Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLISTRIK

ANALISIS GUA BAWAH TANAH DI DAERAH GUNUNG


KIDUL DENGAN METODE GEOLISTRIK DIPOLE – DIPOLE

Oleh :
AGUS ZUHRI MAHENRA
115.180.002
KELOMPOK 06

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM GEOLISTRIK

ANALISIS GUA BAWAH TANAH DI DAERAH GUNUNG


KIDUL DENGAN METODE GEOLISTRIK DIPOLE – DIPOLE

Telah dipersiapkan untuk memenuhi tugas acara Praktikum Geolistrik


Laboratorium Geofisika Eksplorasi dengan judul “Identifikasi Gua Bawah Tanah
Di Lapangan Upn “Veteran” Yogyakarta Dengan Metode Geolistrik Dipole-
Dipole” jangan kopas
.

AGUS ZUHRI MAHENRA


115.180.002
KELOMPOK 06

Telah diperiksa oleh Tim Asisten


pada tanggal 28 Oktober 2020

Asisten Geolistrik

( )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan laporan praktikum dengan judul
“Konfiguraso Dipil dipol ” ini dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar
yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.
Dalam melakukan praktikum ini, tentunya banyak sekali hambatan yang
telah penulis rasakan, oleh sebab itu, kami berterimakasih kepada beberapa pihak
terutama dosen dan asisten laboratorium geolistirk yang telah membantu membina
dan mendukung kami dalam mengatasi beberapa hambatan yang ada.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada laporan praktikum kami ini dapat
ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, kami benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi
dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari
bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif. Dan
semoga laporan ini dapat memberikan manfaat.

Yogyakarta, 28 Oktober 2020

AGUS ZUHRI MAHENRA

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG.....................................................viii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan...........................................................................................1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Geologi Lokal...................................................................................................2
2.2. Penelitian Terdahulu.........................................................................................4

BAB III. DASAR TEORI


3.1. Metode Geolistrik.............................................................................................2
3.2. Metode Resistivitas.............................................................................................
3.3. Konfigurasi Dipole-dipole..................................................................................

BAB IV. METODOLOGI


4.1. Akuisisi Data.....................................................................................................8
4.1.1 Desain Survei Penelitian.............................................................................
4.1.2 Peralatan dan Perlengkapan........................................................................
4.2. Pengolahan Data...............................................................................................9
4.2.1 Diagram Alir Pengolahan Data...................................................................
4.2.2 Penjelasan Diagram Alir Pengolahan Data.................................................
4.3. Interpretasi Data..................................................................................................

iii
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Penampang Resistivitas Lintasan 03...............................................................11

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan......................................................................................................19
6.2 Saran................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Ilustrasi Keadaan Bumi yang Berlapis-Lapis....................................2


Gambar 3.2. Konfigurasi Dipole-Dipole..............................................................15
Gambar 3.3. Rangkaian Elektrode Konfigurasi Dipole-Dipole...........................15
Gambar 4.1. Desain Survei Penelitian..................................................................12
Gambar 4.2. Peralatan dan Perlengkapan.............................................................13
Gambar 4.3. Diagram Alir Pengolahan Data........................................................14
Gambar 5.1. Penampang Resistivitas Lintasan 03...............................................13

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Resistivitas


Lampiran 2. Penampang Resistivitas
Lampiran 3. Lembar Konsultasi

vi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Singkatan Nama
mV : millivolt
mA : miliAmpere

Lambang
Ω :Ohm
Ρ : resistivitas (Ω.m)
K : factor geometric konfigurasi
Π : phi (konstanta 22/7 atau 3.14)
V : data potensial (mV)
I : arus listrik (mA)
R : hambatan (Ω)

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan air yang selalu meningkat sering membuat orang lupa bahwa daya
dukung alam ada batasnya dalam memenuhi kebutuhan air. Kondisi sistem
aquifer di dalam tanah sangat rumit, namun dapat dipelajari dan diprediksi
keberadaannya. Pada musim hujan kandungan air pada aquifer meningkat
sedangkan pada musim kemarau kandungan air menurun atau tidak ada sama
sekali. Dengan demikian kualitas dari air tanah ini harus terjaga supaya tidak
terkena pencemaran. Oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Kajian imbangan antara ketersediaan air tanah dan
intrusi air laut memberikan gambaran tentang kondisi aquifer, dinamika
potensi air tanah dan penyebaran intrusi air lau
Geofisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang merupakan
gabungan antara geologi dan fisika. Geologi merupakan ilmu pengetahuan
yang mengkaji bumi padat, interiornya dan sejarahnya. Fisika adalah ilmu
pengetahuan yang bertujua untuk mempelajari komponen-komponen zat dan
interaksinya, menjelaskan sifat-sifat serta gejala-gejala alam yang teramati
Jadi dapat dikatakan bahwa geofisika adalah ilmu pengetahuan yang
mengkaji bumi dengan menggunakan pengukuran-pengukuran fisika pada
atau diatas permukaan bumi (Sumardi, 1997).
Metode yang plaing relevan untuk menngalasia hal trsebut adalah dengan
metode geolistrik.geolistrik merupakan salah satu metode Geofisika untuk
mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan
tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC yang mempunyai tegangan
tinggi ke dalam tanah. (Broto dan Afifah, 2008). Dalam hal ini metode
geolistrik yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi. Dalam hal
pencarian reservoir air dapat dilakukan suatu studi awal dengan penentuan
lapisan batuan yang mengandung air dalam jumlah air. Dengan pengukuran
menggunakan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger 1 dimensi
diharapkan dapat memberikan informasi apakah daerah Payangan terkena

