LAPORAN PRAKTIKUM
NOVA MUTIARA
NPM. 1806137450
DEPOK
2021
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTIKUM
NOVA MUTIARA
NPM. 1806137450
DEPOK
DESEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum hidrogeologi dengan judul “Project 1: Pemetaan
Hidrogeologi” dengan tujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan mata
kuliah hidrogeologi 2021.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu ................... 7
Gambar 4.2 Peta Dasar Daerah Sawangan, Depok, Jawa Barat ...................... 9
Gambar 4.1 Dokumentasi Sumur ..................................................................... 9
Gambar 4.2 Peta Dasar Daerah Sawangan, Depok, Jawa Barat ...................... 10
Gambar 4.3 Peta Muka Air Tanah Daerah Sawangan, Depok, Jawa Barat ..... 11
Gambar 4.4 Peta Zonasi Electrical Conductivity (EC) Daerah Sawangan,
Depok, Jawa Barat ........................................................................ 12
Gambar 4.5 Peta Zonasi PH Daerah Sawangan, Depok, Jawa Barat ............... 13
Gambar 4.6 Peta Suhu Air Daerah Sawangan, Depok, Jawa Barat ................. 14
Gambar 4.7 Peta Zonasi Total Dissolved Solids (TDS) Daerah Sawangan,
Depok, Jawa Barat ........................................................................ 15
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Lokasi
Penelitian dilakukan di Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Pasir
Putih, dan Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa
Barat.
1
1.3. Luas dan Waktu
Sawangan merupakan salah satu kabupaten administratif di kota
Depok, di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sawangan mencakup area seluas
26,19 km2. Pengambilan data dilakukan pada Senin, 22 November 2021
sampai Selasa, 23 November 2021 pada pukul pukul 08.00 – 13.00 WIB.
Kalibrasi Alat:
1) Serbuk pH 4 dan 6.86
2) Larutan Aquades
3) Larutan kalibrasi EC 1413
4) Gelas ukur plastik (250 mL, 2 buah)
5) Sarung tangan
6) Spatula
7) Tisu
Survey Lapangan
1) Peta Dasar
2) GPS
3) Digital Multiparameter (EZ-9908)
4) Gelas ukur 250 mL
5) Cooler box + es
2
6) Kertas saring
7) Corong
8) Kertas lakmus berskala
9) Pita ukur + Bandul
10) Botol sampel air (Vol. 1 L)
11) Larutan HNO3 pekat (1 M, 50 mL)
12) Pipet tetes
13) Aquades
14) Sarung tangan
15) Tisu
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Hidrogeologi
Hidrogeologi meliputi hubungan timbal balik antara material geologi
dan proses dengan air. Fisiografi, geologi permukaan, dan topografi cekungan
drainase, dan vegetasi, mempengaruhi hubungan antara curah hujan di atas
cekungan dan air yang mengalir darinya. Penciptaan dan distribusi curah
hujan sangat dipengaruhi oleh keberadaan pegunungan dan fitur topografi
lainnya. Air yang mengalir dan air tanah adalah agen geologi yang membantu
membentuk tanah. Pergerakan dan kimia airtanah sangat bergantung pada
geologi (Fetter, 2014).
4
ditemukan di bawah tanah di celah-celah dan ruang di tanah, pasir dan batu.
Dimana air telah mengisi ruang ini adalah freatik (juga disebut) zona jenuh.
Airtanah disimpan di dalam dan bergerak lambat (dibandingkan dengan
limpasan permukaan dalam kondisi beriklim sedang dan aliran air) melalui
lapisan atau zona tanah, pasir dan batuan: akuifer. Laju aliran airtanah
tergantung pada permeabilitas (ukuran ruang-ruang di dalam tanah atau
batuan dan seberapa baik ruang-ruang tersebut terhubung) dan tinggi hidrolik
(tekanan air). (Kirkby, 1978)
5
BAB III
GEOLOGI REGIONAL
3.1. Morfologi
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o
28’ 00” Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Secara
geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada
dalam lingkungan wilayah Jabotabek. (Pemerintah Provinsi Jawa Barat,
2017)
Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah
dataran rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50
– 140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari
15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas
wilayah sekitar 200,29 km2. (Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2017)
Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai
Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai.
Disamping itu terdapat pula 25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar
169,68 Ha, dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar. (Pemerintah
Provinsi Jawa Barat, 2017)
Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan
kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa
wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir
dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai
Pesanggrahan dan Kali Cikeas. (Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2017)
3.2. Stratigrafi
6
Gambar 3.1 Peta Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu
(ESDM, 1992)
Menurut Gambar 3.1, stratigrafi Kota Depok dan sekitarnya dari tua ke
muda disusun oleh batuan perselingan, batupasir dan batu lempung yang
termasuk ke dalam Formasi Bojongmanik (Tmb) yaitu perselingan
konglomerat, batupasir, batulanau, batu lempung, Formasi Serpong (Tpss)
yaitu breksi, lahar, tuf breksi, tuf batuapung Satuan Batuan Gunung api Muda
(Qv) yaitu tuf halus berlapis, tuf pasiran berselingan dengan konglomeratan,
dan Satuan Batuan Kipas Alluvium yaitu endapan lempung, pasir, kerikil,
kerakal serta Satuan Endapan Alluvial (Qa).
3.3. Struktur
Menurut Pemerintah Kota Depok (2015), Struktur geologi di daerah ini
merupakan lapisan horizontal atau sayap lipatan dengan kemiringan lapisan
yang hampir datar serta sesar mendatar yang diperkirakan berarah utara –
selatan. Menurut Laporan Penelitian Sumber Daya Air Permukaan di Kota
Depok, kondisi geologi Kota Depok termasuk dalam sistem geologi cekungan
Botabek yang dibentuk oleh endapan kuarteryang berupa rombakan gunung
api muda dan endapan sungai. Singkapan batuan tersier yang membatasi
7
cekungan Bogor – Tangerang – Bekasi terdapat pada bagian barat –barat daya
dimana dijumpai pada Formasi Serpong, Genteng dan Bojongmanik.
8
BAB IV
4.1. Data
Tabel 4.1 Data Lapangan Penelitian
9
Gambar 4.1 Dokumentasi Sumur (atas kiri - kanan: AP8, AP7, dan AP6),
(bawah kiri – kanan: AP5, AP4, AP2)
10
Gambar 4.3 Peta Muka Air Tanah Daerah Sawangan, Depok, Jawa Barat
Dari Gambar 4.3, dapat dilihat bahwa sumur AP4 dan AP2 memiliki
nilai MAT tertinggi yaitu dengan range 8.87 – 9.29, kemudian diikuti oleh
sumur AP7 dengan range nilai 7.1 – 7.5, AP6 dan AP5 dengan range nilai
MAT 6.7 – 7.1, dan nilai MAT terendah adalah pada sumur AP8 yaitu dengan
range nilai 5.4 – 5.8.
11
Gambar 4.4 Peta Zonasi Electrical Conductivity (EC) Daerah Sawangan,
Depok, Jawa Barat
Dari Gambar 4.4, dapat dilihat bahwa sumur AP7 dan AP2 memiliki
nilai EC tertinggi yaitu dengan range 176.9 – 185.9, kemudian diikuti oleh
sumur AP8 dengan range nilai 165.9 – 176.9, AP5 dengan range nilai 155.9
– 165.9, lalu sumur AP4 dengan range nilai EC 145.9 – 155.9, dan nilai EC
terendah adalah pada sumur AP6 yaitu dengan range nilai 96 – 106.
12
Gambar 4.5 Peta Zonasi PH Daerah Sawangan, Depok, Jawa Barat
Dari Gambar 4.5, dapat dilihat bahwa sumur AP7 memiliki nilai pH
tertinggi yaitu dengan range 5.6 – 5.7, kemudian diikuti oleh sumur AP6
dengan range nilai 5.2 – 5.3, lalu nilai pH terendah berada pada sumur AP2,
AP4, AP5, dan AP8 yaitu dengan range nilai pH 5 – 5.1.
13
Gambar 4.6 Peta Suhu Air Daerah Sawangan, Depok, Jawa Barat
Dari Gambar 4.6, dapat dilihat bahwa sumur AP4 memiliki nilai suhu
air tertinggi yaitu dengan range 30.3oC – 30.5oC, kemudian diikuti oleh
sumur AP7 dengan range nilai 29.8oC - 30oC, AP6 dengan range nilai suhu
air 29.3oC – 29.5oC, AP2 dengan nilai 29oC – 29.3oC, AP8 dengan nilai
28.5oC – 28.8oC dan nilai suhu air terendah adalah pada sumur AP5 yaitu
dengan range nilai 28.2oC – 28.5 oC.
14
Gambar 4.7 Peta Zonasi Total Dissolved Solids (TDS) Daerah Sawangan,
Depok, Jawa Barat
Dari Gambar 4.7, dapat dilihat bahwa sumur AP2, AP5, AP7, dan AP8
memiliki nilai TDS tertinggi yaitu dengan range 87.7 – 92.9, kemudian
diikuti oleh sumur AP4 dengan range nilai 72.1 – 77.3, dan nilai TDS
terendah berada di sumur AP6 dengan range nilai 46 – 51.2.
15
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dari praktikum ini didapatkan bahwa nilai MAT tertinggi
berada pada sumur AP4 dan AP2 dengan range 8.87 – 9.29 dan terendah adalah
pada sumur AP8 yaitu dengan range nilai 5.4 – 5.8. Nilai EC tertinggi berada pasa
Aumur AP7 dan AP2 dengan range 176.9 – 185.9, dan nilai EC terendah adalah
pada sumur AP6 yaitu dengan range nilai 96 – 106. Sementara itu, untuk nilai pH,
sumur AP7 memiliki nilai pH tertinggi yaitu dengan range 5.6 – 5.7 dan nilai pH
terendah berada pada sumur AP2, AP4, AP5, dan AP8 yaitu dengan range nilai pH
5 – 5.1. Untuk nilai suhu air, sumur AP4 memiliki memiliki nilai suhu air tertinggi
yaitu dengan range 30.3oC – 30.5oC serta dan nilai suhu air terendah adalah pada
sumur AP5 yaitu dengan range nilai 28.2oC – 28.5 oC. Untuk parameter terakhir,
yaitu nilai TDS, sumur AP2, AP5, AP7, dan AP8 memiliki nilai TDS tertinggi yaitu
dengan range 87.7 – 92.9. Sementara, nilai nilai TDS terendah berada di sumur AP6
dengan range nilai 46 – 51.2. Dari semua parameter yang digunakan, dapat dilihat
bahwa sumur AP2 memiliki range nilai tinggi terbanyak dari semua aspek
parameter. Semua parameter yang dipakai berguna dalam menentukan kualitas
airtanah dan parameter tersebut juga saling melengkapi jadi tidak ada aspek
parameter yang paling menonjol dan tidak ada yang bisa diabaikan serta jika dilihat
pada peta berhubungan dengan nilai konturnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Fetter Jr., C.W. 2014. Applied hydrogeology fourth edition. England: Pearson
Education Limited
Moore, John E. 2012. Field hydrogeology a guide to site investigations and report
preparation second edition. US: Taylor & Francis Group, LLC
17
LAMPIRAN
18
(Dokumentasi Peserta Praktikum Offline)
19
(Dokumentasi Peserta Praktikum Offline)
20
(Dokumentasi Peserta Praktikum Offline)
21
(Dokumentasi Peserta Praktikum Offline)
22
(Dokumentasi Peserta Praktikum Offline)
23