Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

Dosen Pengampu :
Theopihila Listyani Retno Astut, DR. S.T., M.T

Disusun Oleh :
EGA RIZKY AFDILLAH
410018077

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,


Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

YOGYAKARTA
2020

P a g e 1 | 28
HALAMAN PENGESAHAN

OLEH :
EGA RIZKY AFDILLAH
410018077

Diajukan sebagai tugas akhir Praktikum Hidrogeologi dan syarat untuk


mengikuti responsi Praktikum Hidrogeologi 2020 Program Studi Teknik Geologi,
Departemen Teknik, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.

Yogyakarta, 10 Desember 2020


Asisten Praktikum Hidrogeologi Dosen Pengampu

( ) ( )

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINRAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2020

P a g e 2 | 28
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan Rahmat-Nya “Laporan Akhir Praktikum Hidrogeologi” ini dapat
selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan. Laporan ini disusun sebagai tugas
akhir dari kegiatan praktikum Hidrogeologi

Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


Ibu Theopihila Listyani Retno Astut, DR. S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata
kuliah Hidrogeologi serta asisten dosen praktikum Hidrogeologi yang selama ini
telah membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan kegiatan
praktikum, serta kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam proses
penyelesaian laporan ini.

Penulis sadari dalam menyelesaikan laporan ini terdapat banyak kendala


dalam pembuatannya, sehingga laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat dibutuhkan agar laporan
ini dapat menjadi lebih sempurna lagi untuk selanjutnya. Akhir kata semoga laporan
akhir Praktikum Hidrogeologi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 11 Desember 2020


Penulis:

Ega Rizky Afdillah


410018077

Page | 3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ 2
KATA PENGANTAR .................................................................................... 3
DAFTAR ISI ................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... 5
DAFTAR TABEL .......................................................................................... 6
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 7
1.2 Lokasi, Luas, dan Waktu ...................................................................... 8
1.3 Maksud dan Tujuan .............................................................................. 8
1.4 Alat dan Bahan ..................................................................................... 9
BAB II DASAR TEORI .................................................................................
2.1 Peta Hidrogeologi ................................................................................. 12
2.2 Total Padatan Terlarut (TDS) ............................................................... 13
2.3 Daya Hantar Listrik (DHL) .................................................................. 13
2.4 Derajat Keasaman (pH) ........................................................................ 15
2.5 Kualitas Air Tanah ............................................................................... 16
BAB III PEMBAHASAN ..............................................................................
3.1 Geomorfologi Regional Kabupaten Sleman......................................... 17
3.2 Stratigrafi Regional Kabupaten Sleman ............................................... 18
3.3 Hidrogeologi Regional Kabupaten Sleman .......................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
4.1 Data ...................................................................................................... 20
4.2 Analisis Data ......................................................................................... 20
4.3 Interpretasi ............................................................................................ 21
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 22
BAB VI DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 23
LAMPIRAN .................................................................................................... 24

Page | 4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian .................................................................... 8


Gambar 2. Pita Ukur ........................................................................................ 9
Gambar 3. Gelas ............................................................................................... 9
Gambar 4. pH meter ......................................................................................... 10
Gambar 5. TDS/EC meter ................................................................................ 10
Gambar 6. Alat Tulis ........................................................................................ 10
Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian .................................................................... 11
Gambar 8. Buku Catatan Lapangan ................................................................. 11
Gambar 9. Tabel Pengukuran ........................................................................... 11
Gambar 10. Peta 3D Sebaran DHL .................................................................. 12
Gambar 11. Peta 3D Sebaran TDS ................................................................... 12
Gambar 12. Peta 3D Sebaran pH ..................................................................... 12
Gambar 13. Peta 3D Overlay Topografi-M.A.T .............................................. 12
Gambar 14. Peta geomorfologi Propinsi D.I. Yogyakarta
(Salahuddin Husein dan Srijono, 2010)1 ...................................... 17
Gambar 15. Peta 3D Kondisi Geologi Yogyakarta
(Setijadji et al., 2007; dimodifikasi dari Rahardjo dkk., 1995). .... 18
Gambar 16. Konfigurasi Akuifer Cekungan Air Tanah Yogyakarta-Sleman .. 19
Gambar 17. Peta Elevasi Muka Air Tanah (M.A.T) ........................................ 21