8
dampak intrusi air laut atau tidak. Nantinya dari litologi yang diketahui dapat
dijadikan studi awal sejauh mana daerah Payangan terkena intrusi air laut
Format
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dilakukan pembuatan laporan metode geolistrik dipole-dipole ini
agar peneliti dapat memahami konsep dasar maupun konsep pengukuran
konfigurasi dipole-dipole ini dengan baik. Selain itu juga diharapkan praktikan
mampu melakukan pengolahan dan prosesing terhadap data mapping
menggunakan software RES2DINV.
Sedangkan tujuannya yaitu agar praktikan dapat menghasilkan penampang
bawah permukaan hasil inversi data. Kemudian praktikan dapat melakukan
interpretasi terhadap penampang bawah permukaan yang telah dihasilkan.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Lokal


Pegunungan selatan terhampar dari barat – timur menempati bagian selatan
Pulau Jawa. Hasil pemetaan dan penelitian Pegunungan Selatan dibagi menjadi
tiga periode (Surono, 2009):
1. Periode sebelum aktivitas intensif vulkanisme berlangsung, selanjutnya
disebut periode pravulkanisme. Satuan batuan yang terbentuk pada periode
pravulkanisme adalah batuan malihan yang ditindih tak selaras oleh
Kelompok Jiwo.
2. Periode kegiatan vulkanisme berlangsung secara intensif, selanjutnya
disebut periode vulkanisme, yang membentuk Kelompok Kebo-butak yang
secara berurutan ditindih selaras oleh Formasi Semilir dan Formasi
Nglanggran.
3. Periode setelah kegiatan vulkanisme berakhir ketika organisme karbonat
tumbuh dengan subur; selanjutnya disebut periode pascavulkanisme atau
periode karbonat. Satuan batuan yang terendapkan pada periode ini adalah
Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari, Formasi Punung, dan
Formasi Kepek.
Pegunungan selatan secara umum terdiri dari batuan sedimen volkanoklastik
dan batuan karbonat. Berikut adalah urutan stratigrafi penyusun pegunungan
selatan:
1. Formasi Wungkal Gamping
Formasi Wungkal Gamping memiliki satuan batuan yang terdiri dari
perselingan antara batupasir dan batulanau serta lensa batugamping. Pada
bagian atas berupa napal pasiran dan lensa batugamping. Formasi ini
tersebar di Perbukitan Jiwo, antara lain di Gunung Wungkal, Desa
Sekarbolo, Jiwo Barat dengan ketebalan 120 meter (Bronto & Hartono,
2001).

10
2. Formasi Kebo Butak
Formasi Kebo Butak memiliki satuan batuan yang terdiri dari batupasir
berlapis baik, batulanau, batubreksi, serpih, tuf, aglomerat pada bagian
bawah dengan ketebalan 650 meter. Pada bagian atas terdiri dari perselingan
batupasir dan batubreksi dengan sisipan tipis tuf.
3. Formasi Semilir
Formasi Semilir memiliki satuan batuan yang terdiri dari tuf, tuf lapilli,
lapilli batubreksi, breksi, batuapung, dan serpih. Dibagian bawah satuan
batuan inni, yaitu Sungai Opak, Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto,
Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran
lava bantal (Bronto & Hartono, 2001).
4. Formasi Nglanggran
Formasi Nglanggran memiliki satuan batuan yang terdiri dari breksi
gunungapi, aglomerat, tuf, aliran lava andesit-basal, lava andesit dengan
sisipan batupasir.
5. Formasi Sambipitu
Formasi Sambipitu memiliki satuan batuan yang terdiri dari batupasir kasar
berangsur halus berselingan serpih, batulanau, dan batubreksi. Formasi ini
terletak di Desa Sambipitu.
6. Formasi Oyo
Formasi Oyo memiliki satuan batuan yang terdiri dari tuf dan napal tufan,
batugamping berlapis sisipan batubreksi karbonatan dengan ketebalan lebih
dari 140 meter. Formasi ini terletak di sepanjang Kali Oyo.
7. Formasi Wonosari
Formasi Wonosari satuan batuan yang terdiri dari batugamping berlapis dan
batugamping terumbu dengan sisipan napal dan tuf. Memiliki ketebalan
lebih dari 800 meter. Formasi ini terletak di daerah Wonosari dan sekitarnya.
8. Formasi Kepek
Formasi Kepek memiliki satuan batuan yang terdiri dari napal dan
batugamping berlapis dengan ketebalan kurang lebih 200 meter. Formasi ini
terletak di Desa Kepek.

11
Secara morfologi, pegunungan selatan yang memiliki morfologi sebagai
berikut:
1. Morfologi fluvial
Berupa dataran banjir, lembah sungai dengan stadium erosi pada sungai
tua seperti Sungai Oyo dan Sungai Opak.
2. Morfologi alluvial
Pada dataran aluvial Sungai Opak banyak mengandung pasir yang berasal
dari Gunung Merapi sedangkan pada muara Sungai Opak banyak
mengandung breksi yang berasal dari material alluvial pegunungan
sebelah timur.
3. Morfologi eolian
Terbentuk akibat tiupan angina dan adanya endapan material pasir yang
membentuk dune, contohnya bukit pasir di Parangtritis.
4. Morfologi karst
Terdapat di Gunung sewu yang terbentuk akibat pengikisan dan
pengangkatan batuan kapur serta di tepian pantai Parangtritis .
5. Morfologi struktural
Terletak disekitar Sungai Opak yang ditandai adanya perlipatan dan sesar,
yaitu Sesar Opak yang sejajar dengan Sungai Opak.
6. Morfologi vulkanik
Material dari Gunung Merapi yang menyebabkan daerah Sungai Opak
tertutup oleh endapan Gunung Merapi. Geologi lokal ?

12
2.2 Penelitian Tedahulu
METODE GEOLISTRIK IMAGING KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE
DIGUNAKAN UNTUK PENELUSURAN SISTEM SUNGAI BAWAH TANAH
PADA KAWASAN KARST DI PACITAN, JAWA TIMUR
Satuti Andriyani1), Ari Handono Ramelan2), dan Sutarno 3) 1) Program Studi Ilmu
Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2)Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Sebelas Maret Surakarta 3)Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta
E-mail : satuti@ymail.com
Telah dilakukan penelitian mengenai penelusuran sistem sungai bawah tanah
dengan menggunakan metode geolistrik imaging di kawasan karst Pacitan, Jawa
Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : Hasil pengolahan data mapping
menunjukkan pola kontur adanya sistem sungai bawah tanah. Sistem tersebut
adalah berupa kantongkantong air (water pocket) maupun adanya rongga sungai
bawah tanah.. Hasil pengolahan data Imaging menunjukkan penampang lintasan
1,2, dan 3 dapat diduga bahwa lapisan batuan karbonat yang bersifat pembawa air
ini membentuk seperti lorong merupakan rongga dari luweng yang merupakan
jalur dari sungai bawah tanah luweng Dawung. Batuan karbonat yang kedap air
ini mulai terlihat pada kedalaman 21.8 meter dengan nilai resistivitas berkisar
antara 1887 Ohm meter.
Buat dlaam bentuk paragraf

13
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Metode Geolistrik


Geolistrik adalah metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik
dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya dipermukaan bumi. Dalam hal ini
meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan elektromagnetik yang terjadi,
baik secara almiah maupun akibat injeksi arus kedalam bumi. Oleh karena itu
metode geolistrik mempunyai banyak macam, termasuk didalamnya potensial diri,
arus telurik, magnetotelluric, elektromagnetik, induksi polarisasi, dan resistivity
(tahanan jenis). Oleh karena itu metode geolistrik sendiri secara garis besar dibagi
menjadi dua macam, yaitu :
1. Geolistrik yang bersifat pasif
Geolistrik dimana energi yang dibutuhkan telah ada terlebih dahulu
sehingga tidak diperlukan adanya injeksi/pemasukan arus terlebih dahulu.
Geolistrik macam ini disebut Self Potensial (SP). Pengukuran SP dilakukan
pada lintasan tertentu dengan tujuan untuk mengukur beda potensial antara
dua titik yang berbeda sebagai V1 dan V2. cara pengukurannya dengan
menggunakan dua buah porouspot dimana tahanannya selalu diusahakan
sekecil mungkin. Kesalahan dalam pengukuran SP biasanya terjadi karena
adanya aliran fluida dibawah permukaan yang mengakibatkan lompatan-
lompatan tiba-tiba terhadap terhadap nilai beda potensial. Oleh karena itu
metode ini sangat baik untuk eksplorasi geothermal.
2. Geolistrik yang bersifat aktif
Geolistrik dimana energi yang dibutuhkan ada karena penginjeksian
arus ke dalam bumi terlebih dahulu. Geolistrik macam ini ada dua metode,
yaitu metode resistivitas dan Polarisasi Terimbas (Induce Polarization).
Yang akan dibahas lebih lanjut adalah geolistrik yang bersifat aktif. Metode
yang diuraikan ini dikenal dengan nama Geolistrik tahanan jenis atau
disebut dengan metode Resistivitas (resistivity). Tiap-tiap media mempunyai
sifat yang berbeda terhadap aliran listrik yang melaluinya, hal ini tergantung
pada tahanan jenisnya. Pada metode ini, arus listrik diinjeksikan ke dalam

