Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GIS DAN PEMETAAN

IMPLEMENTASI ILMU KARTOGRAFI DALAM


PEMBUATAN PETA TEKNIK SIPIL PADA STUDI
KASUS PEMETAAN AKUIFER DI KOTA
DENPASAR

Oleh:
ABED IZA ALMAHFUDHI
NIM. 181910301089

Dosen Pengampu:
RENDRA SUPROBO AJI, S.T., M.T., CAPM
NIP. 760017109

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga makalah yang berjudul “IMPLEMENTASI ILMU
KARTOGRAFI DALAM PEMBUATAN PETA TEKNIK SIPIL PADA STUDI
KASUS PEMETAAN AKUIFER DI KOTA DENPASAR” ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya. Khususnya pada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa merahmati dan memberi


hidayah dan pencerahan serta kemudahan dalam mengerjakan.
2. Bapak Rendra Suprobo Aji, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata
kuliah yang senantiasa membimbing pengerjaan dan tugas-tugas GIS
dan Praktikum Pemetaan.
3. Sumber-sumber dari buku, situs, maupun jurnal yang diambil yang
sudah tertera pada daftar pustaka.
4. Dukungan orang tua dan teman rekan-rekan S1 Teknik Sipil Universitas
Jember.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 5 November 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ I

DAFTAR ISI .......................................................................................................... II

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Teori dan Topik Bahasan .............................................................................. 3

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 3

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 4

2.1 Ilmu Kartografi .............................................................................................. 4

2.2 Sistem Informasi Geografis ........................................................................... 6

2.3 Akuifer........................................................................................................... 6

BAB III CASE STUDY......................................................................................... 8

3.1 Implementasi Ilmu Kartografi dalam penggunaan Sistem Informasi Geografis


untuk Pemetaan Akuifer di Kota Denpasar. ........................................................ 8

BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................... 12

4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

II
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ................................................................................................................. 9
Gambar 2 ................................................................................................................. 9
Gambar 3 ............................................................................................................... 10
Gambar 4 ............................................................................................................... 10
Gambar 5 ............................................................................................................... 11

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air tanah merupakan air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah. Sumber daya air yang diperoleh dari air tanah umumnya
langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari. Air tanah
yang digunakan setiap waktu tentu akan mengalami penurunan baik kualitas
maupun kuantitas seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang ada disuatu
daerah. Data dari BPS Kota Denpasar (2013), total jumlah penduduk Kota Denpasar
pada tahun 2011 adalah 804.905 jiwa, mengalami peningkatan menjadi 833.900
jiwa pada akhir 2013 dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 3,60 %. Jumlah
penduduk sudah tentu masih bertambah apabila penduduk yang berdomisili di Kota
Denpasar juga dihitung, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan air bersih juga
selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data dari PDAM Kota Denpasar
(2013), produksi air bersih setiap tahunnya semakin meningkat. Total produksi air
bersih pada tahun 2011 sekitar 36.260.342 m3 dengan jumlah pelanggan 69.999
jiwa dan mengalami peningkatan menjadi 38.806.035 m3 dengan jumlah pelanggan
71.664 jiwa pada tahun 2012. Air tanah yang tersedia dapat ditunjukkan dengan
kondisi karakteristik akuifernya. Akuifer adalah batuan yang mempunyai susunan
sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air yang cukup berarti di bawah
kondisi lapangan (Harianja, et al., 2014).
Karakteristik akuifer yang dimaksud adalah kedalaman muka air tanah,
tebal akuifer, kemiringan muka air tanah, nilai koefisien permeabilitas, porositas,
kualitas air, susunan akuifer. Air tanah yang digunakan secara terus-menerus dan
berlebihan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan menyebabkan penurunan
kualitas dan kuantitasnya, sehingga perlu dilakukan langkah pengelolaan air tanah
agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Pengelolaan air tanah yang
dapat dilakukan untuk menjaga dan mengetahui potensinya dengan mengetahui
karakteristik akuifernya. Salah satu untuk menganalisis dan mengkajinya adalah

1
dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengkaji karakteristik akuifer dan mengetahui arah aliran air tanah.
Saat ini, dunia komputasi dan digitalisasi sudah sangat berkembang pesat.
Banyak sekali perkembangan yang terjadi selama beberapa dekade terakhir yang
dimana teknologi sangat berkembang pesat dalam memajukan peradaban manusia.
Perkembangan teknologi ini juga mengambil alih pengaruh yang sangat penting di
dunia Teknik Sipil. Tidak hanya itu, perkembangan teknologi juga banyak
mengambil alih perkembangan pada berbagai bidang yang lain dan tentunya
mengakibatkan perkembangan peradaban yang sangat luar biasa di era globalisasi
ini. Peran teknologi dalam dunia Teknik Sipil sangat berpengaruh sekali. Sebagai
contoh adalah para drafter maupun arsitek yang dulunya menggambar suatu proyek
atau bangunan dengan cara manual, kini mereka sudah mulai menggunakan metode
penggambaran berbasis komputer. Tidak hanya itu, banyak sekali bidang-bidang
yang kini menggunakan teknologi komputasi dan digital untuk mempermudah
pekerjaan yang dilakukan. Sebagai contoh adalah pemeteaan yang kini dapat
dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan menggunakan pemetaan komputer
berbasis citra satelit yang menghasilkan hasil yang sangat menajubkan.
Tidak hanya mempermudah tetapi juga banyak profit yang didapat dari
metode ini seperti kemudahan proses sehingga tidak perlu lagi melakukan
pengukuran dilapangan yang tentunya mempersingkat waktu dan pelaksanaan serta
mempermudah proses eksekusi dilapangan. Selain itu, program komputasi digital
ini juga mampu melakukan proses-proses yang sangat rumit dari mulai perencanaan
pemetaan hingga perencanaan pembangunan yang dapat dijadikan suatu perpaduan
antara keduanya yang menghasilkan perencanaan lengkap berbasis komputer dan
digital serta terhubung dengan layout berbasis citra satelit yang menjadi perpaduan
utama dalam melakukan proses perencanaan. Disinilah muncul ide-ide baru dalam
mengembangkan teknologi yang melatar belakangi makalah ini dibuat dimana
proses perpaduan antara penggambaran digital dan digitasi citra satelit disatukan
sehingga menjadi suatu perencanaan yang canggih, lengkap dan efisien.

Penggunaan ilmu kartografi diperlukan guna untuk mengimplementasikan


pembuatan peta sedemikian sehingga peta atau output yang dihasilkan dapat
memenuhi standar yang ditentukan. Pada lmu kartografi juga memerlukan beberapa

2
komponen dan bidang ilmu seperti bagaimana membuat peta dangan baik dan benar
hingga penggunaan peta yang dilakukan dengan mengimplementasikan teknologi
seperti Sistem Informasi Geografis yang dimana penggunaan aplikasi ini dapat
digunakan sebagai aplikasi atau platform pembantu agar mempermudah pekerjaan
pembuatan peta.

1.2 Teori dan Topik Bahasan

Pada makalah ini akan dibahas mengenai implementasi ilmu kartografi


terhadap penggunaannya pada proses Pemetaan Akuifer di Kota Denpasar. Program
ini juga lebih jelasnya disebut sebagai Geographic Information System (GIS) atau
Sistem Informasi Geografis (SIG) yang merupakan program digitasi citra satelit
yang mampu melakukan program pemetaan hanya dengan menggunakan program
komputer secara otomatis dengan memasukkan data secara online dari data satelit
yang tersedia dan diproses sehingga hasil dari proses pemetaan tersebut dapat
dilakukan secara cepat tanpa harus melalui proses yang cukup menguras tenaga di
lapangan. Dengan menggunakan program SIG, kegiatan apapun seperti pendataan
kepadatan penduduk, pemetaan bangunan, hingga analisis sensus penduduk serta
tersebarnya eksemplar penyakit dapat dilakukan dengan mudah dengan
menggunakan program SIG.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini disusun yakni sebagai berikut:


