Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DASAR


ACARA II
GEOREFERENCING DAN DIGITASI

Dosen Pengampu :
Afif Ari Wibowo, M.Sc.

Asisten :
Abidzar Alghifari
Arya RahmadDani
Dwija Firas Sudarsono
Febby Bangkitya Sri Rahayuni
Oktavia Safa Berliana
Surya Chalik Perdana Dirgantara

Disusun oleh :
Ajeng Regina Larasati
E100210216
(Kelompok 6, Jum’at 11-12)

LABORATORIUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN


PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
ACARA II

GEOREFERENCING DAN DIGITASI

I. TUJUAN
1. Praktikan memahami konsep georeferencing dan digitasi pada data
spasial.
2. Praktikan mampu melakukan georeferencing serta digitasi.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Laptop
2. Aplikasi ArcMap
3. Data Spasial
4. Internet
5. Alat Tulis

III. LANDASAN TEORI

Georeferencing
Georeferencing merupakan proses pemberian reference geografi
dari objek berupa raster atau image yang belum mempunyai acuan sistem
koordinat ke dalam sistem koordinat dan proyeksi tertentu. Proses ini
diperlukan ketika akan melakukan input data berupa data raster (hasil
scan) ke dalam SIG (ARCGIS). Raster yang digunakan berupa citra satelit,
foto udara, peta hasil scanning (peta analog), dan peta digital. Data
tersebut belum mempunyai referensi spasial, sehingga perlu dilakukan
georeferencing. Setiap raster citra satelit, foto udara, peta hasil scanning,
dan peta digital, mempunyai keterkaitan dalam melakukan georeferencing.
Misalnya, peta digital mempunyai sistem koordinat proyeksi dan geografis
dapat digunakan untuk georeferencing citra satelit dan foto udara yang
belum mempunyai sistem koordinat. Selain raster, data vektor dapat
dimanfaatkan untuk melakukan georeferencing terhadap raster (citra
satelit, foto udara, dan peta hasil scanning). Vektor yang digunakan berupa
titik (point), garis (polyline), dan area (polygon). Transformasi koordinat
yang relevan biasanya disimpan dalam file gambar, meskipun ada banyak
mekanisme yang mungkin untuk mengimplementasikan georeferensi.

Root Mean Square Error (RMSE)

Root Mean Square Error (RMSE) merupakan besarnya tingkat


kesalahan hasil prediksi, dimana semakin kecil (mendekati 0) nilai RMSE
maka hasil prediksi akan semakin akurat.

Digitasi

Digitasi merupakan proses penggambaran peta yang dalam hal ini


dilakukan secara on-screen pada layar monitor. Proses digitasi akan
menghasilkan sebuah data vektor yang nantinya akan menjadi peta digital.
Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data
analog ke dalam format digital. Di dalam GIS digitasi adalah proses di
mana Objek-objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah, sungai dan lain-
lain yang sebelumnya hanya ada dalam format raster maka menjadi objek-
objek vektor (polygon, garis, titik).
IV. LANGKAH KERJA

A. Georeferencing Citra
1. Membuka aplikasi ArcMap  klik Add (+) data  mencari folder
penyimpanan (Citra Manahan)  klik Add  OK.

2. Menentukan titik koordinat dengan cara klik kanan pada layers 


properties  pilih WGS 1984 UTM Zone 49S  OK.
3. Membuka aplikasi Google Earth kemudian pilih menu perangkat
 pilihan  pilih derajat, menit, detik  pilih satuan ukur meter,
kilometer  Oke.

4. Membuat empat titik kontrol berbentuk persegi searah dengan


jarum jam dengan cara tentukan titik yang akan ditandai  klik
add control point  klik pada titik lokasi  klik kanan  input
DMS latitud dan longitud yang telah didapat dari google earth.
5. Membuka Google Earth kemudian lihat garis lintang dan garis
bujurnya dengan cara letakan pin pada titik lokasi yang sama
dengan titik kontrol pada aplikasi Arcmap.
6. Mengecek RMS Error dengan cara klik pada menu view link table.
Pastikan hasil RMS Error kurang dari 1.

7. Kemudian lakukan update georeferencing dengan cara klik menu


georeferencing  pilih update georeferencing.
B. Georeferencing Peta Analog
1. Membuka aplikasi ArcMap  klik Add (+) data  mencari folder
penyimpanan (Peta Kecamatan Ceper)  klik Add  OK.

2. Menentukan titik koordinat dengan cara klik kanan pada layers 


properties  pilih WGS 1984 UTM Zone 49S  OK.
3. Membuat empat titik koordinat searah jarum jam dengan cara klik
create viewer windows  zoom in  letakan add control point
pada bagian tengah  klik kanan  pilih input X dan Y 
masukan nilai titik koordinat yang tertera pada peta  OK.
4. Mengecek RMS Error dengan klik view link table dan lakukan
update georeferencing.
C. Digitasi Peta Analog
1. Membuat Shapefile dengan cara klik menu catalog  klik folder
penyimpanan  klik kanan  new  shapefile  beri nama
beserta feature typenya seperti jalan kereta api, jalan arteri, jalan
kolektor, sungai (feature type : polyline) kantor desa (point) dan
batas kecamatan (polygon)  beri titik koordinat WGS 1984 UTM
Zone 49S  OK.
2. Mendigitasi peta analog sesuai dengan shapefile yang telah dibuat
dengan cara klik editor  start editing  kemudian mulai digitasi.
Apabila sudah selesai mendigitasi klik editor  save editor  stop
editor.
V. HASIL PRAKTIKUM

1. Screenshot Georeferencing Peta Analog

2. Screenshot Digitasi Peta Analog


3. Screenshot hasil Georeferencing Citra
4. Screenshoot RMS Error Peta Analog dan Citra
a. Peta Analog

b. Citra
VI. ANALISIS

Praktikum bertujuan agar praktikan dapat melakukan


georeferencing dan digitasi pada citra maupun peta analog. Hal ini
dilakukan untuk memberi titik koordinat pada citra dan membuat peta
digital dengan pola penggambaran. Dalam melakukan georeferencing pada
citra, praktikan harus membuat empat titik kontrol pada citra dengan
searah jarum jam serta harus sejajar antar titiknya, kemudian memasukan
nilai longitude dan latitude yang telah dicari pada aplikasi google earth
dengan cara memberi pin pada lokasi yang sama dengan citra pada
ArcMap. Sedangkan georeferencing pada peta analog sama halnya dengan
membuat empat titik koordinat dengan memasukan nilai x dan y pada
garis koordinat peta analog. Dalam hal ini, georeferencing pada peta
analog lebih mudah karena terbantu dengan garis koordinat dalam peta.
Setelah melakukan georeferencing pada citra dan peta analog, diharapkan
memiliki nilai RMS Error kurang dari 1 atau 0,00.. karena semakin kecil
hasil RMS Error maka hasil dari referencing akan semakin akurat. RMS
Error dengan nilai yang tinggi ditandai dengan hasil citra atau peta yang
miring.
Digitasi pada peta analog dilakukan dengan cara membuat
shapefile berupa jalana, sungai, batas kecamatan, dan kantor desa disertai
dengan feature type yang berbeda, karena pengaplikasiannya pun juga
berbeda. File tersebut disesuaikan dengan yang ada pada legenda peta.
Dalam proses digitasi memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi karena
harus mengikuti pola batas wilayah dan memberikan simbol serta warna
yang sesuai dengan legenda. Hasil dari digitasi berupa peta digital yang
berfungsi untuk menggambarkan bagian dan kondisi wilayah.

VII. KESIMPULAN

1. Georeferencing dan digitasi dilakukan dengan cara memberikan titik


koordinat xy, nilai latitude longitude, serta mengubah peta analog
menjadi peta digital.
2. Georeferencing dan digitasi dilakukan pada citra Manahan dan peta
analog Kecamatan Ceper.
DAFTAR PUSTAKA

Komputer, W. (2014). Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcGIS.


Elex Media Komputindo.

Budiyanto, E. (2002). Sistem Informasi Geografis Menggunakan


ArcViewGIS. Penerbit Andi.

NUGROHO, F., & ST, S. (2020). Sistem Informasi Geografis Membuat


Peta dengan Citra Satelit di ArcGIS 10.8. Media Sains Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai