Anda di halaman 1dari 23

TUGAS PRAKTIKUM

GEOLOGI LAUT
MODUL 4: PETA TOPOGRAFI

Oleh :
Nama : AHMAD FURQAN
Nim : 26040120140127
Kelas/Kelompok : IK-C / 5
Asisten

M. Fatah Nashrulah 26040117140056 Audria Izza Nadira 26050118120021


Sa’iyd Husayn Ahmadi 26050117120014 Muhammamd Azzam Hanif P. 26040119140188
Adzkia Pincta Milenia 26050117120010 Muhammad Taufiqur R. 26040119140106
Muhammad Khairunna’im 26040117140095 Virginia Hesa Febio P. 26040119140202
Febriana Banun Fitriani 26040117120054 Zulfikar 26040119130148
Muhammad Wafiq Alanwary 26040117140084 Rafly Zhulkifly Karel Sundah 26050118130082
Atthariq Fachri Ramadhan A. 26040118130083 Mohammad Khaiyul Imdad 26040118140108
Adella Maulina Savitri 26040118140098 Muhammad Arif Romadhi 26040118130123
Christianti Kartika Putri 26050118140049 Muhammad Faisal Anggoro 26040119130122
Fifi Nur Hidayah 26040118120015
Khansa Yatita Hira 26040118140096

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu cabangilmu geologi adalah geomorfologi, yaitu ilmu yang
mempelajarai tentang bumi khusunya dalam pembahasan tentang batuan,baik
itu struktur, proses pembentukan dan juga morfologinya baik didaratan
ataupun lautan. Didarat kita dapat mendapatkan informasi ketinggian suatu
daerah dari peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan ketinggian suatu
daerah dengan garis garis khayal (kontur), roman bentuk muka bumi
tergambar jelas di peta topografi ini, yang berguna untuk mengeksplorasi
suatu wilayah (proses terbentuknya gunug/bukit, sedimentasi, sesar dan
keperluan penelitian lainnya), atau hanya sebatas untuk mengetahui
ketinggiannya saja (Djauhari Noor, 2014).
Bumi ini terdiri dari daratan dan lautan, daratan sendiri menjadi
bagian atau tempat di bumi yang paling sering dan paling ,udah untuk
dieksplorasi, dikarenakan banyak alat yang bisa langsung digunakan
didaratan dan kita manusia juga sangat mudah beradaptasi didaratan. sampai
saat ini pengetahuan manusia akan daratan itu sangat massif dan terus
berkembang. Dimana sangat berguna dan berperan penting dalam setiap
aktivitas dan kegiatan manusia, yang terpenting semuanya ada untuk
memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan ilmu
pengetahuan atau kebutuhan pokok lainnya.
Peta topografimenurut Riska Abukasi, (2017). Yang dirangkum dalam
penelitianya, yaitu peta yang menggambarkan bentuk muka bumi muali dari
perbukitan dan pegunungan yang memiliki relief landai sampai dengan relief
yang rumit, biasanya untuk menunjukan morfologi (roman) permukaan bumi
khususnya didaratan (tempat dimana suatu kegiatan akan dilaksanakan)
misalnya didaerah yang berbukit dan terjal, sehingga kita perlu tau jalan mana
yang lebih baik dilalui untuk mencapai puncak atau tempat yang akan kita
tuju, biasanya untuk para pramuka yan melaksanankanlatihan dasar
penginderaan jauh (navigasi) dengan berbekal peta dan kompas.
1.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan peta topografi manual dan peta topografi
digital
2. Mahasiswa dapat mengetahui alat yang digunakan membuat peta topografi
manual
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan peta topografi digital
4. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan peta topografi dengan Geologi
laut dan manfaatnya di bidang Kelautan

