Disusun guna memenuhi tugas besar dan akhir mata kuliah Praktikum Ilmu Ukur
Tanah
oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Praktikum Pengukuran Peta Situasi
dan laporannya dapat terselesaikan dengan baik .
1. Kepala Program Studi Teknik Sipil Universitas PGRI Semarang Bapak Ir.
Wilarso Hermanto, MT
2. Dosen Pembimbing Universitas PGRI Semarang
3. Keluarga yang selalu memberi semangat kepada kami
4. Teman-teman satu kelompok yang selalu meluangkan waktu dalm
mengerjakan laporan ini
5. Semua pihak yang mendukung terselesaikannya laporan praktikum ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu .
LAMPIRAN .............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PROSEDUR PELAKSANAAN
Sedangkan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih
dipermukaan bumi digunakan alat untuk sipat datar ( waterpass ) . Untuk
pengukuran jarak dari suatu titik ketitik lain dapat digunakan pita ukur, EDM
(Electronic Distance Meter ) dan dapat juga dengan Metoda Tachymetri .
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu :
Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap
sama dengan garis unting-unting.
Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap
titik. Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya
terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah
sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu
teropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah
nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sbb :
Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
a. Benang stadia, yaitu dua buah benag yang berada di atas dan dibawah serta sejajar
dan dengan jarak yang sama dari benang diafragma mendatar. Dengan adanya
benang stadia dan bantuan alat ukur waterpass berupa rambu atau bak ukur alat ini
dapat digunakan sebagai alat ukur jarak horizontal atau mendatar. Pengukuran
jarak dengan cara seperti ini dikenal dengan jarak optik.
b. Lingkaran berskala, yaitu lingkaran di badan alat yang dilengkapi dengan skala
ukuran sudut. Dengan adanya lingkaran berskala ini arah yang dinyatakan dengan
bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan oleh benang diafragma tegak dapat
diketahui, sehingga bila dibidikkan ke dua buah titik, sudut antara ke dua titik
tersebut dengan alat dapat ditentukan atau dengan kata lain dapat difungsikan
sebagai alat pengukur sudut horizontal.
Gambar 3.2
Kaki statif
c. Unting Unting
Unting-unting ini melekat dibawah penyetel kaki statif, unting-unting ini
berfungsi sebagai tolak ukur apakah waterpass tersebut sudah berada tepat di atas
patok.
Gambar 3.3
Unting-unting
d. Rambu Ukur
Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang
berukuran 34 cm, lebar 10 cm, panjang 300 cm, bahkan ada yang
panjangnya mencapai 500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi sepatu besi.
Bidang lebar dari bak ukur dilengkapi dengan ukuran milimeter dan diberi tanda
pada bagian-bagiannya dengan cat yang mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan
merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi silau.
Bak ukur ini berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama
secara detail.
Gambar 3.4
Rambu ukur/Bak ukur
g. Nivo
Di dalam nivo terdapat sumbu tabung berupa garis khayal memanjang
menyinggung permukaan atas tepat ditengah. Selain itu, dalam tabung nivo
terdapat gelembung yang berfungsi sebagai medium penunjuk bila nivo sudah
tepat berada ditengah.
Gambar 3.7
Nivo kotak
h. Rol Meter
Rol meter terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 m dan dilengkapi
tangkai untuk mengukur jarak antara patok yang satu dengan patok yang lain.
Gambar 3.8
Rol Meter
i. Patok
Patok ini terbuat dari kayu dan mempunyai penampang berbentuk lingkaran
atau segi empat dengan panjang kurang lebih 30-50 cm dan ujung bawahnya
dibuat runcing, berfungsi sebagai suatu tanda di lapangan untuk titik utama dalam
pengukuran.
