Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

HANDASAH
“ANALISIS JENIS PENGGUNAAN LAHAN
MENGGUNAKAN SISTEM GPS TERHADAP LAHAN MASYARAKAT SEKITAR
DESA GEMA”

Dosen Pengampu:
Almegi, M.Si.

Oleh:
Mhd Zainuddin : 12111311099

Silvi Ratika Sari : 121113121623

Nur Aini : 12111323732

Riska Aditia : 12111321390

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU TAHUN AJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, hidayah,serta
inayah-Nya kepada saya sehingga laporan ini dapat disusun dengan baik dan tepat
waktu. Laporan ini disusun guna memenuhi tugas Paktikum dari rangkaian kegiatan
praktikum pada aspek alih fungsi lahan Mahasiswa Pendidikan Geografi Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Angkatan 2021 yang telah tim laksanakan pada
tanggal 04 Desember 2022 di kawasan Desa Gema Kec. Kampar Kiri Hulu Kab.
Kampar Riau. Praktikum handasah ini bersifat wajib bagi mahasiswa Pendidikan
Geografi UIN SUSKA untuk dilaksanakan. Kegiatan Praktkum ini sangat besar
peranannya dalam mendukung pemahaman mahasiswa terhadap konsep alih fungsi
lahan. Pada kesempatan ini, kami mahasiswa Pendidikan Geografi angkatan 2021 ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak, khususnya para Dosen
Pembimbing kegiatan praktikum Tahun 2022 ini yang telah memberikan andil yang
begitu besar dalam kegiatan praktikum dan penyusunan laporan ini.

Pekanbaru, 6 Desember 2022

Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Handasah ................................................................................ 4
B. Sistem Koordinat ................................................................... 9
C. Bentuk Alih Fungsi Lahan ..................................................... 10