14
bumi melalui dua buah elektrode arus dan beda potensial yang terjadi diukur
melalui dua buah elektrode potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda
potensial untuk setiap jarak elektrode berbeda kemudian dapat diturunkan
variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan bawah permukaan
bumi, dibawah titik ukur (sounding point).
Metode ini lebih efektif bila dipakai untuk eksplorasi yang sifatnya
relatif dangkal. Metode ini jarang memberikan informasi lapisan kedalaman
yang lebih dari 1000 atau 1500 feet. Oleh karena itu metode ini jarang
digunakan untuk eksplorasi hidrokarbon, tetapi lebih banyak digunakan
untuk bidang geologi seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian
reservoir air, eksplorasi geothermal, dan juga untuk geofisika lingkungan.
Jadi metode resistivitas ini mempelajari tentang perbedaan resistivitas
batuan dengan cara menentukan perubahan resistivitas terhadap kedalaman.
Setiap medium pada dasarnya memiliki sifat kelistrikan yang dipengaruhi
oleh batuan penyusun/komposisi mineral, homogenitas batuan, kandungan
mineral, kandungan air, permeabilitas, tekstur, suhu, dan umur geologi.
Beberapa sifat kelistrikan ini adalah potensial listrik dan resistivitas listrik.
Geolistrik resistivitas memanfaatkan sifat konduktivitas batuan untuk
mendeteksi keadaan bawah permukaan. Sifat dari resistivitas batuan itu sendiri
ada 3 macam, yaitu :
1. Medium konduktif
Medium yang mudah menghantarkan arus listrik. Besar
resistivitasnya adalah 10-8 ohm m sampai dengan 1 ohm.m.
2. Medium semi-konduktif
Medium yang cukup mudah untuk menghantarkan arus listrik.
Besar resistivitasnya adalah 1 ohm m sampai dengan 107 ohm.m.
3. Medium resistif
Medium yang sukar untuk menghantarkan arus listrik. Besar
resistivitasnya adalah lebih besar 107 ohm.m.
Dalam batuan, atom-atom terikat secara kovalen, sehingga batuan
mempunyai sifat menghantar arus listrik. Aliran arus listrik didalam
batuan/mineral dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :

15
1. Konduksi secara elektronik
Terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus
listrik dapat mengalir karena adanya elektron bebas.
2. Konduksi elektrolitik
Terjadi jika batuan/mineral bersifat porous/pori-pori tersebut terisi oleh
cairan-cairan elektrolit dimana arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolit
secara perlahan-lahan.
3. Konduksi dielektrik
Terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik,
yaitu terjadi polarisasi saat bahan-bahan dialiri arus listrik.
Batuan yang mempunyai resistivitas (tahanan jenis) tinggi maka
konduktivitasnya (kemampuan mengahantarkan arus listrik) akan semakin kecil,
demikian pula sebaliknya bila batuan dengan resistivitas rendah maka
konduktivitasnya akan semakain besar. Sifat kelistrikan batuan itu sendiri
digolongkan menjadi 3, yaitu :
1. Resisitivitas
Batuan dianggap sebagai medium listrik yang mempunyai tahanan listrik.
Suatu arus listrik berjalan pada suatu medium/batuan akan menimbulakn
densitas arus dan intensitas arus.
2. Aktivitas elektro kimia
Aktivitas elektro kimia batuan tergantung dari komposisi mineralnya serta
konsentrasi dan komposisi elektrolit yang terlarut dalam air tanah (ground
water) yang kontak dengan batuan tersebut.
3. Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrik pada batuan biasanya berhubungan dengan permeabilitas
dalam material/batuan yang bersifat magnetik.
Kita juga dapat melihat bahwa sifat kelistrikan batuan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain adalah :
1. Kandungan mineral logam
2. Kandungan mineral non logam
3. Kandungan elektrolit padat
4. Kandungan air garam

16
5. Perbedaan tekstur batuan
6. Perbedaan porositas batuan
7. Perbedaan permeabilitas batuan
8. Perbedaan temperatur
Keuntungan dari metode resistivity (tahanan jenis) ini adalah :
1. Dapat membedakan macam-macam batuan tanpa melakukan pengeboran
2. Biayanya relatif murah
3. Pemakaiannya mudah.

3.2 Metode Resitivitas


Metode resistivitas merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari
sifatresistivitas dari lapisan batuan di dalam bumi. Prinsip metode resistivitas
adalah dengan mengalirkan arus listrik ke dalam bumi melalui kontak dua
elektroda arus, kemudiandiukur distribusi potensial yang dihasilkan. Resistivitas
batuan bawah permukaan dapatdihitung dengan mengetahui besar arus yang
dipancarkan melalui elektroda tersebut dan besar potensial yang dihasilkan. Untuk
mengetahui struktur bawah permukaan yang lebihdalam, maka jarak masing-
masing elektroda arus dan elektroda potensial ditambah secara  b e r t a h a p .
Semakin besar spasi/jarak elektroda arus maka efek penembusan arus ke bawah
makin dalam, sehingga batuan yang lebih dalam akan dapat diketahui sifat-
sifatfisisnya. Pengukuran Resistivitas batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor
sepertihomogenitas batuan, kandungan air, porositas, permeabilitas, dan
kandungan mineral. Hasil-hasil pengukuran yang sudah diolah kemudian
dikorelasikan dengan pengetahuan geologi sehingga akan memberikan
informasi mengenai keadaan geologi  bawah permukaan secara logis pada
daerah penelitian. Secara matematis harga tahanan suatu medium dapat
dirumuskan:
V
ρ=k . (1)
I
Dimana :
ρ = resistivitas
k = faktor geometri

17
v = beda potensial
I = kuat arus
Karena dalam medan homogen, maka resistivitas semu adalah resistivitas
yang sebenarnya dan tidak tergantung spasi elektrodanya. Disini resistivitas yang
terukur (apparent resistivity) bukan resistivitas sebenarnya dan tergantung dari
spasi elektrodanya. Karena tidak homogen maka kenyataan di lapangan bahwa
bumi berlapis-lapis, lapisan batuan dan masing-masing perlapisan mempunyai
harga resistivitas tertentu. Keadaan bumi yang berlapis-lapis dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 3.1. Ilustrasi Keadaan Bumi Yang Berlapis-Lapis.

Tiap-tiap medium (lapisan batuan) mempunyai sifat kelistrikan berbeda-beda,


tergantung dari 8 faktor yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.3 Konfigurasi Dipole-dipole


Pada prinsipnya konfigurasi dipole-dipole menggunakan 4 buah elektroda,
yaitu pasangan elektroda arus yang disebut ‘current dipole AB’ dan pasangan
elektroda potensial yang disebut ‘potential dipole MN’. Pada konfigurasi dipole-
dipole, elektroda arus dan elektroda potensial bisa terletak tidak segaris dan tidak
simetris.
Untuk menambah kedalaman penetrasi maka jarak ‘current dipole’ dan
‘potential dipole’ diperpanjang, sedangkan jarak elektroda arus dan elektroda
potensial dibuat tetap. Hal ini merupakan keunggulan konfigurasi dipole-dipole
dibandingkan dengan konfigurasi wenner atau schlumberger. Karena tanpa
memperpanjang kabel bisa mendeteksi batuan yang lebih dalam. Dalam hal ini
diperlukan alat pengukur tegangan yang ‘high impedance’ dan ‘high accuracy’.
Ada alat dengan merk tertentu yang bisa menggunakan multi ‘potenTial

18
electrode’ dan dapat menampilkan hasilnya langsung pada layar monitor. Dalam
hal ini yang tergambar adalah ‘apparent resistivity’ dan bukan ‘true resistivity’
serta mengabaikan persyaratan pengukuran geolistrik yaitu homogenitas batuan,
karena dalam konfigurasi dipole-dipole tidak ada fasilitas untuk membuat batuan
yang tidak homogen menjadi seakan - akan homogen. Sedangkan pada
konfigurasi schlumberger bisa dibuat data yang diperoleh dari batuan yang tidak
homogen menjadi seakan-akan homogen.

Gambar 3.2. Konfigurasi dipole – dipole

Konfigurasi dipole-dipole lebih banyak digunakan dalam eksplorasi


mineral - mineral sulfida dan bahan-bahan tambang dengan kedalaman yang
relatif dangkal. Hasil akhir dipole-dipole berupa penampang, baik secara
horizontal maupun secara vertikal.