BAB II. ISI

1. Definisi Peta topografi manual dan Peta topografi digital.

Peta adalah gambaran permukaan bumi yang divisualisasikan


kedalam sebuah media (kertas manua / digital), sedangkan topografi
merupakan bentuk roman muka bumi tinggi atau rendahnya (morfologi)
suatu wilayah, jadi peta topografi dapat diartikan sebagai sebuah peta yang
memperlihatkan keadaan bentuk, penyebaran roman permukaan bumi dan
dimensinya. Sebuah peta topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta
yang tergabung untuk membentuk keseluruhan peta (Utami, W.S. et al.,
2017).
Peta topografi biasanya menggambarkan bukit lembah yang sulit
dijangkau oleh manusia, data yang diperoleh biasanya dari data satelit
yang diakses dan diolah menjadi bahan mentah untuk menggambarkan
roman muka bumi yang akan divisualisasikan kedalam peta digital
maupun peta kertas biasa (manual). Ini bertujuan untuk memudahkan kita
dalam mengeksplorasi tempat tempat yang sulit dijangkau oleh manusia
dan alat alat penelitian manual yang agak ribet dan cukup
menushkan,dengan satelit kita dapat mengambil data nya dan mengolah
nya menjadi peta topografi digital yang massif digunkan dewasa ini
(Silaban, S.H. et al., 2016).
Peta topografi menurut Irwandi, et al, (2016 ), Peta topografi
adalah peta yang menggambarkan suatu bentuk muka bumi (morfologi),
tinggi atau rendahnya suatu daerah dengan menggunakan konsep
penginderaan jauh, kartografi dan ilmu ukur tanah, yang lazim digunakan
untuk keperluan seperti melihat persebaran kebakaran pada wilayah
pegunungan dan perbukitan yang akan dijankau dengan pesawat
pemadam, dan yang paling umum untuk keperluan pembanguana jalan
atau pembuatan dudukan tiang listrik yang besar untuk menyalurkan
listruk hingga ke daerah pelosok yang sulit dijangkau, tapi dengan peta ini
kita dapat mengaksesnya dan semuanya kembali lagi ke konsep awal di
paragraf satu,peta ini memudahkan kita manusia untuk beraktivitas
khusunya didaerah pegunungan dan perbukitan yang terjal dan sulit untuk
kita jangkau.
Peta topografi umumnya memiliki skala besar. Hal ini terjadi
karena diperlukan penggambaran yang akurat terhadap garis-garis
kontur yang ada pada peta. Jika peta topografi yang di print berskala kecil,
dikhawatirkan garis kontur yang ada akan memiliki interval kontur terlalu
besar, sehingga kurang akurat terhadap medan (Iqbal Hakim. 2019).

2. Alat yang digunakan membuat peta topografi manual dan digital.


A. Manual
Peta topografi manual merupakan representasi dari roman
muka bumi (morfologi) permukaan bumi yang digambarkan kedalam
sebuah kertas yang kemudian dijadiakna sebagai acuan (peta)
petunjuk untuk melakuakan aktivitas dan pengembangan di suatu
daerah yang di gambrkan di peta tersebut, kebanyakna daerah yang
sulit dijangkau, tetapi untuk yang topografi manual ini lebih banyak
untuk menggambarkan roman permukaan bumi yang lebih mudah
untuk digambar (Irwandi, et al., 2016).
Menurut “Dodik” dalam bahan ajar ilmu ukur tanah yang
dibagikan di website “Share.its.ac.id”. dan beberapa dari Afani, I. Y.
N. et al., (2019), Menyebutkan bebrapa alat yang digunakan untuk
membuat peta kontur (topografi) secara manual diantaranya :

1. Kertas A0 (supaya lebih lebar) disarankan yang sudah digarisi


millimeter/ centimeter untuk memudahkan..
2. Pensil gambar (2B) atau (3B) yang paling tebal ungtuk
menggambarkan kedalaman..
3. Penghapus.
4. Jangkar.
5. Patokan atau pancang .
6. GPS ( untuk koordinat).
7. Water pass (keseimbanagn).
8. Kertas jurnal (untuk mencatat).

B. Digital
Peta topografi digital adalah visualisasi dari roman muka bumi
yang tidak rata (tinggi, trendah, gunung, lembah, lereng, dan
sebaginya), di representasikan kedalam sebuah peta (map), melalui
beberapa cara yang sudah terkoneksi dengan teknologi canggih seperti
software dan satelit yang berperan dalam mengolah dan
mengumpulkan suatu data yang sangat berguna, baik untuk diteliti
maupun untuk pembelajaran. kemudian dijadiakna sebagai acuan
(peta) petunjuk untuk melakuakan aktivitas dan pengembangan di
suatu daerah yang di gambrkan di peta tersebut.
Manurut Afani, I. Y. N. et al, (2019). Perangkat Lunak
(software) yang digunakan dalam penelitian kontur (ketinggian suatu
wilayah), adalah sebagai berikut:

a.Agisoft PhotoScan Professional 64bit .


b. Trimble Bussiness Center .
c. AutoCAD Land Dekstop 2009 .
d. Microstation V8 .
e. Global Mapper 12.0 .
f. ArcGIS 10.4 .
g. Microsoft Office 2016.
h. GPS.
i. Pena / Pensil.
j. Kertas.
k. printer.
l. software surfer 8.
m. software airmapper

3. Jelaskan secara singkat cara pembuatan peta topografi manual dan


digital.
A. Manual
Pertama-tama kita harus menetukan titik-titik yanga memiliki
elevasi yang sama dilapangan, alias sama tinggi kontur ketinggiannya
dengancara, meletakan patok patok yang nantinya akan menjadi titik
titik yang kemudian dihubungkan menjadi garis khayal dan
membentuk kontur (garis-garis) yang menggambarkan ketinggian
suatu gunung misalnya atau suatu daerah yang dipetakan kita harus
menyiapkan alat theodolit/ waterpas dan beberapa patok yang siap
dipasang pada titik-titik yang akan diamati (Irwandi, et al., 2016).
Kemudian dengan menggunakan kertas A0 (supaya lebih
besar) dengan terlebih dahulu menggaris kertas sehingga terbagi
kedalam beberapa blok kotak yang akan memudahkan kita dalam
menggembarnya, jangan lupa sebelumnya dengan menyiapkan titik
tengah dan gari bantu sebagai alur tempat pengukuran kita kesegala
arah dari titik tengah yang sudah ditandai tadi sampai dengan “jarak”
dimana ketinggiannya yang sama meski jarak nya tidak sama seperti
gambar ilustrasi yang saya gambar dibawah ini.
(Sumber: Koleksi pribadi)
Kemudian ditambahkan dengan garis khayal yang membentuk
kontur ketinggian suatu wilayah, seperti gambar yang saya gamabar di
bawah ini.

(Sumber: Koleksi pribadi)

Setelah diberikan garis khayal antara titik tadi maka kita sudah
dapat melihat hasil lontur yang telahkita ukur secaramanual tadi, kita
dapat menentukan kemiringan dan ketingggian suatu bukit (misalnya),
walaupun tidak terlaluakurat, tetapi sudah dapt menjadi gambaran
secara umum medan yang telah kita gambarkan ke peta topografi
manual ini, dirangkum dalam (Djauhari Noor. 2014).
B. Digital
Pembuatan peta topografi (kontur) dengan menggunakan
ArcGIS, salah satu cara untuk membuat peta ketinggian (topografi)
terbagi menjadi 2 bagain : Memotong data citra ASTER GDEM dan
atau data citra SRTM menggunakan program Global Mapper,
kemudian untuk mengolah potongan data ASTER GDEM dan atau
data SRTM menjadi data/peta ketinggian menggunakan program Arc
GIS, Cara membuat kelas kemiringan lereng dengan menggunakan
data DEM (GDEM ASTER/SRTM)di ArcGIS.
Tahapan awal kita menumpulkan data ketinggian suatu wilayah
dalam koordinat yang telah ditentuka, melalui satelit dengan cara
memotong data citra ASTER GDEM dan atau data citra SRTM
menggunakan program Global Mapper, yamag kemudian diolah
dengan ArcGIS.
Tahapan berikutnya dalam pengolahan data pengukuran
terestris dan foto udara adalah mengolah data hasil survei GPS. Data
tersebut digunakan sebagai referensi untuk data pengukuran terestris
dan foto udara. Pengukuran terestris membutuhkan data koordinat
benchmark (BM) sebagai referensi awal pengukuran, sedangkan
pengukuran foto udara membutuhkan data koordinat Ground Control
Point (GCP). Pengolahan data GPS memerlukan beberapa parameter
untuk dimasukkan yakni data tipe antena, tinggi antena dan jenis
receiver sesuai dengan pengukuran di lapangan. Perlu dimasukkan
juga data RINEX base yang telah diketahui sebelumnya yakni data
CORS.
Pembuatan peta kontur menggunakan metode pemotretan udara
memang membutuhkan biaya paling kecil, namun tidak disarankan
menggunakan metode ini untuk pembuatan peta kontur skala 1:1000
karena data yang dihasilkan tidak memiliki kontrol ketelitian.
Pembuatan peta kontur menggunakan metode pengukuran terestris
memiliki ketelitian data yang baik, namun biaya yang dihasilkan
sangat besar. Solusi untuk membuat peta kontur dengan data yang
baik dan biaya yang tidak terlalu besar yaitu dengan menggunakan
gabungan data pengukuran terestris dan pemotretan udara, semua
rangkuaman diatas diambil dari jurnal penelitian (Afani, I. Y. N. et al.,
2017).

