Anda di halaman 1dari 25

Laporan Praktikum Hari, tanggal : Kamis, 16 Februari 2023

Kartografi Dan SIG Dosen :


(MSL 1351)
1. Nina Widiana Daroja, S.P., M.Si
2. Reni kusumo Tejo, S.P., M. Si
3. Wahyu Iskandar, S.Hut., M.Agr
Asisten :

1. Salma Sabila (A14190027)

2. Ahmad Fadlan (A14190052)

3. Fawwaz Zabadi Rahmad (A14190077)

KOREKSI GEOMETRIK, DIGITASI PETA, INPUT DATA HASIL


PENGUKURAN LAPANG DENGAN GPS, DAN JOIN ATTRIBUTE

Putri Aisyun Husna Rahaya

A1401211075

Kelompok 2

DIVISI PENGINDERAAN JAUH DAN INFORMASI SPASIAL

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

IPB UNIVERSITY

2023
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peta merupakan bentuk rupa bumi yang dikemas dalam skala yang lebih
kecil. Penggunaan peta pada kehidupan sehari-hari sangat rekat dengan posisi atau
keberadaan seseorang di suatu wilayah. Dengan melihat peta, kita dapat
menentukan kemana arah yang harus kita tempuh untuk mencapai suatu tempat.
Semakin berkembangnya zaman, penentuan posisi pada suatu tempat tidak hanya
bisa dilakukan melalui peta melainkan menggunakan teknologi Global Positioning
System (GPS). Penggunaan GPS dalam menentukan posisi dikombinasi dengan
peta yang memperlihatkan gambaran suatu wilayah menjadikan aktivitas sehari-
hari menjadi lebih mudah terutama bagi orang-orang yang menggantungkan
pekerjaannya pada GPS dan peta.

Peta dapat digunakan pula sebagai alat bantu dalam mengetahui kondisi
suatu wilayah. Pemetaan lokasi terjadinya banjir adalah salah satu hal yang dapat
diketahui melalui peta tematik. Sebelum melakukan pemetaan, perlu dilakukan
koreksi geometrik pada hasil data citra. Koreksi Radiometrik merupakan suatu
proses pengolahan untuk memperbaiki kualitas visual dan memperbaiki nilai-nilai
piksel yang tidak sesuai dengan nilai pantulan atau pancaran spektral objek yang
sebenarnya (Adiningsih 2015). Koreksi radiometrik sendiri dilakukan karena
adanya kesalahan radiometrik pada citra tersebut. Dengan melakukan koreksi ini,
penempatan informasi geografis akan lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Proses ini dapat dilakukan dengan bantuan perangkat lunak QGIS.

Proses pemetaan dilakukan dengan melakukan digitasi pada masing-masing


jenis penggunaan lahan. Digitasi ini dilakukan untuk mengetahui wilayah mana saja
yang masih satu bagian dan wilayah mana saja yang sudar berbeda bagian. Dengan
melakukan digitasi ini, dapat diketahui total luasan wilayah dari suatu penggunaan
lahan sehingga tidak perlu mengukur langsung ke tempat dimana digitasi dilakukan.
proses ini juga dapat dilakukan dengan bantuan perangkat lunak QGIS dengan
berdasarkan pada satelit yang ada pada plugin untuk mempermudah proses digitasi.
Seluruh informasi akan terangkum menjadi satu pada table attribute yang ada pada
perangkat lunak QGIS dan berkas pilihan dimana digitasi disimpan. Pemanfaatan
proses ini sudah terbukti membantu banyak pekerjaan sehingga perlu dilakukan
praktikum ini untuk membuktikan manfaat tersebut.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan menunjukkan pengaruh koreksi geometrik, digitasi


peta, input data hasil pengukuran lapang dengan GPS, dan join attribute.
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) yang


selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem berbasis komputer (CBIS) yang
digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis.
SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objekobjek
dan fenomena di mana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau
kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang
memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi
geografis: masukan, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data),
analisis dan manipulasi data, dan keluaran (Aronoff 1989).

Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan


dalam selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimensi. Melalui sebuah
peta kita akan mudah dalam melakukan pengamatan terhadap permukaan bumi
yang luas, terutama dalam hal waktu dan biaya (Setyawan et al. 2018). Jenis peta
secara garis besar hanya ada dua yaitu peta topografi dan peta tematik. Peta
topografi bersifat umum sehingga penyajiannya tidak menonjolkan satu aspek,
sedangkan peta tematik penyajiannya dengan menonjolkan tema atau topik sesuai
dengan judul peta itu sendiri. Peta dasar dalam bentuk peta topografi dimanfaatkan
sebagai sumber informasi spasial yang dapat menempatkan titik sesuai lokasi
geografis pada bumi (Subandi 2017).

Global Positioning System (GPS) adalah sistem untuk menentukan posisi


dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit dan metode triangulasi.
Sistem GPS mempunyai tiga segmen yaitu: satelit (Space Segment), pengendali
(Control Segment), dan penerima/pengguna (User Segment). Satelit bertugas untuk
menerima dan menyimpan data yang ditransmisikan oleh stasiun-stasiun
pengendali, menyimpan dan menjaga informasi waktu berketelitian tinggi (jam
atom di satelit), dan memancarkan sinyal serta informasi secara kontinyu ke
perangkat penerima (receiver). Segmen pengendali bertugas untuk mengendalikan
satelit dari bumi yaitu untuk melihat keadaan satelit, penentuan serta prediksi orbit,
sinkronisasi waktu antar satelit, dan mengirimkan data ke satelit. Sedangkan
segmen penerima bertugas menerima data dari satelit dan memprosesnya untuk
menentukan posisi, arah, jarak dan waktu yang diperlukan oleh pengguna (Susilo
et al. 2014).

Digitasi merupakan proses mengubah fitur geografis pada peta analog


(format raster) menjadi format digital (format vektor) menggunakan meja digitasi
digitizer yang dihubungkan dengan komputer (Fadilla 2018). Digitasi dilakukan
untuk memisahkan penggunaan lahan. Penggunaan lahan merupakan campur
tangan manusia baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual maupun
gabungan keduanya (Malingreau 1979). Pengelolaan penggunaan lahan yang baik
dan sesuai dengan kaidah undangundang yang berlaku menjadikan penggunaan
lahan yang optimal sehingga mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia.
METODOLOGI

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah laptop, software


QGIS/Arcgis, GPS, kabel USB. Sedangkan bahan yang digunakan adalah peta RBI,
file data attribute, file format shapefile (.shp).

Langkah Kerja

 Metode pemasukan data georeference dan digitasi

1. Input peta RBI dan klik Raster>georeference

2. Input koordinat terpilih sebagai posisi GCP (angka residual harus 0.00)

3. Set transformation dan klik Start georeference


4. Layer modified di reproject dengan Warp (Reproject)

5. Digitasi dimulai dengan membuat layer baru, klik Layer>Create


Layer>New Shapefile Layer

6. Buat layer digitasi Polygon/Line/Point


7. Mulai digitasi dan beri ID dan jenis Landuse tiap hasil digitasi

8. Gunakan fitur Enable Snapping (Gambar Magnet) untuk memudahkan


digitasi
9. Penetapan luas dilakukan perhitungan di Open Field Calculator pada Open
Attribute Table

 Metode pemasukan data GPS


1. Alat GPS dinyalakan dan masukkan titik koordinat tujuan
2. Tanda panah menunjukkan arah yang harus dituju
3. Track direkam dengan menyalakan fitur Track Record
4. Beri mark pada titik-titik selama perjalanan menuju tujuan
5. Kembali ke titik asal dengan alur perjalanan yang sama
6. Pemasukan data track record ke Software QGIS dengan menggunakan
kabel USB
7. Copy file Track, Waypoints, dan Current (format .gpx) yang tanggal nya
sesuai dengan pengambilan data
8. Buka ketiga file pada layers QGIS

9. Nyalakan Google Satellite pada layers


10. Data track yang diluar hasil jalur asli saat menggunakan GPS dapat
dihapus pada Open Attribute Table

 Metode pemasukan data Join Table


1. Data atribut dibuat dalam format file .XML pada excel

2. Data shapefile dan data excel dibuka pada layers QGIS

3. Lakukan Join Table, pada salah satu shapefile di klik


Properties>Joins>Add New Join
4. Simpan layer hasil join table dengan klik Export>Save feature as>dan pilih
direktori file

