Anda di halaman 1dari 5

Judul ACARA 1 : PENGGAMBARAN PETA SEDERHANA

Nama Bima Oktavian Nilai Total


NIM 19/441751/GE/09090 Laporan :
Kelompok Praktikum Kamis, 07.00 – 09.00
Asisten 1. Safira Ihdanisa Hidayah
2. Nastasya Andam Dewi
Komponen Penilaian Laporan dikumpulkan pada
A : Pretest A: Tanggal : Jam :
B : Kegiatan B: Praktikan Asisten
Praktikum
C : Laporan C:
Praktikum
D : Tugas D: (Nama Terang) ( )

MEDIA PEMBELAJARAN
1) Gambar atau peta acuan (guide map)
2) Peta Topografi Maastricht
3) Kertas Kalkir
4) Alat Tulis (pensil, drawing pen ukuran 0,05mm, spidol warna dengan 3 warna berbeda,
penggaris, plester kecil)
5) Laptop
6) Website www.tools/geofabric.de/mc
Nilai

LANGKAH KERJA
Pembacaan Peta Penggambaran Peta Klasifikasi Peta

Peta Cetak
Peta Pencarian
Topografi
Maastricht dan Peta Topografi Maastrich Peta

Pembacaan Peta Topografi Delinasi Peta Proses


Maastricht dan Peta Digital Topografi Klasifikasi Peta
Maastrich

Pendeskripsian Peta
Salinan Peta Pengisian
Topografi Maastrich dan
Topografi
Peta Digital Tabel Klasifikasi Peta
Maastrich

Nilai

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum kartografi dasar pertemuan yang pertama ini, pokok pembahasannya
adalah membaca, menggambar, dan mengklasifikasikan jenis-jenis peta tematik. Ada 3
kegiatan dalam praktikum kali ini. Yang pertama adalah pembacaan peta. Setelah itu, delinasi
peta topografi Maastrich. Terakhir, klasifikasi peta tematik.

Kegiatan pertama dalam praktikum kali ini adalah membaca peta cetak. Peta yang
digunakan merupakan peta dari wilayah Maastricht yang berada di Belanda. Dari peta yang
telah disediakan oleh asisten praktikum ini dapat dideskripsikan bahwa wilayah Maastricht
merupakan sebuah wilayah yang terletak di tepi sungai dan terletak di dalam tembok kota.
Selain itu, wilayah ini merupakan salah satu kota yang dilalui oleh kerajaan Roma pada masa
lalu. Informasi yang tercantum pada peta ini ini tergolong kurang lengkap karena hanya
mencantumkan judul peta, skala peta, dan legenda. Namun, jenis simbol peta yang
digunakan sudah cukup lengkap yang terdiri atas titik, garis ,dan areal. Simbol yang terdapat
pada peta ini menunjukan kenampakan perkembangan tembok kota dari abad ke abad,
penemuan sumur-sumur peninggalan kerajaan roma, dan bangunan-bangunan yang terdapat
di wilayah Maastricht.

Lalu, dilanjutkan dengan kegiatan kedua yaitu membaca peta digital. Pada kegiatan ini,
praktikan akan mengunduh 2 jenis peta yang berbeda dari tautan http://tools/geofabric.de/mc
untuk dibandingkan satu dengan yang lain. Pada praktikum kali ini peta yang akan
dibandingkan adalah peta wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yamg bertipe OSM
Carto dan HERE Terrain. Untuk tipe peta yang pertama yaitu OSM Carto, OSM sendiri
merupakan singkatan dari OpenStreetMap yang merupakan alat atau media yang dapat
digunakan oleh semua orang untuk membuat peta lalu didistribusikan dengan gratis sehingga
dapat digunakan oleh masyarakat luas secara gratis. Sedangkan pada OSM Carto map yang
diambil sebagai contoh disini berisi kenampakan objek-objek yang berada di wilayah Kota
Yogyakarta secara detail. Keunggulan dari peta ini adalah lokasi simbol-simbol yang berada
di peta merupakan representasi dari kenampakan aslinya. Sehingga peta ini dapat digunakan
untuk mengetahui letak dari tempat-tempat penting, fasilitas publik, hingga batas suatu
wilayah tanpa perlu datang ke wilayah tersebut sebelumnya. Sedangkan kekurangan dari peta
ini adalah tidak terdapat keterangan kontur sehingga tidak dapat digunakan untuk mengetahui
apakah suatu wilayah berbukit atau tidak, atau bisa dikatakan peta ini menggambarkan
seolah-olah bumi merupakan bidang datar. Sedangkan pada peta HERE Terrain yang
digunakan sebagai perbandingan merupakan peta yang berisi ketinggian kontur suatu
wilayah,sehingga keunggulan peta jenis ini adalah dapat digunakan untuk menentukan
ketinggian atau kontur suatu wilayah seperti perbukitan, pegunungan, dataran tinggi, dll tanpa
perlu datang ke wilayah yang digambarkan. Sedangkan kekurangan peta ini adalah, karena
objek kenampakan yang digambarkan hanya objek-objek dasar seperti sungai dan jalan raya,
maka peta ini tidak dapat digunakan untuk mengetahui kenampakan tempat-tempat umum.

Pada kegiatan yang ketiga, yaitu delinasi, peta yang digunakan sebagai peta acuan (guide
map) adalah peta topografi wilayah Maastricht yang merupakan salah satu kota yang terdapat
di Belanda. Dalam kegiatan delinasi ini, dibutuhkan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan
yang dapat merubah informasi yang terdapat di dalam peta. Hal tersebut bertujuan supaya
kita dapat membuat peta dengan tingkat kesalahan yang sangat sedikit. Lalu, supaya kita
dapat menambahi informasi pada peta yang sudah ada.
Pada penggambaran peta digital, kelebihan yang didapat adalah, input data dapat diolah
lebih cepat ketimbang peta manual, sehingga waktu yang digunakan lebih efisien. Sedangkan
kekurangannya adalah perangkat yang digunakan harus memiliki spesifikasi yang cukup
tinggi untuk menjalankan software pemetaan seperti ArcGIS maupun QGIS. Sedangkan
perbedaan mendasar antara peta manual dengan peta digital sendiri adalah efisiensi waktu
dan metode yang dilakukan dalam pembuatan masing-masing jenis peta tersebut.

Pada kegiatan mengklasifikasikan peta, peta-peta yang telah dicari dari berbagai sumber
lalu diklasifikasikan sesuai dengan informasi yang berada di dalamnya dengan dibuat dalam
bentuk tabel. Dari hasil klasifikasi yang telah dibuat dalam bentuk tabel tersebut, dapat dilihat
bahwa peta dapat digunakan dalam berbagai hal, mulai dari untuk mengetahui sebaran posko-
posko bencana untuk mempermudah korban dalam mencari posko yang terdekat dengan
tempatnya berada, peta topografi wilayah yang dapat digunakan sebagai peta umum, peta
yang berisi batas-batas wilayah administrasi suatu wilayah untuk mengetahui garis batas satu
wilayah dengan wilayah yang lain, hingga peta sebaran kepadatan penduduk untuk
mengetahui distribusi penduduk agar dapat dikaji oleh ahlinya.

Nilai

KESIMPULAN
Menjawab tujuan praktikum
1) Tujuan dari adanya legenda di dalam peta adalah supaya informasi yang ingin
disampaikan oleh pembuat peta dapat diketahui oleh pembaca peta. Saat mendeskripsikan
sebuah peta, hal mendasar yang perlu dipahami adalah pengetahuan dasar mengenai
legenda agar tidak terjadi kesalahan penafsiran yang dapat merubah informasi di dalam
peta.
2) Dalam penggambaran peta dengan menggunakan metode delinasi maupun digitasi,
diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai alat maupun teknik yang digunakan
oleh masing-masing metode agar tidak terjadi kesalahan. Lalu, kelengkapan informasi
juga penting dalam sebuah peta agar peta dapat dipahami dengan mudah dan tujuan dari
pembuatan peta tersebut tersampaikan.
3) Peta diklasifikasikan menjadi 4 menurut fungsinya yaitu, peta topografi,peta tematik,peta
navigasi, dan peta persuasif. Masing-masing dari peta tersebut memiliki fungsi dan
manfaat yang berbeda dalam penggunaannya. Pengguna peta juga dapat bervariasi
macamnya sesuai dengan klasifikasi peta tersebut.
Nilai

DAFTAR PUSTAKA
Khakim, Nurul, 2019, Buku Ajar Praktikum Kartografi, Yogyakarta : Laboratorium
Kartografi Departemen Sains Informasi Geografi Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
Nursa’ban, Muhammad, 2010, Kartografi Dasar, Yogyakarta : Judik Geografi FISE UNY

Disaster Management Inovation & BNPB, -, Penjaminan Kualitas Data untuk


OpenStreetMap

Disaster Management Inovation & BNPB, -, Data Collection Using OpenStreetMap

www.info-geospasial.com

Tyner, Judith A., 2010, Principles of Map Design, New York : Guilford Press

Kimerling, A. Jon, 2016, Map Use : Reading, Analysis, Interpretation, New York : Esri Press
Nilai
UNTUK DISIMPAN DENGAN BAIK
BUKU ANGKATAN
PEMBANGUNAN WILAYAH
(GPW 2019)

Disusun oleh :

Nama : Pembangunan Wilayah 19


NIM : 19/661931/GE/16231
Hari, Tanggal : Senin-Minggu, 2019-2022
Waktu : 07.15-15.00
Ketua Angkatan : Patih Insan Irsan
Anggota : Seluruh mahasiswa PW 19

LABORATORIUM KARTOGRAFI
PROGRAM PEMBANGUNAN WILAYAH
DEPARTEMEN GEOGRAFI PEMBANGUNAN
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019

Anda mungkin juga menyukai