4. Contoh gambar peta topografi manual

Menurut Djauhari Noor, (2014), peta topografi manual dalah


salah satu metode penggambaran bentuk roman muka bumi
(morfologi)nya, kedalam sebuah peta dengan menggunakan teknik yang
masih manual, maksudnya dengan menggunakan pensil gambar dan kertas,
biasanya peta kontur manual dibuat pada bidang muka bumi yang
bentuknya tidak terlalu sulit reliefnya, sehingga dapat dibuat dengan
tangan secara sederhana dan hasil yang akurat. Daerah yang cukup mudah
dalam menggambarnya biasanya dapat dengan dengan mudah dibuat
dalam peta topografi manual yanag akan digunakan, baik untuk penelitian
maupun pembelajaran dan terpenting untuk kemudahan aktivitas manusia
juga. Berikut saya lampirkanuntuk contoh peta topografi manual:

(Sumber : Herbert E. Gregory. 1918)


(Sumber : Herbert E. Gregory. 1918)

(Sumber : Herbert E. Gregory. 1918)

Menurut Herbert E. Gregory, (1918) peta topografi yang ditulis


dalam bukunya dengan judul Military Geology and topography,
menyatakan kegunaan utama peta topografi untuk keperluan militer dan
navigasi pertahanan di daerah pegunangan dan perbukitan yang rawan
sebagai lokasi perang dan perebutan wilayah. Wilayah yang rawan itu
dipetakan kedalam sebuah peta topografi dengan kebutuhan militer dalam
memetakan wilayah yang lazim dilakukan pada saat perang dunia pertama
dan kedua.
5. Kegunaan dan Hubungan Peta Topografi dengan Geologi Laut.

a) Peta topografi memiliki hubungan dengan geologi laut yaitu dengan


penggunaan peta batimetri untuk mengukur dan menggambarkan
ketinggian atau kedalaman lautan itu sendiri, yaitu menurut Djauhari
Noor, (2014). Dan Geurhaneu, N. Y. et al, (2018). Merupakan peta
yang sama-sama menggambarkan ketinggian suatu wilayah muka bumi
yang sudah pasti beragam ketinggiannya, baik permukaan daratan
maupun dasar perairan yang berguna sebagai acuan sebelum melakukan
sesuatu yang akan dilaksanakan didaratan dan lautan.

b) Peta topografi yang dikumpulkan dari tahun ketahun dapat


menghasilkan suatu kesimpulan untuk proses terbentuknya suatu
kawasan atau fenomena yang terjadi dimuka bumi ini, mulai dari proses
perubahan struktur, morfologi dan akibatnya untuk lingkungan sekitar,
sebagai contoh: terbentuknya sebuah danau yang dahulunya merupakan
sebuah gunung kemudian meletus dan menampung air yang kemudian
menjadi danau. dirangkum dari jurnal penelitian (Riska Abukasi, 2017)
dan (Afani, I. Y. N. et al., 2019).

c) Peta topografi banyak juga digunakan untuk melakukan penyelamatan


di pegiunungan yang sudah memiliki medan terjal dan tidak terlalau
terlihat perbedaan ketinggiannya karena terlalau banyak ditutupi
pepohonan, Penyelamatan baik lewat darat maupun udara memerlukan
peta topografi untuk memprediksi lokasi korban dan medan yang harus
dihadapi. Dalam operasi penyelamatan, pengetahuan peta topografi
sangatlah penting. Ketika seseorang mendeskripsikan lokasinya,
penyelamat harus dapat dengan akurat menentukan lokasi orang
tersebut berdasarkan deskripsi bentang alamnya, Selain itu, penyelamat
juga harus piawai dalam membaca medan yang ada pada peta topografi
agar dapat memprediksikan lokasi korban dari data lokasi terakhir serta
peta rencana perjalanannya (Iqbal Hakim. 2019).

