Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MENGGUNAKAN

ALAT WATERPASS DAN THEODOLITE

Disusun Oleh :
Kelas : 1 MRK 4
Nama Kelompok : Kelompok 2
Anggota Kelompok
ARYA FEDAYEEN DINAN (2141320038 / 05)
EGA BAYU ADRIAN (2141320046 / 07)
KHARISMA BHARQI ABDILLAH (2141320051 / 13)
MUHAMMAD FARHANSYAH A. F. (2141320058 / 15)
SHEEHAN FARREL SHABIKARA (2141320095 / 21)
YULI TAFRIJI KURSIYAH (2141320103 / 23)

PROGRAM STUDI D-IV MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9, Jatimulyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur
65141
Telp. (0341) 404424 Fax. (0341)404420 Email: cs@polinema.ac.id
Website : www.polinema.ac.id
2021.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Pengukuran
Menggunakan Waterpas dan Theodolit Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah. Tidak lupa
terimakasih yang setulusnya penulis sampaikan kepada Bapak Heliks Susilo, S.T.,
M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Ukur Tanah yang telah
membimbing dalam pengerjaaan Laporan Praktikum Pengukuran Menggunakan
Waterpas dan Theodolit. Penulis juga berterimakasih kepada teman-teman yang
telah berkontribusi dalam pembuatan Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Menggunakan WaterPass dan Theodolite.
Laporan ini berisi tentang Pengukuran Menggunakan Waterpas dan
Theodolit. Saya menyadari banyak kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab
itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya ini. Saya juga
berharap semoga kara ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan lebih tentang
teknologi bahan.

Malang, 16 Desember 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 2
BAB II MENGGUKUR MENGGUNAKAN ALAT WATERPASS ................................ 2
2.1 Pengertian WaterPass.......................................................................................... 2
2.2 Fungsi dan Bagian WaterPass ............................................................................. 3
2.3 Tahapan Pengukuran di Lapangan ...................................................................... 4
BAB III MENGUKUR MENGGUNAKAN ALAT THEODOLITE ................................. 8
3.1 Pengerrtian Theodolite ........................................................................................ 8
3.2 Bagian-Bagian Theodolite .................................................................................. 9
3.3 Langkah Kerja ................................................................................................... 10
3.4 Hasil Pengukuran .............................................................................................. 11
3.5 Perhitungan ....................................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 15
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 15
4.2 Saran ................................................................................................................. 15
LAMPIRAN...................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu ukur tanah merupakan ilmu atau teknologi yang menggambarkan tentang
keadaan fisik sebagian permukaan bumi yang menyerupai keadaan sebenarnya
permukaan bumi di lapangan.Biasanya digunakan untuk membuat peta
topografi.Selain itu dapat digunakan untuk mengukur jarak antara dua titik,
mengukur panjang dan lebar atau sisi-sisi sebidang lahan, mengukur lereng dan
penggambaran bentuk sebidang lahan.
Dalam kegiatan Teknik Sipil pada umumya, pemetaan menggunakan kawasan
yang tidak luas, jadi bumi masih dianggap bidang datar.Dengan menentukan titik –
titik koordinat dan ketinggian yang tersebar merata dalam kawasan terlebih dahulu
sehingga memudahkan untuk penggunaan selanjutnya.
Terdapat pengukuran kerangka dasar horizontal (pengukuran mendatar untuk
mendapat hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi) dan pengkuran
kerangka dasar vetikal (Pengukuran tegak/vetikal untuk mendapathubungan tegak
antara titik-titik yang diukur serta pengukuran titik-titik detail).
Dalam pembuatan suatu peta diperlukan pengukuran di lapangan, pengukuran
tersebut dapat dilakukan dengan sistem poligon yang dilanjutkan dengan
pengukuran detail situasi.Dengan poligon kita dapat memperolehserangakaian garis
yang menghubungkan titik-titik sehingga membentuk kerangka kerja yang terletak
di permukaan bumi atau tanah.
Metoda poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik
dimana titik satu dengan yang lainnya dihubungkan satu sama lain dengan
pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon).
Pemetaan situasi adalah pekerjaan pengukuran dan penggambaran sebagian
permukaan bumi (suatu daerah) dengan lebih rinci, yang pada umumnya
digambarkan dalam skala besar pada kertas gambar yang disebut peta.
Pemetaan situasi adalah salah satu aplikasi secara komprehensif dari dasar-
dasar pengukuran teritris (Ilmu Ukur Tanah) yang sangat diperlukan untuk
perencanaan dan pekerjaan teknik sipil atau keperluan rekayasa lainnya yang
menggunakan peta sebagai acuannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pengukuran poligon ?
b. Bagaimana cara pengukuran poligon ?
c. Bagaimana cara menghitung hasil pengukuran poligon ?
d. Bagaimana cara pembuatan peta topografi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini sebagai berikut :
a. Mahasiswa mampu untuk mendiskripsikan dan menganalisis pengertian dari
Polygon
b. Mahasiswa mampu untuk mendiskripsikan dan menganalisis cara kerja dari
pengukuran Polygon.
c. Mahasiswa mampu untuk mendiskripsikan dan menganalisis cara menghitunghasil
pengukuran Polygon .
d. Mahasiswa mampu untuk mendiskripsikan dan menganalisis hasil data dari
pengukuran Polygon .
e. Tujuan pemetaan situasi adalah membuat gambaran sebagian permukaan bumi
(suatu daerah), yang memuat informasi unsur-unsur buatan manusia, yang
dinyatakan (digambarkan) dengan simbol-simbol tertentu di atas bidang datar
melalui sistem proyeksi dan skala tertentu.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan ini sebagai berikut
a. Mahasiswa mengerti, memahami dan mengetahui pengertian dari Polygon.
b. Mahasiswa mengerti, memahami dan mengetahui cara kerja dari pengukuran
Polygon.
c. Mahasiswa mengerti, memahami dan mengetahui cara menghitung hasil
pengukuran Poligon.
d. Mahasiswa mengerti, memahami dan mengetahui hasil data dari pengukuran
Polygon.
BAB II
MENGGUKUR MENGGUNAKAN ALAT WATERPASS
2.1 Pengertian WaterPass
Waterpass (sipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang
dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda

2
tinggi tersebut ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal
yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang vertical.
Manfaat penting lainnya dari pengukuran Levelling ini adalah
untuk kepentingan proyek-proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah
(Earth Work) misalnya untuk menghitung volume galian dan timbunan. Untuk itu
dikenal adanya pengukuran sipat datar profil memanjang (Long section) dan sipat
datar profil melintang (Cross section).
Sistem referensi atau acaun yang digunakan adalah tinggi
muka air air laut rata-rata atau Mean sea Level (MSL) atau system referensi lain
yang dipilih.Sistem referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama dalam
bidang keairan, misalnya: Irigasi, Hidrologi, dan sebagainya. Namun demikian
masih banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan system referinsi.
2.2 Fungsi dan Bagian WaterPass

3
• Cermin nivo : untuk memantulkan bayangan nivo
• Nivo : untuk mengetahui kedataran alat
• visir bidikan : untuk mengarahkan arah bidikan
• Teropong Sekrup fokus benang : untuk memfokuskan benang
• Lensa bidik : untuk melihat bidikan
• Sekrup penggerak horisontal : untuk menggerakan secara halus arah bidikan
horisontal teropong
• Sekrup leveling : untuk me-level-kan(mendatarkan) alat
• Plat dasar: untuk landasan alat ke tripot
• Body teropong : badan teropong
• Sekrup fokus obyek : untuk memfokuskan obyek bidikan
• Rumah lensa depan : untuk tempat lensa depan
• Skala gerakan sudut horisontal : untuk mengetahui besar gerakan sudut horizontal.
• lNo seri alat : nomor seri untuk identifikasi alat.
• Rambu ukur : alat yang terbuat dari kayu atau campuran alumunium yang diberi
skala pembacaan. Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar, mistar ini mempunyai
panjang 3, 4 bahkan ada yang 5 meter. Fungsi utama untuk
mempermudah/membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan
permukaan tanah. Hal yang perlu diperhatikan dari rambu adalah :Skala rambu
dalam cm atau mm atau interval jarak pada garis-garis dalam rambu tersebut setiap
berapa cm atau berapa mm.Skala dari rambu, terutama pada daerah sambungan
rambu harus benar.
• Statif berfungsi sebagai tempat atau dudukan pesawat theodolit maupun
waterpassCara Penggunaan Statif atau Tripod sebagai Berikut:Buka tali pengikat
statif atau tripod dan pasangkan sedemikian rupa sehingga ketiga kakinya terbuka
(untuk berdiri dengan baik). Pemasangan atau penyetelan statif atau tripod harus