1. Mengetahui implementasi ilmu kartografi dalam proses Pemetaan Akuifer
di Kota Denpasar.
2. Mengaplikasikan ilmu kartografi dengan menggunakan Sistem Informasi
Geografis untuk mempermudah proses Pemetaan Akuifer di Kota Denpasar.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ilmu Kartografi

Kartografi merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara membuat peta


dengan nilai estetika yang baik dan dicampur dengan seni bagaimana cara penyajian
peta sehingga mudah dibaca dan dimengerti. Peta berdasarkan jenisnya dibagi dua
(2) yaitu:

Peta dasar, merupakan peta yang yang diterbitkan oleh kelembagaan negara
yaitu pemerintah yang didalamnya terdapat informasi umum yang bisa digunakan
sebagai acuan untuk melakukan pemetaan ataupun pengembangan pada peta
tematik. Peta dasar memiliki kaidah yang baku sesuai Standar Nasional Indonesia
(SNI) yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
(Bakosurtanal) sehingga dalam penyusun kartografinya telah diatur dan harus
mengikuti ketentuan yang telah dibuat.

Peta Tematik, peta tematik merupakan yang mempunyai fungsi khusus


ataupun topik yang disampaikan dan dapat dibuat oleh individu ataupun kelompok
yang berasal dari pengembangan dan informasi dari peta dasar. Pengembangan peta
tematik biasanya bertujuan untuk menyampaikan informasi secara spesifik pada
suatu wilayah meliputi informasi tentang perubahan suatu daerah, sumber daya
alam dan cadangan, persebaran flora ataupun fauna dll. Dalam pembuatan peta
tematik kaidah dari ilmu kartografi belum ada ketentuan yang baku sehingga perlu
adanya estetika yang baik dalam penyajiannya agar bisa dimengerti dengan baik.

Dalam penyusunan suatu peta perlu beberapa informasi yang perlu


ditampilkan sehingga yang membacanya mempunyai imajinasi yang baik dalam
memahami kondisi dari relief yang sebenarnya, adapun informasi yang ditampilkan
meliputi:

4
1. Judul, merupakan informasi untuk mengetahui fungsi dari peta dan
wilayah
2. System Grid, grid merupakan jarak atau interval yang berkaitan dengan
system koordinat sehingga wilayah dalam peta diketahui keberadaannya
secara pasti, biasanya system grid dibagi menjadi Universal Transerve
Mercator (UTM) dan Geographic Coordinate System (GCS), baca
selengkapnya Pengertian Koordinat Geografis dan UTM Serta Cara
Mengkonversi Satuan Koordinat
3. Keterangan, merupakan informasi pendukung dari objek-objek yang
ditampilkan pada peta.
4. Legenda, ialah suatu deskripsi singkat dari penyajian warna, tekstur
ataupun symbol untuk memberikan informasi dari peta
5. Skala, dalam penyajian pada peta skala merupakan komponen penting
untuk mengetahui ukuran sebenarnya terhadap ukuran yang ditampilkan
pada peta. Skala dibagi menjadi skala verbal, skala angka dan skala grafis
(batang)
6. Arah mata angin, biasanya arah mata angin membantu dalam
menentukan orientasi pada saat pengamatan/pengukuran.
7. Indeks Peta, berfungsi untuk mengetahui lokasi dari isi peta terhadap
wilayah secara regional. Biasanya indeks peta digunakan pada peta yang
memiliki skala detail/ kecil.
8. Instansi, dalam membuat peta informasi dari instansi terkait dimuat untuk
mengetahui indentitas dari pembuat peta.
9. Sumber, hak cipta ataupun data yang disajikan harus memiliki dasar dan
akurasi yang baik sehingga dalam mengambil informasi dari peta perlu
memilih dari sumber terpercaya dan memiliki legalitas sehingga
terhindar dari pelanggaran hak cipta dan plagiasi dengan demikian
keterangan sumber pada peta wajib dimasukan dari setiap pembuatan
peta.
10. Informasi tambahan lainnya seperti; revisi peta, grafika, riwayat peta.

Dalam pembuatan kartografi, informasi pada peta tata letak umumnya berada
pada sisi kanan pada isi peta dengan ruang sepertiga dari ukuran peta. Semakin

5
detail informasi peta yang diberikan maka kartografi yang diberikan akan semakin
banyak sehingga perlu adanya proporsional dan penempatan layout yang baik. (PT.
Geosriwijaya Nusantara Group, 2017).

2.2 Sistem Informasi Geografis

Peranan data spasial dalam berbagai kegiatan perencanaan cukup penting,


dalam hal penanggulangan bencana tanah longsor, teknologi pengolah data spasial
telah memberi kontribusi luar biasa dngan hadirnya teknologi Sistem Informasi
geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang berbasiskan
komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-
informasi geografis. Sistem Informasi Geografis dirancang untuk mengumpulkan,
menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena di mana lokasi geografi
merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis (Rudiyanto,
2010).

Sistem Informasi Grafis (SIG) atau biasa dikenal sebagai Geographic


Information System (GIS) merupakan suatu program sistem informasi komputasi
digital berbasis citra satelit yang mengolah data yang memiliki informasi. Menurut
para ahli seperti Aronaff (1989), Murai (1999), hingga Bernhardsen (2002), SIG
merupakan suatu sistem informasi yang mengolah, menyimpan, membuat, hingga
memanipulasi data menjadi suatu output yang memiliki data dan informasi khusus
yang dikemas dalam suatu database atau data penyimpanan khusus (Manis, 2017).
Suatu peta digital yang memiliki nilai setara dengan peta konvensional namun
dalam kemasan yang berbeda dan dipadukan dengan suatu analisis data pada setiap
komponennya dengan sajian yang ringkas berbasis digital. SIG juga dapat
memungkinkan untuk menyajikan suatu data yang sangat besar dan dipadukan
dengan informasi tampilan yang beragam untuk mengatur dan mengonal data
dengan berbagai kegunaan dan fungsi tersendiri tergantung dengan apa yang
dibutuhkan (Clarke, 1997).

2.3 Akuifer

6
Sebagai lapisan kulit bumi, maka akuifer membentang sangat luas, menjadi
semacam reservoir bawah tanah. Pengisian akuifer ini dilakukan oleh resapan air
hujan kedalam tanah. Sesuai dengan sifat dan lokasinya dalam siklus hidrologi,
maka lapisan akuifer mempunyai fungsi ganda sebagai media penampung (storage
fungtion) dan media aliran (conduit fungtion). Aliran ABT dapat di bedakan dalam
aliran akuifer bebas (unconfined aquifer) atau akuifer terkekang (confined aquifer)
(Maulidi, et al., 2015).

Akuifer tertekan/terkekang (confined aquifer) adalah lapisan rembesan air


yang mengandung kandungan ABT yang bertekanan lebih besar dari tekanan udara
bebas/tekanan atmosfir, karena bagian bawah dan atas dari akuifer ini tersusun dari
lapisan kedap air (biasanya tanah liat). Muka ABT dalam kedudukan ini disebut
pisometri, yang dapat berada di atas maupun di bawah muka tanah. Apabila tinggi
pisometri berada di atas muka tanah, maka air sumur yang menyadap akuifer jenis
ini akan mengalir secara bebas. ABT dalam kondisi demikian disebut artoisis atau
artesis. Dilihat dari kelulusan lapisan pengurungnya akuifer tertekan/terkekang
dapat dibedakan menjadi akuifer setengah tertekan (semi-confined aquifer) atau
tertekan penuh (confined aquifer (Maulidi, et al., 2015)).

Akuifer bebas/tak tertekan (unconfined aquifer) adalah lapisan rembesan air


yang mempunyai lapisan dasar kedap air, tetapi bagian atas muka ABT lapisan ini
tidak kedap air, sehingga kandungan ABT yang bertekanan sama dengan tekanan
udara bebas/tekanan atmosfir. Ciri khusus dari akuifer bebas ini adalah muka ABT
yang sekaligus juga merupakan batas atas dari zona jenuh akuifer tersebut (Maulidi,
et al., 2015).

Akuifer terangkat (perched) merupakan kondisi khusus, dimana ABT pada


akuifer ini terpisah dari ABT utama oleh lapisan yang relatif kedap air dengan
penyebaran terbatas, dan terletak di atas muka ABT utama (Maulidi, et al., 2015).

7
BAB III

CASE STUDY

3.1 Implementasi Ilmu Kartografi dalam penggunaan Sistem Informasi Geografis


untuk Pemetaan Akuifer di Kota Denpasar.

Penggunaan SIG dalam pengerjaan memang sangat membantu terutama


dibidang pemetaan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
analitik yaitumembaca dan mencatat data boring untuk mengetahui jenis akuifer,
tebal akuifer, permeabilitas akuifer. Penentuan titik lokasi sumur penelitian dengan
menggunakan metode Purposive Sampling. Metode purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yakni
sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan (Sugiyono, 2008),
dan untuk menganalisis data karakteristik akuifer berupa kualitas air (suhu, derajat
keasaman, total zat padat terlarut), arah aliran air tanah, tebal akuifer, jenis akuifer,
dan permeabilitas akuifer dengan menggunakan metode Spline dan IDW (Inverse
Distance Weigthing). Tahap pelaksanan penelitian ini terdiri dari tahap persiapan,
pengolahan data atribut, pemasukan data atribut, dan pengolahan data spasial.

1. Tahap Digitasi Pemetaan Kualitas Air


Analisis spasial dengan menggunakan teknik interpolasi
menunjukkan bahwa Kota Denpasar mempunyai pH basa pada akuifer
dangkal, sedangkan pada akuifer semi tertekan dengan pH asam dan basa.
Derajat keasaman pada akuifer dangkal dan akuifer semi tertekan pada
umumnya termasuk pH basa, namun pada akuifer semi tertekan terdapat pH
asam di wilayah Denpasar bagian Timur yaitu pada sumur bor E1 Subita
dengan material yang berasal dari batuan volkanik seperti debu volkanik, abu
volkanik. Pada batuan volkanik yang bersifat asam, airnya sebagai air
Natrium- Bikarbonat dengan kadar SiO2 nya tinggi yang menyebabkan air
menjadi asam.

8
Gambar 1

Gambar 2

9
2. Tahap Digitasi Pemetaan Permeabilitas Akuifer
Aplikasi Sistem Informassi Geografi (SIG) dengan menggunakan
teknik interpolasi dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. Dari hasil
interpolasi tersebut dapat diketahui bahwa permeabilitas lambat pada akuifer
dangkal terdapat di wilayah Kota Denpasar bagian Utara dan Selatan,
permeabilitas sangat lambat terdapat di seluruh wilayah Kota Denpasar,
permeabilitas cepat terdapat diwilayah Denpasar Selatan, Utara, dan Timur,
sedangkan permeabilitas lambat pada akuifer semi tertekan terdapat pada
daerah Kota Denpasar bagian Barat, Utara, dan Selatan, sedangkan
permeabilitas cepat terdapat di wilayah Kota Denpasar bagian Utara, Timur,
dan Selatan.

Gambar 3

Gambar 4

10
3. Tahap Digitasi Pemetaan Permeabilitas Akuifer
Flow net merupakan peta yang berisikan kontur air tanah dan arah
aliran airtanah. Garis kontur menunjukkan daerah-daerah yang mempunyai
tinggi muka air tanah sama. Peta ini dihasilkan dari interpolasi titik-titik
tinggi muka air tanah yang telah diketahui sebelumnya. Arah aliran air tanah
dapat ditentukan dengan menarik garis tegak lurus kontur muka air tanah
tinggi ke muka air tanah rendah (Todd, 1980). hasil analisis menunjukkan
bahwa arah aliran air tanah Kota Denpasar yaitu bergerak dari dari arah
Utara ke arah Selatan Gambar 5 . Kualitas air tanah dapat juga dipengaruhi
oleh aliran air tanah. Air tanah mengalir dari hulu ke hilir yang
menyebabkan kualitas air tanahnya juga berbeda. Selama proses tersebut,
dapat dilihat bahwa umur air semakin tua mendekati ke arah hilir. Pada
Gambar 5 menunjukkan bahwa air tanah mengalir dari arah Utara ke
Selatan. Chevbotarev (1995) menyimpulkan bahwa selama proses
perjalanan, air tanah cenderung berubah secara perlahan dari hulu ke hilir
dan mengarah pada komposisi kimia air laut.

Gambar 5

11
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai


berikut:
1. Kualitas air tanah baik suhu maupun derajat keasaman terdapat di
wilayah Kota Denpasar mempunyai kualitas yang kurang baik. Total zat
padat terlarut di Denpasar Timur tergolong baik, sedangkan di bagian
Selatan, Barat dan Utara tergolong kurang baik.
2. Kedalaman akuifer dangkal mulai dari 10-40 m sampai dengan
kedalaman >40 m, ketebalan akuifer dangkal adalah 30 m sampai
dengan ketebalan >40 m. Permeabilitas akuifer dangkal adalah lambat,
sangat lambat, dan cepat. Kedalaman akuifer semi tertekan mulai dari
40-100 m sampai dengan kedalaman >100 m, ketebalan akuifer semi
tertekan adalah 40 m, 60 m, sampai dengan ketebalan >100 m.
Permeabilitas akuifer semi tertekan adalah lambat dan cepat.
3. Akuifer dangkal dan akuifer semi tertekan pada umumnya berupa
material pasir, kerikil, sandstone, abu vulkanik, limestone, dan debu
vulkanik.
4. Air tanah di Kota Denpasar bergerak dari arah Utara ke arah Selatan.

Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perlu dilakukan pemantaun/pengukuran terhadap muka air tanah secara
berkala agar diketahui penurunan muka air tanahnya, sehingga dapat
diketahui debit air yang berkurang.
2. Pemerintah Kota Denpasar disarankan agar membuat sumur-sumur
pantau untuk pemantauan terhadap muka air tanahnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Clarke, K., 1997. Getting Started with Geographic Information System. Prentice
Hall, Upper Saddle River, NJ: An excellent recent introduction.

Harianja, J., Suyarto, R. & Nuarsa, I. W., 2014. Aplikasi GIS dalam Pemetaan
Akuifer. Sistem Informasi Geografis, pp. 209-217.

Manis, U. S., 2017. Pengertian SIG dan Ruang Lingkupnya. [Online]


Available at: http://www.pelajaran.co.id/2017/14/pengertian-sig-manfaat-
komponen-dan-ruang-lingkup-sistem-informasi-geografis/
[Accessed 15 September 2018].

Maulidi, M. A., Safitri & RIrin, 2015. Peningkatan Kekuatan Tanah Dasar.
Mekanika Tanah, pp. 4-17.

PT. Geosriwijaya Nusantara Group, 2017. Pengertian dan Kaidah Kartografi


dalam Pembuatan Peta. Palembang: PT. Geosriwijaya Nusantara Group.

Rudiyanto, 2010. Analisis Potensi Bahaya Longsor di Kecamatan Selo, Kabupaten


Boyolali dengan Sistem Informasi Geografis. Skripsi Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta, pp. 78-80.

13

Anda mungkin juga menyukai