Gambar 3.9
Patok
Gambar 3.10
Blangko data, Alat tulis dan Kalkulator
Cara mengoperasikan alat ukur waterpas
Ada 4 jenis kegiatan yang harus dikuasai dalam mengoperasikan alat ini, yaitu :
(1) Memasang alat di atas kaki tiga
Alat ukur waterpas tergolong kedalam Tripod Levels, yaitu dalam
penggunaannya harus terpasang diatas kaki tiga. Oleh karena itu kegiatan
pertama yang harus dikuasai adalah memasang alt ini pada kaki tiga atau statif.
Pekerjaan ini jangan dianggap sepele, jangan hanya dianggap sekedar
menyambungkan skrup yang ada di kaki tiga ke lubang yang ada di alat ukur,
tetapi dalam pemasangan ini harus diperhatikan juga antara lain :
a. Kedudukan dasar alat waterpas dengan dasar kepala kaki tiga harus pas,
sehingga waterpas terpasang di tengah kepala kaki tiga.
b. Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segi tiga, oleh karena itu
sebaikny tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat di bentuk segi tiga
tersebut
c. Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar
tidak mudah bergeser apalagi sampai lepas Skrup penghubung kaki tiga dan alat
terlepas
BA BT = BT BB atau BT = ( BA BB)
Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek benar atau salahnya
pembacaan.Kegunaan pembacaan benang ini adalah :
a. Bacaan benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi antara tempat
berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik atau diantara rambu-rambu
ukur yang dibidik.
b. Bacaan benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak antara
tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik
Pembacaan rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam keadaan tegak dan
ada yang terbalik, sementara pembacaannya dapat dinyatakan dalam satuan m
atau cm.
(2) Pembacaan Sudut
Waterpas seringkali juga dilengkapi dengan lingkaran mendatar berskala,
sehingga dapat digunakan untuk mengukur sudut mendatar atau sudut
horizontal.Ada 2 satuan ukuran sudut yang biasa digunakan, yaitu :
a. Satuan derajat
Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 360 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 derajat (1), setiap derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian,
setiap bagian dinyatakan dengan 1 menit (1) dan setiap menit dibagi lagi
kedalam 60 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 detik (1)
b. Satuan grid.
Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 400 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi 100 bagian, setiap
bagian dinyatakan dengan 1 centigrid (1cg) dan setiap centigrid dibagi lagi
kedalam 100 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 centi-centigrid
(1ccg). Salah satu contoh pembacaan sudut horizontal dari alat ukur waterpas
NK2 dari Wild.
b. Alat ukur penyipat datar ditempatkan diantara titik A dan B. Jarak alat ukur
penyipat datar antara kedua bak ukur diambil kira-kira sama. Diusahakan agar
pesawat tetap berada ditengah tengah. Pada kedua titik tersebut diletakkan bak
ukur. Arahkan pesawat ke bak ukur A (pembacaan belakang) dan hasil
pembacaannya dinamakan R. Lalu pesawat diputar searah jarum jam untuk
melakukan pembacaan benang tengah pada bak ukur B (pembacaan muka) dan
hasil pembacaannya dinamakan V. Maka beda tinggi antara titik A dan B:
c. Menempatkan alat ukur di luar titik A dan titik B, hal ini dilakukan dilakukan bila
keadaan terpaksa, mungkin karena adanya penghalang seperti sungai, selokan atau
saluran-saluran air lainnya antara kedua titik tersebut. Pada gambar dibawah ini,
pesawat ditempatkan di sebelah kanan titik B selanjutnya dilakukan pembacaan
benang tengah dan hasil pembacaan bak ukur B disebut V, maka beda tinggi
antara titik A dan B adalah :
Dari ketiga cara tersebut, yang paling teliti adalah dengan cara menempatkan
alat ukur tersebut di antara dua titik yang akan diukur beda tingginya karena
dengan mengubah arahnya sesuai dengan arah jarum jam maka kesalahannya
negatif, juga kesalahan atmopsferiknya saling berbagi.
3.5. Kesalahan Yang Terjadi Dalam Pengukuran
Dalam melakukan pengukuran kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan.
Kesalahan itu dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu :
a. Kesalahan Besar ( Mistakes Blunder )
Kesalahan ini dapat terjadi karena kurang hati-hati dalam melakukan
pengukuran atau kurang pengalaman dan pengetahuan dari praktikan. Apabila
terjadi kesalahan ini, maka pengukuran harus di ulang atau hasil yang mengalami
kesalahan tersebut dicoret saja.
b. Kesalahan Sistimatis ( Sistematic Error )
Umumnya kesalahan ini terjadi karena alat ukur itu sendiri. Misalnya panjang
meter yang tidak tepat atau mungkin peralatan ukurnya sudah tidak sempurna.
Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan perhitungan koreksi atau mengkaligrasi
alat/memperbaiki alat.
c. Kesalahan Yang Tidak Terduga/Acak ( Accidental Error )
Kesalahan ini dapat terjadi karena halhal yang tidak diketahui dengan pasti
dan tidak diperiksa. Misalnya ada getaran pada alat ukur ataupun pada tanah.
Kesalahan dapat diperkecil dengan melakukan observasi dan mengambil nilai
rata rata sebagai hasil.
3.6. Hambatan
Hambatan yang terjadi di lapangan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
jalannya / proses pengukuran yaitu :
Faktor Kurangnya pemahaman tentang teori pengukuran,
Faktor bahan dan alat,
Terlebih lagi faktor cuaca juga memperlambat proses pengukuran karena apabila
cuaca hujan otomatis tim pengukur berhenti sejenak untuk berteduh dari hujan.
3.7. Rumus rumus yang di gunakan
3.7.1. Rumus Perhitungan Profil Memanjang
Dimana :
D = Jarak Optis
Ba = Benang Atas
Bb = Benang Bawah
b. Perhitungan Beda Tinggi Detail
Rumus :
H = Tinggi Pesawat Bt Detail
Dimana :
H = Beda Tinggi
Bt = Benang Tengah
Menurut bagiannya
1. Theodolite WILD T-O
Tingkat ketelitian alat ini rendah, dengan pembagian skala
terkecil dari 1 -10 . Tempat pembacaan skala horizontal dan
skala vertikal terpisah, bayangan yang nampak pada teropong
adalah terbalik . Alatini mempunyai kompas sendiri ( built in
compas) sehingga pembacaan horizontal langsung menunjukkan
arah utara kompas. Sedangkan pembacaan vertikal menunjukkan
zenith .
2. Theodolite SOKKISHA TS-20A
Theodolite ini mempunyai tingkat ketelitian yang rendah
dengan pembagian skala terkecil adalah 1 . Theodolite ini
mempunyai sistem 2 tingkat yang bertujuan apabila hendak
melakukan pengukuran horizontal, maka bacaan skala vertikal
hams 90 agar kedudukan alat benar-benar horizontal .
3. Theodolite TM20E
Tingkat ketelitian dari theodolite ini dapat dibaca sampai
ketelitian 20 melalui satu teropong . Apabila alat ini diutarakan
terlebih dahulu maka bacaan horizontalnya adalah bacaan azimuth
geografis . Bayangan yang terlihat pada alat ini adalah tegak .
4. Theodolite NIKON NE20S
Theodolite ini merupakan theodolite yang menggunakan sistem digital
dengan tingkat ketelitian 20, cara penggunaanya sama dengan
theodoliteTM20E .
Berdasarkan kebutuhan tingkat ketelitian pengukuran sudutnya, theodolite
dibedakan atas empat macam yaitu :
2.3.3Pengukuran poligon
A. Pengukuran jarak mendatar
Pengukuran jarak mendatar pada poligon dapat ditentukan dengan cara :
mekanis (dengan menggunakan pita ukur) dan optis (seperti pada pengukuran
sipat datar). pada bagian ini dijelaskan metode pengukuran jarak dengan
menggunakan pita ukur. Pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur harus
memperhatikanpermukaan tanah yang akan diukur.
pengukuran jarak pada tanah mendatar, seperti pada gambar
Gambar 2.1
Pengukuran jarak
Caranya :
skala nol pita ukur diletakkan tepat berimpit di atas pusat anda titik A
pita ukur ditarik dengan kuat agar keadaannya benar-benar lurus, tidak
melengkung
himpitkan skala pita ukur lainnya di atas pusat tanda titik B, maka bacaan skala
inilah yang merupakan jarak antara titik A dan titik B
caranya :
jika permukaan tanahnya relatif miring, maka pengukuran jarak dibagi dalam
beberapa selang (pada gambar di atas bagi dua selang)
skala nol diimpitkan di atas titik A (biasa dengan menggunakan bantuan unting-
unting), tarik agar pita dalam keadaan datar sampai berimpit dengan titik 1, maka
diperoleh d1
dengan cara yang sama, jarak diukur dari titik 1 sampai titik B, hingga didapat d2
maka :
dAB = d1 + d2
Gambar 2.3
Pengukuran sudut mendatar
Caranya :
alat dirikan di titik P alalu diatur sesuai ketentuan
target dipasang di titik A dan di tiik B
alat dalam kedudukan biasa diarahkan ke target di titik A (arah pertama)
atur tabung okuler dengamemutar sekrup yang ad pada okuler sehingga dapat
melihat garis-garis diafragma (benang silang) denga jelas
atur sekrup penjelas bayangan sehingga dapat melihat bayangan target di tiik A
dengan terang dan jelas
tepatkan benang silang diafragma pada target dengan memutar sekrup penggerak
halus horisontal dan vertikal, baca dan catat skala lingkaran horisontalnya. Ulangi
pembacaan tersebut minimal 3 kali, kemudian hitung rata-rata harga hasil
bacaannya, catat sebagai L1 (B)
teropong diputar searah jarum jam dan diarahkan ke target di titik B, dengancara
yang sama seperti di atas, catat sebagai L2 (B)
teropong dibalikkan dalam kedudukan luar biasa an diputar seearah jarum jam,
dengan kedudukan tetap mengarah ke titikk B. dnegan cara yang sama seperti di
atas, baca skala lingkarannya dan catat sebagai L2 (LB)
putarlah teropong searah jarum jam ke titik A (tetap dalam kedudukan luar biasa),
dengan menggunakan cara yang sam seperti di atas, bacalah skala lingkran
horisontalnya dan catat sebagai L1 (LB)
urutan pengukuran sudut seperti yang dijelaskan di atas adalah pengukuran sudut
1 seri.
Tahapan hitungan :
Menghitung koordinat titik 1 :
X1 = XA + XA1 Y1 = YA + YA1
X1 = XA + dA1 Sin A1 Y1 = YA + dA1 Cos A1
Gambar 2.5
Bentuk poligon lepas
B. Poligon terikat
Pada poligon terikat diberikan satu titik ikat awal berikut jurusan awal dan
juga titik ikat akhir atau sudut jurusan akhir.
a) Poligon dikontrol dengan sudut jurusan akhir
Titik awal diikatkan ke titik A dan untuk orientasi diberikan sudut jurusan awal,
sedangkan titik terakhir diberikan sudut jurusan akhir. Akibat adanya sudut
jurusan awal awal dan akhir, maka semua ukuran sudut yang sehadap dapat
dikontrol.
Gambar 2.6
Poligon teikat dan dikontrol pada sudut jurusan akhir
Diukur dilapangan :
Jarak datar d1, d2, d3, d4, dan d5
Sudut datar 1, 2, 3, 4
Setelah koordinat titik 1 dihitung dari koordinat titik A, untuk menghitung titik 2
diperlukan 12 dimana :
12 = {( 0+ 180) + 1 } 360
= 0 + 1 - 180
D`an
45 = {( 34+ 180) + 4 } 360
= 34 + 4 - 180
= 0 + 1 + 2 + 3 + 4 720
a 0 = 1 + 2 + 3 + 4 720
1 + 2 + 3 + 4 = ( a 0 ) + 720
Dimana f() adalah besarnya koreksi yang diberikan untuk pengukuran sudut.
Gambar 2.7
Poligon terikat dan dikontrol koordinat akhir