BAB III METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 13
B. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 14
C. Teknik Analisis Data.............................................................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................... 19
B. Hasil Temuan Umum ............................................................. 20
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 25
B. Saran ...................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 27
LAMPIRAN I ................................................................................... 28
LAMPIRAN II ................................................................................. 29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia kerja membutuhkan individu yang memiliki kualitas maupun kuantitas
yang tinggi baik dari segi pengalaman kerja maupun kemampuan berpikir kritis untuk
memecahkan setiap masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, banyaknya pengalaman
kerja akan membuat individu semakin berkembang baik dari segi kemampuan maupun
berpikirnya. Masyarakat adalah sekelompok makhluk hidup yang terjalin erat karena
sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta
mengarah pada kehidupan kolektif. Sistem dalam masyarakat saling berhubungan
antara satu manusia dengan manusia lainnya yang membentuk suatu kesatuan.
Bentang lahan yang terbentuk akan selalu mempengaruhi kegiatan sosial dan
fisik masyarakat. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan lahan terhadap aspek sosial
dan fisik masyarakat melalui analisis dilapangan berupa praktikum. Praktikum
Lapangan berbasis penelitian ini merupakan kesempatan yang tepat untuk
mengembangkan analisis interpretasi, menilai hubungan kausal, dan solusi yang
kiranya dapat diwujudkan. Disamping itu, praktikum lapangan berbasis lapangan ini
berguna dalam hal menyamakan persepsi dalam fakta geografis di tempat praktikum
tersebut. Semua itu tentunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dalam
hal akademik yang berupa pemahaman kajian geografi khususnya menganalisis jenis
penggunaan lahan melalui sistem GPS. Maka dari itu, mahasiswa Pendidikan Geografi
2021 melaksanakan Praktikum Lapangan berbasis penelitian yang bertemakan
“Analisis Jenis Penggunaan Lahan Menggunakan Sistem GPS Terhadap Bentuk Lahan
Sekitar Desa Gema”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan hasil kunjungan dalam Praktikum Lapangan yang telah dilakukan
oleh kelompok 2 dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana jenis lahan yang terdapat di Desa Gema?
2. Bagaimana perubahan alih fungsi lahan yang terdapat di Desa Gema?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jenis lahan yang terdapat di Desa Gema.
2. Untuk mengetahui perubahan alih fungsi lahan yang terdapat di Desa Gema.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Handasah
Secara konvensional, didefinisikan sebagai ilmu dan seni menentukan letak atau
posisi relatif dari titik ataupun obyek di permukaan bumi. Secara lengkap,
didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari metoda atau cara melakukan pengukuran
obyek di permukaan bumi, baik dalam arah horisontal maupun vertikal dalam rangka
menentukan kepastian letak/posisi relatif dari obyek tersebut dan menyajikan informasi
tersebut pada suatu bidang proyeksi/bidang datar dengan menggunakan skala dan
aturan tertentu. Obyek yang ada pada permukaan bumi, di atas permukaan bumi
maupun di bawah permukaan bumi, termasuk di dasar laut yang dipilih sesuai dengan
keperluannya. Pengukuran Horizontal ialah pengukurun yang menentukan koordinat
atau posisi horizontal titik di lapangan dikenal Jarak Datar. Pengukuran vertikal ialah
pengukuran yang menentukan ketinggian atau posisi vertikal titik di lapangan dikenal
Beda Tinggi.
Maksud dari pengukuran tanah atau surveying yaitu: untuk menentukan posisi
titik-titik maupun obyek di permukaan bumi atau di dekat/di sekitar permukaan bumi.
Unsur utama yang berkaitan dengan pengukuran tanah, meliputi Pengukuran Jarak dan
Pengukuran Sudut, dengan tujuan:
1. Menentukan posisi horisontal titik tetap maupun obyek di permukaan bumi.
2. Menentukan posisi vertikal (elevasi) titik tetap maupun obyek di permukaan bumi,
baik di atas maupun di bawah bidang referensi/datum ketinggian.
3. Menentukan arah dari suatu garis atau jalur.
4. Menentukan panjang garis.
5. Menentukan posisi garis batas.
6. Menentukan luas wilayah yang telah dibatasi garis tertentu.
7. Pembuatan peta rupa bumi suatu wilayah.
B. Sistem Koordinat
Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana
koordinat-koordinat yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik atau obyek pada
sebuah peta. Aturan ini biasanya mendefinisikan titik asal (origin) beserta beberapa
sumbu-sumbu koordinat untuk mengukur jarak dan sudut untuk menghasilkan
koordinat. Sistem koordinat peta yang terkenal di dunia ini adalah sistem koordinat
geografis dan sistem koordinat UTM (Universal Transvers Mercator).
Sistem koordinat geografis atau sering disebut dengan sistem koordinat geodetis
ini dikembangkan oleh Greenwich (dari Inggris) yang membagi bumi menjadi dua
bagian irisan yaitu irisan melintang yang disebut dengan garis lintang mulai dari
katulistiwa (equator), membesar ke arah kutub (utara maupun selatan) sedangkan yang
lain membujur mulai dari garis Greenwich (dekat dengan Inggris) membesar ka arah
barat dan timur. Satuan skala koordinat dibagi dalam derajat lintang 0° sampai 90° dan
bujur 0° sampai 180°. Lintang berada di utara dan selatan equator, sedangkan bujur
memanjang dari timur ke barat dari bujur Greenwich. Koordinat ini biasanya ditulis
dalam satuan derajat, menit, dan detik, misalnya 110°35’32”, dan seterusnya. Koordinat
geografi digunakan sebagai referensi peta dengan tujuan yang luas, tetapi biasanya
hanya untuk pemetaan skala kecil (1 : 1.000.000 atau lebih kecil) dengan liputan daerah
yang sangat luas. Koordinat ini banyak digunakan untuk terapan operasional di udara
ataupun perairan seperti ditunjukkan pada semua chart (peta-peta navigasi).
Sistem koordinat UTM (Universal Transvers Mercator) dengan sistem
koordinat WGS 84 sering digunakan pada pemetaan wilayah Indonesia. UTM
menggunakan silinder yang membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu
silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga garis
singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis bujur pada
ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisikan posisi horizontal dua dimensi (x,y)
menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan conform yang memotong bumi pada
dua meridian standar. Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60
zona bujur. Zona 1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur Barat
dan 180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir di tempat berawalnya zona 1.
Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 (derajat) atau sekitar 667 kilometer. Garis
lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang masing-masing zona
adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km. Zona lintang dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi
nama zona C dan berakhir pada zona X yang terletak pada koordinat 72 LU - 84 LU.
Huruf (I) dan (O) tidak dipergunakan dalam penamaan zona lintang. Dengan demikian
penamaan setiap zona UTM adalah koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan kode
huruf (garis lintang). Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada zona 47M dan 48M,
Kabupaten Jember terletak di zona 49M. Sistem UTM ini diwujudkan dalam bentuk
meter, sehingga pada masing-masing zone dibagi ke dalam kotak 100.000 meter.
Perhitungan bujurnya dimulai dari meridian sentral yang terdapat pada tiap-tiap zone
UTM dan dihargai dengan 500.000 meter T (absis semu), sedangkan perhitungan
lintangnya (ordinat semu) dimulai dari equator yaitu 0.0 meter U di equator untuk
belahan bumi utara dan 10.000.000 meter U di equator untuk belahan bumi selatan.
C. Bentuk Alih Fungsi Lahan
Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat luas dalam
memenuhi berbagai kebutuhan manusia dari sisi ekonomi lahan merupakan input tetap
yang utama bagi berbagai kegiatan produksi komoditas pertanian dan non-pertanian.
Banyaknya lahan yang digunakan untuk setiap kegiatan produksi tersebut secara umum
merupakan permintaan turunan dari kebutuhan dan permintaan komoditas yang
dihasilkan. Oleh karena itu perkembagan kebutuhan lahan untuk setiap jenis kegiatan
produksi akan ditentukan oleh perkembagan jumlah permintaan setiap komoditas. Pada
umumnya komoditas pangan kurang elastis terhadap pendapatan dibandingkan
permintaan komoditas nonpertanian, konsekuensinya adalah pembangunan ekonomi
yang membawa kepada peningkatan pendapatan cenderung menyebabkan naiknya
permintaan lahan untuk kegiatan di luar pertanian dengan laju lebih cepat dibandingkan
kenaikan permintaan lahan untuk kegiatan pertanian.
Menurut Lestari, mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut
sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagain atau seluruh kawasan lahan
dari fungsi semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi
dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Dampak
alih fungsi lahan juga mempengaruhi struktur sosial masyarakat, terutama dalam
struktur mata pencaharian. Menurut Malthus dalam bukunya yang Berjudul principles
of population menyebutkan bahwa perkembagan manusia lebih cepat di bandingkan
dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Malthus
salah satu orang yang pesimis terhadap masa depan manusia. Hal itu didasari dari
kenyatanaan bahwa lahan pertaian sebagai salah satu faktor produksi utama jumlahnya
tetap. Kendati pemakaiannya untuk produksi pertanian bisa ditingkatkan,
peningkatannya tidak akan seberapa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini tentang berkaitan dengan jenis penggunaan lahan di Desa Gema
dalam aspek fisik dan sosial. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 04 Desember
2022, di Desa Gema, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
B. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan data yang diperlukan dari narasumber atau media dengan menggunakan
banyak waktu. Penggumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sangat diperlukan
dalam suatu penelitian ilmiah. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik observasi dan dokumentasi. Berikut ini akan dijelaskan
teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut.