Gambar 3.3. Rangkaian elekrode konfigurasi Dipole-dipole


Ket :
r1 = C1 sampai P1
r2 = C2 sampai P1
r3 = C1 sampai P2
r4 = C2 sampai P2

19
∆V =
ρI
2π {( 1

1
r1 r2)(

1

r3 r4
1
)}
(2)

ρ=π ( 2+n )( 1+n ) n . r ( ∆IV ) (3)

k =π ( 2+ n )( 1+n ) n . r (4)

Dimana :
I = arus listrik (mA) pada transmitter
∆V = beda potensial (mV) pada receiver
ρ = resistivitas semu
k = faktor geometris
r = jarak elektrode
n = bilangan pengali

20
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Akuisisi Data


4.1.2 Peralatan dan Perlengkapan

5 8
3 9

4 1
7

6
2
Gambar
1 4.1. Instrumen Penelitian.

Dalam suatu penelitian (akuisisi data), hal yang sangat perlu dperhatikan
yaitu alat dan oerlengkapan yang dibutuhkan saat di lapangan. Hal ini dirasa
penting karena dengan lengkapnya peralatan dan perlengkapan akuisisi data bisa
dilakukan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Main unit berupa alat OyoMc-ohm yang digunakan untuk menjadi alat
penerima data dari setiap elektroda dan berfungsi sebagai penghasil listrik
yang akan dialirkan ke dalam tanah.
2. Elektroda yang berfungsi untuk menginjeksikan arus dari main unit ke dalam
tanah dinamakan elektroda arus yang berjumlah dua buah, sedangkan untuk
elektroda potensial berfungsi untuk menerima arus yang telah diinjeksikan ke
bawah permukaan dimana hasilnya akan dibaca oleh main unit.
3. Kabel tembaga duifungsikan untuk menghubungkan main unit dengan
elektroda dikarenakan dalam menginjeksikan arus dan menangkapnya
kembali membutuhkan penghantar listrik yang baik dan cukup panjang agar
bisa mengatur jarak pengukurannya.

21
4. Aki digunakan sebagai sumber daya main unit atau baterai eksternal agar bisa
berfungsi dan bisa melakukan injeksi arus dan pembacaan data.
5. Meteran berfungsi untuk mengukur panjang lintasan dan mengatur spasi
elektroda.
6. Palu besi digunakan untuk menancapkan elektroda saat dilakukan pengukuran
karena elektroda harus tertancap cukup dalam agar didapatkan data yang
bagus.
7. Tabulasi data dipakai untuk mencatat data yang didapatkan pada saat
pengukuran dan memudahkan dalam pengolahan data nantinya, dalam
akuisisi kali ini dipakai 2 tabulasi data, yaitu berupa hardcopy dan softcopy
sehingga dapat memepermudah dalam mencatat dan jika ingin bisa mengolah
langsung data tersebut menggunakan laptop.
8. Peralatan dan perlengkapan tambahan berupa GPS dan kompas yang
digunakan untuk melengkapi data yang didapatkan berupa arah lintasan dan
koordinat untuk mengetahui letak akuisisi yang telah dilakukan.
9. Payung, berfungsi untuk melindungi main unit agar tidak terkena matahari
secara langsung yang bisa menyebabkan alat tidak berfungsi dengan baik.

22
4.2. Pengolahan Data
4.2.1 Diagram Alir Pengolahan Data

Mulai Tinjauan Pustaka

V, I, R, K, Rho, Soasi,
Datum Point

Microsoft Excel

Notepad

RES2DINV

Penampang Penampang Penampang


forward modelling forward modelling gabungan

topografi

Penampang dengan Topografi

Interpretasi

Korelasi

Korelasi Profil Bawah Permukaan

Pembahasan & Kesimpulan

Selesai

Gambar 4.2. Diagram Alir Pengolahan Data

23
4.2.2 Penjelasan Diagram Alir Pengolahan Data
Untuk menghasilkan data yang baik, maka dilakukan pengolahan data yang
benar, urut dan tepat. Pengolahan data dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:

1. Langkah pertama memulai dengan memasukan didapatkan dari akuisisi data


di lapangan, berupa data tegangan, arus, dan jarak elektroda terhadap main
unit.
2. Kemudian melakukan pengolahan data dengan menghitung nilai V, I, dan
jarak elektrodanya untuk didapatkan nilai tahanan, resistivitas semu, faktor
geometri, datum point,dengan Microsoft exel.
3. Kemydian mengesave datsa berupa nilai spasi pengukuran, jumlah data, titik
datum, dan resistivitas semu ke dalam dokumen notepad agar data tersebut
dapat dimasukkan ke dalam software Res2Dinv
4. Jika data yang dibutuhkan sudah disave, maka data yang didapatkan
dilakukan inversi pada aplikasi Res2Dinv agar data tersebut dapat dilihat
perubahan dan persebaran nilainya dalam suatu penampang
5. Setelah dilakukan inversi, maka akan didapatkan penampang resistivitas
yang dapat dilihat dari nilai kedalaman dan bentuk lapisannya melihat dari
hubungan antar lapisan dengan topografinya, dari pemodelan tersebut dapat
ditentukan perubahan nilainya untuk melihat apa hasil yang didapatkan pada
saat dilakukan akuisisi.
6. Kemudian hasil yang didapatkan dari proses pengolahan,dilakukan
interpretasi dan pembahasan dan mengambil beberapa kesimpulan dengan
meninjau kembali literstur yang berkaitan dengan daerah peneltian
7. Jika sudah mencapai tujuan yang inginkan.maka pengolahan selesai
dilakuakn
Awal kalimat kata kerja, buat lebih detil.