Page | 5
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar persyaratan TDS untuk kualitas air minum dan air bersih ..... 13
Tabel 2. Klasifikasi Kelas Mutu Air berdasarkan nilai TDS-nya .................... 13
Tabel 3. Klasifikasi Air Berdasarkan Nilai DHL (Davis dan Wiest, 1996) ..... 14
Tabel 4. Klasifikasi intrusi air laut berdasarkan batas konduktivitas listrik
(Davis dan Wiest, 1996) .................................................................... 14
Tabel 5. Kriteria Penilaian DHL Air Sumur (Simoun, 2000) .......................... 14
Tabel 6. Daftar persyaratan derajat keasaman untuk ...................................... 15
Tabel 7. Klasifikasi Kelas Mutu Air berdasarkan nilai pH-nya ....................... 16

Page | 6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sumber kehidupan makhluk hidup. Bahkan menurut
informasi yang beredar dikatakan bahwa planet yang dihuni oleh manusia adalah
planet air. Lebih kurang sekitar 70,8% dari luas muka bumi yang luasnya yaitu 510
juta km2 adalah laut. air yang ada dibumi ini bersifat dinamis. Air terus bergerak
dan mengalami proses hidrologi dan hidrogeologi. Mulai dari laut, menuju
atmosfer, turun kedarat dan masuk kebawah permukaan begitu seterusnya. Ilmu
yang mengkaji tentang air dibawah permukaan bumi adalah hidrogeologi yang
mencakup jenis-jenis akuifer dan lainnya. Air didalam bumi dapat muncul
kepermukaan bumi hal ini ditunjukkan oleh keberadaan mata air. Selain itu
biasanya keberadaan air dibawah permukaan bumi dapat dilihat dari keberadaan
sungai dan sumur.
Air merupakan salah satu komponen pokok yang harus dipenuhi makhluk
hidup dalam hal bertahan hidup. Manusia dalam hal ini tidak luput dari aspek
pentingnya pemenuhan kebutuhan air. Keberadaan air yang umumnya
dimanfaatkan manusia tersebar dengan jumlah sebanyak 50 miliar kubik kaki baik
di atmosfer, laut, gletser, danau, sungai, maupun dalam tanah sebagai air tanah
(McCuen, 1989). Apabila dilihat dari jumlah pemenuhan manusia dengan distribusi
keterdapatan air, umumnya manusia melakukan ekstraksi air untuk kebutuhan air
bersih yang berada di bawah tanah. Air tanah umumnya terakumulasi dalam suatu
wadah yang disebut Cekungan Air Tanah (CAT), yang umumnya pola aliran airnya
bergerak dari tekanan tinggi menuju tekanan rendah seperti percobaan hukum
Darcy
Pada penelitian ini dilakukan uji sample terhadap 10 sumur yang berada
pada daerah Desa Sariharjo dan Sinduadi. Kajian ini bertujuan mengetahui pola dan
arah aliran air tanah, mengidentifikasi dan menganalisis kualitas kimia air tanah
(derajat keasaman/pH), TDS (total dissolve solid), dan DHL (daya hantar listrik)
sehingga dapat mengetahui kondisi airtanah dangkal dan peta sebarannya serta
hubungannya dengan kondisi geologi di daerah penelitian.
Page | 7
1.2 Lokasi, Luas, dan Waktu
Lokasi pengambilan sample sumur hidrogeologi ini secara adminstratif
terletak di Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta. Dan Desa
Sinduadi Kecamatan Mlati, Sleman, DI Yogyakarta. Rentang koordinat UTM
daerah pemetaan hidrogeologi 431183,062 dan 9143942,044 sampai dengan
koordinat 431683,664 dan 9143446,186. Luas Lokasi pengambilan sample sumur
ini 500 x 500 m2. Lokasi pemetaan hidrogeologi ini dapat ditempuh menggunakan
sepeda motor dengan jarak 6 km selama ±30 menit dari Kampus Institut Teknologi
Nasional Yogyakarta.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Pengambilan sample sumur hidrogeologi dilakukan pada hari Minggu


tanggal 22 November 2020. Pengambilan sample ini dimulai dari pagi pukul 09.00
hingga siang pukul 14.00.

1.3 Maksud & Tujuan


Adapun maksud dilakukannya penelitian ini yaitu untuk melakukan
pemetaan kondisi air tanah dangkal dan air permukaan, termasuk pengambilan data
suhu, pH, Daya Hantar Listrik (DHL) maupun Total Dissolve Solid (TDS) air tanah.

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk membuat peta aliran
air tanah dangkal dan mengetahui hubungan antara air tanah dangkal dan air
permukaan pada daerah pemetaan, serta membuat peta terkait evaluasi kondisi
Daya Hantar Listrik (DHL) maupun Total Dissolve Solid (TDS) air tanah
Page | 8
1.4 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dibawa saat pengambilan sample sumur
diantaranya:

Alat
 Meteran/pita ukur

Gambar 2. Pita Ukur

 Gelas/gayung

Gambar 3. Gelas

Page | 9
 pH meter

Gambar 4. pH meter

 TDS/EC meter

Gambar 5. TDS/EC meter

Bahan
 Alat Tulis

Gambar 6. Alat Tulis


Page | 10
 Peta Lokasi (Peta RBI atau Peta Topografi)

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

 Buku Catatan Lapangan

Gambar 8. Buku Catatan Lapangan

 Tabel Pengukuran
DATA PENGUKURAN SUMUR DANGKAL/GALI DAERAH X
OLEH :

Tabel Pengukuran Sumur Dangkal / Gali


Koordinat (UTM) Nilai
Elevasi Tanggal
Nama Pemilik Kedalaman Kedalaman Tebal Elevasi
No. Permukaan Pemanfaatan Pengambilan
Lokasi X Y m.a.t (m) Sumur (m) Air (m) m.a.t (m) TDS EC pH Suhu
Tanah (m) Data

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Gambar 9. Tabel Pengukuran

Page | 11
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Peta Hidrogeologi


Peta Hidrogeologi adalah Peta yang mencerminkan keadaan air tanah,
berkaitan dengan keadaan geologi setempat, Konsep pemetaan hidrogeologi adalah
pengambilan data lapangan berupa kedalaman muka air tanah dangkal, elevasi, dan
data kualitas air tanah. Kemudian pada Peta Kedalaman Muka Air Tanah yang
menggambarkan kedalaman MAT dari suatu permukaan tanah, dan pada Peta
Muka Air tanah memberikan kedudukan MAT (selisih antara ke tinggian muka air
tanah dengan muka air laut rata-rata), Peta Aliran Air tanah adalah peta yang
menggambarkan arah aliran air tanah.

Gambar 10. Peta 3D Sebaran DHL Gambar 11. Peta 3D Sebaran TDS

Gambar 12. Peta 3D Sebaran pH Gambar 13. Peta 3D Overlay


Topografi-M.A.T

2.2 Total Padatan Terlarut/Total Dissolve Solid (TDS)


Page | 12
Merupakan suatu ukuran kandungan suatu material, baik anorganik maupun
organik yang terdapat di dalam suatu cairan (airtanah). Meskipun TDS secara
umum tidak dianggap sebagai polutan primer (misalnya, tidak dianggap terkait
dengan efek kesehatan), TDS digunakan sebagai indikasi karakteristik estetika air
minum dan sebagai indikator agregat dari keberadaan beragam kontaminan kimia.
Amerika Serikat telah menetapkan standar kualitas air sekunder 500 mg / L untuk
memenuhi kelezatan air minum. Air dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat total
padatan terlarut (TDS) di dalam air:
a. Air tawar : TDS kurang dari 1.000 mg / L
b. Air payau : TDS = 1.000 sampai 10.000 mg / L
c. Air garam : TDS = 10.000 hingga 35.000 mg / L
d. Hipersalin : TDS lebih dari 35.000 mg / L
Air minum umumnya memiliki TDS di bawah 500 mg / L. TDS Fresh Water
yang lebih tinggi dapat diminum tetapi rasa mungkin tidak menyenangkan.
Berdasarkan Permenkes RI No 416/MENKES/PER/IX/1990 disebutkan bahwa :

Parameter syarat Air Minum Air Bersih


Jumlah Zat Padat
Terlarut (TDS) 1.000 mg/L 1.500 mg/L
Tabel 1. Daftar persyaratan TDS untuk kualitas air minum dan air bersih

Sedang PP no 82 Tahun 2001menyebutkan bahwa :

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV


Parameter syarat
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
Jumlah Zat padat Terlarut (TDS) /
1.000 1.000 1.000 2.000
Residu Terlarut
Tabel 2. Klasifikasi Kelas Mutu Air berdasarkan nilai TDS-nya

2.3 Daya Hantar Listrik (DHL)


EC (electrical conductivity) Adalah parameter untuk mengetahui daya
hantar listrik (DHL). Satuannya sangat kecil, maka digunakan satuan mikrosiemen
(μS/cm) atau mikromhos (μmhos/cm). Konduktivitas air bergantung pada jumlah
ion-ion terlarut pervolumenya dan mobilitas ion-ion tersebut. Satuannya adalah

