A1401211075
Kelompok 2
FAKULTAS PERTANIAN
IPB UNIVERSITY
2023
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peta merupakan bentuk rupa bumi yang dikemas dalam skala yang lebih
kecil. Penggunaan peta pada kehidupan sehari-hari sangat rekat dengan posisi atau
keberadaan seseorang di suatu wilayah. Dengan melihat peta, kita dapat
menentukan kemana arah yang harus kita tempuh untuk mencapai suatu tempat.
Semakin berkembangnya zaman, penentuan posisi pada suatu tempat tidak hanya
bisa dilakukan melalui peta melainkan menggunakan teknologi Global Positioning
System (GPS). Penggunaan GPS dalam menentukan posisi dikombinasi dengan
peta yang memperlihatkan gambaran suatu wilayah menjadikan aktivitas sehari-
hari menjadi lebih mudah terutama bagi orang-orang yang menggantungkan
pekerjaannya pada GPS dan peta.
Peta dapat digunakan pula sebagai alat bantu dalam mengetahui kondisi
suatu wilayah. Pemetaan lokasi terjadinya banjir adalah salah satu hal yang dapat
diketahui melalui peta tematik. Sebelum melakukan pemetaan, perlu dilakukan
koreksi geometrik pada hasil data citra. Koreksi Radiometrik merupakan suatu
proses pengolahan untuk memperbaiki kualitas visual dan memperbaiki nilai-nilai
piksel yang tidak sesuai dengan nilai pantulan atau pancaran spektral objek yang
sebenarnya (Adiningsih 2015). Koreksi radiometrik sendiri dilakukan karena
adanya kesalahan radiometrik pada citra tersebut. Dengan melakukan koreksi ini,
penempatan informasi geografis akan lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Proses ini dapat dilakukan dengan bantuan perangkat lunak QGIS.
Tujuan
Langkah Kerja
2. Input koordinat terpilih sebagai posisi GCP (angka residual harus 0.00)
Hasil
Join Attribute
a b
Gambar 12 Attribute table file shp DAS (a) sebelum join attribute, (b) setelah
join attribute
a b
Gambar 13 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS
a b
Gambar 14 Attribute table file shp jalan (a) sebelum join attribute, (b) setelah join
attribute
a b
Gambar 15 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS
a b
Gambar 16 Attribute table file shp landuse (a) sebelum join attribute, (b) setelah
join attribute
a b
Gambar 17 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS
a b
Gambar 18 Attribute table file shp sungai (a) sebelum join attribute, (b) setelah
join attribute
a b
Gambar 19 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS
a b
Gambar 20 Attribute table file shp geomorfologi (a) sebelum join attribute, (b)
setelah join attribute
a b
Gambar 21 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS
a b
Gambar 22 Attribute table file shp kabupaten (a) sebelum join attribute, (b)
setelah join attribute
a b
Gambar 23 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS
a b
Gambar 24 Attribute table file shp kecamatan (a) sebelum join attribute, (b)
setelah join attribute
a b
Gambar 25 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS
a b
Gambar 26 Attribute table file shp tanah (a) sebelum join attribute, (b) setelah
join attribute
a b
Gambar 27 (a) select area min dan maks pada attribute table, (b) tampilan area
min dan maks pada QGIS
a b
Gambar 28 Attribute table file shp stasiun curah hujan (a) sebelum join attribute,
(b) setelah join attribute
Tabel 1 Informasi umum mengenai luas attribute table pada file shp DAS
Luas Total 288597 ha
Tabel 2 Informasi umum mengenai luas attribute table pada file shp Jalan
Luas Total 114 ha
Tabel 3 Informasi umum mengenai luas attribute table pada file shp Landuse
Pembahasan
Data atribut pada peta dapat ditambahkan dengan informasi lain di luar peta
dengan menempatkan koordinat titik tersebut dalam peta. Proses input data ini
dapat dilakukan secara mudah dengan memanfaatkan fitur table attribte pada
QGIS. Hasil penambahan data dapat dilihat dari Gambar 12 sampai Gambar 28.
Gambar-gambar tersebut menunjukkan informasi tabel sebelum dan sesudah data
dari luar ditambahkan. Dengan metode ini, proses penambahan data akan jauh lebih
singkat sehingga dapat mengurangi waktu dan tenaga yang dikeluarkan.
Kelengkapan informasi luasan dapat dilihat pada Tabel 1 sampai Tabel 8.
PENUTUP
Simpulan
Saran
Hasyim AW dan Taufik M. 2012. Menentukan Titik Kontrol Tanah (GCP) Dengan
Menggunakan Teknik GPS dan Citra Satelit Untuk Perencanaan Perkotaan.
Surabaya : Wahids.