Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

OSEANOGRAFI FISIS

Tinggi Muka Laut Perairan Indonesia


dari Data Altimetri

Oleh :

Daffa Akbar Dwifa (18/425031/TK/46726)


Didi Ilham (15/384989/TK/43651)
Labisa Wafdan (18/431137/TK/47730)
Muhammad Naufal Fadil (18/428724/TK/47226)
Tiara Ana Ndodah (18/425061/TK/46756)

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Oseanografi Fisis ini dengan tepat
waktu.
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Oseanografi Fisis di Departemen Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dosen mata kuliah Oseanografi Fisis
2. Rekan-rekan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun
cara penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.

Yogyakarta, 9 November 2019

Penulis

1
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………...……………………………..…. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1


1.1 Latar Belakang……………………………………………….……………… 1
1.2 Rumuasan Masalah…………………………………………………………… 1
1.3 Tujuan………………………………………………………………...……… 2
BAB II DASAR TEORI………………………………………………………...….…. 3
2.1 Prinsip Dasar Satelit Altimtri ………………………………………………. 3
2.2 Sejarah Satelit Altimetri …………………………………………………… 3
2.3 Misi Satelit Altimetri ………………………………………………………. 4
2.4 Sea Surface Height, Sea Surface Topography, dan Sea Level Anomaly…… 5

BAB III LANGKAH KERJA ………………………………………………………….. 8


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………..…………… 11

3.1 Hasil Plotting Tinggi Muka Laut di Perairan Indonesia dengan


Menggunakan Software Aplikasi BRAT ……………………………… …. 11
3.2 Manfaat Data Altimetri …………………………………………………… 12

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………...…..…… 13
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….…..………… 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permukaan bumi yang luas terdiri dari hampir 1/3 daratan dan 2/3 lautan. Dengan
luasan yang meliputi 2/3 dari luas bumi maka perlu adanya upaya-upaya untuk menggali
dan memanfaatkan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.
Planet bumi yang selalu berubah secara global merupakan suatu fenomena. Lautan
dan interaksi dengan atmosfer dan biosfer memainkan peranan penting dalam sistem
perubahan bumi. Pengetahuan mengenai aspek global dari sirkulasi lautan masih sangat
kurang. Hal ini dikarenakan sulitnya pengambilan atau pengamatan data lautan dimana
fluktuasi yang sering terjadi demikikan cepat dan besar baik secara spasial maupun
temporar. Perlu dilakukan pengembangan keilmuan yang terkait dengan lautan, seperti
geofisika, oseanografi, meteorologi, geodesi, geologi dan kajian ilmu lainnya.
Sistem satelit merupakan salah satu pemecahan permasalahan untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan untuk mempelajari fenomena lautan secara global. Maka dilunculkan
beberapa satelit yang sesuai dengan tujuan mempelajari dinamika lautan yaitu satelit
altimetri. Satelit Altimetri mulai berkembang sejak tahun 1973, saat diluncurkannya Satelit
Altimetri yang pertama yaitu Satelit Skylab oleh NASA. Satelit altimetri pada prinsipnya
mempunyai tujuan untuk memahami secara lebih mendalam sistem iklim global serta peran
yang dimainkan oleh lautan di dalamnya, yang antara lain Mengamati sirkulasi lautan
secara global, memantau volume dari lempengan es kutub, mengamati perubahan muka
laut ratarata secara global
Dengan kemampuannya untuk mengamati topografi dan dinamika dari permukaan
laut secara kontinyu, maka satelit altimetri tidak hanya bermanfaat untuk pemantauan
perubahan muka laut rata-rata (mean sea level) secara global, melainkan dapat juga
mengamati mean sea surface, mean dynamic topogrphy, sea surface height, dll
Plotting data MSLA dan MADT dapat dilakukan menggunakan aplikasi BRAT
(Basic Rada Altimetry Tools). BRAT merupakan aplikasi terbuka yang dapat didownload
secara gratis di internet.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengekstrak data atimetri dari URL resmi ESA atau NASA dengan
menggunakan BRAT?
2. Bagaimana cara melakukan plot tinggi muka laut ( SSH ) sepanjang track satelit di wilayah
perairan Indonesia dengan menggunakan beberapa parameter?

11
1.3 Tujuan Penulisan Makalah

3 Mengatahui cara mengekstrak data atimetri dari URL resmi ESA atau NASA dengan
menggunakan BRAT.
4 Mengatahui cara melakukan plot tinggi muka laut ( SSH ) sepanjang track satelit di wilayah
perairan Indonesia dengan menggunakan beberapa parameter.

2
12
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Konsep Dasar Satelit Altimetri

Satelit altimetri adalah wahana untuk mengukur ketinggian suatu titik terhadap
referensi tertentu. Satelit altimetri terdiri atas tiga komponen utama yaitu radar altimeter,
radiometer, dan sistem positioning. Radar altimeter berfungsi untuk mengukur jarak dari
satelit ke permukaan target dengan menafaatkan informasi waktu tempuh. Radiometer
berfungsi untuk mengukur kondisiatmosfer, sedangkan positioningsystemberfungsi untuk
menentukan posisi satelit yang presisi pada bidang orbitnya. Dengan menggunakan
kombinasi data ini, satelit altimetrimampu menghasilkan dengan ketelitian hingga
beberapa centimeter(Marsh, et al., 1992).
Satelit altimetri menggunakan radar dengan frekuensi dual-banduntuk mengukur
jarak dari satelit ke altimetriyang dikombinasikan dengan teknologi GPS untuk mengukur
posisi teliti terhadap bidang referensinya. Frekuensi dual-bandyang panjang gelombangnya
berbeda ini dimaksudkan untuk mengeliminasi efek
ionosphericdelay(http://www.aviso.oceanobs.com).

2.2 Sejarah Satelit Altimetri

Sejarah satelit altimetri dimulai ketika pada Kongres Geophysics Williamstown


tahun 1969 dimana pada saat itu dibahas rencana pembuatan instrumen radar untuk
keperluan space oceanography. Selanjutnya, Amerika Serikat meluncurkan Skylab (1973)
dan Geos3 (1975) sebagai satelit dengan fungsi sebagai altimeter untuk menentukan
topografi permukaan laut. Kemudian pada 1978 diluncurkan Seasat sebagai satelit pertama
yang datanya sudah dapat digunakan. Selain Amerika Serikat dengan NASA-nya, CNES
yang merupakan Badan Antariksa Eropa juga meluncurkan satelit altimeter pada tahun
1981 dengan misi Poseidon. Di saat yang sama NASA mengembangkan Seasat dengan
misi Topex (Topography Experiment). Pada tahun 1987, untuk alasan efektifitas dan
penghematan biaya, CNES dan NASA melakukan kerjasama sehingga Topex dan
Poseidon digabungkan dalam satu misi menjadi Topex/Poseidon.Pengukuran
Topex/Poseidon per sepuluh hari menghasilkan data pengamatan skala global yang lebih
baik dari pengamatan in-situsejak ratusan tahun yang lalu. Sejak itu, diluncurkan beberapa
satelit hasil kombinasi CNES dan NASA seperti ERS (1998), GFO (1998), Jason-1 (2001)
dan Envisat (2002), dan yang terakhir Jason-2 (2008).Satelit Jason-2merupakan
pengembangan dari satelit Jason-1 dengan menggunakan track satelit Jason-1. Sedangkan
Jason-1 sendiri menggunakan interleaved trackTopex/Poseidon.

31
4.1 Misi Satelit Altimetri

a. ERS-1
ERS-1 (The European Remote Sensing) merupakan satelit altimetri milik eropa
pertama yang dilengkapi dengan altimeter radar, yang berfungsi dalam menentukan
ketinggian muka laut secara akurat,tinggi gelombang laut signifikan, berbagai
parameter es, serta estimasi dari kecepatan angin di lautan.Data-data ini digunakan
untuk memantau sirkulasi lautan global, sistem arus regional, dan mempelajari
medan gaya berat di laut. Posisi satelit ini sendiri ditentukan oleh instrumen Precise
Range and Range-rate Equipment (PRARE) serta Laser Retro-reflectors (LRR)
yang tertanam di dalamnya. Satelitini telah memberikan sumbangsih dalam
penelitian oil slicks akibat kebocoran kapal tanker serta penelitian El Niño dan
dampaknya pada iklim global.

b. ERS-2
ERS-2 merupakan kelanjutan dari satelit ERS-1 dengan beberapa
penyempurnaan instrumen. ERS-2dapat mengukur kadar lapisan ozon di atmosfer
dan dapat digunakan sebagai media pemantauan vegetasi. Data yang diukur oleh
satelit ini adalah kecepatan dan arah angin serta ketinggian, panjang, dan arah
gelombang laut. Data-data tersebut diukur oleh instrumen gelombang mikro aktif.
Data jarak antara satelit dan muka laut maupun permukaan es serta ketinggian
gelombang laut rata-rata diukur oleh instrumen radar altimeter.ERS-2 telah
memberikan sumbangsih dalam penentuan Sea Surface Topography (SST) dalam
penelitian kenaikan muka laut, serta berbagai peta ketinggian gelombang,
athmospheric ozone, dsb.

c. TOPEX/Poseidon
Ocean TOPography Experiment (TOPEX)/Poseidon merupakan satelit altimetri
yang didesain untuk memantau sirkulasi lautan dan interaksinya dengan atmosfer.
Satelit ini merupakan pelengkap dari berbagai program oseanografik dan
meteorology internasional, termasuk World Circulation Experiment (WOCE) dan
Tropical Ocean and Global Atmosphere (TOGA), yang keduanya disponsori oleh
World Climate Research Program (WRCP).

TOPEX/Poseidon mengukur ketinggian muka laut pada jalur yang sama


setiap 10 hari menggunakan dual frequency altimeter yang dibuat oleh National
Aeronautics and Space Administration (NASA) serta single solid-state altimeter
yang dibuat oleh Centre National d’Etudes Spatiales (CNES). Informasi muka laut
ini digunakan untuk menghubungkan perubahan arus di laut dengan pola
atmosferik dan climate.

14
Penentuan ketinggian satelit altimetri ini sendiri dilakukan dengan
menggunakan teknik SLR, DORIS, dan GPS yang dilakukan secara independen.
Data ketinggian satelit altimetri ini dibutuhkan untuk kalibrasi altimeter. Dengan
kombinasi tersebut, TOPEX/Poseidon dapat melakukan pengamatan ketinggian
muka laut dengan tingkat akurasi hingga 3 cm.

Hingga saat ini TOPEX/Poseidon telah memberi sumbangsih dalam


penelitian dan deteksi El Niño, tracking arus laut, pemantauan kecepatan angin
lewat analisis kelautan, serta pemantauan muka laut global secara presisi.

4.2 Sea Surface Height, Sea Surface Topography, dan Sea Level Anomaly

Sea Surface Height (SSH) merupakan tinggi muka laut yang tereferensi pada
bidang elipsoid. Pada saat dilakukan pengukuran yang mengkonversi data tempuh
gelombang elektromagnetik menjadi data jarak, akan dihasilkan tinggi satelit di atas
permukaan laut. Dengan diketahuinya ketinggian satelit di atas bidang elipsoid maka
ketinggian permukaan laut di atas bidang ellipsoid dapat dihitung. Formulasi
hitungannya secara sederhana dapat dirumuskan pada persamaan 2.2 berikut : hH

SSH= H-h
di mana :
SSH = sea surface height
H = tinggi satelit di atas bidang ellipsoid
h = jarak satelit dengan permukaan laut sesaat.

Sea surface Topography (SST) merupakan tinggi muka laut yang tereferensi pada
bidang geoid atau muka laut rata - rata (mean sea surface/ MSS). Dengan diperolehnya

15
data jarak dari hasil pengukuran satelit altimetri maka selanjutnya topografi muka laut
(SST) dapat ditentukan. Penentuan SST dapat dijelaskan pada gambar 2.2 berikut :

Pada gambar 2.2 di atas menunjukkan bahwa saat dilakukan pengukuran jarak dari
satelit ke permukaan laut sesaat (h), posisi satelit bereferensi terhadap suatu permukaan
ellipsoid. Sehingga, jarak dari satelit ke permukaan ellipsoid bisa diketahui yang
dinyatakan sebagai tinggi orbit (H). Jika diketahui undulasi geoid (gh) di daerah tersebut,
maka tinggi permukaan laut di atas geoid (hd) dapat ditentukan dengan persamaan 2.3
berikut :
Hd = H-h-hg (2.3) di mana:
dh= tinggi muka laut di atas geoid (sea surface topography)
H= tinggi satelit di atas ellipsoid
h = jarak ukuran altimeter (tinggi satelit di atas muka laut)
hg = undulasi geoid
Topografi muka laut (SST) dapat diklasifikasikan ke dalam dua komponen yaitu :

1. Komponen statik, disebabkan oleh adanya arus laut, efek meteorologis, salinitas,
dan temperatur air laut.

2. Komponen dinamik, disebabkan oleh adanya gelombang laut, pasang surut laut,
dan variasi tekanan udara. Dari dua komponen topografi muka laut tersebut yang
ingin diketahui pada umumnya adalah komponen statik dari topografi muka laut.
Dengan demikian untuk mendapatkan tinggi muka laut yang hanya memiliki
komponen statik, maka komponen dinamik harus dihilangkan dengan cara
mengeliminir efek gelombang, pasang surut, dan variasi tekanan udara. Komponen
statik dan dinamik dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini :

16
Untuk mendapatkan topografi muka laut komponen statik yang terhindar dari
kesalahan dan bias maka diterapkan koreksi-koreksi pada hasil pengukurannya. Dengan
demikian tinggi permukaan laut di atas geoid (hd) dapat ditentukan dengan persamaan 2.4
berikut [Naeije, 1996] :

Sea Level Anomaly (SLA) merupakan tinggi muka laut yang tereferensi pada bidang
geoid atau MSS dimana efek dinamisnya seperti pasang surut dan pengaruh tekanan atmosfer
sudah dihilangkan. Efek pasang surut laut terdiri atas SET (Solid Earth Tide), EOT (Earth
Ocean Tide), PT (Pole Tide). EOT merupakan penjumlahan pasut laut murni atau pure oceanic
tide (yang mencakup pasut setimbang dan tidak setimbang) dan pasut pembebanan [Benada,
1997].

Pada gambar 2.4 di atas setelah diperolehnya data SST (H-h-hg) maka SST yang
diperoleh dikurangi dengan kesalahan dan bias komponen dinamik sehingga menghasilkan
nilai sea level anomaly (SLA) yang hanya mengandung komponen statik saja.

71
BAB III
LANGKAH KERJA
3.1 Langkah Pengerjaan
- Pengambilan Data
Download data dengan FileZilla dengan host podaac-ftp.jpl.nasa.gov.
Data yang diambil adalah Cycle pada Jason-1 selama setahun pada 2002
pada pass Indonesia.
- Pengolahan Data
Data Cycle yang telah di download, diolah menggunakan Software
BRAT Broadview Radar Altimetry Toolbox. Dengan filter Longitude 90
sampai 140 dan Latitude -20 sampai 20.
- Export Data
Mengubah data menjadi format .txt dengan mendapat nilai besaran
SSH dan SLA sesuai koordinat Longitude dan Latitude.
3.2 Langkah Plotting Data
1. Buka Software BRAT→User Interface
2. Buat Workspace baru dengan mengklik Workspace pada bagian menu
bar.

3. Pada Workspace Dialog, beri nama file dan lokasi file yang akan disimpan.

18
4. Buat Data Set Baru pada new Data Set

5. Ulangi langkah 4. untuk Cycle selama satu tahun, yaitu Cycle 11 sampai Cycle 47
(c011-c047).

6. Buat New Directory, pilih File sesuai Dataset yang telah dibuat, kemudian pilih
set parameter seperti pada gambar di bawah ini.

9
1
7. Buka tab Operation. Kemudian, pada Data Expressions X→Longitude,
Y→Latitude. Dan Data→SSHA dan SLA (Insert Empty Expression), Export
Operation→Export data menjadi ASCII.

10
1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Plotting Tinggi Muka Laut di Perairan Indonesia dengan Menggunakan


Software Aplikasi BRAT

Dengan menggunakan data altimetri pada lokasi perairan Indonesia yang terletak
pada koordinat geografis dengan batas Latitude -20 sampai 20, dan Longitude 90 sampai
145, serta data yang digunakan adalah data cycle tahun 2002, dengan pass Ascending
dengan angka ganjil yaitu: 103,179, 1, 77, 153, 229,51, 127, 203, 25, 101, 177, 253 75,
151, 227, dan dengan pass Descending dengan angka genap yaitu: 14, 90, 192, 166, 242,
64, 140, 216, 38, 114, 190, 12, 88, 164,240, 62, hasil dari rata-rata setiap cycle nilai Sea
Surface Hight (SSH) dan Sea Level Anomaly(SLA) adalah sebagai berikut :

27 -0.005202527 0.011852299
Cycle SSH SLA
28 -0.009061596 -0.009103130
11 0.007534899 0.016333761 29 -0.004663441 0.011578363
12 0.005401232 0.024450466 30 -0.013175760 -0.007109214
13 0.002166317 0.011001304 31 -0.005732431 0.009803853
14 0.006782275 0.024736012 32 0.004586515 0.013087828
15 0.002383228 0.018625096 33 -0.001206716 0.020202761
16 0.000989348 0.015064327 34 -0.001856587 0.009153119
35 0.005624952 0.032426962
17 0.011149157 0.024734982
36 0.006895474 0.017264045
18 -0.000934224 0.008992044
37 -0.008945447 0.002136710
19 -0.002089972 0.008611901 38 -0.008431461 -0.000161282
20 0.007564101 0.021044698 39 0.002118459 0.022902484
21 0.008195523 0.016483535 40 0.006400489 0.012651577
22 0.007148023 0.020100325 41 -0.000663239 0.008979649
23 0.002947748 0.015689755 42 -0.005511705 0.008601997
24 -0.005391314 0.013244640 43 -0.003344738 0.010749010
44 -0.009245226 0.005658852
25 -0.015816854 -0.000704156
45 -0.002087963 0.004356305
26 -0.007946474 0.014238339
46 -0.009625825 0.001931091
47 -0.013020794 -0.008448471

11
1
Dari tabel diatas didapat nilai SSH minimum sebesar -0.015816854, maksimum
sebesar 0.011149157. Sedangkan nilai SLA minimum sebesar -0.009103130 dan nilai
maksimum sebesar 0.032426962.

b. Manfaat Data Altimetri


Satelit altimetri dengan berbagai jenisnya telah berkontribusi cukup banyak untuk
informasi laut seperti penentuan tinggi muka laut global dan penentuan geoid. Namun
selain itu masih banyak pemanfaatan satelit altimetri lainnya. Berikut adalah beberapa
pemanfaatan satelit altimetri(Rosmorduc, et al., 2011
1. Mean sea surface mapping
2. Pembentukan model geoid
3. Studi pergerakan lempeng tektonik
4. Studi tsunami,e.Estimasi bathimetri
5. Studi ice sheetdan sea ice

Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975, ketika diluncurkannya sistem
satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif
ilmiah jangka panjang yaitu: mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari
lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global.

Dalam konteks geodesi, objektif terakhir dari misi satelit altimetri tersebut adalah
yang menjadi perhatian. Dengan kemampuannya untuk mengamati topografi dan
dinamika dari permukaan laut secara kontinyu, maka satelit altimetri tidak hanya
bermanfaat untuk pemantauan perubahan MSL global, tetapi juga akan bermanfaat untuk
beberapa aplikasi geodetik dan oseanografi seperti yang diberikan [SRSRA, 2001; Seeber,
1993]:
– Penentuan topografi permukaan laut (SST)
– Penentuan topografi permukaan es
– Penentuan geoid di wilayah lautan
– Penentuan karakteristik arus dan eddies
– Penentuan tinggi (signifikan) dan panjang (dominan) gelombang
– Studi pasang surut di lepas pantai
– Penentuan kecepatan angin di atas permukaan laut
– Penentuan batas wilayah laut, dan es
– Studi fenomena El Nino
– Manajemen sumber daya laut

12
1
– Unifikasi datum tinggi antar pulau
Begitu banyak hal yang dapat kita pelajari dengan mengaplikasikan teknologi
Satelit Altimetri, sehingga teknologi ini mulai menjadi trend baru dalam dunia science dan
rekayasa geodesi kelautan, oceanografi, dan bidang-bidang ilmu terkait lainnya.

13
1
BAB IV PENUTUP

a. Kesimpulan

- Satelit Altimetri memilii berbagai manfaat dalam bidang Geodesi Kelautan dimana
salah satunya adalah untuk menentukan tinggi muka laut rata-rata perairan di
Indonesia.
- Salah satu software yang dapat digunakan untuk memplotting data altimetri adalah
BRAT (Basic Radar Altimetry Toolbox).
- Nilai SSH minimum sebesar -0.015816854, maksimum sebesar 0.011149157.
Sedangkan nilai SLA minimum sebesar -0.009103130 dan nilai maksimum sebesar
0.032426962.

14
1
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2016. Satelit Altimetri, Docplayer.com,


https://docplayer.info/33497856-Bab-ii-satelit-altimetri.html, diakses pada tanggal 10
November 2019 pukul 7:51 WIB.
Anonim, 2016. Konsep Dasar Satelit Altimetri, Docplayer.com,
https://docplayer.info/33497856-Bab-ii-satelit-altimetri.html, diakses pada tanggal 10
November 2019 pukul 7:55 WIB.

1 15

Anda mungkin juga menyukai