Page | 13
(μmho/cm, 25oC). Konduktivitas bertambah dengan jumlah yang sama dengan
bertambahnya salinitas. Secara umum, faktor yang lebih dominan dalam perubahan
konduktivitas air adalah temperatur. Untuk mengukur konduktivitas digunakan
konduktivitimeter. Berdasarkan nilai DHL, jenis air juga dapat dibedakan melalui
nilai pengukuran daya hantar listrik dalam μmho/cm pada suhu 25oC menunjukkan
klasifikasi air sebagai berikut:

No. DHL (μmho/cm, 25oC) Klasifikasi


1. 0.0055 Air Murni
2. 0.5-5 Air Suling
3. 5-30 Air Hujan
4. 30-200 Air Tanah
5. 45000-55000 Air Laut
Tabel 3. Klasifikasi Air Berdasarkan Nilai DHL (Davis dan Wiest, 1996)

Berdasarkan batas konduktivitas listrik klasifikasi intrusi air laut dapat juga
dibedakan yaitu sebagai berikut:
Batas Konduktivitas
No. Klasifikasi Intrusi
(μmho/cm, 25oC)
1. ≤ 200.00 Tidak Terintrusi
2. 200.01-229.24 Terintrusi Sedikit
3. 229.25-387.43 Terintrusi Sedang
4. 387.44-534.67 Terintrusi Agak Tinggi
5. ≥ 534.68 Terintrusi Tinggi
Tabel 4. klasifikasi intrusi air laut berdasarkan batas konduktivitas listrik
(Davis dan Wiest, 1996)

Kriteria penilaian DHL terhadap air sumur/air tanah dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
No. DHL (μmho/cm) Klasifikasi
1. < 650 Air Tawar
2. 650-1500 Air Payau
3. > 1500 Air Asin
Tabel 5. Kriteria Penilaian DHL Air Sumur (Simoun, 2000)
Page | 14
Menurut APHA, AWWA (1992) dalam Effendi (2003), pengukuran DHL
bermanfaat dalam:
a. Memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air,
b. Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi air destilasi,
c. Menentukan kelayakan air untuk dikonsumsi, dan
d. Melakukan evaluasi pengolahan sesuai kondisi mineral air.

2.4 Derajat Keasaman (pH)


pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
(atau ke basaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan "keasaman" di
sini adalah konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari
0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila memiliki nilai pH=7. Nilai pH>7
menunjukkan larutan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7 menunjukan
keasaman. Derajat keasaman air pada umumnya disebabkan gas oksida yang
larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek
kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang
lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa
senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat menggangu kesehatan.
Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion
OH- terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7
pada kesetimbangan. Penambahan senyawa ion H+ terlarut dari suatu asam akan
mendesak kesetimbangan ke kiri (ion OH- akan diikat oleh H+ membentuk air).
Akibatnya terjadi kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan konsentrasinya. Ber-
dasarkan Permenkes RI No 416/MENKES/PER/IX/1990 disebutkan bahwa :

Parameter syarat Air Minum Air Bersih


pH (derajat keasaman) 6,5 - 8,5 6,5 - 9,0
Tabel 6 . Daftar persyaratan derajat keasaman untuk kualitas
air minum dan air bersih
Sedang PP no 82 Tahun 2001 menyebutkan bahwa:

Parameter syarat Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV


Page | 15
pH (derajat keasaman) 6-9 6-9 6-9 5-9
Tabel 7.Klasifikasi Kelas Mutu Air berdasarkan nilai pH-nya

2.5 Kualitas air tanah


Kualitas air tanah merupakan suatu kondisi dari air yang dilihat dari karakter
fisik, biologi, dan kimiawinya. Kualitas air juga menunujukkan ukuran kondisi air
relatif terhadap biota air dan manusia. Kuaitas air ini menjadi parameter yang
standar terhadap kondisi Kesehatan ekosistem air dan Kesehatan manusia terhadap
air minum.
Kualitas air juga dapat dilihat dari jenis tanah/batuan penyusun akuifer yang
berperan dalam reaksi antar mineral penyusun tanah/batuan terhadap komposisi
kimia airtanah, jenis akuifer adalah aliran laminar, turbulen, konveksi, dispersi dan
difusi (Engelen, 1981). Jenis pengaliran perubahan yang terjadi sesuai dengan
hukum-hukum fisika, kimia, biologi atau segala proses yang dapat mengakibatkan
perubahan kualitas.
Kualitas air tanah juga dapat dipengaruhi dari jenis porositas tanahnya
sebagai contoh untuk air tanah dangkal pada sumur gali yang bertekstur tanah
porous akan berpeluang lebih besar untuk mengadopsi polutan. Polutan-polutan
tersebut akan disamping berasal dari perembesan air bawah tanah tetapi sebagian
besar berasal dari rembesan air permukaan (air hujan) yang mengalami infiltrasi
dan perkolasi dan akhirnya terakumulasi dengan air sumur (Sundra, 1997).

Page | 16
BAB III
GEOLOGI REGIONAL

3.1 Geomorfologi Regional Kabupaten Sleman


Kabupaten Sleman merupakan bagian dari Satuan Morfologi Kaki
Gunungapi Tengah Merapi. Pada umumnya kondisi daerah ini relatif sama, dengan
kemiringan lereng yang relatif sama dari utara dan selatan. Kota Yogyakarta hanya
memiliki satuan geomorfologi berupa dataran fluvio-vulkanik yang merupakan
hasil proses pengendapan material-material vulkanik yang berasal dari gunungapi
Merapi. Dataran fluvio-vulkanik ini menerus ke arah selatan memasuki wilayah
Kabupaten Bantul, dan berakhir pada morfologi yang berupa Sand Dune. Pada
bagian sebelah timur wilayah Kabupaten Bantul terdapat tinggian yang berupa
perbukitan struktural, sedangkan pada wilayah sebelah barat terdapat tinggian yang
berupa perbukitan batugamping. Proses-proses geomorfologi yang terjadi dominan
adalah proses pelapukan, erosi permukaan, runtuhan dan longsoran pada tebing-
tebing sungai. Pola aliran yang berkembang di daerah ini adalah pola aliran sub
paralel-paralel dimana sungai-sungainya dipasok oleh air bawah tanah.

Gambar 14. Peta geomorfologi Propinsi D.I. Yogyakarta


(Salahuddin Husein dan Srijono, 2010)
Page | 17
3.2 Stratigrafi Regional Kabupaten Sleman
Wilayah Kabupaten Sleman tersusun atas berbagai macam batuan yang
sebagian besar merupakan hasil rombakan gunung api yang melingkupi sebagian
besar wilayah utara dan tengah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman sendiri dan
Sebagian Kabupaten Bantul. Khusus di wilayah Perbukitan Prambanan dan wilayah
Berbah- Kalasan, bagian Selatan-Tenggara tersusun oleh batuan sedimen
vulkaniklastik seperti batu beku mikrodiorit, batupasir, batu lempung dan
konglomerat yang menyusun kelompok Perbukitan Godean. Berdasarkan satuan
formasi, litologi yang menyusun daerah Sleman dari muda ke tua adalah sebagai
berikut: Endapan longsoran dari awan panas, Endapan Gunungapi Merapi Muda,
Endapan gunung api Merapi Tua, Formasi Sentolo, Formasi Nglanggran, Formasi
Semilir, Formasi Kebobutak, Formasi Andesit tua, Formasi Nanggulan, Andesit,
Mikrodorit.
Lokasi pengambilan sample sumur termasuk kedalam Endapan Gunungapi
Merapi Muda (Qmi). Batuannya berupa tuf, abu, breksi, aglomerat, dan lelehan lava
tak terpilahkan. Hasil pelapukan pada lereng kaki bagian bawah membentuk
dataran yang meluas di sebelah selatan, terutama terdiri dari rombakan vulkanik
yang terangkut kembali oleh alur-alur yang berasal dari lereng atas.

Gambar 15. Peta 3D Kondisi Geologi Yogyakarta


(Setijadji et al., 2007; dimodifikasi dari Rahardjo dkk., 1995).

Page | 18
3.3 Hidrogeologi Regional Kabupaten Sleman
Sistem Akuifer Merapi (SAM) secara umum dibedakan menjadi Sistem
Akuifer bagian atas yang didominasi oleh Formasi Yogyakarta dan Sistem Akuifer
bagian bawah yang dibentuk oleh Formasi Sleman. Kedua formasi tersebut
merupakan Akuifer Utama dalam cekungan dan membentuk satu Sistem Akuifer.
Sebagai dasar SAM adalah formasi batuan Tersier serta Endapan Vulkanik Merapi
Tua di bagian utara yang berumur Kuarter. Formasi-formasi tersebut dianggap
sebagai dasar SAM.
Arah aliran airtanah secara regional dari Utara ke Selatan dengan daerah
recharge berada pada lereng Gunung Merapi di bagian Utara. Ke arah selatan
merupakan daerah Discharge yang ditandai adanya Leakage dari formasi Sleman
ke Formasi Penurunan landaian topografi dari utara ke selatan.

Gambar 16. Konfigurasi Akuifer Cekungan Air Tanah Yogyakarta-Sleman

Sistem akuifer di Kabupaten Sleman termasuk kedalam sistem akuifer celah


dan antar butir produktivitasnya sedang tersebar di daerah lereng atas Merapi
termasuk ke dalam sistem akuifer ruang antar butir dengan produktivitas sedang
dan tinggi, sedangkan pada puncak Merapi termasuk ke dalam sistem airtanah
langka. Ada beberapa daerah di kaki Merapi termasuk ke dalam sistem airtanah
langka yaitu daerah Sidorejo, Gayamharjo, Sambirejo, Sumberharjo, Wukirharjo,
dan Srimartani.

Page | 19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data
Setelah dilakukan pengambilan data – data dilokasi penelitian maka didapatkan
data sebagai berikut:
DATA PENGUKURAN SUMUR DANGKAL/GALI DAERAH X
OLEH : KELOMPOK 7

Tabel Pengukuran Sumur Dangkal / Gali


Elevasi Tanggal
Nama Pemilik Koordinat (UTM) Kedalaman Kedalaman Tebal Elevasi Nilai
No. Permukaan Pemanfaatan Pengambilan
Lokasi m.a.t (m) Sumur (m) Air (m) m.a.t (m)
Tanah (m) Data
X Y TDS EC pH Suhu
1 Pak Sarjimo 431302 9143453 166.5 m 10.70 m 11 m 0.3 155.8 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 197 396 7.2 29 ̊C
2 Pak Mantoutomo 431374 9143559 167 m 10.50 m 12 m 1.50 m 156.5 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 214 434 6.8 30 ̊C
3 Ibu Basirah 431373 9143570 169 m 13.40 m 15 m 1.60 m 155.6 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 184 368 6.8 28.4 ̊C
4 Ibu Mugiwiyono 431516 9143463 166 m 11 m 17 m 6m 155 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 172 346 6.9 30.6 ̊C
5 Pak Jumini 431468 9143496 167 m 11 m 13 m 2m 156 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 175 352 6.9 28.3 ̊C
6 Pak Jumini 431481 9143499 167 m 11.50 m 13 m 1.50 m 155.5 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 174 355 6.9 28 ̊C
7 Pak Sumardi 431518 9143491 167 m 11.35 m 17 m 5.65 m 155.65 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 159 316 6.8 27.5 ̊C
8 Pak Aryanto 431358 9143697 170 m 11.50 m 16 m 4.50 m 158.5 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 164 330 6.9 29.3 ̊ C
9 Pak Eko 431671 9143837 174.3 m 10.1 m 12 m 1.90 m 164.2 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 145 290 6.8 27.3 ̊C
10 Pak Jaidi 431671 9143815 174.5 m 11 m 14 m 3m 163.5 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 141 282 7 27.6 ̊C

4.2 Analisis Data


Berdasarkan data yang telah diambil dilokasi penelitian didapatkan nilai
elevasi permukaan tanah berkisar 166 m – 174.5 m, dengan Kedalaman sumur pada
daerah penelititan memiliki kedalaman 11 – 17 m, lalu didapatkan juga kedalaman
muka air tanah yang berkisar pada angka 10.1 – 13.40 m. Tebal air pada lokasi
penelitian sangat beragam mulai dari yang paling tipis 0.3 sampai yang paling tebal
6 meter pada elevasi m.a.t 155m – 164.2m .
Kemudian dilakukan pengambilan sample menggunakan alat TDS/EC
meter dan pH meter, didapatkan nilai TDS pada lokasi penelitian berkisar antara
141 – 214 mg/L. Nilai EC pada lokasi penelitian berkisar antara 282 – 434
μmho/cm. Lalu dilakukan uji derajat keasaman menggunakan alat pH meter
terhadap sumur pada lokasi penelitian, didapatkan pH 6.8 dan 6.9 yang
mendominasi daerah tersebut. Suhu air pada lokasi penelitian sangat beragam mulai
dari 27.3oC – 30.6oC. Pemanfaatan air pada lokasi penelitian ini biasanya digunakan
warga untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, menyuci pakaian, minum, dan
sebagainya.
Bedasarkan klasifikasi air tanah Davis dan Wiest (1996) yang didasarkan
pada nilai TDS dan EC, daerah penelitian ini masih masuk dalam kategori
freshwater atau air tawar karna memiliki nilai TDS di bawah 500 mg/L.
Page | 20
4.3 Interpretasi
Berdasarkan nilai EC & TDS yang telah dianalisis, air pada lokasi penelitian
ini memiliki kualitas yang baik dan termasuk kedalam air bersih karena memiliki
nilai TDS berkisar antara 141 – 214 mg/L yang berarti nilai tersebut termasuk syarat
zat padat terlarut karna memiliki nilai TDS <1000 mg/L (Permenkes RI No
416/MENKES/PER/IX/1990) dan tergolong freshwater. Kemudian nilai EC pada
lokasi pengamatan berkisar antara 282 – 434 μmho/cm yang berarti memiliki nilai
konduktivitas elektrik yang rendah karna memiliki nilai EC <650 μmho/cm yang
diklasifikasikan sebagai air tawar (Simoun, 2000). Berdasakan uji derajat keasaman
(pH) didapatkan nilai pH 6.8 dan 6.9 yang mendominasi daerah penelitian ini. Dari
10 contoh sample sumur hanya ada 2 sumur yang memiliki pH netral yaitu sumur
1 dan sumur 10. Air pada lokasi penelitian termasuk kedalam air bersih dan dapat
dijadikan air minum karna menurut Permenkes RI No 416/MENKES/PER/IX/1990
syarat pH untuk bisa dijadikan air minum berkisar 6.5 – 8.5 dan untuk air bersih
berkisar 6.5 - 9.0. Suhu air pada lokasi penelitian sangat baik karena memiliki suhu
berkisar antara 27.3oC – 30.6oC. Air yang sudah tercemar mempunyai temperatur
di atas atau dibawah temperatur udara
Arah aliran muka air tanah pada lokasi penelitian mengarah ke-selatan atau
ke hilir, Hal tersebut dikarenakan morfologi daerah penelitian semakin rendah pada
bagian selatannya. Dapat dilihat peta elevasi m.a.t dibawah:

Gambar 17. Peta Elevasi Muka Air Tanah (M.A.T)


Page | 21
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian Hidrogeologi yang dilakukan didesan sariharjo dan


desa sinduadi maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:
 Kedalaman rata-rata dari 10 sumur adalah 11-17 m, kedalaman rata-rata muka
air tanah dai permukaan sebesar 11 m
 Pemanfaatan air tanah di 10 sumur warga digunakan untuk kebutuhan sehari-
hari yakni untuk air minum, mandi, mencuci pakaian, dsb.
 Berdasarkan peta elevasi m.a.t, didapatkan suatu arah aliran air tanah yang
berarah dari arah utara ke selatan pada daerah penelitian. Hal tersebut juga
dapat dikarenakan morfologi daerah tersebut yang semakin rendah pada bagian
selatannya.
 Kualitas air tanah di daerah penelitian tergolong fresh water karena memiliki
nilai TDS di bawah 500 mg / L dan nilai EC <650 μmho/cm yang
diklasifikasikan sebagai air tawar
 Dari data yang diperoleh di lapangan, air sumur pada daerah penelitian
memiliki kualitas yang baik karena memiliki pH yang sesuai dengan
Permenkes RI No 416/MENKES/PER/IX/1990 yang mana syarat pH untuk
bisa dijadikan air minum berkisar 6.5 – 8.5 dan untuk air bersih berkisar 6.5 -
9.0.

Page | 22
DAFTAR PUSTAKA

Davis, S. N., & Wiest, R. J. M. (1996). Hydrogeology. New York: Jhon Willey &
Sons.
Domenico, P. A., and Schwartz, F. W., (1998). Physical and Chemical
Hydrogeology, 2nd. New York: John Wiley & Sons
Engelen, G. B. (1981). A Systems Approach to Ground Water Quality. In Studies
in Environmental Science (Vol. 17, pp. 1-25). Elsevier.
Hermawan, D (2017) Laporan Pemetaan Hidrogeologi di Desa Mangunarga
Cimanggung Sumedang Jawa Barat. Universitas Padjajaran
Heru Hendrayana, H. H., de Sousa Vicente, V. A., & de Sousa Vicente, V. A. (2013,
September). Cadangan Air Tanah berdasarkan Geometri Dan
Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Yogyakarta-Sleman. In
Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6 Teknik Geologi Universitas
Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013. Departmen Teknik Geologi.
Husein, S., Srijono (2010) Peta Geomorfologi Daerah Istimewa Yogyakarta. FT
UGM Yogyakarta
Imai, A., Shinomiya, J., Soe, M. T., Setijadji, L. D., Watanabe, K., & Warmada, I.
W. (2007). Porphyry‐Type Mineralization at Selogiri Area, Wonogiri
Regency, Central Java, Indonesia. Resource Geology, 57(2), 230-240.
Maria, R., Rusydi, A. F., Lestiana, H., & Wibawa, S. (2018). Hidrogeologi dan
potensi cadangan airtanah di dataran rendah Indramayu. RISET Geologi
dan Pertambangan, 28(2), 181-192.
Modul Praktikum Pengolahan Kualitas Air, Universitas Muhammadiyah Sorong
Permana, A. P. (2019). Analisis kedalaman dan kualitas air tanah di Kecamatan
Sipatana Kota Gorontalo berdasarkan parameter fisika dan kimia. Jukung
(Jurnal Teknik Lingkungan), 5(1).
Putranto, T. T., Hidajat, W. K., & Prayudi, S. D. (2020). Pemetaan Hidrogeologi
dan Analisis Geokimia Air Tanah Cekungan Air Tanah (CAT)
Kendal. Jurnal Ilmu Lingkungan, 18(2), 305-318.
Sundra, I. K. (1997). Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Kualitas Air Sumur
Gali di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung Denpasar
Bali. Jurnal Lingkungan Dan Pembangunan, 19(3), 206-214.
Todd, D.K, John Wiley. (1959). Ground Water Hydrology. New York.

Page | 23
LAMPIRAN
a) Peta Lokasi Penelitian

Page | 24
Page | 25
DATA PENGUKURAN SUMUR DANGKAL/GALI DAERAH X
OLEH : KELOMPOK 7
Tabel Pengukuran Sumur Dangkal / Gali
Koordinat (UTM) Nilai
Elevasi Tanggal
Nama Pemilik Kedalaman Kedalaman Tebal Elevasi
No. Permukaan Pemanfaatan Pengambilan
Lokasi X Y m.a.t (m) Sumur (m) Air (m) m.a.t (m) TDS EC pH Suhu
Tanah (m) Data
1 Pak Sarjimo 431302 9143453 166.5 m 10.70 m 11 m 0.3 155.8 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 197 396 7.2 29 ̊C
2 Pak Mantoutomo 431374 9143559 167 m 10.50 m 12 m 1.50 m 156.5 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 214 434 6.8 30 ̊C
3 Ibu Basirah 431373 9143570 169 m 13.40 m 15 m 1.60 m 155.6 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 184 368 6.8 28.4 ̊C
4 Ibu Mugiwiyono 431516 9143463 166 m 11 m 17 m 6m 155 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 172 346 6.9 30.6 ̊C
5 Pak Jumini 431468 9143496 167 m 11 m 13 m 2m 156 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 175 352 6.9 28.3 ̊C
6 Pak Jumini 431481 9143499 167 m 11.50 m 13 m 1.50 m 155.5 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 174 355 6.9 28 ̊C
7 Pak Sumardi 431518 9143491 167 m 11.35 m 17 m 5.65 m 155.65 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 159 316 6.8 27.5 ̊C
8 Pak Aryanto 431358 9143697 170 m 11.50 m 16 m 4.50 m 158.5 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 164 330 6.9 29.3 ̊ C
9 Pak Eko 431671 9143837 174.3 m 10.1 m 12 m 1.90 m 164.2 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 145 290 6.8 27.3 ̊C
10 Pak Jaidi 431671 9143815 174.5 m 11 m 14 m 3m 163.5 m Kebutuhan Sehari-Hari 22-Nov-20 141 282 7 27.6 ̊C
b) Data Pengukuran Sumur
c) Peta Elevasi Muka Air Tanah (M.A.T)

d) Peta Overlay 3D TDS & EC

Page | 26
e) Peta TDS & EC
TDS

EC

Page | 27
f) Peta Derajat Keasaman (pH)

Page | 28

Anda mungkin juga menyukai