sesuai dengan tinggi orang yang membidik / mengukur, jangan terlalu tinggi atupun
terlalu rendah.
2.3 Tahapan Pengukuran di Lapangan
A. Sepanjang garis rencana dipasang beberapa patok kayu atau beton yang
menyatakan

4
sumbu proyek.
B. Dilakukan pengukuran kerangka vertikal sepanjang garis rencana sehingga
diperoleh titik-titik pengikat profil.
C. Pengukuran titik-titik tinggi permukaan tanah dilakukan di tiap tempat yang
mempunyai kemiringan atau beda tinggi yang cukup, sepanjang sumbu proyek.
D. Pengukuran jarak mendatar dilakukan antara titik-titik profil yang berurutan.

Gambar 5.2. Teknik pengukuran profil

Keterangan:
A, B, C,... dst : Titik ikat/referensi pengukuran (patok kayu, pilar beton/BM, paku,
atau tanda yang lain, yang dipasang rambu ukur.
1, 2, 3,... dst : Titik-titik profil memanjang yang dipasang rambu ukur
TGB1, TGB2, dst : Tinggi Garis Bidik yang diukur dari posisi alat waterpas.

5
Titik Rambu Belakang Rambu Depan Jarak
BA BT BB BA BT BB Belakang Depan
A 1,773 1,527 1,279 49,4
B 2,317 2,195 2.070 0,787 0,678 0,427 24,68 36,6
C 1,557 1,442 1,328 1,352 1,325 1,295 22,86 5,70
D 1,720 1,550 1,380 1,555 1,382 1,215 33,98 34,2
E 1,540 1,405 1,265 1,831 1,700 1,564 27,50 26,70
F 0,863 0,765 0,666 2,495 2,365 2,234 19,67 26,05
G 1,276 1,221 1,164 1,760 1,650 1,571 11,16 18,90
A 1,203 1,128 1,052 15,05

Berdasarkan data yang sudah didapat ditambah dengan data :


➢ HA : 1000 m
Penyelesaian :
1. Menghitung jumlah beda tinggi dari titik A sampai titik H :

Σ∆h = ∆h AB + ∆h BC + ∆h CD + ∆h DE + ∆h EF + ∆h FG + ∆h GH
Σ∆h = 0,849 + 0,874 + 0,064 + (-0,146) + (-0,956) + (-0,881) + 0,097
Σ∆h = -0,099
2. Menghitung kesalahan beda tinggi :

fh = Σ∆h (ukuran)
= -0,099

3. Menghitung jumlah d dari titik A sampai titik H :


Σd = d AB + d BC + d CD + d DE + d EF + d FG + d GA
Σd = 85,4 + 30,4 + 56,9 + 60,7 + 53,6 + 38,6 + 26,3
Σd = 351,9
d
4. Menghitung nilai koreksi beda tinggi ukuran (kh) = Σd (−𝑓ℎ) :
kh1 : 85,4÷351,9×(-0,099)
=-0,024025575448

kh2 : 30,4÷351,9×(-0,099)
=-0,008552429668

kh3 : 56,9÷351,9×(-0,099)
=-0,016007672634

6
kh4 : 60,4÷351,9×(-0,099)
=-0,016992327366

kh5 : 53,6÷351,9×(-0,099)
=-0,015079283887

kh6 : 38,6÷351,9×(-0,099)
=-0,010859335038

kh7 : 26,3÷351,9×(-0,099)
=-0,007398976982

5. Menghitung tinggi titik (elevasi titik) :

H1 = H1 + ∆Hab + kh1
= 100+0,849+(-0,024025575448)
= 100,824974424552

H2 = H2 + ∆Hbc + kh2
= 100824974424552+0,874+(-0,008552429668)
= 101,690421994884

