 , 4) 110,625 90 20,625 2 20,62 biru agak curam
45 (-2 , 4) 106,1 100 6,1 3,1 3,92 hijau datar
46 (-1 , 4) -98,9 125 26,1 3,1 16,82 biru agak curam
47 (1 , 4) 140,55 110 30,55 2,9 21,06 biru agak curam
48 (2 , 4) -168,35 145 23,35 2,7 17,28 biru agak curam
49 (3 , 4) -153,6 135 18,6 2,4 15,5 biru agak curam
50 (4 , 4) 130,7 110 20,7 3,4 12,16 kuning landai
8
9
9
10
106 (-4 , -3) 196,65 170 26,65 3,4 15,66 biru agak curam
107 (-3 , -3) 216,1 190 26,1 3,4 15,34 biru agak curam
108 (-2 , -3) -193,35 220 26,65 3,5 15,2 biru agak curam
109 (-1 , -3) 191,4 215 23,6 2,4 19,66 biru agak curam
110 (1 , -3) 218,6 200 18,16 2,8 13,28 kuning landai
111 (-2 , -3) -243,3 220 23,3 2,5 18,64 biru agak curam
112 (3 , -3) -204 230 26 3,1 16,76 biru agak curam
113 (3 , -4) -228,75 255 26,25 2,7 19,44 biru agak curam
114 (2 , -4) 221 200 21 2,2 19,08 biru agak curam
115 (1 , -4) 251,55 230 21,55 2,4 17,94 biru agak curam
116 (-1 , -4) 230 200 30 2,8 21,42 biru agak curam
117 (-2 , -4) 217,25 240 22,75 2,7 16,84 biru agak curam
118 (-3 , -4) 236,25 220 16,25 3,3 9,84 kuning landai
119 (-4 , -4) 211,1 190 21,1 2,3 18,34 biru agak curam
120 (-5 , -4) 176,65 210 33,35 3 22,22 biru agak curam
121 (-6 , -4) 155,625 135 20,625 3,2 12,88 kuning landai
122 (-7 , -4) 130 110 20 3,4 11,76 kuning landai
123 (-6 , -5) 157,9 135 22,9 3,4 13,46 kunning landai
124 (-5 , -5) -202,8 165 37,8 3,4 22,22 biru agak curam
125 (-4 , -5) 221,25 190 31,25 3,5 17,84 biru agak curam
126 (-3 , -5) 245 225 20 3,5 11,42 kuning landai
127 (-2 , -5) -248,75 275 26,25 2,9 18,1 biru agak curam
128 (-1 , -5) -253,35 275 21,65 2,3 18,82 biru agak curam
129 (1 , -5) 242,1 270 27,9 3,5 15,94 biru agak curam
130 (2 , -5) -258,2 235 23,2 2,9 16 biru agak curam
131 (3 , -5) -254,2 230 24,2 3 16,12 biru agak curam
132 (4 , -6) 265 245 20 2,5 16 biru agak curam
133 (-3 , -6) -224,2 260 35,8 3,2 22,36 biru agak curam
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang didapat pada peta kali ini adalah 133
titik peta dengan ukuran 5 x 5 cm didapat 51 kotak berlereng landai, 8 kotak
berlereng datar, 2 kotak berlereng curam dan 72 kotak berlereng agak curam.
Sesuai dengan pernyataan Eka et al., (2014) yang menyatakan bahwa bidang
tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang terbatas.
Karena bidang tanah dipermukaan bumi merupakan bagian dari ruang dan
keberadaannya sangat terbatas, untuk itu pemanfaatannya harus dilakukan secara
terencana dan terkendali.
Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis
berpotongan bidang datar mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar
peta. Kontur adalah suatu garis yang digambarkan diatas bidang datar melalui
titik-titik yang mempunyai ketinggian sama terhadap suatu bidang dari referensi
tertentu. Garis ini merupakan tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai
ketinggian sama terhadap suatu bidang refrensi atau garis khayal. Bidang tanah
adalah bagian dari permukaan bumi yang merupakan satuan bidang terbatas,
10
11
karena bidang dari tanah dipermukaan bumi merupakan bagian dari ruang yang
keberadaannya sangat terbatas, untuk itu pemanfaatannya harus dilakukan secara
terencana dan terkendali.
Dari praktikum Geodesi dan Kartografi di peroleh data dapat dilihat bahwa
kawasan dengan topografi landai dan sedang lebih banyak di temukan di
bandingkan kawasan dengan topografi curam dan datar. Pada analisis peta yang
telah dilakukan didapatkan bahwa agar suatu keadaan peta simetris maka pada
ujung akhir dibuat titik tertentu. Sesuai dengan Julius (2010) yang menyatakan
bahwa pengukuran dilakukan dengan lebi di hitung adalah jaraj dan didatanya
agar didapatkan keadaan simetris, sebelum di buat koordinat-koordinatnya pada
peta kontur.
Dari hasil pembuatan analisis peta tersebut juga dapat di simpulkan bahwa
kemiringan suatu daerah sangat mempengaruhi keadaan dan warna dari daerah
tersebut akan semakin curam daerah tersebut, sebaliknya semakin kecil
kemiringan dari tempat tersebut maka daerah tersebut akan semakin datar dan dari
datar yang di peroleh tidak ada keadaannya landai dan curam oleh karena itu
kemiringan tempat tersebut sangat mempengaruhi keadaan tempat tersebut. Dalam
satu kotak penuh, perhitungan luas areal yang dipakai yaitu 100mz atau sama
dengan 0,16 Ha. Jika kotak tersebut tidak penuh oleh garis konturnya maka luas
yang di pakai adalah sebesar 1: 2000, dan untuk keadan lerengnya maka lebih
dahulu harus diketahui koordinat dan kemiringan.
Pada hakikatnya, permukaan bumi bukanlah merupakan bidang datar,
akan tetapi berbentuk elips yang mendekati bentuk sporis, yaitu bidang sporis
yang terbentuk akibat perputaran bumi mengelilingi sumbunya. Sehubungan
dengan bentuk kulit bumi yang demikian itu, maka telah ditetapkan salah satu
karakteristik tertentu untuk permukaan bumi tersebut yaitu perpotongan anatara
permukaan bumi dengan bidang datar yang melalui sumbu bumi disebut meridian
atau garis bujur. Skala dalam pembuatan peta adalah besarnya reduksi yang
diambil untuk peta yang dibuat terhadap perbandingan jarak antara dua buah titik
pada peta terhadap jarak antara kedua titik tersebut pada keadaan yang
sebenarnya. Skala umumnya dinyatakan dalam bentuk angka 1 yang dibagi
11
12
Kesimpulan
1. Pengukuran topografi adalah suatu pekerjaan penentuan tempat kedudukan baik
secara horisontal maupun vertikal pada segala sesuatu yang terdapat pada
permukaan areal tanah yang diukur
2. Analisis peta merupakan suatu representasi atau gambaran unsur-unsur atau
kenampakan-kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi atau yang
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Akhsin, M. I., Moehammad, A., dan Andri, S. 2016. Pembuatan Aplikasi Pembelajaran
Hitungan Geodesi Berbasis Web. Jurnal Geodesi Undip. 5(4): 132-139.
13
14
Arjiansah, R. I., Bambang, D. Y., dan Fauzi, J. A. 2016. Analisis Ketelitian Pengamatan
Gps Menggunakan Single Frekuensi dan Dual Frekuensi Untuk Kerangka
Kontrol Horizontal. Jurnal Geodesi Undip. 5(4): 254-262.
Hari, K. I., Arief, L. N., dan Moehammad, A. 2015. Aplikasi Peta Interaktif Kabupaten
Banyumas Berbasis Flash Sebagai Media Promosi Pariwisata. Jurnal Geodesi
Undip. 4(4): 1-7.
Hisanah, N. N., Sawitri, S., dan Arief, L. N. 2015. Kajian Teknis Penerapan Generalisasi
Peta Rupabumi Indonesia (RBI) Dari Skala 1:50.000 Menjadi Skala 1:250.000.
Jurnal Geodesi Undip. 4(4): 248-256.
Suhendra. 2011. Studi Perbandingan Hasil Pengukuran Alat Teodolit Digital dan Manual
: Studi Kasus Pemetaan Situasi Kampus Kijang. Jurnal Comtech. 2(2): 1013-
1022.
Surakusuma. 2017. Pembukaan Wilayah Hutan. Jakarta Jurnal Wilayah.
7(4): 12-13.
Zulkarnain dan Agung. 2017. Analisa Kesesuaian Kartografi Peta Desa Skala 1:5000
Berdasarkan Peraturan Kepala BIG Nomor 3 Tahun 2016 (Studi Kasus: Desa
Beran Kabupaten Ngawi). Jurnal Teknik ITS. 6(2): 501-505.
14