Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Berkat-Nya dapat terselesaikannya Makalah Mata Kuliah Ekologi Laut Tropis. Puji Syukur
kembali kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tuntunan dan hikmat yang
diberikan sehingga dapat teratasinya semua kendala yang kami alami dalam penulisan.Makalah
ini kami buat berdasar pada materi yang telah kami pelajari.

Penulis merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena keterbatasan
kami.Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari pembaca untuk
penyempurnaan dan perbaikan laporan akhir praktikum ini. Terima Kasih.

Semarang, 10 September 2019


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem merupakan satu kesatuan antara komunitas dengan lingkungannya. Di dalam


ekosistem terjadi interaksi antara komunitas sebagai komponen biotik (makhluk hidup) dengan
lingkungannya sebagai komponen abiotik (makhluk tak hidup). Komponen biotik terdiri dari
makhluk hidup (Regional, 2008). Ekosistem adalah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan
hidup dan kehidupan (biotik maupun abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling
mempengaruhi dan saling tergantung satu dengan yang lainnya. Ekosistem mengandung
keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai
suatu satuan interaksi kehidupan dalam alam . Ekosistem adalah suatu unit ekologi yang di
dalamnya terdapat hubungan antara struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam
definisi ekosistem tersebut adalah berhubungan dengan keanekaragaman spesies (species
diversity). Ekosistem yang mempunyai struktur yang kompleks, memiliki keanekaragaman
spesies yang tinggi.Sedangkan istilah fungsi dalam definisi ekosistem berhubungan dengan
siklus materi dan arus energi melalui komponen komponen ekosistem (Sunarto, 2008).

Istilah Ekologi, berasal dari bahasa Yunani, yaitu :Oikos = Tempat Tinggal (rumah)
Logos = Ilmu, telah. Oleh karena itu Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungnya (ekologi adalah suatu
studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur
ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu
termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi,
serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut (Odum,
1994).

1.2 Maksud dan Tujuan

  Maksud Ekologi Laut Tropis di adalah agar dapat mengamati dan mempelajari keadaan
ekosistem yang telah diamati seperti ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang di
pantai .Selain itu juga dapat melihat secara langsung jenis-jenis individu yang terdapat di ketiga
ekosistem tersebut.
Tujuan diadakannya Ekologi Laut Tropis adalah untuk mengetahui kondisi dari ketiga
ekosistem yang ingin diamati dan persentase penutupan ekosistem Mangrove, Lamun dan
Terumbu Karang

1.3 Manfaat dan Kegunaan

Manfaat dari Ekologi Laut Tropis adalah agar dapat memahami tentang habitat dan
siklus hidup dari ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang.

Kegunaan dari Ekologi Laut Tropis adalah agar mahasiswa dan mahasiswi dapat
mengerti dan memahami keragaman hayati yang ada di ekosistem Mangrove, Lamun dan
Terumbu Karang pada transek yang telah dibuat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekologi Laut Tropis

Daerah perbatasan seperti daerah pesisir dan estuaria menjadi tempat bertemu bagi
banyak spesies organisme yang berasal dari darat dan laut. Adanya pertemuan 2 ekosistem ini
memberikan peluang bagi berbagai jenis organisme untuk menyeberang dari komunitas yang
satu ke komunitas yang lain. Akibatnya, masing-masing jenis organisme yang berasal dari
komunitas yang berbeda tersebut memiliki sebaran yang saling tumpang tindih dan bahkan
memiliki spesies tersendiri yang tidak ditemukan di wilayah darat dan laut. Kadang-kadang 
spesies tertentu memiliki kelimpahan yang lebih besar di  daerah peralihan dibandingkan dengan
kedua daerah ekosistem yang mengapitnya.
Pertemuan antara ekosistem  darat dan laut ini dikenal sebagai ekoton dan pada akhirnya
menciptakan suatu keterkaitan ekosistem. Keterkaitan ekosistem terjadi akibat adanya hubungan
timbal-balik, baik yang sifatnya satu arah maupun dua arah. Hubungan ini akan mencapai titik
klimaks pada saat kesetimbangan dan kestabilan ekosistem telah tercapai. Kecenderungan
meningkatnya keanekaragaman dan kepadatan di daerah pertemuan antar komunitas dikenal
sebagai pengaruh tepi atau “edge effect” (Odum,1994).

Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi secara keseluruhan
antar komponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan bahwa ekologi merupakan cabang ilmu
yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan
makhluk hidup lainnya, serta dengan semua komponen yang ada di sekitarnya

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKOLOGI LAUT TROPIS


Faktor Fisika
Udara dan permukaan laut saling berhubungan. Jika udara lebih panas dari perairan, maka panas
di transfer dari atmosfir ke perairan. Jika perairan lebih panas dari udara, maka transfer akan
terjadi sebaliknya. Kecenderungan ini selalu terjadi untuk mencapai keseimbangan suhu Jika
perbedaan suhu sangat besar, tentunya transfer panas akan lebih cepat terjadi.
Adanya perpindahan panas antara udara dan perairan dengan sendirinya berpengaruh terhadap
distribusi dan pertumbuhan karang di lautan. Karang pembangun terumbu terbatas hanya pada
perairan tropik dan sub tropik, dengan suhu permukaan perairan tidak berada di bawah 1800C.
Meskipun batas toleransi karang terhadap suhu bervariasi antarspesies atau antardaerah pada
spesies yang sama, tetapi dapat dinyatakan bahwa karang dan organisme-organisme terumbu
hidup pada suhu dekat dengan batas atas toleransinya, oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa
hewan karang relatif sempit toleransinya terhadap suhu. Peningkatan suhu hanya beberapa
derajat sedikit di atas ambang batas (≈ 2 – 30C) dapat mengurangi laju pertumbuhan atau
kematian yang luas pada spesies-spesies karang secara umum (Rani,2013).
Cahaya matahari merupakan energi penggerak utama bagi seluruh ekosistem termasuk di
dalamnya ekosistem perairan. Cahaya matahari menghasilkan panas sebesar 10 26 Kalori/detik,
namun hanya sebagian kecil dari panas tersebut yang mampu diserap dan masuk ekosistem
perairan.Dari bagian kecil yang memasuki ekosistem perairan hanya sebagian kecil yang mampu
diserap oleh organisme autotrop seperti fitoplankton.Cahaya adalah sumber energi dasar bagi
pertumbuhan organisme autotrop terutamafitoplankton yang pada gilirannya mensuplai makanan
bagi seluruh kehidupan di perairan. Proses produksi di laut dimulai dari oraganisme autotrop
yang mampu menyerap energi matahari. Tingkatan produksi di laut digambarkan dengan bentuk
piramida makanan yang menunjukan tingkatan tropic atau rantai makanan antara produser dan
consumer.Organisme autotrop menempati dasar piramida yang menunjukkan bahwa organisme
ini memiliki jumlah terbesar dan menjadi penopang seluruh kehidupan pada tingkat tropic di
atasnya (Sunarto, 2008).
Faktor Kimia
Salinitas disamping suhu, adalah merupakan faktor abiotik yang sangat menentukan penyebaran
biota laut. Perairan dengan salinitas lebih rendah atau lebihtinggi dari pada pergoyangan normal
air laut merupakan faktor penghambat (limiting factor) untuk penyebaran biota laut tertentu.
Pergoyangan air laut normal secara global berkisar antara 33 ppt sampai dengan 37 ppt dengan
nilai tengah sekitar 35 ppt. Walaupun demikian terdapat kodisi ekstrim alami, seperti di Laut
Merah pada saat tertentu salinitas air laut dapat mencapai 40 ppt ataupun seperti contoh di Laut
Baltik, terutama di sekitar Teluk Bothnia salinitas air laut dapat mencapai titik terendah yaitu
sekitar 2 ppt. Perairan muara sungai dan estuaria biasanya mempunyai salinitas lebih rendah dari
air laut normal dan disebut sebagai perairan payau (brackish water). Batas pergoyangan air payau
ini berkisar 0,5ppt sampai dengan 30 ppt
Kondisi asam atau basa pada perairan ditentukan berdasarkan nilai pH (power ofhydrogen). Nilai
pH berkisar antara 0-14, yang mana pH 7 merupakan pH normal.Kondisi pH kurang dari 7
menunjukkan air bersifat asam, sedangkan pH di atas 7menunjukkan kondisi air bersifat basa.
Makhluk hidup atau biota perairan masing-masing memiliki kondisi pH yangberbeda-beda.
Pengaruh pH pada biota terletak pada aktivitas enzim, misalnyadalam pH asam, enzim akan
mengalami protonasi. Keasaman juga berpengaruhpada tingkat kelarutan suatu nutrien dalam
perairan, yang menentukan keberadaansuatu organisme. Polusi juga bisa diindikasi dari pH yang
terkait dengan konsentrasioksigen (pH rendah pada konsentrasi oksigen rendah)
Dissolved oxygen atau oksigen terlarut sangat menentukan kehidupan biotaperairan. Oksigen
merupakan akseptor elektron dalam reaksi respirasi, sehinggabanyak dibutuhkan oleh biota
aerobik. Oksigen juga memengaruhi kelarutan danketersediaan berbagai jenis nutrien dalam
air.Kondisi oksigen terlarut yang rendahmemungkinkan adanya aktivitas bakteri anaerobik pada
badan air. Oksigen terlarutdipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain penutupan vegetasi, BOD
(BiologicalOxygen Demand), perkembangan fitoplankton, ukuran badan air, dan adanya
arusangin
Nitrogen (N), posfor (P), dan silikon (Si) harus berada dalam kondisi perbandingan16 : 1 : 1.
Perubahan perbandingan akan memengaruhi proses suksesi plankton.Nitrogen dan posfor
merupakan dua unsur yang sangat berpengaruh terhadapproduktivitas primer ekosistem. Kedua
senyawa tersebut juga memengaruhi adanya blooming alga dan merupakan penyebab eutrofikasi.
Eutrofikasi merupakanserangkaian proses penumpukan unsur yang menyebabkan suburnya
perairan
Faktor Aktifitas Manusia
Kegiatan manusia memiliki dampak yang bervariasi terhadap ekosistem laut tropis, dari yang
sifatnya sementara atau dapat diatasi secara alami oleh sistem ekologi masing-masing ekosistem
hingga yang bersifat merusak secara permanen hingga ekosistem tersebut hilang. Kerusakan
yang terjadi terhadap salah satu ekosistem dapat menimbulkan dampak lanjutan bagi aliran antar
ekosistem maupun ekosistem lain di sekitarnya.  Khusus bagi komunitas mangrove dan lamun,
gangguan yang parah akibat kegiatan manusia berarti kerusakan dan musnahnya
ekosistem.  Bagi komunitas terumbu karang, walau lebih sensitif terhadap gangguan, kerusakan
yang terjadi dapat mengakibatkan konversi habitat dasar dari komunitas karang batu yang keras
menjadi komunitas yang didominasi biota lunak seperti alga dan karang lunak
Peningkatan jumlah penduduk dunia akan meningkatkan aktivitas pembangunan, termasuk di
daerah pesisir dan sepanjang daerah aliran sungai yang secara langsung menjadi ancaman
terhadap keberadaan ekosistem mangrove yang berfungsi sebagai penyaring sedimen dan hara.
Hilangnya atau berkurangnya fungsi mangrove dan bersamaan dengan semakin tingginya
frekuensi hujan selama kejadian La Niña akan menjadi ancaman langsung bagi ekosistem
terumbu karang akibat proses sedimentasi dan siltasi.
Ancaman serius lainnya ialah penyuburan perairan (eutrofikasi) akibataktivitas pertanian di
daratan dan buangan limbah rumah tangga yang mengalir masuk ke daerah pantai melalui
sungai-sungai dan kanalSebagai contoh, peningkatan kandungan nitrogen sebesar 20 μg/liter,
meskipun faktanya dapat meningkatkan produktivitas primer sebesar 25%,tetapi mengurangi laju
kalsifikasi karang sebesar 50-60%. Selain itu, eutrofikasi ini akan menyuburkan perkembangan
fitoplankton, zooplankton, dan makroalga. Kelimpahan hewan-hewan tersebut akan
menguntungkan hewan yang menyaring makanannya (filter feeders) termasuk berbagai jenis
bioeroder seperti Lithopaga spp. (Bivalvia), polychaeta, spons, briozoa, tunikata, ikan pemakan
alga seperti ikan kakak tua (parrot fish)dan ikan butana (surgeon fish), dan bulu babi. Bioeroder
ini dapat merusak (mengikis) struktur rangkakarang dan terumbu serta mengubah struktur trofik
terumbu karang. Partikel-partikel karbonat yang tererosi tersebut selanjutnya akan mengendap di
bagian depan lereng terumbu (fore reef slope) atau terbawa ke laut dalam.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

 Mangrove, lamun dan Terumbu Karang memiliki banyak kegunaan yang sangat penting
bagi kehidupan biota-biota laut yang ada..
 Ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang mempunyai keterkaitan ekologis
(hubungan fungsional), baik dalam nutrisi terlarut, sifat fisik air, partikel organik, maupun
migrasi satwa, dan dampak kegiatan manusia.

5.2 Saran

Berdasarkan pada pentingnya ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang, kami
berharap agar kelangsungan siklus hidup ekosistem yang tersebut agar di pelihara dan dijaga
oleh masyarakat dan pemerintah demi pertumbuhan selanjutnya dan kelangsungan hidup biota
yang hidup didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Odum P. Eugene, 1994. Fudamentals of Ecology.Dr.Samuel J. Mc. Naughton and Larry L. Wolf.
Regional. 2008. Ekosistem Pesisir dan Laut dalam regional.coramap.or.id
Sunarto. 2008 . Karakteristik Biologidan Peranan Planktonbagi Ekosistem Laut. Universitas
PajajaranPres.
.

Anda mungkin juga menyukai