24
4.2 Interpretasi Data
Interpretasi dilakukan pada pemelitian ini adalah dengan dua sumber data
yaitu berdsasarkan data primer dan sekunder. Untuk data primer yang dipakai
ialah data resistivitas semu yang didapatkan dari hasil perhitungan dengan data
faktor geometri dan nilai hambatannya yang didapatkan pada saat pengukuran,
dari nilai resistivitas semu tersebut dapat dilakukan inversi untuk didapatkan
model berupa penampang. Sedangkan data sekundaer pada tahap penentuan jenis
batuan tersebut mulai dilakukan dengan tabel resistivitas batuan resmi, data
geologi lokal, dan hasil penelitian terdahulu. Dalam menggunakan data harus
menjadi acuan terhadap data prmer karenakan data primer ialah data utama dalam
menentukan hasilnya Pada data akan memperlihatkan nilai Nilai resisitivtas yang
berbeda-beda dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal dari lapisan
di bawah permukaan.
Faktor internal dapat berupa batuan penyusuan daerah tersebut karena batuan
memeilki karakteristik masing masing baik itu porositas dan sebagainya, sehingga
saat nilai resistivitas yang terbaca tinggi dapat saja disebabkan dominasi dari
mineral penyusunnya yang bersifat silika contoh: Andesit, batugamping, dan lain
sebagainya.namun yang paling memepengaruhi nilai resistvitas batuan adalah
kandungan air.
Penentuan jenis lithologi dari hasil nilai resistivitas sebenarnya yang
diperoleh, membutuhkan dasar interpretasi dari tabel resistivitas batuan. Dalam
menganalisa batuan berdasarkan parameter resistivitasnya dan analisa tersebut
bergantung pada tabel apa yang digunakan . tabel yang digunakan pada penelitian
ini adalah tabel dari air dan sedimen modifiet

25
Interpretasi batuan didasarkan pada tabel resistivitas batuan diatas tersebut.
Tujuan dilakukan interpretasi yaitu untuk mengubah data geofisika yang berupa
nilai resistivitas menjadi data geologi yang berupa jenis lithology batuan sehingga
bisa untuk ditentukan dengan jelas keberadaan target eksplorasi. Target eksplorasi
dalam penelitian kali ini yaitu keberadaan gua bawah tanah untuk mencari
keberadaan air. Indikasi keterdapatan gua bawah tanah yang terisi air pada saat
interpretasi adalah nilai resistivitas yang kecil karena air memiliki sifat
menghantarkan arus listrik. Selain itu juga dapat dilihat kenampakan pada
penampang seperti lubang besar

26
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Penampang Resistivitas Lintasan 06

Gambar 5.1. Penampang Resistivitas Lintasan 6


Gambar diatas merupakan penampang resistivitas bawah permukaan
menggunakan konfigurasi diploe-dipole lintasan 6. Penampang tersebut dibuat
menggunakan software RES2DINV dengan memasukkan input berupa nilai spasi,
datum point, resistivitas, meter dan elevasi yang disusun berdasarkan format
khusus. Kemudian data tersebut diinversikan sehingga menghasilkan penampang
2 dimensi bawah permukaan seperti gambar diatas.
Pada gambar diatas terdapat 3 penampang. Penampang yang pertama yaitu
penampang resistivitas semu pseudoksi.penampang tesebut menunukan nilai hasil
lapangan. Pada penampang tersebut masih terdapat banyak pengaruh baik itu nise
pengukuran atau nilai resistivitas dari bagian lainnya.
Untuk penampang yang kedua merupakan penampang hasil kalkulasi dari
penampang pertama. Pada penampang kedua tersebut masih bersifat resistivitas
semu, artinya resistivitas yang ada masih dipengaruhi oleh lapisan diatas maupun
lapisan dibawahnya. Oleh karena itu pada penampang ini belum bisa dilakukan
interpretasi..
Penampang yang ketiga merupakan penampang resistivitas sebenarnya hasil
inversi data dan penampang tersbut merupakanhasl dari kolaborasi dari

27
penampang peetam dan penampang yang kedua. Inversi merupakan suatu proses
pembalikan data agar data tersebut dapat diinterpretasi dengan baik. data pada
penampang 1 dan 2 menjadi suatu model resistivitas bawah permukaan. Dari
keiga penampang tersebut Pada penampang tersebut memiliki panjang bentangan
sebesar 110 meter dan kedalaman mencapai 21,8 meter dengan nilai rms error
sebesar 14,1% pada iterasi ke 5.gk ush di bahas 1&2. Sebutkan saja
Nilai resistivitas pada penampang ketiga ini sangat bervariasi hal ini ditandai
dengan warna yang bervariasi, dengan nilai tertinggi 643 kemudian nilai terendah
11,6 sedangkan nilai sebesar 115 hal itu menunjkan bahwa pada daerh tersbut
tedapat suatu variasi litologi dan bentuk dibawah pemukaan yang menyebabkan
nilai tersebut menjadi bervariasi.melihat dari target penelitna bahwa terdapat
....... Sebuah gua maka kita akan berpatokan keapada nilai yang memilki nilai
resistivitas rendah kenapa demikian karena pada gua ini sendiri biasnya memilki
ruang kosong jusur pada ruang kosong tersebut memilki nilai rsistivitas tinggi
atau resonnya tinggi karna tidak ada medium pengantar listrik namun disni
melihat lokasi penelitian pada daerah gunung kidul dimana daerah gunung kidul
yang terbentuk dari daerah kars akibat litologi Pada daerah tersebut dapat dilihat
tidak terdapat kenampakan gua secara kasat mata mengingat bentuk warna yang
rendah menyerupai pola gua bawah tanah. Dan satu hal lagi bahwa gua bawah
tanah umumnya memiliki kedalaman yang besar sedangkan pengukuran yang
dilakukan hanya mencapai kedalaman 20 meter.berdasarkan tabel dari seiritivitas
air dan bahwa nilai resistivitas 15 – 30 ohm meter diinterpretasikan sebagai air
tanah berkualitas rendah TDS 1500-700 mg/L. TDS adalah Total Dissolve Solid
atau hampir sama nilainya dengan konduktivitas. Kemudian nilai resistivitas
tinggi meruakan batuan yang kompak yang trsusus pada daerah tersbut yang
ditunjukan oleh garis berwarna biru pada daerah penelitian.
Di tambah lagi pembahasan, kaitkan dengan geologi lokal dan penelitian dahulu.

28
Gambar 5.3. Penampang Resistivitas dengan topografi
Pada gambar diatas merupakan penampang adalah penampang model
resistivitas dengan tamabahn model topografi.penampang ini bentuk nya dan cara
pembuatannya samapa seperti penampang sebelumnya hanya saja pada
penampang ini menambahkan fitur tpograginya sehingga memperlihtakan elevasi
pada daerah penelitian sebgaimana ditunjukan leh gambar diatas.pada gamabr
diatasjuga tingkat topografinya begitu besar sehingga terlihat beda elevasi pada
daerah penelitian.tingkat erronya masih sama pada penampang sebelumnya.
Berdasarkan tabel resistivitas batuan ( lihat tabel 1. Resistivitas air dan
sediment ) bahwa nilai resistivitas 15 – 30 ohm meter diinterpretasikan sebagai air
tanah berkualitas rendah TDS 1500-700 mg/L. TDS adalah Total Dissolve Solid
atau hampir sama nilainya dengan konduktivitas. Masih sama dengan pembasanan
bahwa dugaan nilai rendah pada penampang bukan merupakan gua melainkan
sebuah sungai bawah tanaha atau sebgai saluran air pada daerah tesbut sehingga
pada . Sehingga menyebankan daerhatesebut memilki nilai yang rendah. Jika
dilihat dari bentuk penampang bahwa kedalaman dikisaran 20 meter nah hal ini
bisa saja daerah tersbut terbentuk sebuah gua dangkal daerah penelitian namu jika
tedpat dengan sbuah ronggayang begitu besardan osong maka pembacaan pada
penampang justur akan tinggi sementar dipenampang tidak.

29
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari pembahsan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya
sebgaiberikut:
 Pada penampang resistivitas bawah permukaan ini diinterpretasikan tidak
terdapat gua karena pada daerh tersebut hanya jalur atau aliran sungai
bawah permukan
6.2 Saran
.

30
DAFTAR PUSTAKA

Danusaputro, H., & Dwi Indriana, R. (2006). Uji Nilai Tahanan Jenis Polutan Air
Laut Dengan Metode Ohmik Dan Geolistrik Tahanan Jenis Skala
Laboratorium. Berkala Fisika, 9(3), 145-149.
Budiman. A.. Delhasni. Widjojo. S. 2013. Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan
Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberger. Padang: Jurnal
Ilmu Fisika. Vol. 5. No. 2.
Edisar. Muhammad. 2013. Pemetaan Zonasi Air Bawah Tanah di Kecamatan
Pinggir Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Lampung: Prosiding Semirata
FMIPA Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai