Anda di halaman 1dari 25

TUGAS PRAKTIKUM

GEOLOGI LAUT
MODUL 3: PETA BATIMETRI

Oleh :
Salsabila Auliya Putri
26050120120025
Oseanografi A/5

Asisten
M. Fatah Nashrulah 26040117140056 Audria Izza Nadira 26050118120021
Sa’iyd Husayn Ahmadi 26050117120014 Muhammamd Azzam Hanif P. 26040119140188
Adzkia Pincta Milenia 26050117120010 Muhammad Taufiqur R. 26040119140106
Muhammad Khairunna’im 26040117140095 Virginia Hesa Febio P. 26040119140202
Febriana Banun Fitriani 26040117120054 Zulfikar 26040119130148
Muhammad Wafiq Alanwary 26040117140084 Rafly Zhulkifly Karel Sundah 26050118130082
Atthariq Fachri Ramadhan A. 26040118130083 Mohammad Khaiyul Imdad 26040118140108
Adella Maulina Savitri 26040118140098 Muhammad Arif Romadhi 26040118130123
Christianti Kartika Putri 26050118140049 Muhammad Faisal Anggoro 26040119130122
Fifi Nur Hidayah 26040118120015
Khansa Yatita Hira 26040118140096

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari
segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada (Noor, 2012).
Geologi merupakan ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang
membentuk bumi, struktur, maupun proses-proses yang bekerja baik di dalam
maupun di luar permukaaan bumi. Dalam departemen oseanografi, terdapat mata
kuliah geologi laut yang diberikan untuk mahasiswa. Geologi laut merupakan
cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang fenomena geologi di bawah laut
atau perairan. Ada beberapa materi yang dipelajari dalam geologi laut, antara lain
batuan, mineral, peta topografi dan batimetri, dan lainnya.
Menurut International Cartographic Association (ICA), peta adalah suatu
gambar atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari
kenampakan bumi, yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda
angkasa. Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala
tertentu melalui suatu sistem proyeksi (Meiwa, 2020). Peta secara sederhana
diterjemahkan sebagai gambar wilayah dimana informasi diletakkan dalam bentuk
simbol-simbol (Setyawan et al., 2018). Peta dapat dimanfaatkan sebagai sumber
informasi mengenai suatu gambaran daerah di permukaan bumi melalui legenda-
legenda yang telah tercantum di dalamnya. Fungsi peta itu sendiri yaitu sebagai
saluran komunikasi antara pembuat dn pengguna peta mengenai letak wilayah suatu
daerah.
Dalam mata kuliah Geologi Laut, peta memiliki dua jenis yang dipelajari dalam
praktikum, yaitu peta topografi dan peta batimetri. Peta topografi merupakan peta
yang menyajikan objek-objek di permukaan bumi dengan ketinggian yang dihitung
dari permukaan air laut dan digambarkan dalam bentuk garis-garis kontur, dengan
setiap satu garis kontur mewakili satu ketinggian (Afani et al., 2019). Lalu, ada
batimetri yang berarti ukuran kedalaman dari permukaan air laut sampai dengan
dasar laut. Menurut Kusumawati et al. (2015), batimetri merupakan proses
penggambaran dasar perairan sejak pengukuran, pengolahan, sampai visualisasi.
Jadi, peta batimetri adalah peta atau gambaran suatu wilayah yang berisi informasi
kedalaman suatu daerah perairan.
Dalam praktikum geologi laut kali ini, membahas dan mempelajari tentang apa
itu peta batimetri dan cara penggunaannya. Selain membahas tentang pengertian
awal, praktikum kali ini menjelaskan tentang manfaat peta batimetri dan unsur-
unsur dalam pembuatan peta batimetri itu sendiri. Selain itu, dijelaskan juga tentang
bentuk-bentuk dasar lautan dan batas-batas lautan dengan daratan.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami peta batimetri.


2. Mahasiswa dapat mengetahui pembuatan peta batimetri.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan peta batimetri dengan Geologi
Laut dan manfaatnya di bidang kelautan.
BAB II

ISI

2.1 Definisi Peta Batimetri

Menurut Febrianto et al. (2015), batimetri merupakan ukuran tinggi rendahnya


laut, sehingga peta batimetri memberikan infromasi tentang dasar laut. Dalam artian
lain, batimetri yaitu ilmu yang mempelajari pengukuran kedalaman lautan, laut,
atau perairan (Kusumawati et al., 2015). Peta batimetri adalah peta atau gambar
yang memberikan informasi tentang suatu kedalaman wilayah lautan maupun
perairan terbuka lainnya. Informasi yang didapatkan dari batimetri sangat penting
untuk dijadikan dasar penelitian. Penelitian yang dimaksud, yaitu dinamika pantai,
operasi kabel komunikasi bawah laut, dan peta navigasi yang akurat untuk jalur
pelayaran.

Peta batimetri tersusun dari garis-garis kontur yang merupakan garis khayal
untuk menggambarkan semua titik yang memiliki perbedaan kedalaman.
Pembentukan garis kontur dapat dilakukan dengan mengambil foto udara atau
menggunakan Singlebeam Echosounder. Singlebeam Echosounder merupakan alat
yang digunakan untuk mengukur kedalaman suatu perairan dengan menggunakan
gelombang bunyi. Pemetaan batimetri digunakan untuk memetakan dasar laut. Data
dasar laut yang akurat sangat dibutuhkan oleh banyak kegiatan manusia, seperti rute
pelayaran dan konstruksi infrastruktur lepas pantai (Bobsaid dan Jaelani, 2017).
2.2 Gambar Peta Batimetri

Gambar 1. Peta Batimetri Perairan Lembar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (Dewi et al., 2015)

Peta batimetri merupakan peta yang menggambarkan kedalaman lautan. Dalam


pembuatan peta batimetri, ditentukan pada titik-titik yang akan membentuk hasil
gelombang yang dihasilkan dari alat Singlebeam Echosounder yang dinamakan
garis kontur. Masing-masing garis kontur yang terbentuk tersusun atas titik-titik
yang menunjukkan kedalaman lautan tersebut. Garis kedalaman kontur bisa
berubah karena perubahan kedalaman lautan itu sendiri. Perubahan kedalaman di
suatu perairan dari waktu ke waktu mengikuti berubahnya ketinggian permukaan
laut (Dewi et al., 2015).

2.3 Penyusunan Peta Batimetri

Penyusunan peta batimetri bisa dengan mudah menggunakan software yang


telah diciptakan oleh beberapa perusahaan. Salah satu aplikasi yang dapat
digunakan dalam pembuatan peta batimetri adalah ArcGIS. ArcGIS merupakan
salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI (Environment Science and
Research Institude) pada tahun 2000. Menurut Setyawan et al. (2018), ArcGIS
desktop merupakan software GIS (Geographic Information System) profesional
yang komperehensif. ArcGIS merupakan software yang bertujuan untuk
membangun sistem SIG secara lengkap dan dikelompokkan atas tiga komponen,
yaitu ArcView, ArcEditor, dan ArcInfo. ArcView merupakan komponen yang
fokus ke penggunaan data yang komperehensif, pemetaan, dan analisis. Lalu,
ArcEditor merupakan komponen yang difokuskan untuk mengedit data spasial
suatu peta. Lalu yang terakhir adalah komponen ArcInfo yang menyajikan
informasi tentang data dan fungsi-fungsi GIS secara lengkap termasuk keperluan
analisis geoprosessing.

Salah satu pengukuran penting yang diperlukan untuk menentukan batimetri


secara akurat adalah rerata muka air laut atau MSL. Penyusunan peta batimetri
dengan metode pemeruman diawali dengan menyiapkan sarana dan instalasi yang
akan digunakan. Menyiapkan laju pemeruman guna mendapatkan hasil yang
terbaik. Pengambilan data menggunakan alat Singlebeam Echosounder. Data yang
sudah diambil kemudian diunduh menggunakan software Garmin untuk kemudian
direduksi dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel setelah itu digambarkan
dengan menggunakan ArcGIS 10.2.

Hasil pengolahan data yang telah terkoreksi tranduse kemudian diinterpolasi


menggunakan metode interpolasi raster. Metode interpolasi raster yaitu Topo to
Raster pada perangkat lunak ArcGIS 10.2. Setelah diperoleh interpolasi kontur
kedalaman yang ditunjukan dengan klasifikasi warna yang berbeda. Kemudian,
dilakukan proses penggambaran kontur dengan menggunakan spatial analisis yaitu
contour. Setelah kontur terbentuk dan terlihat maka penyusunan peta batimetri
sudah selesai dan peta batimetri dapat dijadikan sebagai pertimbangan evaluasi dan
perbaikan nilai elevasi suatu perairan (Hanifah et al., 2016).

2.4 Kegunaan

Pemetaan batimetri merupakan kebutuhan dasar dalam penyediaan informasi


spasial dalam perencanaan, kegiatan dan pengambilan keputusan terkait informasi
dibidang kelautan. Peta batimetri memiliki banyak kegunaan dan manfaat.
Kegunaan dari peta batimetri ini sangat beragam, mulai dari kepentingan militer,
konstruksi atau sipil, transportasi, hingga kepentingan ilmiah. Dalam survei
batimetri, di dalamnya terdapat pekerjaan pengamatan pasang surut, pengukuran
garis pantai, echo sounding, pengukuran sifat fisik air laut, pengukuran sifat kimia
air laut (salinitas), pengambilan contoh tanah dasar laut, hingga ke tahap pekerjaan
analisis, pengolahan, dan penyajiannya dalam bentuk peta digital maupun cetak
dalam berbagai macam skala sesuai dengan tingkat kejelian informasinya. Seperti
pada dinamika pantai, pemanfaatan batimetri pada operasi kelautan seperti
pemasangan kabel komunikasi bawah laut. Kabel ini sangat bermanfaat pada sektor
kelautan salah satunya untuk menyediakan peta navigasi akurat bagi para nelayan
yang menjamin keselamatan para nelayan saat melaut (Kusumawati et al., 2015).
Peta batimetri dalam aplikasinya memiliki banyak manfaat dalam bidang
kelautan antara lain penentuan jalur pelayaran yang aman, perencanaan bangunan
pinggir pantai, pendeteksian adanya potensi bencana tsunami di suatu wilayah, dan
pertambangan minyak lepas pantai. Kegunaan utama peta batimetri yakni
mengukur kedalaman suatu perairan. Informasi mengenai kedalaman merupakan
salah satu aspek yang sangat penting untuk beberapa kajian kegiatan sumber daya
kelautan, baik kedalaman di perairan dalam maupun perairan dangkal. Selain itu,
peta batimetri diperlukan untuk mengetahui kondisi morfologi suatu daerah
perairan. Kondisi laut yang sangat dinamis sehingga, peta batimetri harus selalu di
update dengan perubahan dan perkembangan kondisi perairan tersebut (Anzari et
al., 2017).

2.5 Hubungan Peta Batimetri dengan Geologi Laut

Geologi laut merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang


struktur atau kondisi geografis suatu lautan baik berupa aspek kimia, fisik dan
biologi. Peta batimetri sendiri memiliki pengertian sebagai peta yang berfungsi
untuk menggambarkan kondisi laut dan kedalaman suatu perairan. Kondisi
geografis suatu perairan atau lautan dapat diketahui dengan memanfaatkan peta
batimetri. Dilihat dari pengertian dari geologi laut dan peta batimetri, terlihat
dengan jelas jika peta batimetri memiliki hubungan yang erat dengan geologi laut.
Dengan fungsi peta batimetri yang mengetahui kedalaman laut, maka bisa
ditentukan kandungan mineral-mineral apa saja yang ada dalam suatu perairan
(Nainggolan et al., 2017).

Semua aspek dalam peta batimetri umumnya digunakan dalam bidang maritim
atau kelautan. Peta batimetri memiliki hubungan dengan geologi laut karena
keduanya berkaitan dalam proses penentuan kedalaman lautan, dimana di lautan
tersebut memiliki struktur penyusun bumi yang memiliki kedalaman yang berbeda.
Dalam lautan juga terdapat bebrapa gunung atau palung yang dapat memengaruhi
kedalaman perairan tersebut. Batimetri sebagai ukuran kedalaman suatu perairan
sangat membantu dalam proses identifikasi ketinggian gunung atau kedalaman
palung di dalam laut atau perairan (Triarso dan Troa, 2017). Selain itu, batimetri
dengan geologi laut berguna dalam pemetaan dasar laut yang menunjang penelitian
tentang struktur-struktur penyusun bumi, seperti batuan, mineral, dan penyusun
lainnya.
2.6 Pengaplikasian di Bidang Kelautan

Peta batimetri memiliki banyak menfaat untuk bidang kelautan. Peta batimetri
dapat memberikan informasi tentang kedalaman suatu lautan atau perairan terbuka.
Menurut Bobsaid dan Jaelani (2017), pemetaan batimetri berhubungan dengan
kelautan karena pemetaan tersebut untuk menentukan jalur pelayaran yang aman
saat kapal laut berlayar di perairan dangkal. Manfaat lain peta batimetri yaitu untuk
menentukan area fishing ground, pengukuran arus laut, pasang surut air laut, dan
lainnya. Salah satu pengukuran penting yang diperlukan menentukan batimetri
secara akurat adalah rerata muka air laut atau yang biasa di kenal MSL yang biasa
digunakan untuk topografi wilayah (Kusumawati et al., 2015)

Peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau kontur garis garis yang
biasa disebut kontur kedalaman. Peta batimetri dalam aplikasinya memiliki banyak
manfaat dalam bidang kelautan, antara lain penentuan jalur pelayaran yang aman,
perencanaan bangunan pinggir pantai, pendeteksian adanya potensi bencana
tsunami di suatu wilayah, dan pertambangan minyak lepas pantai. Kegunaan utama
peta batimetri yakni mengukur kedalaman suatu perairan. Informasi mengenai
kedalaman merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk beberapa kajian
kegiatan sumber daya kelautan, baik kedalaman di perairan dalam maupun perairan
dangkal. Pemetaan batimetri terbilang efektif dan efisien khususnya untuk yang
memiliki tingkat perubahan kedalaman secara tepat (Arief el al., 2013).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala
tertentu melalui suatu sistem proyeksi (Meiwa, 2020). Ada dua peta yang
dipelajari dalam praktikum geologi laut, yaitu peta topografi dan peta
batimetri. Namun, untuk praktikum kali ini hanya berfokus pada peta
batimetri. Peta batimetri adalah gambar atau peta yang berisi informasi
mengenai kedalaman suatu wilayah lautan maupun perairan terbuka.
2. Peta batimetri dibentuk dengan menggabungkan titik-titik garis kontur
yang dihasilkan dari alat bernama Singlebeam Echosounder. Alat tersebut
berfungsi sebagai perekam waktu bolak-balik yang ditempuh oleh
gelombang bunyi untuk mengetahui kedalaman suatu lautan. Pembuatan
peta batimetri juga dapat menggunakan beberapa aplikasi contohnya
software ArcGIS. ArcGIS desktop merupakan software GIS (Geographic
Information System) profesional yang komperehensif dengan beberapa
komponen di dalamnya (Setyawan et al., 2018).
3. Dilihat dari pengertian peta batimetri dengan geologi laut, terlihat jelas jika
keduanya memiliki hubungan. Peta batimetri memiliki hubungan yang erat
dengan geologi laut karena peta batimetri dapat mengetahui kedalaman
laut dan hal itu bisa menentukan kandungan mineral-mineral apa saja yang
ada dalam suatu perairan (Nainggolan et al., 2017). Peta batimetri
memiliki banyak manfaat dalam bidang kelautan, antara lain penentuan
jalur pelayaran yang aman, perencanaan bangunan pinggir pantai,
pendeteksian adanya potensi bencana tsunami di suatu wilayah, dan
pertambangan minyak lepas pantai. Pemetaan batimetri terbilang efektif
dan efisien khususnya untuk yang memiliki tingkat perubahan kedalaman
secara tepat (Arief el al., 2013).
3.2 Saran
1. Praktikan diharap hadir tepat waktu dan asisten dimohon untuk tidak
terlalu cepat memulai meet sebelum waktu mata kuliah sesuai jadwal SSO.
2. Praktikan diharap memerhatikan penjelasan asisten dengan baik agar
materi yang disampaikan terserap dengan baik.
3. Praktikan diharap memerhatikan penjelasan asisten saat menjelaskan
tentang penyusunan laporan praktikum agar tidak terjadi kesalahan saat
menyusun laporan praktikum.
4. Asisten dimohon untuk memberikan kelonggaran mencari jurnal lebih dari
lima tahun agar informasi yang didapat oleh praktikan lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA

Afani, I. Y. N., B. D. Yuwono, N. Bashit. 2019. Optimalisasi Pembuatan Peta


Kontur Skala Besar Menggunakan Kombinasi Data Pengukuran Terestis
dan Foto Udara Format Kecil. Jurnal Geodesi Undip., 8(1): 180-189.

Anzari, R., Hartoni, dan H. Surbakti. 2017. Pemetaan Batimetri Menggunakan


Metode Akustik di Muara Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Provinsi Sumatera Selatan. Maspari Journal., 9(2): 77-84.

Arief, M., M. Hastuti, W. Asriningrum, E. Parwati, S. Budiman, T. Prayogo, R.


Hamzah. 2013. Pengembangan Metode Pendugaan Kedalaman Perairan
Dangkal Menggunakan Data Satelit SPOT-4 Studi Kasus: Teluk Ratai,
Kabupaten Pesawaran. Jurnal Penginderaan Jauh., 10(1): 1-14.

Bobsaid, M. W., L. M. Jaelani. 2017. Studi Pemetaan Batimetri Perairan Dangkal


Mengguanakn Citra Satelit Landsat 8 dan Sentinel-2A. Jurnal Teknik ITS.
6(2): 564-569.

Dewi, L. S., A. Ismanto, E. Indrayanti. 2015. Pemetaan Batimetri Menggunakan


Singlebeam Echosounder di Perairan Lembar, Lombok Barat, Nusa
Tenggara Barat. Jurnal Oseanografi., 4(1): 10-17.

Febrianto, T., T. Hestirianoto, S. B. Agus. 2015. Pemetaan Batimetri di Perairan


Dangkal Pulau Tunda, Serang, Banten Menggunakan Singlebeam
Echosounder. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan., 6(2): 139-147.

Hanifah, A., Hariadi, P. Subardjo, dan M. Trenggono. 2016. Pemetaan Batimetri


dan Analisis Komponen Pasang Surut untuk Evaluasi Perbaikan Elevasi dan
Panjang Lantai Dermaga di Perairan Pulau Lirang, Maluku Barat Daya.
Jurnal Oseanografi., 5(4): 573-579.

Kusumawati, E. D., G. Handoyo, Hariadi. 2015. Pemetaan Batimetri untuk


Mendukung Alur Pelayaran di Perairan Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Jurnal Oseanografi., 4(4): 706-712.

Nainggolan, T. B., G M. Hermansyah, dan P. H. Wijaya. 2017. Struktur Geologi


Perairan Morowali – Teluk Kendari dari Hasil Interpretasi Penampang
Migrasi Seismik 2D. Jurnal Geologi Kelautan., 15(1).

Noor, D. 2014. Pengantar Geologi. Deepublish, Yogyakarta, 579 hlm.


Setiawan, K. T., T. Osawa, I. W. Nuarsa. 2014. Aplikasi Algoritma Van Hengel
dan Spitzer untuk Ekstraksi Informasi Batimetri Menggunakan Data
Landsat. Dalam: Seminar Nasional Penginderaan Jauh. pp. 222-230.

Setyawan, D., A. L. Nugraha, B. Sudarsono. 2018. Analisis Potensi Desa Berbasis


Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Keluarah Sumurbroto,
Kecamatan Banyumanik, Kabupaten Semarang). Jurnal Geodesi Undip.,
7(4): 1-7.

Triarso, E., dan R. E. Troa. 2017. Pemetaan Geologi Gunung Api Bawah Laut
Kawio Barat Perairan Sangihe-Talaud Menggunakan Multibeam
Echosounder Resolusi Tinggi. Jurnal Kelautan Nasional., 11(2): 67-75.

Anda mungkin juga menyukai