5. Hasil join table dapat dilihat pada Open Attribute Table


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Input data hasil pengukuran lapang dengan gps

Gambar 1 Hasil RMS

Gambar 2 Hasil digitasi


Gambar 3 Luasan digitasi sungai Gambar 4 Luasan digitasi kebun

Gambar 5 Luasan digitasi semak Gambar 6 Luasan digitasi pemukiman

Gambar 7 Luasan digitasi sawah Gambar 8 Luasan digitasi tegalan

Input data hasil pengukuran lapang dengan gps


Gambar 9 Tampilan QGIS hasil pemindahan file gpx

Gambar 10 Attribut table tracks

Gambar 11 Attribut table waypoints

Join Attribute
a b

Gambar 12 Attribute table file shp DAS (a) sebelum join attribute, (b) setelah
join attribute

a b
Gambar 13 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS

a b
Gambar 14 Attribute table file shp jalan (a) sebelum join attribute, (b) setelah join
attribute

a b
Gambar 15 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS
a b
Gambar 16 Attribute table file shp landuse (a) sebelum join attribute, (b) setelah
join attribute

a b
Gambar 17 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS

a b
Gambar 18 Attribute table file shp sungai (a) sebelum join attribute, (b) setelah
join attribute

a b
Gambar 19 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS
a b

Gambar 20 Attribute table file shp geomorfologi (a) sebelum join attribute, (b)
setelah join attribute

a b
Gambar 21 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS

a b

Gambar 22 Attribute table file shp kabupaten (a) sebelum join attribute, (b)
setelah join attribute

a b
Gambar 23 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS
a b

Gambar 24 Attribute table file shp kecamatan (a) sebelum join attribute, (b)
setelah join attribute

a b
Gambar 25 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS

a b

Gambar 26 Attribute table file shp tanah (a) sebelum join attribute, (b) setelah
join attribute

a b
Gambar 27 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS
a b

Gambar 28 Attribute table file shp stasiun curah hujan (a) sebelum join attribute,
(b) setelah join attribute

Tabel 1 Informasi umum mengenai luas attribute table pada file shp DAS
Luas Total 288597 ha

Luas Rata-Rata 22199.8 ha

Luas Area Minimal 12 ha, Cisanggarung

Luas Area Maksimal 205084 ha, Cimanuk

Area yang Luasnya di Atas Rata-Rata  205084, Cimanuk


 31864, Cipunagara
Area yang Luasnya di Bawah Rata-Rata  645, Citanduy
 413, Cisanggarung
 12, Cisanggarung
 13253, Citarum
 273, Cilanang
 28, Cilangan
 17498, Cipanas
 688, Cipanas
 11398, Ciwaringin
 79, Ciwaringin
 7362, Cipanas

Tabel 2 Informasi umum mengenai luas attribute table pada file shp Jalan
Luas Total 114 ha

Luas Rata-Rata 1.03 ha

Luas Area Minimal 0 ha, Jalan arteri

Luas Area Maksimal 9 ha, Jalan arteri


Area yang Luasnya di Atas Rata-Rata  2 ha, 3 ha, 4 ha, 9 ha, Jalan
arteri
 4 ha, Jalan tol
Area yang Luasnya di Bawah Rata-Rata  0 ha, 1 ha, Jalan arteri

Tabel 3 Informasi umum mengenai luas attribute table pada file shp Landuse

Luas Total 288599 ha

Luas Rata-Rata 489.98 ha

Luas Area Minimal 0 ha, Hutan sekunder, kebun


campuran, permukiman, tegalan,
sawah, dan semak.

Luas Area Maksimal 489.98 ha, Sawah

Area yang Luasnya di Atas Rata-Rata  491 ha, Rawa


 496 ha, Ladang
 507 ha, tubuh air
 517 ha, kebun campuran
 577 ha, hutan sekunder
 Dst.
Area yang Luasnya di Bawah Rata-Rata  171 ha,sawah
 172 ha, kebun campuran
 200 ha, tegalan
 214 ha, permukiman
 Dst.
Tabel 4 Informasi umum mengenai luas attribute table pada file shp Sungai

Luas Total 109 ha

Luas Rata-Rata 1.68 ha

Luas Area Minimal 0 ha, K.Kosta, Cipanas, Sungai


lainnya, dan CI Tarum

Luas Area Maksimal 6 ha, Citarik

Area yang Luasnya di Atas Rata-Rata  491 ha, Rawa


 2 ha, Cimanuk, Cikandung,
Ciasem, dll.
 3 ha, Cikeruh, Citaduy,
Cilutung, dll
 4 ha, Cipanas, Cimanuk,
Cijulung, dll
Area yang Luasnya di Bawah Rata-Rata  0 ha, K.Kosta, Cipanas,
Sungai lainnya, dan CI
Tarum
 1 ha K.Kosta, Cipanas,
Ciasem, dll
Tabel 5 Informasi umum mengenai luas attribute table pada file shp
Geomorfologi

Luas Total 288598 ha


Luas Rata-Rata 9018,6875 ha
Luas Area Minimal 178 ha, Pegunungan blok sesar
Luas Area Maksimal 57449 ha, Dataran Aluvial
 57449 ha, Dataran Aluvial
Area yang Luasnya di Atas  17092, Pebukitan bergelombang
Rata-Rata terlipat tengah
 Dst.
 926, Pebukitan bergelombang terlipat
Area yang Luasnya di Bawah kuat
Rata-Rata  550, Lereng kaki gunungapi purba
 Dst.
Tabel 6 Informasi umum mengenai luas attribute table pada file shp Tanah

Luas Total 233993 ha


Luas Rata-Rata 1191,885 ha
0 ha, Typic Paledults, Typic
Luas Area Minimal Dystrudepts, Typic Epiaquepts
(Sawah)
14426 ha, Typic Epiaquepts, Typic
Luas Area Maksimal
Endoaquepts, Aquic Dystrudepts
 2305, Vertic Epiaquepts, Aeric
Epiaquepts, Typic Eutrudepts
Area yang Luasnya di Atas Rata-Rata  4355, Typic Paledults, Typic
Dystrudepts, Typic Epiaquepts
(Sawah)
 Dst.
 0, Typic Paledults, Typic
Area yang Luasnya di Bawah Rata-
Dystrudepts, Typic Epiaquepts
Rata
(Sawah)
 84, Typic Paledults, Typic
Dystrudepts, Typic Epiaquepts
(Sawah)
 Dst.
Tabel 7 Informasi umum mengenai luas attribute table pada file shp Kecamatan

Luas Total 288362 ha


Luas Rata-Rata 5884,9387755102 ha
Luas Area Minimal 1596 ha, CISARUA
Luas Area Maksimal 19100 ha, KERTAJATI
 19100, KERTAJATI
Area yang Luasnya di Atas Rata-
 11701, CONGGEANG
Rata
 Dst.
 3327, SUMBERJAYA
Area yang Luasnya di Bawah
 2798, KADIPATEN
Rata-Rata
 Dst.
Tabel 8 Informasi umum mengenai luas attribute table pada file shp Kabupaten

Luas Total 288597 ha


Luas Rata-Rata 144298,5 ha
Luas Area Minimal 131220 ha, Majalengka
Luas Area Maksimal 157377 ha, Sumedang
Area yang Luasnya di Atas Rata-Rata  157377 ha, Sumedang
Area yang Luasnya di Bawah Rata-
 131220 ha, Majalengka
Rata

Pembahasan

Pengolahan pada peta diawali dengan koreksi geometrik. Semakin kecil


angka dari hasil koreksi geometrik maka akan semakin baik pula ketepatan yang
dihasilkan. Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa semua titik ujung koordinat, baik
koordinat x maupun koordinat y sudah mencapai angka nol yang berarti ketepatan
letak geografis sudah sesuai dengan keadaan aslinya (Hasyim dan Taufik 2012).
Gambar 2 menunjukkan hasil digitasi yang telah dilakukan berdasarkan
penggunaan lahan yang ada pada legenda peta. Digitasi ini dilakukan untuk
mengukur luasan dari masing-masing penggunaan lahan pada segmen peta tersebut.
Hasil luasan diperoleh dari perhitungan yang dilakukan di dalam QGIS itu sendiri.
Adapun hasil dari masing-masing perhitungan luasan dapat dilihat pada Gambar 3
sampai Gambar 8. Dari keenam hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa segmen
peta tersebut didominasi oleh jenis penggunaan lahan pemukiman dan tegalan.

Penentuan suatu lokasi dapat dibantu dengan penggunaan Global


Positioning System (GPS). Gambar 9 menunjukkan hasil pelacakan arah yang
diambil sewaktu menggunakan GPS dalam menemukan suatu titik. Dapat dilihat
bahwa rute yang diambil tidak selalu lurus karena pada keadaan nyata terdapat
berbagai tutupan lahan yang menyebabkan pemilihan rute harus menyesuaikan.
Oleh karena itu, pelacakan rute ini perlu dikaitkan dengan satelit yang dapat
memperlihatkan peta rupa bumi lokasi tersebut sehingga dapat dibuktikan
kebenarannya. Adapun titik-titik yang tertera pada gambar adalah setiap lokasi yang
dipilih sebagai patokan dalam menentukan titik tujuan. Semua informasi yang ada
pada rute dan titik termuat pada masing-masing atribut tabel dalam Gambar 10 dan
Gambar 11.

Data atribut pada peta dapat ditambahkan dengan informasi lain di luar peta
dengan menempatkan koordinat titik tersebut dalam peta. Proses input data ini
dapat dilakukan secara mudah dengan memanfaatkan fitur table attribte pada
QGIS. Hasil penambahan data dapat dilihat dari Gambar 12 sampai Gambar 28.
Gambar-gambar tersebut menunjukkan informasi tabel sebelum dan sesudah data
dari luar ditambahkan. Dengan metode ini, proses penambahan data akan jauh lebih
singkat sehingga dapat mengurangi waktu dan tenaga yang dikeluarkan.
Kelengkapan informasi luasan dapat dilihat pada Tabel 1 sampai Tabel 8.
PENUTUP

Simpulan

Kesalahan koordinat pada peta dapat diperbaiki dengan menggunakan


koreksi geometrik. Pengelompokan tutupan lahan dilakukan melalui proses digitasi.
Penentuan posisi pada peta dibantu oleh GPS. Hasil dari penggunaan GPS berupa
tracking point dan way point yang masing-masing menyatakan pergerakan kita
selama menggunakan GPS. Semua informasi yang terdapat pada perangkat lunak
tersimpat pada table attribute dan berkas dimana semua pekerjaan disimpan.

Saran

Saran dari praktikum ini adalah diharapkan dapat disediakan panduan


praktikum sebelum kelas dilaksanakan, jika terdapat materi yang perlu di unduh
diharapkan dapat diberikan tidak mendekati waktu praktikum, serta kelas yang
digunakan untuk praktikum diharapkan dapat menyediakan fasilitas internet agar
dapat memudahkan proses praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih EA. 2015. Tinjauan Metode Deteksi Parameter Kekeringan Berbasis


Data Penginderaan Jauh. Jakarta: LAPAN.

Aronoff, Stanley. 1989. Geographic Information Systems: A Management


Perspective. Canada: WDL Publications.

Fadilla, Restu. 2018. Analisis Kesesuaian Perubahan Penggunaan Lahan


Terhadap Rencana Tata Ruang / Wilayah di Kecamatan Penjaringan Kota
Administratif Jakarta Utara Menggunakan Sistem Informasi Geografis.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Hasyim AW dan Taufik M. 2012. Menentukan Titik Kontrol Tanah (GCP) Dengan
Menggunakan Teknik GPS dan Citra Satelit Untuk Perencanaan Perkotaan.
Surabaya : Wahids.

Luthfina MAW, Sudarsono B, Suprayogi A. 2019. Analisis kesesuaian penggunaan


lahan terhadap rencana tata ruang wilayah tahun 2010-2030 menggunakan
sistem informasi geografis di Kecamatan Pati. Jurnal Geodesi Undip. 8(1):
74-82.

Setyawan D, Nugraha AL, Sudarsono B. 2018. Analisis potensi desa berbasis


sistem informasi geografis (studi kasus: Kelurahan Sumurboto, Kecamatan
Banyumanik, Kabupaten Semarang). Jurnal Geodesi Undip. 7(4): 1-7.

Subandi. 2017. Sistem informasi geografis sebagai pendukung penataan ruang


terbuka hijau kawasan perkotaan (rthkp) Kota Banjarmasin. Jurnal Positif.
3(2): 106-112.

Anda mungkin juga menyukai