1. Observasi
Kata observasi berasal dari bahasa latin yang memiliki arti melihat dan
memperhatikan. Dalam dunia nyata, observasi erat berkaitan dengan objek dan
fenomena baik faktor penyebab dan dampak secara luas. Orang-orang yang
melakukan observasi mendapat sebutan pengamat. Pengertian observasi secara
umum adalah kegiatan pengamatan pada sebuah objek secara langsung dan
detail untuk mendapatkan informasi yang benar terkait objek tersebut. Pengujian
yang diteliti dan diamati bertujuan untuk mengumpulkan data atau penilaian.
Metode pengamatan harus dilakukan secara sistematis guna mendapatkan informasi
yang akurat. Kegiatan pengamatan yang dilakukan memiliki karakteristik tersendiri
yaitu objektif, faktual dan sistematik. Tak hanya dilakukan sendiri, observasi bisa
melibatkan lebih banyak orang. Klasifikasi observasi terbagi menjadi beberapa jenis
yaitu observasi partisipasi, observasi sistematis dan observasi eksperimental. Untuk
kategori observasi eksperimental, pengamat sudah memiliki perencanaan matang
jauh hari terkait penelitian sebuah objek pengamatan. Beberapa ahli memiliki
pendapat masing-masing terkait pengertian observasi.
2. Dokumentasi
Menurut Hamidi, metode dokumentasi adalah informasi yang berasal dari
catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan.
Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh peneliti untuk
memperkuat hasil penelitian. Menurut Sugiyono dokumentasi bisa berbentuk
tulisan, gambar atau karya-karya monumentel dari seseorang. Dokumentasi
merupakan pengumpulan data oleh peneliti dengan cara mengumpulkan dokumen-
dokumen dari sumber terpercaya yang mengetahui tentang narasumber, misal LSM.
Metode dokumentasi menurut Arikunto yaitu mencari data mengenai variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini teknik dokumentasi yang di
gunakan berupa foto, pada saat melakukan observasi dan dokumentasi kawasan
hutan dan sekitaran lahan di Desa Gema, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten
Kampar.
C. Teknik Analisa Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup data primer data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan dari observasi,
berupa hasil dokumentasi dan data kondisi temuan lapangan di titik koordinat yang
telah ditetapkan di beberapa lahan di Desa Gema. Pengumpulan data primer dilakukan
melalui survei lapangan atau observasi. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan
melalui data statistik seperti data kependudukan, lingkungan, ekonomi dan sosial-
budaya, hasil-hasil penelitian terdahulu atau laporan tahunan, dokumen perencanaan,
regulasi, NSPM (norma, standard, pedoman dan manual), peta dan data hasil olahan
lainnya serta instansi terkait. Instasi terkait tersebut antara lain Dinas Kehutanan,
Yayasan Pelopor Sehati SPKP (Sentral Penyuluhan Kehutanan Pedesaan), Badan Pusat
Statistik (BPS).
Adapun proses menganalisa data yang dilakukan mengadopsi dan
mengembangkan pola interaktif yang yang dikembangkan oleh Miles dan Hiberman:
1. Reduksi Data.
Reduksi data merupakan suatu kegiatan proses pemilihan,
memusatkan perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi data
mentah yang didapat dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data
dimulai pada awal kegiatan penelitian sampai dilanjutkan selama kegiatan
pengumpulan data dilaksanakan, peneliti harus membuat ringkasan, menelusuri
tema.
2. Penyajian Data.
Penyajian data merupakan proses penyusunan informasi secara
sistematis dalam rangka memperoleh kesimpulan sebagai temuan penelitian.
Dalam penelitian ini, data yang didapat berupa kalimat, kata-kata yang
berhubungan dengan fokus penelitian, sehingga sajian data merupakan
sekumpulan informasi yang tersusun secara sistematis yang memberikan
kemungkinan untuk ditarik kesimpulan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Desa Gema adalah suatu wilayah di Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten
Kampar, di mana menurut keterangan beberapa tokoh masyarakat dahulunya Desa ini
pernah menjadi pusat perjuangan di zaman perang kemerdekaan dan pada masa perang
PRRI-pemesta. Des Gema terbentuk pada tahun 1962, yang mana pada masa itu
Kabupaten Kampar di pimpin oleh Bupati Datuk Harunsyah, dan untuk membuka areal
pemukiman di Desa Gema dilaksanakan Gotong Royong bersama selama 7 (tujuh) hari.
Desa Gema dari awal pembentukanya sudah diperpisakan menjadi pusat
pemerintahan Kecamatan, hal ini terlihat dari tata letak perumahan dan pembagian
wilayah serta penataan badan jalan yang tertata dengan baik. Desa Gema mulai di diami
oleh penduduk diawal-awal tahun 1963, yang mana sebagian besar penduduknya adalah
penduduk tempatan yang berasal dari sebuah daerah (kampung lama) yang bernama
pasir Amo,letaknya sekitar 1 km kearah desa Tanjung Belit sekarang. Disamping
penduduk dari kampung lama yang di pindakan ke kampung baru,lambat daun Desa
Gema juga di diami oleh penduduk dari Desa tetangga.
Secara kultur sosial budaya kemasyarakatan, Desa Gema masihmemakai sistem
kesukuan, dimana saat ini ada 10 suku yang mendiami Desa Gema, yang mana 5 suku
diantaranya berasal dari Pasir Amodan 5 suku lainnya berasal dari Desa Tanjung Belit
dan Desa Tanjung Belit selatan. Pada awal–awal desa gema ini merupakan bagian
terintegrasi dengan Desa Tanjung belit dan desa Tanjung belit selatan, yang kemudian
menjelang tahun 70-an wilayah ini dipecah menjadi 3 Desa yaitu Desa Gema, Desa
Tanjung Belit dan Desa Tanjung Belit Selatan.
B. Temuan Khusus Penelitian
Berdasarkan hasil survey lapangan praktikum melalui metode observasi dan
dokumentasi di Desa Gema mengenai jenis penggunaan lahan yang terdapat disana
dengan cara menggunakan sistem GPS untuk mengetahui seberapa jauh perubahan
lahan yang terjadi dari beberapa tahun terakhir yang berpedoman pada data yang berasal
dari citra dan melakukan survey lapangan ke titik yang telah ditetapkan.
Kami dari kelompok 2 mendapatkan dua jenis titik koordinat berjenis sitem
koordinat UTM. Titik koordinat tersebut berisikan lokasi yang harus kami temukan dan
mengetahui jenis perubahan lahan apa yang terjadi di titik koordinat tersebut. Kedua
titik koordinat tersebut berada pada “73. 0881. 99.83699” dan “73. 0665. 99. 83725”.
1. Kondisi Lahan Pada Titik Koordinat (73. 0881. 99.83699)
Pada titik koordinat 1, yaitu berada pada koordinat (73. 0881. 99.83699) di citra
yang kami dapatkan dari dosen pengampu, berupa lahan yang masih kosong serta
hanya ditumbuhi pepohinan yang sangat jarang. Namun, setelah kami laksanakan
survey lapangan bersama tim, terjadi perubahan alih fungsi lahan yang terdapat di
koordinat tersebut. Perubahan alih fungsi lahan tersebut terjadi akibat adanya
pertumbuhan kehidupan masyarakat sekitaran Desa Gema. Di koordinat tersebut
berubah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit yang semulanya hanya lahan
kosong dan hanya ditumbuhi pepohonan yang cukup jarang. Untuk jenis tanah yang
berada di titik koordinat tersebut, di dominasi oleh tanah podsolik merah kuning
yang berkemungkinan cocok ditumbuhi kelapa sawit.
2. Kondisi Lahan Pada Titik Koordinat (73. 0665. 99. 83725)
Pada titik koordinat 2, yaitu berada pada koordinat (73. 0665. 99. 83725) di citra
foto yang kami daptkan dari dosen pengampu berupa lahan yang penuh oleh
perkebunan kelapa sawit. Setelah dilakukannya survey lapangan bersama tim, kami
memperoleh data berupa tidak terjadinya perubahan alih fungsi lahan di titik
koordinat tersebut. Hal ini berarti di titik koordinat tersebut dan di lapangan masih
berupa data yang sama dan tidak adanya peruahan alih fungsi lahan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat ditarik kesimpulannya bahwa beberapa
lahan di Desa Gema, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar ada
yang terjadi perubahan alih fungsi lahan dan ada yang tidak terjadi alih fungsi
lahan yang berdasarkan pada titik koordinat UTM yang tim dapatkan dari dosen
pengampu dan setelah dilaksanakannya suvey lapangan ke lokasi titik koordinat
tersebut. Pada koordinat pertama, mengarah ke Utara dengan koordinat (73.
0881. 99.83699) ditemukan lahan yang berubah fungsinya. Pada citra lahan tersebut
masih berbentuk lahan kosong yag hanya ditumbuhi pepohonan. Setelah dilakukan
survey lapangan lahan tersebut beralih fungsi menjadi lahan perkebunan sawit yang
sangat subur. Kemudian pada titik koordinat kedua, mengarah ke arah Utara dengan
koordinat (73. 0665. 99. 83725) ditemukan lahan yang tetap dan tidak terjadi
perubahan alih fungsi lahan. Pada citra menunjukkan lahan perkebunan sawit
setelah dilakukan survey lahan tersebut masih sama yang ada di citra foto. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat perubahan jenis lahan di koordinat kedua. Untuk tanah
nya subur untuk perkebunan kelapa sawit.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan diatas, maka saran yang dapat tim sampaikan kepada
masyarakat Desa Gema adalah harus senantiasa menjaga lahan agar selalu asri dan
terjaga kesuburannya. Masyarakat sebaiknya menghindari pembukaan lahan
dengan cara membakar, menebang pohon dan lainnya yang dapat menggangu
ekosisitem lahan di Desa Gema.
DAFTAR
PUSTAKA

Almegi, M.Si. Sistem Koordinat Geografis Dan UTM. Diakses Pada Tanggal, 08 Desember
2022.
Repository.uin-suska. Gambaran Umum Kondisi Desa Gema. Diakses Pada Tanggal, 08
Desember 2022. https://repository.uin-suska.ac.id
Repository.radenintan. Alih Fungsi Lahan. Diakses Pada Tanggal, 08 Desember 2022.
http://repository.radenintan.ac.id/1248/3/BAB_II.
LAMPIRAN I
CITRA FOTO DAN TITIK KOORDINAT LAHAN DI DESA GEMA
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI

Gambar 1: Terjadi perubahan lahan di koordinat 1 yakni menjadi


perkebunan kelapa sawit.

Gambar 2: Tidak terjai perubahan alih fungsi lahan di koordinat 2

Anda mungkin juga menyukai