Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


MODUL 3 : Kartografi Digital : Pembuatan Peta Bathimetri Teluk Awur
Jepara

Disusun Oleh:
DENNY HENDRIK NAINGGOLAN
26040118140079
ILMU KELAUTAN B
Koordinator Mata Kuliah Sistem Informasi Geografis :
Ir. Ibnu Pratikto, M.Si
NIP 19600611 198703 1 002
Tim Asisten
Warisatul Anbiya Selkofa M 26050117120018
Muhammad Farras Ayasy 26050117140023
Riefchi Wicaksono Haris 26040117140065
Rahmat Yolansyah Putra 26050117120026
Octa Firta 26040117140070
Tiara Anggita 26050118130051
Zahra Sadza Salma 26050118120009
Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Maryam S Taib 26050118140091
Danang Imaddudin Mahardika 26050118140076
Rofiatul Mutmainah 26050118120030
Muhammad Farhan 26050118140101

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
Tgl Praktikum : 6 dan 13 November 2020
Tgl Pengumpulan : 21 November 2020

LEMBAR PENILAIAN

MODUL 3 : Kartografi Digital : Pembuatan Peta Bathimetri Teluk Awur


Jepara

Nama : Denny Hendrik N NIM:26040118140079 Ttd:

NO. KETERANGAN NILAI


1. Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
3. Materi dan Metode
4. Hasil dan Pembahasan
5. Penutup
6. Daftar Pustaka
TOTAL

Mengetahui,
Koordinator Praktikum Asisten

Warisatul Anbiya Selkofa M Muhammad Farras Ayasy


26020217120018 26050117140023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peta merupakan proyeksi gambaran permukaan bumi dalam bentuk
dua dimensi sekarang ini penggunaan peta tidak hanya terbatas dalam
bidang geografi namun penerapan peta sudah sangat luas. Karena
kebutuhan manusia tentang informasi tempat dan lokasi terus meningkat.
Arc GIS sebagai suatu program berbasis informasi geografi memberikan
fasilitas pembuatan peta secara digital sehingga disebut kartografi digital.
Kartografi sendiri merupakan ilmu dalam pembuatan peta dalam hal
ini pembuatanya dibantu komputer sehingga disebut kartografi digital.
Kegiatan kartografi digital meliputi proses pemberian keterangan peta
yang mencakupi nama peta, legenda peta, skala peta, arah mata angin, dll.
Maksudnya agar peta yang dibuat mudah digunakan atau dibaca karena
memuat informasi lengkap.
Peta hasil kartografi bisa berupa peta resmi ataupun peta tematik
tergantung tujuan penggunaannya nanti. Sehingga peta tersebut dapat
digunakan sesuai kebutuhan penggunaan memuat informasi yang
dibutuhkan.
1.2.Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari arctoolbox top to raster
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan peta digital
1.3.Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari arctoolbox top to raster
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan peta digital
II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kartografi
2.1.1. Sejarah Kartografi
Kartografi berasal dari bahasa yunani, carto, yang berarti
permukaan dan grafi yang berarti gambaran/bentuk. Sehingga kartografi
merupakan gambaran permukaan, atau dapat diartikan sebagai ilmu
membuat peta. Arti dari kartografi telah berubah secara fundamental sejak
tahun 1960. Sebelumnya kartografi didefinisikan sebagai pembuatan peta.
Perubahan tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa kartografi telah
dikelompokkan dalam bidang ilmu komunikasi dan hadirnya teknologi
komputer. Oleh karenanya kartografi dapat didefinisikan sebagai
penyampaian informasi geospasial dalam bentuk peta (Hari et al., 2015).
Kartografi adalah seni dan ilmu pembuatan peta. Kartografi itu
cukup maju di Yunani kuno. Konsep Bumi bulat itu terkenal di kalangan
filsuf Yunani. Hal itu berujung dengan munculnya kartografi, ilmu yang
mempelajari segala sesuatu tentang peta, mulai dari sejarah,
perkembangan pemetaan bumi.Pada tahun 1700-an teknik survey
modern untuk pemetaan topografisditerapkan, termasuk juga versi
awal pemetaan tematis, misalnya untuk keilmuanatau data sensus. Awal
abad ke-20 memperlihatkan pengembangan "litografi foto"dimana peta
dipisahkan menjadi beberapa lapisan (layer). Perkembanganperangkat
keras komputer yang dipacu oleh penelitian senjata nuklir
membawaaplikasi pemetaan menjadi multifungsi pada awal tahun
1960-an. Tahun 1967merupakan awal pengembangan SIG yang bisa
diterapkan di Ottawa, Ontario olehDepartemen Energi, Pertambangan dan
Sumber Daya. Dikembangkan oleh RogerTomlinson, yang kemudian
disebut CGIS(Canadian GIS- SIG Kanada),digunakan untuk menyimpan,
menganalisis dan mengolah data yang dikumpulkanuntuk Inventarisasi
Tanah Kanada (Kartanegara et al., 2013).
2.1.2. Pengertian Kartografi
Kartografi merupakan seni dan teknik dalam menyajikan peta yang
bermanfaat dan komunikatif bagi setiap pengguna peta (Prahasta, 2009).
Proses kartografi juga menjadi salah satu tahap dalam pembuatan peta
JBM. Kartografi juga menjadi salah satu pertimbangan dalam pengecekan
peta JBM khususnya di level Field Verification Plot (Susetyo et al., 2014).
Definisi kartografi adalah pemindahan informasi yang terpusat
pada basis data spasial yang dapat dipertimbangkan dengan sendirinya
menjadi suatu model yang beraneka ragam mengenai kenyataan geografi
(Menno dan Ferjan, 2007). Objek kartografi adalah pembuatan peta
sebagai refleksi dunia atau alam nyata (real world) yang setepat mungkin
dan berdasarkan jenis penyajian gambaran dari wilayah permukaan bumi,
peta dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, peta garis (berupa data
vektor) dan peta foto atau citra (berupa data raster) (Kartanegara et al.,
2013).

2.1.3. Perkembangan Kartografi


Dengan kemajuan teknologi visualisasi, saat ini peta foto
mengalami perkembangan pesat, banyak perusahaan yang menawarkan
peta foto untuk wilayah yang dinginkan dengan scene tertentu dan tingkat
resolusi spasial yang beraneka ragam. Dalam melakukan pemetaan ini,
penulis menggunakan peta foto yang berupa citra satelit yang berasal dari
aplikasi Google Earth (GE) yang merupakan hasil dari teknologi
penginderaan jauh dengan pencitraan tahun 2012 sebagai sumber data
dalam pemetaan ini. Dari citra satelit Google Earth dilakukan analisis
(interpretasi) untuk mengetahui objek-objek yang terdapat dalam citra dan
selanjutnya digunakan dalam pembuatan peta garis dengan menggunakan
software ArcGIS10 dan mengacu pada kaidah kartografi (Kartanegara et
al., 2013).
Secara umum kartografi dapat didefinisikan sebagai penyajian
informasi geospasial berdasarkan skala yang digunakan. Kartografi telah
mengalami perkembangan dari era manual menjadi digital. Kartografi
digital meningkatkan akurasi dan kecepatan dalam penyajian peta,
sehingga berpengaruh pula terhadap kualitas peta yang dihasilkan. Di
Indonesia, penerapan kartografi juga dilakukan dalam penyajian peta batas
negara berupa peta Joint Border Mapping (JBM) (Susetyo et al., 2014).
2.1.4. Kartografi Digital
Pemetaan digital atau sering disebut sebagai digital mapping
merupakan suatu cara baru dalam pembuatan peta, baik untuk keperluan
pencetakan maupun dalam format peta digital. Pemetaan digital (juga
disebut kartografi digital) adalah proses dimana suatu kumpulan data
dikompilasi dan diformat menjadi gambar digital. Inti dari pemetaan
digital adalah proses pengolahan objek-objek peta yang menggunakan
format digital sehingga membutuhkan perangkat keras computer dan
perangkat lunak yang berkaitan (Susetyo et al., 2014).
Salah satu teknologi pemetaan digital pada saat ini yaitu Google
Maps.Google Maps adalah layanan pemetaan web yang dikembangkan
oleh Google. Layanan ini memberikan citra satelit, peta jalan, panorama
360°, kondisi lalu lintas, dan perencanaan rute untuk bepergian dengan
berjalan kaki, mobil, sepeda (versibeta), atau angkutan umum (Susanto,
2016).
2.2. Peta Rupa Bumi Indonesia
Peta Rupabumi Indonesia(RBI) adalah peta dasar yang
memberikan informasi secara khusus untuk wilayah darat. Sesuai dengan
pasal 17 Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial,
pemetaan rupabumi di Indonesia diselenggarakan secara bertahap dan
sistematis untuk seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
wilayah yuridiksinya. Dalam pasal 18 ayat 1 dijelaskan bahwa peta
rupabumi skala 1:1.000.000, 1:500.000, 1:250.000, 1:100.000, 1:50.000,
1:25.000, 1:10.000, 1:5.000, 1:2.500, dan 1:1.000 menjadi salah satu
informasi geospasial dasar yang diselenggarakan oleh Badan Informasi
Geospasial (Kusumawati et al., 2015).
Menurut Hisanah et al.(2015), peta Rupabumi Indonesia (RBI)
secara umum adalah peta yang menggambarkankenampakan alamiah
(Natural Freatures)dan kenampakan buatan manusia (Man Made
Freatures). Unsur-unsur kenampakan rupabumi dapat dikelompokkan
menjadi 7 tema, yaitu:
Tema 1: Bangunan fasilitas umum (fasum)
Tema 2: Transportasi dan Utilitas
Tema 3: Hipsografi
Tema 4: Batas administrasi
Tema 5: Penutup lahan
Tema 6: Hidrografi/ Perairan
Tema 7: Toponim
2.3. Batimetri
Batimetri menurut Setiyono (1996) yaitu ilmu yang mempelajari
pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta
batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.
Batimetri berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengukuran dan
pemetaan topografi di bawah laut. Sama seperti yang disampaikan oleh
Poerbandono dan batimetri merupakan proses penggambaran dasar
perairan sejak pengukuran, pengolahan hingga visualisasinya
(Kusumawati et al., 2015).
Informasi mengenai batimetri sangat penting untuk dasar
penelitian, seperti pada dinamika pantai, sebagai operasi kelautan seperti
kabel komunikasi bawah laut, atau untuk menyediakan peta navigasi yang
akurat untuk keselamatan pelayaran. Salah satu pengukuran penting yang
diperlukan untuk menentukan batimetri secara akurat adalah rerata muka
air laut atau MSL (mean sea level) yang digunakan sebagai referensi 0
meter dan digunakan juga untuk topografi (Kusumawati et al., 2015).
2.4. Peta Batimetri
Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan kedalaman laut
dan disajikan dengan menggunakan garis kontur kedalaman. Garis kontur
adalah garis abstrak yang menghubungkan beberapa lokasi atau daerah
yang memiliki ketinggian atau kedalaman yang sama. Peta batimetri
sebenarnya tidak sedetail peta rupa bumi yang menyajkan data ketinggian
dan kenampakan permukaan bumi. Untuk pengukuran topografi, surveyor
membutuhkan sejumlah titk-titik kontrol yang dipakai sebagai titik
patokan. Titik kontrol tersebut dikatakan pada stasiun pasang surut untuk
mendapatkan referensi ketinggian terhadap muka laut rata-rata (Mutiara,
2018).
Peta batimetri diperoleh dari hasil survey batimetri. Survei
batimetri adalah survei yang dilaksanakan untuk mengetahui nilai
kedalaman suatu perairan yakni jarak permukaan air dengan dasar. Dalam
istilah hidrografi, pengukuran kedalaman disebut Pemeruman. Dari peta
batimetri yang diperoleh dapat dilakukan plot layout dermaga (Susanto,
2016).
III. MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal :Jumat, 06 dan 13 November 2020
Waktu : 12.30 - 15.40WIB
Tempat : Rumah

3.2. Materi
1. Menggunakan arctoolbox topotoraster
2. Pembuatan peta kartografi digital

3.3. Metode
3.3.1. Batimetri
1. Buka ArcGis

2. Sistem koordinat geografi diganti menjadi


GCS_WGS_1984. Lalu Ok diklik
3. setelah itu data batimetri dimasukkan

4. Klik kanan pada layer garis pantai lalu pilih add XY data, dan nilai x, y, z field
diisi secara berturut-turut x,y,z. Sistem koordinat geografi diganti menjadi
GCS_WGS_1984. Lalu Ok diklik
5. Lalu masukkan data Teluk awur.tif ke dalam arc gis

6. kemudian membuat garis pantai catalog >New->shapefile dipilih, sistem


koordinat geografi menggunakan GCS_WGS_1984.
8. Untuk memulai digitasi batas-batas wilayah, Editor->Start Editing diklik.