d) Sebagai dasar perencanaan dan design pembanguan (Arsitektur),


khususnya didaerah berbukit dan pegunungan yang akan dibangun
sebuah bangunan seperti jalan, jembatan, rumah dan lain sebagainya.
Ketika membangun pada daerah berlereng, seorang insinyur harus
memiliki pengukuran kelerengan yang akurat agar perhitungan
teknisnya pun akurat. Informasi ini harus didapatkan dari survey
langsung ataupun GIS dan penginderaan jauh menggunakan
pesawat/satelit. Agar efisien, seorang insinyur harus terlebih dahulu
mengetahui kondisi kelerengan umum suatu wilayah, agar dapat dipilih
wilayah terbaik untuk disurvey. Tanpa adanya peta topografi, sangat
sulit untuk mendapatkan gambaran umum kelerengan dari suatu
wilayah. Oleh karena itu, peta topografi sangat membantu insinyur
dalam menghemat biaya survey suatu proyek.

e) Sebagai pertahanan eta topografi juga memiliki peran yang sangat


penting dalam dunia militer. Tanpa peta topografi, suatu angkatan
bersenjata akan kesulitan untuk menyerang posisi musuh dan
mempertahankan posisinya dalam medan perang.

Saat menyerang, informasi ketinggian berguna untuk


memetakan wilayah musuh yang berpotensi untuk diserang dan
memiliki pertahanan lemah. Daerah yang lebih rendah dari posisi
penyerang umumnya lebih mudah diserang dibandingkan dengan
daerah yang lebih tinggi.

Saat bertahan, informasi ketinggian berguna untuk memetakan


wilayah mana yang memiliki potensi pertahanan baik. Dengan
informasi ini, tentara akan dapat membangun basis pertahanan disana
dan melakukan aksi bertahan maupun area denial guna menghadang
laju musuh. Bauk didarat maupun di pulau atau lautan ini sangat
berguna dalam system pertahanan meskipun saat ini sudah banyak
tersedia dalam bentuk digital (Iqbal Hakim. 2019).

f) Dan sebagai media pembelajaran seperti yang telahdisinggung di poin a


dan b, peta topografi biasanya digunakan untuk pembelajaran khusunya
untuk ilmu bumi, ilmu sipil, ilmu ukur tanah, dan juga pramuka
(sebagai acuan navugasi), Informasi mengenai ketinggian dan kelerengan
suatu tempat sangat dibutuhkan dalam pembelajaran ilmu bumi dan ilmu
lainnya. Informasi ini dapat digunakan untuk menghitung runoff air, laju erosi
suatu batuan, laju degradasi tanah, hingga potensi terjadinya
bencana pergerakan tanah. Oleh karena itu, pelajar yang mempelajari
ilmu bumi umumnya diberikan materi yang cukup mendalam mengenai
interpretasi serta pembuatan peta topografi (Iqbal Hakim. 2019).

6. Pengaplikasian di bidang Ilmu Kelautan/oseanografi.

Pengaplikasiannya dibidang kelautan mungkin tidak jauh beda


dengan peta batimetri yang dikhususkan untuk bagian kontur dasar
perairan. Peta topografi untuk kelautan biasanya hampir sama untuk
mengetahui morfologi (roman) permukaan bumi tapi ini kita bergeser
sedikit kebagian coastal di lautan seperti atol / pulau kecil yang juga bisa
dimasukan kedalam peta topografi laut lepas , pantai, pesisir maupun
topografi batu karang besar ditengah laut (Riska Abukasi. 2017).

Peta topografi juga dapat menggambarkan bentuk dari gunung


yang tumbuh dilautan seperti gunung anak Krakatau yang muncul beberpa
tahun setelah gunung besarnya meletus puluhan tahun silam yang
menyebabkan adanya perubahan kontur (tinggi rendah) nya suatu daerah
permukaan bumi, baik didasar laut maupun di daratan atau pantai sekitar
gunung itu meletus. Dari sini dapat diambil hipotesa atau kesimpulan
untuk mengetahui proses munculnya kembali gunug ini kepermukaan
setelah mengalami letusan dahsyat, dengan membandingkan peta kontur
dari tahun ketahun di daerah yang sama dapat diambil sebuah kesimpulan
akan terbentuknya suatu fenomena dimuka bumi ini, dirangkum dari jurnal
penelitian (Riska Abukasi. 2017) dan (Afani, I. Y. N. et al., 2019).

7. Manfaat peta topografi secara umum

1. Sebagai petunjuk (acuan) arah suatu tempat yang akan dituju dapat
menggunakan peta, nah peta topografi sangat dapat digunakan untuk
mendaki sebuah gunung yang belum terjamah sebelumnya
(eksplorasi) misalnya, dan juga untuk pembuatan proyek
pembangunan jalan yang membelah bukit, sebelum kita langsung
belah belah bukit sebaiknya kita tau dulu daerah mana yang dirasa
aman untuk dilakukan pembuatna jalan dpat dilihat melalui peta
topografi ini, tapi kalau bisa yang ukurannya akurat dan terukur
terangkum didalam penelitian (Irwandi, et al., 2016) dan
(Azeriansyah, R. et al., 2017).

2. Sebagai petunjuk arah dalam melakukan perjalanan darat, baik dengan


mobil offroad atau pun hiking dengan tujun pastinya untuk eksplorasi
daerah pelosok, baik untuk penelitian/pembelajaran maupun pencarian
sumberdaya alam yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup.
Dan juga sebagai sarana hiking, atau pramuka yang melakukan latihan
dasar navigasinya dengan dibekali peta batimetri dan kompas. Ada
juga pramuka yang menyusuri hutan atau perbukitan dan dari sana
mereka membuat peta topografi tersebut dirangkum dari jurnal
(Irwandi, et al., 2016), dan (Haryono. 2017).

3. Peta topografi banyak juga digunakan sebagai bahan atau data mentah,
yang kemudian diolah menjadi sumber data baru sebagai akibat dari
penyebab yang mengakibatkan terbentuknya sebuah fenomena daerah
alami didaratan, sebut saja sebuah bukit atau sebuah danau, terbentuk
akibat aktivitas tektonik atau juga vulkanik, yang menyebabkan
bergesernya lempeng yang ada dibumi, sehingga turut mengubah
roman (morfologi) bentuk permukaan bumi ity sendiri, nah dipeta ini
juga dapat mengetahui itu, dengan membandingkannya dengan peta
peta yang diambil ditahun-tahun sebelumnya, dirangkum dari jurnal
(Afani, I. Y. N. et al., 2019) dan (Azeriansyah, R. et al., 2017).

4. Selain itu, peta topografi juga berperan penting untuk: Navigasi


kegiatan pramuka, pembelajaran seperti ilmu bumi atau ilmu ukur
tanah, sebagai perencanaan pembangunan, desain arsitektur
pembangunan didaerah yang berlereng dan juga untuk pertahanan
seperti terangkum didalam artikel (Iqbal Hakim. 2019).

BAB III. PENUTUP


3.1. Kesimpulan (Menjawab tujuan) (dibuat perpoin)

1. Peta topografi merupakan sebuah peta yang menggambarkan tinggi atau


rendahnya suatu daerah (roman muka bumi), baik dalam bentuk digital
maupun manual dengan kertas, yang didapat dengan beberapa metode.

2. Alat yang digunakan dalam membuat “Peta Topografi” manual :

1. Kertas kalkir (biasanya berukuran A0) (supaya lebih lebar)


disarankan yang sudah digarisi millimeter/ centimeter untuk
memudahkan..
2. Pensil gambar (2B) atau (3B) yang paling tebal ungtuk
menggambarkan kedalaman..
3. Penghapus.
4. Jangkar.
5. Patokan atau pancang .
6. GPS ( untuk koordinat).
7. Water pass (keseimbanagn).
8. Kertas jurnal (untuk mencatat).
3. Peta topografi digital dapat dibuat dengan bantuan software dan didukung
oleh data satelit, pertama kita harus mengambil data dari satelit lalu
mengolahnya dengan menggunakan software dan jadilah sebuah peta
kontur yang sesuai dengan data yang diinputkan pada sistem software.

4. Peta topografi untuk kelautan biasanya hamper sama untuk mengetahui


morfologi (roman) permukaan bumi di lautan seperti atol / pulau kecil
yang juga bisa dimasukan kedalam peta topografi laut lepas , pantai,
pesisir maupun topografi batu karang besar ditengah laut.

5. Merupakan peta yang sama-sama menggambarkan ketinggian suatu


wilayah muka bumi yang sudah pasti beragam ketinggiannya, baik
permukaan daratan maupun dasar perairan yang berguna sebagai acuan
sebelum melakukan sesuatu yang akan dilaksanakan didaratan dan lautan

6. Peta topografi yang menukur roman permukaan bumi baik darat maupun
laut dapat dibuat dengan cara manula maupun digital dengan beberap
metode yang berbeda. Peta ini sangat digunakan dalam hal eksplorasi
suatu kawasan perbukitan/ pegunungan maupun aktivitas embangunan dan
lainnya, juga sebagai sarana penelitian, pembelajaran dan pengembangan
kemampuan diri dan lingkungan sekitar.

3.2. Saran (Saran berisi untuk praktikum kedepannya) (dibuat perpoin)


1. Diharapkan pratikum di semester depan dapat dilaksanakan secara offline,
sehingga praktikan dapat dengan mudah mempraktekannya secara
langsung dan nyata.

2. Praktikan diharapkan untuk menyimak dengan baik setiap materi yang


disajikan oleh asisten praktikum, supaya juga dapat dengan mudah
memahami apa yang sedang dipraktekan.

3. Terima kasih untuk kaka kaka pembimbing, PJ dan juga asisten praktikum
Geologi Laut yang telah membimbing kami mahasiswa baru, sehingg kami
dapat mengenal lingkungan kuliah, baik dari pengalaman maupun
pengajaran yang diberikan tetap sehat dan semangat untuk kaka kaka
aisten dan tingkatkan lagi kebaikan sebelumnya untuk praktikum
selanjutnya yang lebih baik lagi, terima kasih.
Daftar Pustaka
Afani, I. Y. N., B. D. Yuwono dan N Bashit. 2019. OPTIMALISASI
PEMBUATAN PETA KONTUR SKALA BESAR MENGGUNAKAN
KOMBINASI DATA PENGUKURAN TERESTRIS DAN FOTO
UDARA FORMAT KECIL. Jurnal Geodesi Undip., 8(1): 180-189.

Azeriansyah, R., Y. Prasetyo dan B. D. Yuwono. 2017. ANALISIS


IDENTIFIKASI DAMPAK BENCANA TANAH LONGSOR DENGAN
MENGGUNAKAN UNMANNED AERIAL VEHICLE (UAV) (Studi
Kasus : Kelurahan Ngesrep, Kecamatan Banyumanik). Jurnal Geodesi
Undip., 6(4): 474-484.

Djauhari Noor. 2014. PENGANTAR GEOLOGI. Deepublish, Yogyakarta.

Dodik” dalam BAHAN AJAR ILMU UKUR TANAH yang dibagikan di website
“Share.its.ac.id”.http://share.its.ac.id/pluginfile.php/40455/mod_resource
/content/3/3.4-%20Kontur%20%28Dodik%29%20b.pdf, Diakses pada
hari Rabu tanggal 28 Oktober 2020, Pukul 16.08 WIB.

Geurhaneu, N. Y., F. B. Prasetio dan G. Latuputty. 2016. KEBENCANAAN


GEOLOGI KELAUTAN DI BAGIAN UTARA PULAU OBI,
MALUKU .JURNAL GEOLOGI KELAUTAN., 14(1):23-36.

Haryono. 2017. Globalisasi dan Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (Studi Deskriptif
Sosiologi Kependudukan). Jurnal Hermeneutika., 3(2): 1-13.

Herbert E. Gregory. 1918. Military Geology and Topography. YALE


UNIVERSITY PRESS, NEW HAVEN.

Iqbal Hakim. 2019. Garis Kontur: Pengertian, Peraturan, serta Cara Membuat dan
Membacanya ( https://insanpelajar.com/peta-topografi/), Diakses pada
hari kamis tanggal 29 Oktober 2020, Pukul 7.25 WIB.

Irwandi., Jumani dan Ismail. 2016. UPAYA PENANGGULANGAN


KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI DESA PURWAJAYA
KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI
KERTANEGARA KALIMANTAN TIMUR. Jurnal AGRIFOR., (15)2:
201-210.

Riska Abukasi. 2017. PUSAT PENELITIAN BIOTA LAUT DI GORONTALO


DENGAN PENDEKATAN METODE ARSITEKTUR SEMIOTIK.
juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi (RADIAL)., 5(1): 98-
110.

Silaban, S. H., B, Sitorus dan P. Marbun. 2016. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk
Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica), Kentang (Solanum tuberosum
L.) Kubis (Brassica oleraceae L.) Dan Jeruk (Citrus Sp.) Di Kecamatan
Harian Kabupaten Samosir. Jurnal Agroekoteknologi., 4(3) :2055 – 2068.

Utami, W. S., P. Subardjo dan M. Helmi. 2017. STUDI PERUBAHAN GARIS


PANTAI AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KECAMATAN
SAYUNG, KABUPATEN DEMAK. JURNAL OSEANOGRAFI., 6(1):
281 – 287.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai