Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Dengan segala puja dan puji serta rahmat Tuhan YME, akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Musik Kontemporer Indonesia” ini dengan baik.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada :
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal. Meskipun kami berharap isi dari makalah ini
bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Penyusun Makalah
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut salah seorang pemerhati seni Yasraf Amir Piliang menyebutkan bahwa
pengertian seni kontemporer adalah seni yang dibuat lebih kepada masa kini atau
bersifat modern. Sedangkan dilihat dari etimologi atau sejarah katanya terdiri dari dua
kata, yaitu co dan tempo. Dimana co bermakna bersama dan tempo artinya waktu.
Sehingga secara harfiah, seni kontemporer dapat diartikan sebagai seni yang berjalan
sebagai refleksi waktu yang sedang dilakoni.
Tokoh-tokoh Eksistensialisme:
1) Soren Aabye Kiekeegaard
Inti pemikiran dari tokoh ini adalah eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang statis tetapi
senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan menuju suatu kenyataan, dari
cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi ditekankan harus ada keberanian dari manusia
untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.
2) Friedrich Nietzsche
Menurutnya manusia yang bereksistensi adalah manusia yang mempunyai keinginan
untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super
(uebermensh) yang mempunyai mental majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini hanya
dapat dicapai dengan penderitaan karena dengan menderita orang akan berfikir lebih aktif dan
akan menemukan dirinya sendiri.
3) Karl Jaspers
Memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya sendiri.
Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan dan mengatasi semua
pengetahuan obyektif, sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri.
4) Martin Heidegger
Inti pemikirannya adalah keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain, segala
sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri, dan benda-
benda yang ada diluar manusia, baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia
karena benda-benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan
tujuan mereka.
5) Jean Paul Sartre
Menekankan pada kebebasan manusia, manusia setelah diciptakan mempunyai kebebasan
untuk menetukan dan mengatur dirinya. Konsep manusia yang bereksistensi adalah makhluk
yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi diri sendiri.
2. Fenomonologi
Edmun Husserl (1859-1938) menjadi pelopor filsafat fenomenologi. Ia adalah seorang
filosof dan matematikus mengenai intensionalisme atau pengarahan melahirkan filsafat
fenomenologi berdasarkan pemikiran Brentano. Ia selalu berupaya ingin mendekati realitas tidak
melalui argumen-argumen, konsep-konsep atau teori umum. “Zuruck zu den sachen selbst”-
kembali kepada benda-benda itu sendiri merupakan inti dari pendekatan yang dipakai untuk
mendeskripsikan realitas menurut apa adanya. Setiap objek memiliki hakikat, dan hakikat itu
berbicara kepada kita jika kita membuka diri kepada gejala-gejala yang kita terima. Kalau kita
“mengambil jarak” dari objek itu melepaskan objek itu dari pandangan-pandangan lain, dan
gejala-gejala itu kita cermati, maka objek itu berbicara sendiri mengenai hakikatnya, dan kita
memahaminya berkat intuisi dalam diri kita.
Fenomen atau fenomenon memiliki berbagai arti, yaitu: gejala semu atau lawan bendanya
sendiri (penampakan). Menurut para pengikut fenomenologi, suatu fenomen tidak perlu harus
dapat diamati dengan indera, sebab fenomen dapat juga di lihat secara rohani, tanpa melewati
indera. Untuk sementara dapat dikatakan, bahwa menurut para pengikut filsafat fenomenologi,
fenomen adalah “apa yang menampakkan diri dalam dirinya sendiri”, apa yang menampakkan
diri seperti apa adanya, apa yang jelas di hadapan kita.
Secara harfiah fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang
menganggap bahwa fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.
Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa
meninggalkan bidang evidensi yang langsung. Fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran,
“a way of looking at things”. Fenomenalisme adalah tambahan pada pendapat Brentano bahwa
subjek dan objek menjadi satu secara dialektis. Tidak mungkin ada hal yang melihat. Inti dari
fenomenalisme adalah tesis dari “intensionalisme” yaitu hal yang disebut konstitusi.
Filsafat Fenomenologi berusaha untuk mencapai pengertian yang sebenarnya yang
dinamakan untuk mencapai “hakikat segala sesuatu”. Untuk mencapai hakikat segala sesuatu itu
melalui reduksi.
Para ahli tertentu mengartikan Fenomenologi sebagai suatu metode dalam mengamati,
memahami, mengartikan, dan memaknakan sesuatu sebagai pendirian atau suatu aliran filsafat.
Dalam pengertian suatu metode, Kant dan Husserl, mengatakan bahwa apa yang diamati
hanyalah fenomena, bukan sumber gejala itu sendiri. Dengan demikian, terhadap sesuatu yang
diamati terdapat hal-hal yang membuat pengamatannya tidak murni. Tiga hal yang perlu
disisihkan dari usaha menginginkan kebenaran yang murni, yaitu:
a. Membebaskan diri dari anasir atau unsur subjektif,
b. Membebaskan diri dari kungkungan teori, dan hipotesis, serta
c. Membebaskan diri dari doktrin-doktrin tradisional.
Setelah mengalami reduksi yang pertama tingkat pertama, yaitu reduksi fenomenologi
atau reduksi epochal, fenomena yang dihadapi menjadi fenomena yang murni, tetapi belum
mencapai hal yang mendasar atau makna sebenarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan reduksi
kedua yang disebut reduksi eiditis. Melalui reduksi kedua, fenomena yang kita hadapi mampu
mencapai inti atau esensi. Kedua reduksi tersebut adalah mutlak. Selain kedua reduksi tersebut
terdapat reduksi ketiga dan yang berikutnya dengan maksud mendapatkan pengamatan yang
murni, tidak terkotori oleh unsur apa pun, serta dalam usaha mencari kebenaran yang tertinggi.
Tokoh-tokoh fenomenologi yang lain adalah, Max Scheller (1874-1928), Maurice
Merleau-Ponty (1908-1961).
3. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma berasal dari bahasa
Yunani. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa
saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara
praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat
membawa kepraktisan dan bermanfaat. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan
bermanfaat bagi kehidupan. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa
akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai
kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan
demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”
William James (1842-1910 M), mengemukakan, bahwa tiada kebenaran yang mutlak,
yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal.
Sebab pengalaman kia berjalan terus, dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan
pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa yang benar dapat dikoreksi
oleh pengalaman berikutnya. Menurutnya, pengertian atau putusan itu benar, jika pada praktek
dapat dipergunakan. Putusan yang tak dapat dipergunakan itu keliru.
John Dewey (1859-1952 M), menyatakan bahwa, manusia itu bergerak dalam
kesunguhan yang selalu berubah. Jika Ia sedang menghadapi kesulitan, maka mulailah ia berpikir
untuk mengatasi kesulitan itu. Jadi, berpikir tidaklah lain daripada alat untuk bertindak.
Pengertian itu lahir dari pengalaman. Pandangannya mengenai filsafat sangat jelas bahwa filsafat
memberi pengaruh global bagi tindakan dalam kehidupan secara riil. Filsafat harus bertitik tolak
pada pada pengalaman, penyelidikan, dan mengolah pengalaman secara aktif dan kritis.
4. Sosialisme-Komunisme (Marxisme)
Teori Marxist dikemukakan oleh Karl Marx (1818-1883). Idea dasar daripada teori ini
adalah penentangan terhadap adanya sistem hirarki kelas, karena ianya adalah penyebab yang
paling utama didalam sosial problem dan ianya mesti diakhiri oleh revolusi proletariat (buruh).
Dengan lain perkataan, boleh dijelaskan bahawa Marx mencoba mencari kesamarataan, yaitu
kesamarataan antara kaum borjuis (golongan ekonomi kelas atas) dengan kaum buruh / pekerja
(golongan ekonomi kelas rendah). Marx menganggap selama ini golongan pekerja atau kaum
buruh telah ditindas oleh kaum elit, sehingga perlu diadakan sebuah evolusi secara drastis.
Pemikiran Marx tentang ide-ide sosialis, perjuangan masyarakat kelas bawah, terutama
disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yang berbasis kapitalis. Perusahaan-
perusahaan yang mempekerjakan buruh dengan jam kerja yang sangat panjang setiap hari , yang
sifatnya paten dan dengan upah yang sangat minim. Upah yang sangat minim yang diperoleh
para buruh, bahkan hanya cukup membiayai makan sehari. Marx melihat kelas sosial yang
tercipta berdasarkan hubungan kerja yang terbangun antara para pemilik modal dan buruh sangat
bertentangan dengan prinsip keadilan. Kelas sosial paling bawah yang terdiri atas kelompok
buruh dan budak, sering diistilahkan dengan kaum ploretar. Adanya kelas sosial yang
menciptakan hubungan yang tidak seimbang tersebut, membawanya pada pemikiran ekstrem,
penghapusan kelas sosial.
Filsafat modern telah dianggap lebih sempurna dalam sisi pemikirannya, tapi pada
faktanya masih ada sisi kekurangannya sehingga muncul pemikiran baru dalam asas pemikiran
yang disebut Fisafat Kontemporer.
Ada dua kekurangan pemikiran filsafat moderen: pertama, merasa bahwa penilaian terhadap apa
yang digolongkan sebagai kebijaksanaan lebih didasari perasaan (feelings) dan keinginan atau
gairah (desires) ketimbang pengetahuan (knowledge). Kedua, penilaian itu didasari oleh intuisi
yang sulit dipertahankan dengan argumentasi logis.
E. TOKOH – TOKOH SENI MUSIK KONTEMPORER
Johann Sebastian Bach Meninggal Tanggal 22 Julai tahun 1750, Johann Sebastian Bach, musisi klasik
terkenal Jerman, meninggal dunia dalam usia 65 tahun. Bach dilahirkan pada tahun l685 dalam keluarga
yang mencintai musik. Ayahnya, Johann Ambrosius, adalah pemimpin kelompok musik di kota Eisenach.
Pada usia kanak-kanak, Johann Sebastian diajari ayahnya memainkan biola. Dia juga mempelajari organ
dari pamannya yang juga terkenal sebagai musisi, Johann Christoph Bach. Pada usia delapan tahun, Bach
memasuki Latin Grammar School dan di sana ia bergabung dalam paduan suara yang membuat bakat
musiknya semakin terasah. Pada usia remaja, ia mulai bergabung dalam berbagai kelompok musik dan
akhirnya ia menciptakan sendiri karya-karya musiknya yang banyak bertema relijius.
Ludwig van Beethoven (dibaptis 17 Desember 1770 di Bonn, wafat 26 Maret 1827 di Wina) adalah
seorang komponis musik klasik dari
Jerman. Karyanya yang terkenal adalah simfoni kelima dan kesembilan, dan juga lagu piano Für Elise. Ia
dipandang sebagai salah satu komponis yang terbesar dan merupakan tokoh penting dalam masa
peralihan antara Zaman Klasik dan Zaman Romantik. Semasa muda, ia adalah pianis yang berbakat,
populer di antara orang-orang penting dan kaya di Wina, Austria, tempatnya tinggal. Namun, pada
tahun 1801, ia mulai menjadi tuli.Ketuliannya semakin parah dan pada 1817 ia menjadi tuli sepenuhnya.
Meskipun ia tak lagi bisa bermain dalam konser, ia terus mencipta musik, dan pada masa ini mencipta
sebagian karya-karyanya yang terbesar. Ia menjalani sisa hidupnya di Wina dan tak pernah menikah.
Hector Berlioz (lahir di Isère, 11 Desember 1803 – meninggal di Paris, 8 Maret 1869 pada umur 65
tahun) adalah seorang komponis Perancis dari zaman Romantik. Karyanya yang terkenal
adalah Symphonie Fantastique,pertama kali ditampilkan pada tahun 1830. Berlioz menggemari sastra,
dan kebanyakan karya terbaiknya diilhami dari karya sastra. Symphonie Fantastique diilhami dari novel
autobiografis sastrawan Inggeris, Thomas de Quincey, berjudul'Confessions of an English Opium-Eater.
Untuk La damnation de Faust, Berlioz mengacu pada sandiwara gubahan Goethe, Faust. Untuk Roméo
et Juliette, Berlioz mengacu pada, tentunya, kisah Romeo dan Juliet karya Shakespeare. Selain pengaruh
sastra, Berlioz juga mengagumi Beethoven, yang pada waktu itu tidak terkenal di Prancis. Selain
Beethoven, Berlioz juga mengagumi Christoph Willibald Gluck, Etienne Mehul, Carl Maria von Weber,
dan Gaspare Spontini.
Anton Bruckner (4 September 1824 – 11 Oktober 1896) adalah komposer Austria yang paling dikenal
dengan karya simfoni, misa, dan motet. Karya simfoni Bruckner dianggap sebagai penanda fase
akhir Romantisme Austria-Jerman karena harmoni yang kaya, polifoni yang kompleks, dan panjangnya
yang lama. Komposisi musik Bruckner membantu mendefinisikan radikalisme musik kontemporer, yang
mengambil disonan, modulasi tanpa persiapan, dan harmoni rumit Bruckner.
Karya Bruckner, khususnya simfoninya, juga memiliki pengkritik, yang mengkritik panjangnya, banyaknya
pengulangan, sering Bruckner melakukan revisi, dan keraguan Bruckner mengenai versi mana yang dia
lebih utamakan.
Johannes Brahms (lahir di Hamburg, 7 Mei 1833 – meninggal di Wina, 3 April 1897 pada umur 63 tahun)
adalah seorang komponis dan pianis dari Jerman, salah satu musisi utama pada zaman Romantik.
Brahms lahir di Hamburg, Jerman, namun kemudian banyak berkarya di Wina, Austria. Pada masa
hidupnya, Brahms sangat populer dan berpengaruh dalam dunia musik. Brahms membuat komposisi
musik untuk piano, ansambel musik kamar, orkestra simfoni, dan untuk penyanyi serta paduan suara.
Sebagai seorang pianis yang mahir, ia sering kali menampilkan sendiri karya-karyanya secara perdana;
dia juga bekerja sama dengan penampil-penampil utama pada masanya, termasuk pianis Clara
Schumann (istri komponis Robert Schumann). Banyak karyanya merupakan bagian dari repertoar
standar konser klasik hingga saat ini. Salah satu karyanya yang paling terkenal ialah Wiegenlied, Op. 49
No. 4 ("Lagu Nina Bobo", dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Brahms' Lullaby).
Robert Schumann (lahir di Zwickau, 8 Juni 1810 – meninggal di Bonn, 29 Juli 1856 pada umur 46 tahun)
adalah seorang penggubah dan pianis Jerman. Dia dianggap sebagai salah satu dari komponis musik
Romantik Eropa yang terpenting, serta seorang kritikus musik yang terkenal dalam sejarah. Seorang
cendekiawan serta bersifat estetikus, musiknya menggambarkan sifat romantisme yang sangat pribadi.
Mawas diri dan sering bertingkah, karya-karya musik pertamanya merupakan percobaan untuk
melepaskan diri dari tradisi bentuk dan struktur klasik yang dia pikir terlalu membatasi.
1. Harry Roesli
Harry Roesli
Profesor psikologi ini bukanlah musisi biasa. Dia melahirkan fenomena budaya musik kontemporer
yang berbeda, komunikatif, dan konsisten memancarkan kritik sosial. Dia mampu secara kreatif melahirkan dan
menyajikan kesenian secara komunikatif. Karya-karyanya konsisten memunculkan kritik sosial secara
lugas dalam watak musik teater lenong.
Beberapa karya musiknya yang terkenal di antaranya : “Musik Rumah Sakit” ( 1979 dan 1980
di Jakarta), “Parenthese”, “Musik Sikat Gigi” (1982 di Jakarta), Opera Ikan Asin, dan Opera Kecoa.
Harry Roesli bukan musisi biasa. Kehidupan yang sesungguhnya baginya adalah seni musik.
Kehidupannya adalah kegiatan musik. Alat yang digunakan untuk musik kontemporernya yakni perkusi,
band, rekaman musik, dan lain-lain.
Slamet
Slamet berpendapat kalau ada penonton yang bingung mendengarkan musik kontemperer , ya lumrah
saja. Hal ini disebabkan oleh jarak tafsir antara pemusik dengan penonton yang ada. Slamet mengaitkan
karya musik kontemporer dengan zaman sekarang.
Salah satu ciri khasnya yaitu adanya sifat mendrobrak. Tetapi saat berbicara mengenai perlunya
suatu pembaruan, Slamet tidak terbatas pada permasalahan sosial atau politik. Di dalam musik itu sendiri
banyak hal-hal yang perlu dikembangkan. Misalnya yang mempunyai suara uwek-uwek, yang belum
pernah ada sebelumnya dalam dunia musik. Hal seperti itu tentu merupakan tanda kreatifitas yang bisa
mengembangkan seni musik itu sendiri. Dalam pertunjukannya, ada pula tari yang ditampilkan sendirian dan
musik yang ditampilkan sendirian.
3. Djaduk Ferianto
Djaduk Ferianto memadukan antara elemen musik tradisional dan modern. Dalam karya musiknya, alat musik
yang digunakan sudah sering kita lihat, hanya saja perpaduan yang belum pernah ada sebelumnya.
Misalnya kendang dipadu dengan flute. Djaduk banyak bereksperimen bersama grup musiknya yang
berbasis di Yogya, Sinten Remen.