Anda di halaman 1dari 17

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA II : FILUM PROTOZOA DAN BRYOZOA

LAPORAN

OLEH
YOUNDREE RUDY MANGALUK
D061171507

GOWA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan praaksara. Paleontologi

mencakup studi fosil untuk menentukan evolusi suatu organisme dan interaksinya

dengan organisme lain dan lingkungannya (paleoekologi). Pengamatan

paleontologi telah didokumentasikan sejak abad ke 5 sebelum masehi. Sains

paleontolog berkembang pada abad ke 18 ketika Georges Cuvier melakukan

anatomi komparatif, dan berkembang secara cepat pada abad ke 19.

Paleontologi berada pada batas antara biologi dan geologi, namun berbeda

dengan arkeologi karena paleontologi tidak memasukkan kebudayaan Homo

sapiens modern. Paleontologi kini mendayagunakan berbagai metode ilmiah

dalam sains, mencakup biokimia, matematika, dan teknik. Penggunaan berbagai

metode ini memungkinkan paleontologi untuk menemukansejarah evolusioner

kehidupan, yaitu ketika bumi menjadi sesuatu yang mampu mendukung

terciptanya kehidupan, sekitar 3.800 juta tahun silam. Dengan pengetahuan yang

terus meningkat, paleontologi kini memiliki subdivisi yang terspesialisasi,

beberapa fokus pada jenis fosil tertentu, yang lain mempelajari sejarah lingkungan

dalam paleoekologi, dan yang lain mempelajari

dalam iklim dalam paleoklimatologi.

Salah satu bagian dalam mempelajari ilmu paleontologi yaitu dengan

mengetahui Filum dari Spesies-Spesies yang menjadi fosil, diantaranya yaitu

Filum Protozoa dan Bryozoa. Dari kedua Filum ini, kita dapat mengetahui
bagaimana keadaan lingkungan tempat tinggal organisme ini pernah hidup. Selain

itu, kita dapat mengetahui komunitas apa saja yang hidup di sekitar fosil ini pada

waktu itu serta kegunaan lain dari kedua Filum tersebut. Oleh karena itu

diadakanlah praktikum tentang Filum Protozoa dan Bryozoa tersebut.

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini antara lain :

1. Praktikan dapat mengetahui Jenis-jenis Filum Protozoa dan Bryozoa

2. Praktikan dapat mengetahui bentuk-bentuk fosil

3. Praktikan dapat mengetahui manfaat fosil.

1.2.2 Manfaat

Manfaat dari dilaksanakannya praktikum ini agar praktikan mampu mengenali

dan memahami fosil serta mampu mendeskripsi fosil dari segi taksonomi, proses

pemfosilannya, lingkungan pengendapannya serta umur geologinya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fossil Protists and Fungi in Amber and Rock Substrates

Penelitian ini dirancang untuk mendapatkan wawasan tentang protista dan

jamur yang membentuk mikrobiota di masa lalu, fosil dalam dua substrat yang

berbeda: amber dan batu pasir. Amber, bertanggal sebagai Lower Cretaceous,

berasal dari Álava di utara Spanyol, sementara fosil-Batu pasir yang ditumpuk

dikumpulkan dari teras Linnaeus dan daerah Mount Fleming di Antartika. Saat

memeriksa ini jenis inklusi dalam substrat keras, pertama harus dibentuk apakah

mikroorganisme dimumikan atau hanya sebagian mineralisasi. Dalam kasus

terakhir, beberapa autofluoresensi organisme dapat dipertahankan.

Dalam sampel kuning kami, mikroskop cahaya terungkap sangat

Mikrobaosis yang terpelihara dengan baik di habitat semiaquatic yang terdiri dari

beberapa jenis protozoa termasuk Amoeba, Paramecium dan Astasia (Euglena),

Amebas limax dan andalan colpodid Pseudoplatyophrya nana, serta fosil yang

melimpah. miselium. Prosedur SEM-BSE memberi kami rincian ultrastruktur

jamur dan protozoa, terutama amoebae dan flagel. Dalam sampel batu pasir dari

teras Linnaeus, ada kemungkinan untuk mengidentifikasi diatom dugaan.

Ultrastruktural rincian itu terpelihara dengan baik dalam mikroletga tipe

Trebouxia dariMount Flemming, termasuk daerah kloroplas bagian dalam yang

biasanya ditempati oleh pyrenoid. Mikroalga fosil ini ditunjukkan oleh

spektroskopi dispersif energi (EDS) yang mengandung kadar Si tinggi dalam

pirogenoid.
2.2 Use of Fossil Bryozoans in Sourcing Lithic Artifacts

Studi ini mengulas kejadian dan potensi bryozoans dalam artefak lithic dan

juga menetapkan sebuah metodologi untuk penggunaannya dalam sumber dan

pembahasan keuntungan dan kerugian dari pendekatan ini. Kami menyajikan studi

kasus dari penelitian kita sendiri dan dari literatur tentang penggunaan bryozoans

dalam sourcing artefak artistik arkeologi. Fosil bryozoans dari berbagai umur dan

klade bisa efektif digunakan untuk menentukan sumber material artefak lithic dari

Beragam zaman prasejarah. Studi kasus yang termasuk dalam laporan ini

mencakup kisaran stratigrafi bryozoans dari Ordovician ke Neogene. Bryozoans

datang dari empat perintah yang berbeda: trepostome, fenestrate, cyclostome, dan

cheilostome.

Penggunaan artefak lithic ini berkisar kembali ke 25 ka. Meskipun Sebagian

besar fosil bryozoans bersifat insidentil dalam artefak, yaitu bryozoa masih

berguna untuk menentukan batuan sumber asli mereka. Perbaikan Database

paleontologi online yang dapat dicari memungkinkan penggunaan yang lebih

efisien fosil bryozoans untuk membatasi distribusi stratigrafi dan paleogeografi

sumber singkapan Meski umumnya kurang dimanfaatkan dalam sumber

prasejarah artefak lithic, jelas bahwa dengan menganalisis bryozoans, sebuah

pemahaman yang meningkat Sifat lithologis bahan ini bisa diperoleh dari

komunitas arkeologi C? Wiley Periodicals.


BAB III
METODE PRAKTIKUM

1.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu:

1. Alat tulis menulis

2. Kamera

3. Penggaris

4. HCl 0,1 M

5. Sampel fosil

6. LKP

1.2 Tahapan Praktikum

Dalam praktikum ini dilakukan beberapa tahapan dalam mendeskripsi

sampel. Pendeskripsian sampel dimulai dari taksonomi sampai dengan

pengamatan ciri umum dan morfologi dari sampel.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Numulites Millecaput

Gambar 4.1 Nummulites millecaput BOUBEE

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong dalam Filum Protozoa,

dengan Kelas Sarcodina, Ordo Foraminifera, Family Nummelitesidae, Genus

Nummulitis, dan organisme ini termasuk dalam Spesies Nummelites millecaput

BOUBEE.

Adapun proses pemfosilan yang terjadi pada fosil tersebut adalah

mineralisasi. Bentuk dari fosil ini adalah Plate. Setelah ditetesi HCl fosil ini

bereaksi maka dapat diketahui bahwa komposisi kimianya adalah karbonat

(CaCO3), dengan lokasi pengendapan yaitu laut dangkal. Berdasarkan skala waktu

geologi atau penarikan umur secara relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen

Tengah(±50-44 juta tahun lalu).

Kegunaan dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan

pengendapannya, menentukan umur relatif batuan, menentukan korelasi batuan

antara tempat yang satu dengan tempat lain, dan mengetahui evolusi makhluk

hidup.
4.2 Favosites Gotlandicus

Gambar 4.2 Favosites gothlandicus LAM

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya maka Fosil ini tergolong dalam Filum

Coelenterata, Kelas Anthozoa, Ordo Tabulata, Famili Favositisidae, Genus

Favosites dengan nama Spesies Favosites gothlandicus LAM.

Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil tersebut adalah rekristalisasi.

Bentuk dari fosil ini adalah Honeycomb. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi

maka dapat diketahui bahwa komposisi kimianya adalah karbonat (CaCO3),

dengan lokasi pengendapan yaitu laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi

atau penarikan umur secara relatif fosil ini tergolong dalam zaman Silur Bawah

( +435 juta tahun lalu).

Kegunaan dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan

pengendapannya, menentukan umur relatif batuan, menentukan korelasi batuan

antara tempat yang satu dengan tempat lain, dan mengetahui evolusi makhluk

hidup.
4.3 Heliolithes cf. megastoma Mc COY

Gambar 4.3 Heliolithes cf. Megastoma McCOY

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong dalam Filum Bryozoa,

dengan Kelas Gymnolaemata, Ordo Ctenostomata, Family Heliolithesidae, Genus

Heliolithes, dan organisme ini termasuk dalam Spesies Heliolithes cf. Megastoma

Mc COY.

Adapun proses pemfosilan yang terjadi pada fosil tersebut adalah

permineralisasi. Bentuk dari fosil ini adalah branching. Setelah ditetesi HCl fosil

ini bereaksi maka dapat diketahui bahwa komposisi kimianya adalah karbonat

(CaCO3), dengan lokasi pengendapan yaitu laut dangkal. Berdasarkan skala waktu

geologi atau penarikan umur secara relatif fosil ini tergolong dalam zaman Silur

Bawah (±435-395 juta tahun lalu).

Kegunaan dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan

pengendapannya, menentukan umur relatif batuan, menentukan korelasi batuan

antara tempat yang satu dengan tempat lain, dan mengetahui evolusi makhluk

hidup.
4.4 Numulites Millecaput

Gambar 4.4 Nummulites millecaput BOUBEE


Berdasarkan ciri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong dalam Filum Protozoa,

dengan Kelas Sarcodina, Ordo Foraminifera, Family Nummelitesidae, Genus

Nummulitis, dan organisme ini termasuk dalam Spesies Nummelites millecaput

BOUBEE.

Adapun proses pemfosilan yang terjadi pada fosil tersebut adalah

mineralisasi. Bentuk dari fosil ini adalah Plate. Setelah ditetesi HCl fosil ini

bereaksi maka dapat diketahui bahwa komposisi kimianya adalah karbonat

(CaCO3), dengan lokasi pengendapan yaitu laut dangkal. Berdasarkan skala waktu

geologi atau penarikan umur secara relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen

Tengah(±50-44 juta tahun lalu).

Kegunaan dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan

pengendapannya, menentukan umur relatif batuan, menentukan korelasi batuan

antara tempat yang satu dengan tempat lain, dan mengetahui evolusi makhluk

hidup.
4.5 Coral limestone

Gambar 4.5 Coral limestone

Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil tersebut adalah permineralisasi.

Bentuk dari fosil ini adalah Brancing. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi maka

dapat diketahui bahwa komposisi kimianya adalah karbonat (CaCO3), dengan

lokasi pengendapan yaitu laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi atau

penarikan umur secara relatif fosil ini tergolong dalam zaman Jura Atas (± 160

juta tahun lalu).

Kegunaan dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan

pengendapannya, menentukan umur relatif batuan, menentukan korelasi batuan

antara tempat yang satu dengan tempat lain, dan mengetahui evolusi makhluk

hidup.
4.6 Pseudohornera Bifida

Gambar 4.6 Pseudohornera bifida (EICHW.)


Berdasarkan ciri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong dalam Filum Bryozoa,

Kelas Gymnolaemata, Famili Pseudohorneranidae, Genus Pseudohornera, dan

Spesies Pseudohornera bifida (EICHW.).

Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil tersebut adalah mineralisasi. Bentuk

dari fosil ini adalah Branching yang bentuknya bercabang. Setelah ditetesi HCl

fosil ini bereaksi maka dapat diketahui bahwa komposisi kimianya adalah

karbonat (CaCO3), dengan lokasi pengendapan yaitu laut dangkal. Berdasarkan

skala waktu geologi atau penarikan umur secara relatif fosil ini tergolong dalam

zaman Ordovisium Bawah (±500 juta tahun lalu).

Kegunaan dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan

pengendapannya, menentukan umur relatif batuan, menentukan korelasi batuan

antara tempat yang satu dengan tempat lain, dan mengetahui evolusi makhluk

hidup.
4.7 Stellispongia Glomerata Q

Gambar 4.7 Stellispongia glomerata Q.

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong dalam Filum Porifera,

Kelas Calcispongia, Ordo Pharitronida, Famili Chalarina, Genus Stellispongia,

dan merupakan Spesies Stellispongia glomerata Q.

Adapun proses pemfosilan yang terjadi pada fosil tersebut adalah

permineralisasi. Bentuk dari fosil ini adalah branching. Setelah ditetesi HCl fosil

ini tidak bereaksi dan berwarna orange maka dapat diketahui bahwa komposisi

kimianya adalah Besi Dioksida (FeO), dengan lokasi pengendapan yaitu laut

dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi atau penarikan umur secara relatif fosil

ini tergolong dalam zaman Eosen Tengah(±50-44 juta tahun lalu).

Kegunaan dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan

pengendapannya, menentukan umur relatif batuan, menentukan korelasi batuan

antara tempat yang satu dengan tempat lain, dan mengetahui evolusi makhluk

hidup.
4.8 Striatopora Alba

Gambar 4.8 Striotopora alba DAVIS

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong dalam Filum Porifera,

Kelas Sarcodina, Ordo Tabulata, Famili Pachyporidae, Genus Striatopora, dan

merupakan Spesies Striotopora alba DAVIS.

Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil tersebut adalah mineralisasi. Bentuk

dari fosil ini adalah tabular. Setelah ditetesi HCl fosil ini tidak bereaksi maka

dapat diketahui bahwa komposisi kimianya adalah silikaan (SiO2), dengan lokasi

pengendapan yaitu laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi atau penarikan

umur secara relatif fosil ini tergolong dalam zaman Devon Tengah(±370 juta

tahun lalu).

Kegunaan dari fosil ini adalah untuk mengetahui lingkungan

pengendapannya, menentukan umur relatif batuan, menentukan korelasi batuan

antara tempat yang satu dengan tempat lain, dan mengetahui evolusi makhluk

hidup.
BAB V
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Jenis-jenis Filum protozoa dan bryozoa dapat diketahui sebagai berikut:

1. Protozoa : 1. Rhizopoda

2. Flagellata

3. Ciliata

4. Sporozoa

2. Bryozoa : 1. Phylactolaemata

2. Gymonolaemata

3. Stenolaemata

2. Bentuk-bentuk fosil sebagai berikut:

1. Sperical

2. Tabular

3. Discoidal

4. Branching

5. Filmate

6. Conical

7. Convex

8. Biconvex

9. Plate
10. Globular

3. Manfaat fosil adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bukti adanya kehidupan dan memberi serta petunjuk adanya

evolusi kehidupan

2. Sebagai penentu umur relatif

3. Sebagai penentu dalam top dan bottom suatu lapisan sedimen

4. Sebagai penentu lingkungan pengendapan

5. Sebagai penentu iklim purba

6. Untuk menentukan arah aliran material sedimentasi

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium yaitu sebaiknya disediakan alat pembersih dan

selalu dijaga kebersihan lab.

5.2.2 Saran untuk Asisten

Saran untuk asisten adalah sebaiknya asisten mendampingi praktikan saat

melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Asisten-asisten Paleontologi. 2013. Penuntun Praktikum Paleontologi. Makassar:


Laboratorium Paleontologi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar geologi.Bogor: Graha Ilmu

Noor, Djauhari. 2012.Pengantar geologi. Bogor: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai