Anda di halaman 1dari 11

Bangkitnya “Musik Lawas” di Indonesia

Oleh

BIMA OKTAVIAN

19/441751/GE/09090

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Musik telah dianggap menjadi kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat

di Indonesia, terutama anak-anak muda yang aktif kesana-kemari. Musik

dapat menjadi pelarian untuk melepas penat setelah seharian beraktivitas.

Terdapat berbagai macam cara untuk menikmati musik, seperti

mendengarkan musik sendiri di kamar, mendengarkan musik dengan cara

karaoke, dan datang ke konser musik yang berada di sekitar kita.

“Karena peradaban takkan pernah mati”, penggalan lirik lagu dari

salah satu grup musik yang berasal dari Jakarta bernama .Feast tersebut

mungkin sangat menggambarkan kondisi belantika musik di tanah air saat

ini. Seperti yang telah dikatakan pada lirik lagu tersebut, peradaban yang

dimaksud dapat diinterpretasikan sebagai perkembangan musik di

Indonesia. Musik adalah salah satu cabang seni yang tidak pernah mati,

1
namun berkembang menyesuaikan zaman sehingga dapat dinikmati oleh

para pendengar musik di era masing-masing

Musik di Indonesia telah melalui perkembangan yang sangat panjang

selama puluhan tahun, banyak fase yang telah dilalui dalam perkembangan

musik di Indonesia hingga akhirnya menjadi musik modern yang kita

kenal seperti sekarang ini. Setiap era dalam perkembangan musik memiliki

warna musik yang mencirikan setiap era tersebut, serta terdapat perbedaan

antara warna musik antara era satu dengan yang lain. Hal tersebut terjadi

karena perbedaan pandangan sosial maupun politik masyarakat Indonesia

membuat ragam musik di Indonesia ikut terpengaruh. Contohnya, pada era

pemerintahan Ir. Soekarno sebagai presiden Indonesia saat itu, musik-

musik yang berbau barat dilarang di Indonesia karena sifat Ir. Soekarno

yang sangat anti dengan barat (Pertiwi, Ayu & Nasution, 2014).

Terdapat fenomena menarik yang terjadi belakangan ini di kalangan

anak muda, yaitu menjamurnya kembali musik-musik era zaman dulu

yang mungkin eksis bahkan sebelum mereka lahir. Hal tersebut seolah

mendobrak tatanan bahwa di zaman yang sudah serba modern ini, musik

yang muncul adalah musik-musik yang berbau modern. Faktanya, musik-

musik yang menjamur belakangan ini merupakan musik-musik era 70

hingga 90an yang dikemas dengan berbagai macam genre musik, entah itu

dangdut koplo, rock, jazz, atau dibawakan menggunakan dj set. Fenomena

lain yang tak kalah menarik adalah, banyak juga musik-musik modern

yang dikemas sedemikian rupa sehingga bernuansa era 70an dan

seterusnya. Musik-musik yang mungkin bagi setiap orang akan dianggap

2
“ketinggalan zaman” justru mampu merajai playlist masyarakat Indonesia

khususnya anak muda. Hal tersebut tentu saja mengundang pertanyaan,

“Bagaimana bisa musik yang sudah berlalu zamannya dapat menjadi hits

kembali di era musik elektronik juga mulai menjamur?”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, rumusan masalah

untuk makalah ini adalah sebagai berikut.

(1) Mengapa musik dekade 1980-2000an kembali digemari oleh anak

muda zaman sekarang?

(2) Bagaimana dampak yang timbul akibat kembalinya musik-musik

lawas tersebut?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini

adalah :

(1) Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan anak muda kembali

menggemari musik jadul, dan

(2) Menjelaskan dampak apa saja yang timbul akibat kembalinya musik-

musik lawas yang digemari anak muda.

2. Bangkitnya Musik Lawas

Pada bagian ini, akan dijelaskan faktor-faktor yang menimbulkan

bangkitnya kembali musik lawas serta dampak-dampak yang timbul akibat

fenomena tersebut.

2.1 Faktor Penyebab Bangkitnya Kembali Musik Lawas

3
2.1.1 Awal Mula Kembalinya Musik Lawas di Indonesia

Kembalinya musik lawas Indonesia di kalangan anak muda diawali

sekitar tahun 2016-2017 ketika sebuah grup musik yang terkenal pada

tahun 1980-an menggebrak kembali belantika musik nusantara (Sickest

Boys,2019). Grup tersebut adalah OM PMR yang merupakan singkatan

dari Orkes Moral Pengantar Minum Racun. Grup musik ini sukses meraih

kembali hati penikmat musik Indonesia dari kalangan remaja hingga orang

tua yang sempat merasakan kejayaan OM PMR di masa muda mereka.

Walaupun grup ini masih membawakan lagu-lagu mereka yang sudah

lama , antusiasme penikmat musik pada saat itu ternyata sangat besar.

Syair yang menggelitik di diiringi dengan musik dangdut merupakan

kombinasi yang apik sehingga anak-anak muda dapat menerima dengan

positif karya-karya mereka. Selain membawakan karya-karya original

mereka, OM PMR juga membawakan lagu-lagu yang sedang hits di

kalangan anak muda namun dikemas dengan musik dangdut khas ala OM

PMR dan lirik yang diplesetkan menjadi lirik-lirik yang mengundang tawa

penikmat musik mereka, contohnya adalah lagu milik grup musik Efek

Rumah Kaca (ERK) yang berjudul Cinta Melulu dan lagu milik Naif yang

berjudul Posesif. Penampilan mereka di panggung juga tidak kalah unik

dengan warna musik mereka, dengan kaos band metal atau band yang

sedang hits pada saat itu dan aksi sang vokalis yang menggunakan sisir

sebagai instrumen musik ternyata membuat OM PMR unik dan berbeda

dengan grup dangdut yang lain. Dengan berbagai keunikan yang mereka

punya, OM PMR sering diminta untuk mengisi acara-acara yang

4
didominasi oleh penonton dari kalangan anak muda, mulai dari acara di

bar, acara milik salah satu start up besar di Indonesia, hingga Syncronize

Fest yang merupakan salah satu konser terbesar di Jakarta. OM PMR

adalah sebuah anomali yang muncul pada saat itu dan sebuah bukti bahwa

menikmati musik tidak mengenal umur.

2.1.2 Musik Lawas Mulai Bangkit

Keputusan yang diambil oleh Jhonny Iskandar yang merupakan

vokalis sekaligus frontman dari OM PMR untuk kembali bermusik

ternyata mempengaruhi arah perkembangan musik di Indonesia dalam

beberapa tahun terakhir. Setelah OM PMR melakukan comeback yang

sukses, mendadak muncul sebuah tren baru dalam belantika musik

Indonesia yang selama beberapa tahun sebelumnya didominasi oleh musik

rap, hiphop, edm, serta musik folk yang sering disalah artikan oleh

masyarakat luas sebagai musik ”Indie”, yaitu musik lawas-lawas dari

dekade 80an hingga awal 2000an yang mulai bangkit kembali. Contohnya

adalah lagu berjudul Berharap Tak Berpisah milik Reza Artamevia yang

menjadi anthem wajib bagi pengunjung klub malam di Indonesia. Tidak

hanya musisi lawas, musisi baru juga mulai melihat fenomena ini dan

meluncurkan karya mereka melakukan cover lagu-lagu lawas dengan

bentuk aransemen mereka sendiri dalam bentuk album maupun single.

Contoh musisi yang melakukan hal tersebut antara lain adalah grup musik

Kelompok Penerbang Roket dan Pee Wee Gaskins (Sickest Boys,2019).

Diantara sekian banyak musisi lawas yang melakukan “comeback”,

salah satu yang paling menonjol selain OM PMR adalah Didi Kempot.

5
Terlihat dari konsernya yang akhir-akhir ini sangat ramai dan menarik

berbagai kalangan, bahkan tidak jarang melebihi kapasitas penonton yang

sudah ditentukan. Karena ciri khas Didi Kempot dalam setiap karyanya

yang selalu bercerita tentang kegalauan dan rasa sedih, beliau mendapat

gelar sebagai “The Godfather of Brokenheart” dan menjadi idola bagi

kaum millennial dan orang tua yang ingin bernostalgia dengan lagu lawas

ciptaan beliau. Walaupun usia lagu-lagu miliknya yang mayoritas lebih tua

dibandingkan dengan pendengarnya saat ini, para penikmat musik yang

didominasi oleh anak muda tersebut dapat dengan fasih menyanyikan

lagu-lagu tersebut.

2.1.3 Penyebab Bangkitnya Musik Lawas

Fenomena kembalinya musik-musik lawas Indonesia yang berasal

dari rentang tahun 80-an hingga awal 2000-an tersebut tidak hanya berasal

dari dari satu faktor saja, namun disebabkan oleh berbagai faktor yang

saling terkait sehingga timbul fenomena “comeback” yang mewarnai

belantika musik tanah air.

Masyarakat Indonesia sendiri terutama pendengar musik di

kalangan anak muda sudah mulai bosan dengan perkembangan musik di

Indonesia yang didominasi oleh musik beraliran elektronik maupun

”indie” yang perlahan-lahan mulai menunjukan homogenitas, sehingga

muncul rasa bosan di kalangan penikmat musik. Di lain sisi, kemajuan

teknologi membuat penikmat musik dapat dengan mudah mengeksplorasi

musik-musik yang baru bagi mereka. Dengan perpaduan rasa bosan akan

perkembangan musik saat ini dan kemudahan mengeksplorasi jenis-jenis

6
musik baru, para anak muda tersebut akhirnya menemukan musik-musik

lawas yang merupakan jenis musik baru bagi mereka.

Keberadaan acara-acara musik yang mengakomodasi penampilan

musisi lawas juga seolah turut menyukseskan fenomena “comeback” yang

mereka lakukan. Salah satu acara musik yang juga turut menandai puncak

dari fenomena ini adalah Synchronize Fest 2019 yang memiliki line up

pengisi acara didominasi oleh grup-grup musik besar di dekade 80-an

hingga 2000-an yang melakukan konser reuni. Contohnya adalah band-

band seperti Club Eighties, Soneta, dan Kangen Band.

Mayoritas lagu-lagu pada era tersebut didominasi oleh lagu

beraliran pop yang mudah untuk dipahami, memiliki struktur yang

sederhana, dan lirik-lirik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari

(t.n.,2013). Contohnya adalah lagu milik Chrisye berjudul Kisah Kasih di

Sekolah, lagu ini menceritakan tentang kisah cinta yang berada di

kehidupan sekolah yang dapat terjadi kepada diri kita. Selain itu, terdapat

juga karya-karya dengan lirik puitis yang membutuhkan interpretasi lebih

lanjut untuk memahami maknanya. Contohnya adalah lagu Burung Camar

yang dipopulerkan oleh Vina Panduwinata. Kesederhanaan tersebut justru

membuat lagu-lagu yang diciptakan pada era tersebut cenderung mudah

diingat dan dinikmati oleh banyak kalangan.

Fenomena ini juga terkait dengan banyaknya masyarakat Indonesia

terutama anak muda yang mulai menggandrungi kembali barang-barang

jadul dan masih menggunakan sistem analog seperti kamera analog,

pemutar kaset pita, vinyl player,dll. Banyak orang yang beranggapan

7
bahwa barang analog lebih awet dan memiliki “seni” tersendiri dalam

mengoperasikannya walaupun pada kenyataannya barang digital lebih

praktis dalam penggunaan sehari-hari. Contohnya, pemutar musik analog

dianggap menghasilkan suara yang lebih jernih dan ambience yang khas

dibandingkan pemutar musik digital. Hobi mendengarkan musik melalui

media analog seperti kaset pita dan piringan hitam atau vinyl secara tidak

langsung juga membuat orang-orang mendengarkan lagu-lagu lawas,

karena mayoritas rilisan musik pada jaman dahulu masih menggunakan

media fisik. Hal tersebut membuat para pengguna pemutar musik analog

akan mencari rilisan-rilisan lawas yang masih banyak beredar dalam

bentuk kaset atau vinyl agar dapat diputar di alat mereka.

2.2 Dampak Yang Ditimbulkan dari Fenomena Kembalinya Musik

Lawas

Kemajuan teknologi yang sangat pesat turut mengubah cara

masyarakat dalam mengakses informasi. Zaman dahulu, informasi hanya

dapat diakses melalui majalah, koran, dan berbagai macam media cetak

lainnya. Sedangkan informasi tentang musik sendiri bisa didapatkan

langsung dari rilisan fisik masing-masing musisi maupun dari radio atau

televisi. Saat ini, informasi dapat diakses dari mana saja melalui gadget

yang dapat dibawa kemana saja. Hal tersebut turut mengubah cara

masyarakat terutama anak muda dalam menikmati musik. Saat ini, musik

dapat diakses kapan saja dan dimana saja.

Dampak dari musik lawas sendiri yang berkaitan dengan kemajuan

teknologi adalah makin banyaknya orang-orang yang melestarikan musik-

8
musik lawas dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Contohnya

adalah dengan melakukan pengarsipan lagu lawas agar tidak hilang.

Pengarsipan lagu lawas sendiri dapat dilakukan dengan mengubah data

analog yang umumnya masih dipakai oleh rilisan lawas yang berupa kaset

pita,cd,dan piringan hitam menjadi data digital dan disimpan di perangkat

lunak.

Banyak manfaat yang didapat dari pengarsipan karya-karya lawas,

contohnya membantu musisi-musisi modern mendapatkan referensi dalam

membuat karya baru, dan mengenalkan musik-musik lawas kepada

masyarakat dalam ruang lingkup yang lebih luas (CNN Indonesia, 2017).

Dampak dari fenomena kembalinya musik lawas Indonesia sendiri

secara langsung adalah mengangkat kembali lagu-lagu lawas yang telah

lama terkubur dan memperkenalkannya kepada generasi yang lebih muda.

Selain itu, fenomena ini juga menghapus batasan antara tua dan muda

ketika menikmati musik, karena ketika musik-musik lawas ini dimainkan

secara langsung, penikmat sekaligus penonton yang ada adalah campuran

dari anak-anak muda yang ingin merasakan pengalaman yang baru dan

orang tua yang ingin merasakan nostalgia dengan musik-musik tersebut.

Dampak dari fenomena ini juga muncul dari segi ekonomi. Musisi-

musisi lawas mendapatkan kembali tawaran dan kesempatan tampil untuk

membawakan karya-karya mereka secara live yang tentu saja akan

menambah pendapatan mereka. Selain itu, terbukanya kesempatan untuk

mencetak ulang rilisan-rilisan mereka untuk dipasarkan kepada penggemar

baru mereka (Tirto, 2019).

9
3. Kesimpulan

Berdasakan pemaparan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal berikut.

Pertama, faktor-faktor penyebab kembalinya musik lawas di Indonesia

adalah rasa bosan penikmat musik terhadap musik zaman sekarang,

terdapat fasilitas untuk melakukan konser, lagu yang mudah dihafal, dan

kecenderungan hobi mengkoleksi barang analog. Kedua, dampak yang

dihasilkan adalah menghapus batasan usia dalam menikmati musik,

menambah pendapatan musisi, membantu musisi-musisi muda

memperoleh refernsi untuk ide-idenya, dan mencegah hilangnya karya seni

dengan cara diarsipkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Irfani, Faisal. 2019. Musik Lawas Enggak Sekedar Nostalgia. Diakses dari

https://tirto.id/musik-lawas-enggak-sekadar-nostalgia-egDJ pada

Senin, 16 Desember 2019 pukul 22.04 WIB.

Khoiri, Agniya. 2017. Menggali Manfaat dari Pengarsipan Lagu Lawas

Indonesia. Diakses dari

https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20171220142232-227-

263741/menggali-manfaat-dari-pengarsipan-lagu-lawas-indonesia

pada Senin, 16 Desember 2019 pukul 21.27 WIB.

Pertiwi, Ayu, dan Nasution. (2014). “Larangan Soekarno Terhadap Musik

Barat Tahun 1959-1967”. e-Journal Pendidikan Sejarah, Vol. 2,

No. 3, hlm. 334–345. Diakses dari

https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/

8864/8871 pada Senin, 16 Desember 2019 pukul 20.25 WIB.

Sickest Boys. 2019. “Sick Showbiz: Musik Lawas Bersemi Kembali”.

Spotify. 27 Agustus. Diakses dari

https://open.spotify.com/show/4M4oWfKOu7yXbR2OAcmExn

pada Selasa, 17 Desember 2019 pukul 18.34 WIB.

___________. 2013. “Musik Pop”. Makalah. Makalah Seni Musik 2013.

11

Anda mungkin juga menyukai