Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

OSEANOGRAFI DAN LINGKUNGAN


(ABKA540)
Dibuat untuk memenuhi mata kuliah Oseanografi dan Lingkungan

Dosen Pengampu:
Dr. SIDHARTA ADYATMA M.Si
Dr. DEASY ARISANTY S.Si., M.Sc
MUHAMMAD MUHAIMIN, S.Pd, M.Sc

DISUSUN OLEH:
FREDDY ALKY PRATAMA
(1810115110016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang Peta Batimetri
Makalah ini saya buat dalam rangka memenuhi tugas Oseanografi dan Lingkungan.
Tak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
dorongan, motivasi, bimbingan, arahan dan saran yang telah diberikan sehingga makalah ini
dapat terselasaikan dengan baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya harapkan untuk
dapat memberikan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, April 2020


Penulis,

Freddy Alky Pratama


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................4
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................5
1.2 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
DAFTAR GAMBAR
Figure 1 Peta Batimetri..........................................................................................................................6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peta adalah gambaran permukaan bumi yang ditampilkan pada suatu bidang
datar dengan skala tertentu. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda,
mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar
komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain
penutup meja. Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau
sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan
skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga
dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi. Banyak peta
mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan
yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.
Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang artinya taplak atau kain
penutup meja. Tapi secara umum pengertian peta yaitu sebuah lembaran seluruh atau
sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan memakai skala
tertentu.

1.2 Tujuan
Tujuan nya adalah mahasiswa mampu membuat peta batimetri dengan
menggunakan aplikasi surfer, global mapper dan arcgis
BAB II

PEMBAHASAN

Figure 1 Peta Batimetri

Batimetri merupakan ukuran tinggi rendahnya dasar laut, sehingga petabatimetri


memberikan informasi tentang dasar laut, di mana informasi tersebut dapat memberikan
manfaat pada beberapa bidang yang berkaitan dengan dasar laut, seperti alur pelayaran untuk
kapal rakyat. Pengukuran batimetri dengan metode konvensional menggunakan metode batu
duga yaitu sistem pengukuran dasar laut menggunakan kabel yang dilengkapi bandul
pemberat yang massanya berkisar 25-75 kg. Namun seiring perkembangan zaman dan
teknologi, metode tersebut sudah mulai ditinggalkan khususnya dalam pengukuran perairan
yang luas dan dalam. Perkembangan teknologi saat ini pemetaan batimetri bias dilakukan
dengan teknologi akustik yaitu dengan menggunakan gelombang suara sehingga penggunaan
teknologi ini lebih baik karena tidak merusak lingkungan sekitar penelitian. Data tentang
kedalaman atau batimetri dapat menjadi salah satu data acuan dalam pelayaran. Kapal rakyat
yang berlayar di Pulau Tunda, pada umumnya tidak dilengkapi alat yang memberi informasi
tentang alur pelayaran yang sesuai dan pemetaan perairan di sekitar pulau tersebut yang tidak
begitu detail atau rinci dapat mengakibatkan kesalahan dalam berlayar dan dapat
menimbulkan kejadian seperti kandasnya kapal karena perairan yang dangkal untuk dilewati
kapal. Informasi yang rinci mengenai batimetri ini sangatlah diperlukan untuk alur pelayaran
rakyat atau alur yang dilewati oleh kapal transportasi di daerah tersebut.

Lintasan survei atau tracking kapal untuk pengambilan data akustik di lapangan, perlu
dilakukan perhitungan panjang lintasan survei. Panjang lintasan didefnisikan menurut
Johannesson & Mitson (1983).

V.te.d = Np.Lp + (Np-1) = k

diasumsikan bahwa:

Np - 1 = Np, maka
(Np+Lp)(Np.S) = K(Np.S) = L, atau
Np = L⁄S, maka
K = L (l+ Lp⁄s)

keterangan:
V = kecepatan kapal
te = waktu layar aktual kapal pada
kecepatan v
d = lama hari survei
Np = jumlah parallel track (transek)
L = panjang empat persegi area survei
(nautical miles)
S = jarak spasi track (nautical
miles)
Lp = panjang track parallel (nautical miles)
K = panjang dari titik awal hingga titik akhir

Pengukuran atau pengambilan data sounding mengikuti lintasan yang sudah


diperhitungkan terlebih dulu, berupa lintasan paralel mengelilingi pulau hingga kedalaman
maksimal 50 m. Mengukur kedalaman air yang menggunakan pancaran suara tunggal. Sistem
singlebeam secara umum mempunyai susunan: transceiver (tranducer/receiver) yang
terpasang pada lambung kapal atau sisi bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman
air secara langsung dari kapal penyelidikan. Transceiver yang terpasang pada lambung kapal
mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam
(sorot/pancaran) secara langsung menyusuri bawah kolom air. Energi akustik memancarkan
gelombang suara sampai dasar laut dan pantulan diterima kembali oleh transceiver
(Simmonds & Maclennan 2005). Adapun untuk memperoleh hasilnya dapat menggunakan
persamaan berikut Sasmita (2008):

du = v∆t = 1⁄2

keterangan:
du = kedalaman perairan
v = kecepatan gelombang akustik di medium air
∆t = selang waktu sejak gelombang dipancarkan hingga diterima kembali

Pemeruman menggunakan instrument akustik yaitu echosounder GPSmap 585 dengan


kecepatan kapal 3-5 knot. Sebelum pemeruman dilakukan, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi
alat echosounder tersebut dengan cara barcheck yaitu membandingkan suatu nilai kedalaman
yang diukur dengan manual dengan nilai kedalaman yang diukur dengan alat echosounder
tersebut (Dewi et al. 2015).

Batimetri dilakukan pula untuk mengetahui kondisi di bawah air dan kaitannya
dengan fenomenafenomena hidrografi lainnya seperti arus, endapan, lumpur ataupun
perencanaan serta fenomena laut yang aspek kajiannya sedikit berbeda dengan oseanografi.
Atas dasar itu, pengukuran batimetri penting dilakukan. Penentuan batimetri yang efektif
dilakukan dengan metode akustik. Metode ini menargetkan pendektesian target di bawah laut
dengan bantuan perambatan suara. Perambatan suara tersebut dimaksimalkan oleh sebuah
alat bernama echosounder. Teknik ini banyak dilakukan dengan system akustik aktif melalui
pemanfaatan sonar. Teknik echosounding bertambah maju dengan sistem sonarmelalui beam-
nya. Teknik echosounding ini pun dapat berguna bagi nelayan sebagai alat fish finder
karena sonarnya dapat mendeteksi ikan-ikan yang ada di kolom air. Tak heran pengukuran
batimetri di Indonesia paling banyak dilakukan dengan menggunakan alat echosounder.
Selain dengan menggunakan alat echosounder, pengukuran kedalaman perairan terutama
perairan dangkal juga dapat dilakukan dengan menggukan citra penginderaan jauh. Citra
yang dapat digunakan antara lain adalah citra Landsat TM, Landsat MMS, SPOT XS, dan
Airborne MSS.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa batimetri ini adalah ukuran
tinggi rendahnya dasar laut, sehingga petabatimetri memberikan informasi tentang
dasar laut, di mana informasi tersebut dapat memberikan manfaat pada beberapa
bidang yang berkaitan dengan dasar laut, seperti alur pelayaran untuk kapal rakyat.

Batimetri dilakukan pula untuk mengetahui kondisi di bawah air dan kaitannya
dengan fenomenafenomena hidrografi lainnya seperti arus, endapan, lumpur ataupun
perencanaan serta fenomena laut yang aspek kajiannya sedikit berbeda dengan
oseanografi. Atas dasar itu, pengukuran batimetri penting dilakukan. Penentuan
batimetri yang efektif dilakukan dengan metode akustik
DAFTAR PUSTAKA

Aldo Restu Agi Prananda, A. N. (Desember 2017). Universitas Gadjah Mada. Pembuatan
Peta Batimetri dengan Menggunakan Metode Hidroakustik Studi.
Totok Hestirianoto, S. B. (November 2016). Bogor Agricultural University. PEMETAAN
BATIMETRI DI PERAIRAN DANGKAL PULAU TUNDA, SERANG,.

Anda mungkin juga menyukai