9. Sebelum memulai digitasi, di bagian editor dipilih untuk memulai digitasi


polyline
10. Cursor diarahkan ke garis pantai,lalu diklik. Cursor mengikuti pola garis
pantai untuk digitasi. Setelah sampai ujung, diklik sekali.

11. Kemudian membuat boundary luas perairan batimetri dengan catalog> new
shapefile > polygon, dengan sistem koordinat WGS 1984
13. Lalu start editing pada boundary perairan

14. Lakukan digitasi pada luas perairan yang ada,dan berhubungan digitasi garis
pantai
15. Selesaikan digitasi, kemudian save edits dan di export data

16. Klik search toolbox lalu cari pilihan topo to raster


14. “Hasil$ Event”,”Garis_PantaiUTM”,dan ”Boundary” dimasukkan ke
dalam input feature data, dengan cara segitiga kecil disamping diklik. Type
“Hasil$ Event” diganti Point Elevation field z. Type
”Garis_PantaiUTM”,dan ”Boundary” diganti menjadi boundary.

15. lalu akan muncul hasil seperti ini


16. setelah itu klik properties dan atur warna sesuai keinginan, lalu hapus
angka dibelakang koma dan sisakan 1 angka

3.3.2. Kartografi Digital


1. Untuk membuat kartografi digital, klik layout view dibagian bawah pojok
sebelah kiri untuk merubah ukuran kertas, dan orientasi.
2. Lalu atur bentuk kertas dan format kertas landscape pada page and print
setup

3. Lalu atur gambar sesuai keinginan dan masukkan teks dan logo undip pada
kotak pertama
4. lalu masukkan arah mata angin dan legenda, Legenda yang dimasukkan
berupa garis pantai dan kontur kedalaman perairan

5. Kemudian masukkan inset peta dan data sourcenya Add Source dipilih
untuk memasukkan data INDONESIA_KAB.shp.
6. Setelah itu diatur sesuai format dan hasilnya akan menjadi seperti ini
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1. BATIMETRI

4.1.2. KARTOGRAFI DIGITAL


4.2. Pembahasan
4.2.1. Batimetri
Pada praktikum ini didapatkan peta batimetri perairan Teluk Awur yang
menggunakan ArcGis dengan memberikan data dari kedalaman dari perairan
Teluk Awur. Hasil yang didapatkan pada pemetaan batimetri pada perairan teluk
awur adalah terdapat variasi perbedaan nilai kedalaman yang di tunjukkan oleh
perbedaan warna pada peta. Pada daerah yang lebih dekat dengan daratan
mempunyai warna yang lebih terang yang berarti perairan tersebut lebih dangkal,
sedangkan pada daerah yang jauh dari daratan mempunyai warna yang lebih gelap
yang berarti perairan tersebut mempunyai kedalaman yang lebih dalam. Namun
perlu diperhatikan, bahwasannya variasi perbedaan kedalaman disetiap daerah
yang dipetakkan memiliki kecenderungan perbedaan yang tidak terlalu signifikan.
Karena ciri topografi perairan Teluk Awur itu sendiri termasuk salah satu perairan
Utara Jawa memiliki ciri kedalaman yang dangkal. Dengan praktikum ini kita
dapat mengetahui profil batimetri pada perairan teluk awur Jepara. Warna merah
melambangkan perairan dalam dan warna hijau untuk perairan dangkal, Urutan
warna dari kedalaman terdangkal ke terdalam yaitu warna hijau, kuning, oranye ,
lalu hijau. Pengolahan data batimetri diolah dengan menggunakan Microsoft
excel.
4.2.2. Kartografi Digital
Pada praktikum kali ini dibuat kartografi digital pada perairan Teluk Awur
untuk menampilkan informasi mengenai perairan Teluk Awur. Kartografi digital
adalah pembuatan peta yang mempunyai informasi peta tersebut dalam bentuk
digital. Hasil dari kartografi ini memiliki keterangan pelengkap yang berfungsi
untuk membantu dalam menginterpretasi peta dan juga sumber peta yang
menunjukan dari mana data peta tersebut didapatkan. Isi peta kartografi adalah
legenda yang berisi keterangan warna yang berbeda beda sesuai dengan
kedalaman, scale bar yang merupakan garis skala dalam satuan kilometer,
penunjuk arah mata angina untuk mempermudah dalam memberkan informasi
terkait arah berdasarkan arah amta angina, data frame untuk menunjukkan lokasi
terhadap peta yang lebih luas, dan tertera juga sumber peta dari Google Earth
sebagai tujukan sumber citra yang telh di download. Pada kartografi digital telah
kita urutkan data dengan batimetri yang dalam dilambangkan dengan warna
merah dan untuk warna untuk batimetri yang dangkal berwarna hijau, dan warna
kuning ialah warna diantara warna hijau dan warna merah untuk batimetri sedang.
Urutan warna dari kedalaman terdangkal ke terdalam yaitu warna hijau, kuning,
oranye , lalu hijau. Pada kartografi digital dapat kita lihat juga menggunakan data
frame Indonesia district shp untuk mengetahui lokasi dari pemetaan batimetri
yang kita lakukan, yaitu berada di Pantai Teluk Awur Kabupaten Jepara. Sumber
peta yang kita ambil, yaitu berasal dari peta rupa bumi Indonesia dan google
earth. Pada kartografi digital dapat kita petakan kedalaman perairan dengan
kedalaman yang ada, dimana warna merah mendandakan perairan dengan
kedalaman 0,5 – 1 meter, warna oranye untuk kedalaman 1 – 1,5 meter, warna
kuning untuk kedalaman 1,5 – 3 meter, dan hijau muda untuk kedalaman 3 -
meter dan warna hijau tua untuk kedalaman 5 – 7 meter.
V. PENUTUP
5.1.KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa diperoleh setelah mengikuti praktikum ini adalah :
1. Sistem Informasi Geografis atau Georaphic Information System (GIS)
merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer yang dirancang
untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial
(bereferensi keruangan)
2. ArcGIS yang berfungsi untuk memberikan bentuk digital dan analisis
terhadap permukaan geografi bumi. Aplikasi dan analisa SIG yang dapat
dilakukan oleh ArcGIS antara lain pemetaan, analisa geografi, editing,
manajeman data, kompilasi, visualisasi data, dan geoprocessing. GPS
adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan sistem
untuk menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan
satelit. GPS (Global Positioning System) dapat digunakan dalam
menentukan koordinat suatu lokasi sehingga dapat di plot pada peta dalam
ArcGIS
5.2.SARAN
1. Sebaiknya video tutorial lebih di perjelas dengan suara
2. Praktikan lebih teliti dalam penggunaan aplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Hari, K. I., Nugraha, A. L., & Awaluddin, M. (2015). Aplikasi Peta Interaktif
Kabupaten Banyumas Berbasis Flash Sebagai Media Promosi
Pariwisata. Jurnal Geodesi Undip, 4(4), 1-7.
Hisanah, N. N., & Subiyanto, S. (2015). Kajian Teknis Penerapan Generalisasi
Peta Rupabumi Indonesia (RBI) dari Skala 1: 50.000 Menjadi Skala 1:
250.000. Jurnal Geodesi Undip, 4(4), 248-256.
Kertanegara, U., Nugraha, A. L., & Sudarsono, B. (2013). Peninjauan Secara
Kartografis Dalam Pembuatan Peta Kampus Universitas Diponegoro.
Jurnal Geodesi Undip, 2(4).
Kusumawati, E. D., Handoyo, G., & Hariadi, H. (2015). Pemetaan Batimetri
Untuk Mendukung Alur Pelayaran Di Perairan Banjarmasin,
Kalimantan Selatan. Journal of Oceanography, 4(4), 706-712.
Mutiara, I. (2018, December). Pemetaan Batimetri Untuk Penentuan Ujung
Dermaga Dan Posisi Tiang Pancang Pada Rencana Dermaga Pltmg
Selayar. In Seminar Nasional Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada
Masyarakat (SNP2M).
Susanto. 2016. Aplikasi Pemetaan Pelanggan TV Kabel PT. Linggau Mandiri
Jaya. Lubuk Linggau;STMIK MUSIRAWAS. Jurnal Jutim, Volume 1
No.1.
Susetyo, D. B., Hakim, Y. F., Arimjaya, I. W. K., & Ainiyah, R. (2014). Aspek
Kartografi Peta Joint Border Mapping (JBM) Republik Indonesia-
Malaysia. Geomatika, 20(1).

Anda mungkin juga menyukai