H3 = H3 + ∆Hcd + kh3
= 101,690421994884+0,064+(-0,016007672634)
= 101,73841432225

H4 = H4 + ∆Hde + kh4
= 101,73841432225+(-0,146)+(-0,016992327366)
= 101,575421994884

H5 = H5 + ∆Hef + kh5
= 101,575421994884+(-0,956)+(-0,015079283887)
= 100,604342710997

H6 = H6 + ∆Hfg + kh6
= 100,604342710997+(-0,881)+(-0,010859335038)
= 99,712483375959

H7 = H7 + ∆Hga + kh7
= 99,712483375959+0,097+(-0,007398976982)
= 99,802084398977 ( hasil akhir)

7
BAB III
MENGUKUR MENGGUNAKAN ALAT THEODOLITE
3.1 Pengerrtian Theodolite
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukantinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.Berbeda dengan
waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja.Di dalam theodolit sudut yang
dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).Theodolite merupakan alat
yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalamsurvei.Pada dasarnya
alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk
membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal,
sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca.Teleskop tersebut juga
dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu
horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca.
Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi
(Farrington 1997). Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs
yang akan dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs
tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar.Dengan
menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejalaakan dapat dipetakan
dengan cepat dan efisien (Farrington 1997) Instrumen pertama lebih seperti alat
survey theodolit benar adalah kemungkinan yang dibangun oleh Joshua Habermel
(de: Erasmus Habermehl) di Jerman pada 1576, lengkap dengan kompas dan tripod.
Awal altazimuth instrumen yang terdiri dari dasar lulus dengan penuh
lingkaran di sayap vertikal dan sudut pengukuran perangkat yang paling sering
setengah lingkaran..Alat survey theodolite yang menjadi modern, akurat dalam
instrumen 1787 dengandiperkenalkannya Jesse Ramsden alat survey theodolite
besar yang terkenal, yang dia buatmenggunakan mesin pemisah sangat akurat dari
desain sendiri.Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur
tanah, theodolit seringdigunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan
situasi, maupun pengamatan matahari.Theodolit juga bisa berubah fungsinya
menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudutverticalnya dibuat 90º.Dengan
adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala
arah.Didalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk

8
menentukan sudut siku- sikupada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga
dapat digunakan untuk mengukerketinggian suatu bangunan bertingkat.

3.2 Bagian-Bagian Theodolite

1. Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang
menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran.Pada tepi
lingkaran ini dibuat pengunci limbus
2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan
diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegaklurus kesatu. Diatas
sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk
lingkaran yang mempunyai jari – jariplat pada bagian bawah. Pada dua tempat di
tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2
kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo
tabungdiletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus. Lingkaran dibuat dari
kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya.
Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil
goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu
lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades senticimal yaitu satu
lingkaran penuh dibagi dalam400 g.
3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah
sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai
diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula

9
diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran
mendatar.
3.3 Langkah Kerja
1. Lakukan pematokan pada titik-titik yang memungkinkan untuk dilakukan
pengukuran dengan baik (lokasi bebas, antar patok terlihat, cukup cahaya dan lain-
lain). Dalam pematokan cari juga informasi tentang patokyang berhubungan
dengan patok kelompok lain.
2. Pasang alat, ukur secara manual (dengan pita ukur) jarak antar patok pada poligon
tersebut.
3. Mulailah lakukan pembidikan, letakkan theodolith di Patok dan setting-lah alat ukur
theodholit tersebut. Apabila kondisi topografi relatif datar usahakan setting sudut
vertikal adalah 900 dan kuncilah. Tujuan pen-setting-an sudut vertikal 900 adalah
untuk memudahkan pengukuran, pencatatan dan analisis data.
4. Tentukanlah arah azimuth, berdasarkan arah utara kompas. Pada azimuth ini
setting posisi sudut horisontal di 0 0’ 0’’ pada arah utara.
5. Pasang yalon pada patok. Arahkan theodolith ke poligopada patok
depansetelah itu arahkan pada patok belakang.
6. Settinglah, kemudian baca sudut horisontal tepat pada bidikan kemudian kunci
dan catatlah.
7. Setelah itu bidik ke titik selanjutnya dan catatlah hasil pengamatan tersebut.
Dalam satu patok kita mendapatkan 2 bidikan.
8. Kemudian, pindahlah alat ke patok selanjutnya dan kembali lakukan langkah yang
sama dengan sebelumnya, hanya saja tidak perlu mencari arah utara atau men-
setting sudut horisontal pada 000’ 0’’.
9. Lakukan langkah kerja yang sama hingga semua patok yang ada telah diukur.

10
3.4 Hasil Pengukuran

Back sight Fore sight

Point Sudut D (cm) Sudut


Point
targe BA BT BB BT BA BB D (cm)
t H V H V

B 1416 1290 1168 99°13´20´´ 90°02’40” 2484


A
D 1320 1195 1068 00°0´0´´ 90°02´00´´ 2518
C 1502 1378 1255 85°12´20´´ 89°59´45´´ 2472
B
A 1582 1460 1333 00°0´0´´ 90°01´40´´ 2484
D 1631 1495 1361 94°38´00´´ 90°01´30´´ 2703
C
B 1717 1592 1470 00°00´00´´ 90°01´50´´ 2472
A 1598 1470 1346 80°12´05´ 90°32´00´´ 2518
D C 1508 1372 1238 00°00´00´´ 90°02´10´´
2703

∑D = 10177 ∑D = 10177

11
3.5 Perhitungan
Berdasarkan data yang sudah didapat ditambah dengan data :
➢ Koordinat A : X = +1000 m; Y = +1000 m
➢ Azimuth AB = 𝛼𝐴𝐵 = 130°30´30´´

➢ Sudut horizontal B = 1 = 85°12’20” , C = 2 = 94O01’50”, D = 3 = 80O12’05”, A =


𝛽4 = 99°13´20´
➢ dAB = 24.84 m ; dBC = 24,72 m ; dCD = 27,03 m ; dDA=25,18 m
Perhitungan Koordinat Terkoreksi :
1. Menghitung kesalahan sudut
𝑓 = {( 𝛽) − (𝑁 − 2). 180𝑂 )}
= {(361O20’40”) – (4-2).180} = -01O20’25”
2. Menghitung koreksi sudut dan sudut terkoreksi

➢ Total of 𝑎𝑛𝑔𝑙𝑒𝑠 correction = − 𝒇 = 01O20’40”


➢ Corrections of each angle: (∆𝜷) = −𝒇𝜷⁄𝑵 = - 00O20’6,25”
➢ Corrected each angle: 𝜷 = 𝜷𝒏 + ∆𝜷
1) 𝛽1 = 𝛽1 𝑛 + ∆𝛽 = 85O 12’ 20” + (- 00O20’6,25”)= 85O 32’26,25”
2) 𝛽2 = 𝛽2 𝑛 + ∆𝛽 = 94O 01’50” + (- 00O20’6,25”)= 94O 21’56,25”
3) 𝛽3 = 𝛽3 𝑛 + ∆𝛽 = 80O 12’ 05”+ (- 00O20’6,25”)= 80O32’11,25”
4) 𝛽4 = 𝛽4 𝑛 + ∆𝛽 = 99O 13’ 20” + (- 00O20’6,25”)= 99O33’26,25”
3. Menghitung azimuth setiap titik
Azimuth of AB = 𝛼𝐴𝐵 = 130°30´30´´
➢ 𝛼𝐵𝐶 = 𝛼𝐴𝐵 + 𝛽2 − 180𝑂
= 130O 30’ 30” + 94O 21’56,25”- 180O = 35O 42’ 50”
➢ 𝛼𝐶𝐷 = 𝛼𝐵𝐶 + 𝛽3 − 180𝑂
= 45O 00’ 40” + 80O32’11,25”- 180O
= - 50O 15’ 20” + 360 = 309O 44’ 40”
➢ 𝛼𝐷𝐴 = 𝛼𝐶𝐷 + 𝛽4 − 180𝑂
= 299O 40’ 30” + 99O33’26,25”- 180O = 209O 56’ 45”
➢ 𝛼𝐴𝐵 = 𝛼𝐷𝐴 + 𝛽1 − 180𝑂

12
= 225O 17’ 10” + 85O 32’26,25”- 180O = 129O10’05”

4. Menghitung kesalahan jarak X : (fx) dan Y : (fy)


➢ The err𝑜𝑟 𝑜𝑓 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒 (𝒇𝒙): abcess
𝒇𝒙 = {(𝒅 . 𝒔𝒊𝒏 𝜶)}
= {𝑑𝐴𝐵 sin 𝛼𝐴𝐵 + 𝑑𝐵𝐶 sin 𝛼𝐵𝐶 + 𝑑𝐶𝐷 sin 𝛼𝐶𝐷 + 𝑑𝐷𝐴 sin 𝛼𝐷𝐴 }
= 0,335
➢ The err𝑜𝑟 𝑜𝑓 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒 (𝒇𝒚): abcess
𝒇𝒚 = {(𝒅 . 𝒄𝒐𝒔 𝜶)}
= {𝑑𝐴𝐵 c𝑜𝑠 𝛼𝐴𝐵 + 𝑑𝐵𝐶 c𝑜𝑠 𝛼𝐵𝐶 + 𝑑𝐶𝐷 c𝑜𝑠 𝛼𝐶𝐷 + 𝑑𝐷𝐴 c𝑜𝑠 𝛼𝐷𝐴 }
= - 0,154
5. Menghitung koreksi jarak
a. Total of distance correction 𝑿 (Abcess) = −𝒇𝒙 = -0,335
𝑑
The value of each distance correction 𝑿 : 𝑥 = (𝑑) . (−𝑓𝑥)

➢ 𝒅 = 𝑑𝑃𝑄 + 𝑑𝑄𝑅 + 𝑑𝑅𝑆 + 𝑑𝑆𝑃


= 101,77 meter
➢ 𝜹𝒙𝟏 = (𝒅𝑨𝑩 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒙)
= (24,72/101,77) . (-0,335) = -0,081 371
➢ 𝜹𝒙𝟐 = (𝒅𝑩𝑪 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒙)
= (27,03/101,77) . (-0,335) = -0,088 975
➢ 𝜹𝒙𝟑 = (𝒅𝑪𝑫 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒙)
= (25,18/101,77) . (-0,335) = -0,082 885
➢ 𝜹𝒙𝟒 = (𝒅𝑫𝑨 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒙)
= (24,84/101,77) . (-0,335) = -0,081 766
b. Total of distance correction Y (Ordinate) = −𝒇𝒚 = 0,154
𝑑
The value of each distance correction 𝒀 : 𝑦 = (𝑑) . (−𝑓𝑦)

➢ 𝜹𝒚𝟏 = (𝒅𝑨𝑩 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒚)


= (24,72/101,77) . (0,154) = 0,037 406

13
➢ 𝜹𝒚𝟐 = (𝒅𝑩𝑪 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒚)
= (27,03/101,77) . (0,154) = 0,040 902
➢ 𝜹𝒚𝟑 = (𝒅𝑪𝑫 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒚)
= (25,18/101,77) . (0,154) = 0,038 102
➢ 𝜹𝒚𝟒 = (𝒅𝑫𝑨 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒚)
= (24,84/101,77) . (0,154) = 0,037 588
6. Menghitung koordinat terkoreksi B,C, dan D
a. Ordinat X
➢ 𝑋𝐶 = 𝑋𝐵 + 𝑑𝐵𝐶 𝑠𝑖𝑛 𝛼𝐵𝐶 + 𝛿𝑥1
= 1000,000 + 24,72 sin (35O 42’ 50”) + (-0,081) = 1014,349 meter
➢ 𝑋𝐷 = 𝑋𝐶 + 𝑑𝐶𝐷 𝑠𝑖𝑛 𝛼𝐶𝐷 + 𝛿𝑥2
= 1014,349 + 27,03 sin (309O 44’ 40”) + (-0,088) = 993,654 meter
➢ 𝑋𝐴 = 𝑋𝐷 + 𝑑𝐷𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝛼𝐷𝐴 + 𝛿𝑥3
= 993,654 + 25,18 sin (209O 56’ 45”) + (-0,082) = 981,003 meter
➢ 𝑋𝐵 = 𝑋𝐴 + 𝑑𝐴𝐵 sin 𝛼𝐴𝐵 + 𝛿𝑥4
= 981,003+ 24,84 sin (129°10´05´´) + (-0,081) = 1000, 342 meter
(Back to first coordinate)
b. Ordinat Y
➢ 𝑌𝐶 = 𝑌𝐵 + 𝑑𝐵𝐶 𝑐𝑜𝑠 𝛼𝐵𝐶 + 𝛿𝑦1
= 1000,000 + 24,72 cos (35O 42’ 50”) + (0,037) = 1020, 108 meter
➢ 𝑌𝐷 = 𝑌𝐶 + 𝑑𝐶𝐷 𝑐𝑜𝑠 𝛼𝐶𝐷 + 𝛿𝑦2
= 1020, 225+ 27,03 cos (309O 44’ 40”) + (0,040) = 1037,430 meter
➢ 𝑌𝐴 = 𝑌𝐷 + 𝑑𝐷𝐴 𝑐𝑜𝑠 𝛼𝐷𝐴 + 𝛿𝑦3
= 1037,430 + 25,18 cos (209O 56’ 45”) + (0,038 ) = 1015, 650 meter
➢ 𝑌𝐵 = 𝑌𝐴 + 𝑑𝐴𝐵 𝑐𝑜𝑠 𝛼𝐴𝐵 + 𝛿𝑦4
= 1015,650 + 24,84 cos (129’10´05”) + (0.375 8) = 999,999 meter ~ 1000,000
meter (Back to first coordinate)

14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Melakukan pengukuran tanah tidak boleh diabaikan atau disepelekan.
Apalagi jika tanah yang Anda miliki tidak ditempati sendiri atau merupakan tanah
kosong dan belum memiliki batas yang jelas. Dengan demikian, oknum yang tidak
bertanggung jawab dapat mengubah batas tersebut dan Anda pun tidak memiliki
kekuatan secara hukum.
Pengukuran tanah bertujuan untuk mendapatkan sudut, jarak, dan elevasi
yang dapat dilakukan dengan suatu pengukuran menggunakan beberapa metode.
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat waterpass automatic
level maupun theodolite, keduanya sama-sama membutuhkan fokus dan ketelitian.
Dan angka atau titik koordinat yang didapat dari pengukuran suatu alat tidak selalu
benar dan akurat, jadi harus dilakukan sebuah koreksi perhitungan agar titik
koordinat yang didapat lebih akurat.
4.2 Saran
Saat melakukan pengukuran di lapangan sebaiknya meminimalisir
terjadinya resiko kecelakaan kerja yaitu dengan menggunakan perlengkapan yang
sesuai prosedur dan menggunakan alat dengan semestinya. Saat pengukuran tanah
berlangsung sudah sepantasnya kita harus fokus agar pembidikan dapat
berlangsung maksimal dan data elevasi jarak maupun koordinat dapat mendekati
dengan keadaan sesungguhnya.

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai