Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH OSEANOGRAFI FISIKA

“AKUSTIK LAUT”

Dosen Pengampu :
Baharuddin S.Kel, M.Si., Ira Puspita Dewi S.Kel, M.Si., Muh. Afdal, S.Kel, M.Si

Oleh :
Kelompok 3

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
taufik dan hidayah-nya praktikan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan judul ”Akustik Laut”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Oseanografi Fisika. Kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah turut menolong dalam
penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, Kami ucapkan banyak
terima kasih.
Oleh sebab itu, kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan untuk kelengkapan makalah ini. Semoga makalah yang kami buat ini bisa
menambah pengetahuan dan orang yang membaca jadi lebih luas lagi. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dalam penyusunannya.

Banjarbaru, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
2.1. Rambatan Suara Di Laut..............................................................................8
2.2. Kecepatan Suara Di Laut.............................................................................9
2.3. Penyerapan, Pembiasan, Pemantulan, Pembauran Suara Di laut.................11
2.4. Pemanfaatan Akustik Dalam Bidang Kelautan............................................15
2.4.1. Pemetaan Bawah Laut........................................................................16
2.4.2. Survei Ikan.........................................................................................17
2.4.3. Pengawasan Laut................................................................................18
2.4.4. Penelitian Lingkungan Laut...............................................................19
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Perambatan bunyi adalah cara bunyi merambat dengan berbagai media.
Yaitu melalui benda padat, benda gas, dan benda cair. Beberapa manfaat
perambatan bunyi adalah kita bisa mengenali suara dari masing-masing makhluk
hidup (melalui benda gas), kita bisa menikmati musik atau lagu (melalui benda
gas), kita bisa bermain telpon dengan media kaleng dan benang (melalui benda
padat), Terakhir, Manfaat bunyi juga dapat digunakan untuk mengukur kedalaman
laut. Cara ini menggunakan gelombang ultrasonik yang berfungsi untuk
memancarkan bunyi ke dalam air laut yang dalam, sampai menyentuh dasar laut.
Bunyi dari dasar laut tersebut akan dipantulkan kembali ke perahu, sehingga para
ilmuwan dapat menghitung jarak kedalaman laut. Perambatan bunyi adalah cara
bunyi merambat dengan berbagai media. Yaitu melalui benda padat, benda
gas, dan benda cair. Beberapa manfaat perambatan bunyi adalah kita bisa
mengenali suara dari masing-masing makhluk hidup (melalui benda gas), kita bisa
menikmati musik atau lagu (melalui benda gas), kita bisa bermain telpon dengan
media kaleng dan benang (melalui benda padat), Terakhir, Manfaat bunyi juga
dapat digunakan untuk mengukur kedalaman laut. Cara ini menggunakan
gelombang ultrasonik yang berfungsi untuk memancarkan bunyi ke dalam air laut
yang dalam, sampai menyentuh dasar laut. Bunyi dari dasar laut tersebut akan
dipantulkan kembali ke perahu, sehingga para ilmuwan dapat menghitung jarak
kedalaman laut.
Kecepatan suara adalah istilah yang digunakan untuk
menyebut kecepatan gelombang suara yang merambat pada medium elastisitas.
Pada ketinggian air laut, dengan suhu 20 °C (68 °F) dan kondisi atmosfer normal,
kecepatan suara adalah 343 m/detik (1238 km/jam). Kecepatan rambatan
gelombang suara ini dapat berbeda tergantung medium yang dilewati (misalnya
suara lebih cepat melalui air daripada udara), sifat-sifat medium tersebut, dan
suhu. Penyerapan suara pada air laut merupakan bagian dari total kerugian
akibatadanya transmisi atau pemancaran suara dari sumber suara ke penerimanya.
Haltersebut tergantung pada sifat dari air laut itu sendiri seperti suhu, salinitas,
deraatkeasaman (pH) dan kedalaman laut. Rincian fisika yang mendasari hal
tersebutcukup
BAB 1 PENDAHULUAN
1
2

kompleks. Penyerapan suara hanya menyebabkan adanya kerugian padabagian


transmisi atau pemancaran suara. Biasanya kerugian terbesar daripemancaraan
suara adalah penyebaran gelombang akustik yang merambat jauh dari sumber
suaranya.
Selain itu, gelombang suara juga menghadapi perubahan kecepatan dan
panjang gelombang. Jadi kita dapat mengatakan bahwa setiap kali gelombang
mengubah mediumnya, ia mengalami pembiasan. Pembiasan gelombang suara
paling sering terlihat di sekitar kita. Salah satu contoh terbaik untuk menjelaskan
pembiasan gelombang suara adalah ketika gelombang suara berjalan di atas badan
air dan mengalami perubahan medium yang menunjukkan variasi sebagai
akibatnya.
Pemantulan suara di laut adalah fenomena yang terjadi ketika suara yang
dipancarkan oleh sumber suara, seperti kapal atau binatang laut, dipantulkan oleh
permukaan laut atau lapisan air di bawah permukaan laut. Fenomena ini dapat
mempengaruhi kejelasan suara dan dapat membuat suara terdengar jauh lebih jelas
atau samar tergantung pada kondisi permukaan laut dan jarak antara sumber suara
dan penerima suara.
Pemantulan suara di laut memiliki peran penting dalam komunikasi di laut,
seperti dalam navigasi kapal atau dalam interaksi antara mamalia laut, seperti
lumba-lumba dan paus. Selain itu, fenomena ini juga digunakan dalam penelitian
ilmiah, seperti untuk mengukur kedalaman laut atau untuk mendeteksi lokasi ikan
dan mamalia laut menggunakan teknologi sonar. Namun, pemantulan suara di laut
juga dapat menyebabkan masalah lingkungan, seperti polusi suara yang dapat
mengganggu kehidupan laut dan mengganggu komunikasi dan orientasi binatang
laut. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami fenomena ini dan
dampaknya pada lingkungan laut.
Pembauran suara di laut terjadi karena suara yang dihasilkan di bawah air
dapat menyebar dengan cepat dan luas. Air memiliki kecepatan suara yang lebih
tinggi daripada udara, sehingga suara yang dihasilkan di bawah air dapat
menyebar hingga ribuan kilometer jauhnya. Selain itu, permukaan laut yang
bergelombang dan adanya berbagai hambatan fisik di dalam laut seperti gunung
bawah laut dan
3

kawasan terumbu karang dapat memantulkan, membelokkan, dan menyerap


gelombang suara.
Pembauran suara di laut sangat penting dalam berbagai bidang, seperti navigasi
kapal, eksplorasi sumber daya laut, komunikasi bawah air, penelitian dan
pemantauan lingkungan laut, dan juga dalam ilmu pengetahuan dan penelitian
mengenai mamalia laut seperti lumba-lumba dan paus. Namun, kebisingan
manusia di laut seperti suara kapal, eksplorasi minyak dan gas, serta kegiatan
industri dan transportasi lainnya dapat mengganggu komunikasi dan navigasi
mamalia laut serta mempengaruhi ekosistem laut secara keseluruhan. Oleh karena
itu, penting untuk memahami dan mengelola dampak kebisingan manusia
terhadap lingkungan laut. Pemanfaatan akustik dalam bidang kelautan sangatlah
penting, terutama dalam eksplorasi dan pemantauan lingkungan laut serta
aktivitas manusia di laut. Beberapa aplikasi utama dari akustik dalam bidang
kelautan termasuk:
- Eksplorasi dan pemetaan dasar laut: Akustik digunakan untuk memetakan
struktur dasar laut, seperti dasar laut, dataran laut, dan lembah laut. Teknik
yang digunakan dalam eksplorasi ini disebut seismik laut, di mana
gelombang suara diterapkan ke dasar laut dan kemudian dipantulkan
kembali ke permukaan untuk diukur.
- Pemantauan lingkungan laut: Akustik digunakan untuk memantau
lingkungan laut, termasuk suhu air, arus, kecepatan angin, dan kedalaman
laut. Teknik yang digunakan dalam pemantauan ini disebut sonar
oseanografi.
- Pemantauan aktivitas manusia di laut: Akustik digunakan untuk
mendeteksi aktivitas manusia di laut, termasuk kapal, pesawat, dan
binatang laut seperti paus dan lumba-lumba. Teknik yang digunakan dalam
pemantauan ini disebut sonar aktif.
- Pemantauan keberadaan dan perilaku ikan: Akustik juga digunakan untuk
memantau keberadaan dan perilaku ikan di laut. Teknik yang digunakan
dalam pemantauan ini disebut sonar pasif.
Pemanfaatan akustik dalam bidang kelautan sangatlah penting untuk memahami
dan menjaga keberlangsungan hidup lingkungan laut serta kegiatan manusia di
laut.
4

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana suara merambat di dalam air laut?
Bagaimana suara dihasilkan dan diterima oleh mamalia laut seperti lumba-lumba
dan paus?
Bagaimana aktivitas manusia seperti penerapan suara oleh kapal dan aktivitas
pengeboran dapat mempengaruhi lingkungan akustik di laut dan memengaruhi
hewan laut?
Bagaimana dampak perubahan iklim dan peningkatan suhu laut dapat
mempengaruhi akustik laut dan kehidupan laut secara keseluruhan?
Bagaimana teknologi akustik dapat membantu dalam penelitian dan pemantauan
lingkungan laut dan spesies laut?
Rumusan masalah di atas dapat membantu memandu penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan tentang akustik laut dan pengaruhnya pada
lingkungan laut dan spesies laut.
1.3 Tujuan
1.4 Ruang Lingkup
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Akustik Di Laut

Metode akustik adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya


di suatu medium dalam hal ini mediumnyaadalah air. Akustik kelautan merupakan
proses pembentukan gelombang suara dan sifat-sifat perambatannya serta proses-
proses selanjutnya yang dibatasi oleh air. Prinsip kerja metode hidroakustik.
Instrumen akustik perikanan yang disebut echosounder merupakan instrumen
yang memancarkan dan membangkitkangelombang suara pada frekuensi tertentu
ke kolom perairan.Gelombang suara tersebut melintasi air hingga
membenturobyek baik di kolom air maupun dasar laut kemudian gelombang suara
tersebut dipantulkan kembali untuk diterima oleh echosounder (FAO, 1984).
Akustik dibagi menjadi dua macam, yang pertama yaitu akustik pasif
merupakan suatu aksi mendengarkan gelombang suara yang datang dari berbagai
objek pada kolom perairan, biasanya suara yang diterima pada frekuensi tertentu
ataupun frekuensi yang spesifik untuk berbagai analisis. Pasif akustik dapat
digunakan untuk mendengarkan ledakan bawah air (seismic), gempa bumi, letusan
gunung berapi, suara yang dihasilkan oleh ikan dan hewan lainnya, aktivitas
kapal- kapal ataupun sebagai peralatan untuk mendeteksi kondisi di bawah air
(hidroakustik untuk mendeteksi ikan). Sedangkan akustik aktif memiliki arti yaitu
dapat mengukur jarak dari objek yang dideteksi dan ukuran relatifnya dengan
menghasilkan suara dan mengukur waktu tempuh dari suara tersebut sejak
dipancarkan sampai diterima kembali oleh alat serta dihitung berapa amplitudo
yang kembali. Akustik aktif memakai prinsip dasar SONAR untuk pengukuran
bawah air (FAO, 1984).
SONAR (Sound Navigation and Ranging) adalah sistem penginderaan
bawah air dengan menggunakan gelombang suara (akustik). penginderaan bawah
air sangat banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi lainnya, terutama
teknologi sensor, elektronika dan microprocessor.alat ini dikembangkan untuk
berbagai aplikasi misalnya untuk pemetaan dasar laut, perikanan dan sebagainya
Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut
dengan mempertimbangkan proses-proses perambatan suara, karakter suara
(frekuensi,

5
6

intensitas, pulsa), faktor lingkungan atau medium, kondisi target, dan lain-lain.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, maka hidroakustik didasarkan
pada prinsip yang sederhana, dimana transmitter yang menghasilkan listrik dengan
frekuensi tertentu disalurkan ke transducer yang akan mengubah energi listrik
menjadi energi suara (gelombang suara) dan kemudian akan dipancarkan ke
kolom perairan. Gelombang suara yang dipancarkan ke kolom perairan akan
mengenai objek target, kemudian gelombang suara akan dipantulkan kembali oleh
objek dalam bentuk echo, echo akan diterima oleh transducer. Echo tersebut akan
diubah menjadi energi listrik lalu diteruskan ke receiver.
Fenomena suara yang terjadi akibat adanya berkas suara yang bertemu
atau menumbuk bidang permukaan bahan, maka suara tersebut akan dipantulkan
(reflected), diserap (absorb), dan diteruskan (transmitted) atau ditransmisikan oleh
bahan tersebut. Medium gelombang bunyi dapat berupa zat padat, cair, ataupun
gas. Frekuensi gelombang bunyi dapat diterima manusia berkisar antara 20 Hz
sampai dengan 20 kHz, atau dinamakan sebagai jangkauan yang dapat didengar
(audible range) (Burczynski, 1982)
Pengertian mengenai sifat-sifat dasar fisik bunyi merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk diketahui dalam mengembangkan suatu pendekatan secara
sistematis terhadap masalah kontrol kebisingan Bunyi mempunyai beberapa sifat
seperti asal dan perambatan bunyi, frekuensi bunyi, cepat rambat bunyi, panjang
gelombang, intensitas, kecepatan partikel dan lain-lainya sebagai berikut.
a. Asal dan Perambatan Bunyi
Semua benda yang dapat bergetar mempunyai kecenderungan untuk
menghasilkan bunyi. Bila ditinjau dari arah getarnya, bunyi termasuk gelombang
longitudinal dan bila dilihat dari medium perambatannya, bunyi termasuk
gelombang mekanik
b. Frekuensi Bunyi
Frekuensi merupakan gejala fisis obyektif yang dapat diukur oleh
instrumen-instrumen akustik Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran.
c. Panjang Gelombang
7

Panjang suatu gelombang bunyi dapat didefinisikan sebagai jarak yang


ditempuh oleh perambatan bunyi selama tiap siklus. Hubungan antara panjang
gelombang, frekuensi, dan cepat rambat bunyi dapat ditulis sebagai berikut sesuai.
d. Intensitas Bunyi
Intensitas bunyi adalah aliran energi yang dibawa gelombang udara dalam
suatu daerah per satuan luas. Intensitas bunyi dalam arah tertentu di suatu titik
adalah laju energi bunyi rata-rata yang ditransmisikan dalam arah tersebut
melewati satu-satuan luasan yang tegak lurus arah tersebut di titik bersangkutan.
Untuk tujuan praktis dalam dalam pengendalian kebisingan lingkungan, tingkat
tekanan bunyi sama dengan tingkat intensitas bunyi.
e. Cepat Rambat Bunyi
Bunyi bergerak pada kecepatan berbeda-beda pada tiap media yang
dilaluinya. Pada media gas udara, cepat rambat bunyi tergantung pada kerapatan,
suhu, dan tekanan.
f. Titinada
Sifat sensasi pendengaran yang memungkinkan kita menyusun bunyi
dalam suatu skala yang berkisar dari frekuensi rendah ke tinggi disebut
dengantitinada. Secara subyektif fisiologis, titinada sama dengan frekuensi
Titinada terutama tergantung pada frekuensi bunyi perangsang, makin tinggi
frekuensinya, makin tinggi pula titinadanya.
g. Warna Nada
Sensasi bunyi yang mempunyai titinada disebut nada. Nada murni adalah
sensasi bunyi frekuensi tunggal, ditandai dengan ketunggalan titinadanya. Bunyi
ini dapat dihasilkan dengan memukul garpu tala atau dengan memainkan nada
rendah secara lembut pada suling Kebanyakan bunyi musik tidak menghasilkan
nada murni saja, tetapi menghasilkan bunyi yang terdiri dari beberapa frekuensi
tambahan, yang disebut dengan nada kompleks. Nada kompleks adalah sensasi
bunyi yang ditandai oleh lebih dari satu frekuensi. Frekuensi terendah yang berada
dalam suatu nada kompleks disebut nada dasar, sedangkan komponen- komponen
dengan frekuensi lebih tinggi disebut nada atas atau parsial.
8

h. Kekerasan Bunyi
Kekerasan bunyi adalah sifat sensasi pendengaran yang subyektif dan
dalam besaran kekerasan ini, bunyi dapat disusun pada skala yang berkisar dari
lemah sampai keras. Kekerasan adalah tanggapan subyektif terhadap tekanan 20
bunyi dan intensitas bunyi. Phon adalah satuan tingkat kekerasan bunyi, yang
dibentuk oleh suatu percobaan psikologis yang sangat luas. Skala phon ikut
memperhatikan kepekaan telinga yang berbeda terhadap bunyi dengan frekuensi
yang berbeda.
i. Tekanan bunyi dan Tingkatan Bunyi
Tekanan bunyi adalah variasi tekanan diatas dan dibawah tekanan atmosfer
dalam satuan pascal. Variasi tekanan ini sifatnya periodik, satu variasi tekanan
komplit disebut juga sebagai satu siklus (frekuensi).
2.1. Rambatan Suara Di Laut
Perambatan gelombang suara di laut adalah laju dan cakupan rambatan
suara dapat bergerak sangat jauh dan cepat. Kecepatan rambat suara laut berbeda
dengan kecepatan rambat udara ataupun darat. Bunyi merambat di udara dengan
kecepatan 1224 km jam. Pada suhu udara 15°C bunyi dapat merambat di udara
bebas pada kecepatan 340 m/s, Bunyi merambat lebih lambat jika suhu dan
tekanan udara lebih rendah. Di udara tipis dan dingin pada ketinggian lebih dari
11 km, kecepatan bunyi 1.000 km/jam. Di air, kecepatannya 5.400 km/jam, jauh
lebih cepat daripada di udara. Dengan panjang Gelombang bunyi dan t waktu
(Nofriansyah a 2006).
Kecepatan rambat suara bisa dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti
suhu, saliniþas, dan densitas. Di dalam air laut, kecepatan gelombang suara
mendekati 1.500 m/detik (umumnya berkisar 1.450 m/detik sampai dengan 1.550
m/detik, tergantung suhu, salinitas, dan tekanan).
1. Suhu Suhu merupakan salah satu karakter fisik dari air laut yang
penting. Di wilayah lintang sedang dan rendah (dekat dengan wilayah tropis),
suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi densitas dan kecepatan suara
di dalam air.
2. Salinitas Salinitas adalah jumlah zat-zat terlarut dalam 1 kg air laut,
dimana semua karbonat telah diubah menjadi oksida, bromide dan iodide diganti
oleh klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi sempurna. Salinitas dapat
9

mempengaruhi kecepatan suara di dalam air, semakin tinggi nilai salinitasnya


maka semakin cepat pula rambat bunyinya.
3. Densitas Densitas merupakan parameter yang juga mempengaruhi cepat
rambatnya suara pada permukaan air laut. Densitas bisa disebut sebagai kerapatan
massa jenis. Makin rapat masa jenis perairan umumnya semakin besar cepat
rambat bunyi dalam perairan tersebut. Penyebabnya adalah makin rapat medium
maka makin kuat gaya kohesi antar-partikel, akibatnya pengaruh suatu bagian
medium kepada bagian yang lain akan mengikuti getaran tersebut dengan segera
sehingga perpindahan getaran terjadi sangat cepat.
4. Tekanan Tekanan juga mempengaruhi cepat rambat bunyi pada suatu
kolom perairan. Semakin kedalam perairan semakin besar juga tekanannya.
Semakin tinggi tekanan, akan semakin tinggi cepat rambat bunyinya. Hal tersebut
karena partikel-partikel zat yang bertekanan tinggi terkompresi sehingga cepat
rambat yang dihasilkan lebih besar. Pengaruh tekanan akan lebih besar dari suhu
dan salinitas pada lapisan Deep-Layer.
2.2. Kecepatan Suara Di Laut
Kecepatan suara adalah istilah yang digunakan untuk
menyebut kecepatan gelombang suara yang merambat pada medium elastisitas.
Pada ketinggian air laut, dengan suhu 20 °C (68 °F) dan kondisi atmosfer normal,
kecepatan suara adalah 343 m/detik (1238 km/jam). Kecepatan rambatan
gelombang suara ini dapat berbeda tergantung medium yang dilewati (misalnya
suara lebih cepat melalui air daripada udara), sifat-sifat medium tersebut, dan
suhu. Kecepatan suara mengacu kepada kecepatan gelombang suara pada udara.
Namun, besar kecepatan suara berbeda dari substansi ke substansi, paling lambat
dalam gas, lebih cepat dalam cairan, lebih cepat lagi dalam benda padat. Misalnya,
di udara adalah 343 m/detik, di air 1.484 m/detik, dan di besi 5.120 m/s. Pada
beberapa benda yang sangat keras seperti berlian, suara merambat dengan
kecepatan 12.000 m/detik, yang merupakan kecepatan maksimum suara pada
kondisi normal.
Kecepatan suara dalam air laut merupakan variabel oseanografik yang
menentukan pola pemancaran suara di dalam medium. Kecepatan suara bervariasi
terhadap kedalaman, musim, posisi geografis dan waktu pada lokasi tertentu. Di
10

dalam perairan dangkal dekat pantai, profil kecepatan suara cenderung tidak
teratur dan sulit diprediksi. Faktor fisik air laut yang paling menentukan dalam
mempengaruhi kecepatan suara di dalam air laut adalah suhu, salinitas, dan
tekanan (Clay dan Medwin, 1977).
Kecepatan rambat suara laut berbeda dengan kecepatan rambat udara
ataupun darat.bunyi merambat di udara dengan kecepatan 1.224 km/jam. Pada
suhu udara 15°C bunyi dapat merambat di udara bebas pada kecepatan 340 m/s.
Bunyi merambat lebih lambat jika suhu dan tekanan udara lebih rendah. Di udara
tipis dan dingin pada ketinggian lebih dari 11 km, kecepatan bunyi 1.000 km/jam.
Di air, kecepatannya 5.400 kkm/jam, jauh lebih cepat daripada di udara. Dengan λ
panjang gelombang bunyi dan t waktu (Nofriansyah et al., 2006).
Kecepatan suara bervariasi terhadap kedalaman di suatu perairan. Nilai
kecepatan suara sangat bergantung pada kondisi di suatu perairan. Variabel -
variabel yang mempengaruhi kecepatan suara di suatu perairan adalah temperatur,
kecepatan dan salinitas. Variasi nilai kecepatan suaran disuatu perairan disebut
juga sebagai profil kecepatan suara (sound profile velocity). Persamaan yang
digunakan untuk menghitung profil kecepatan suara adalah persamaan Lerroy,
persamaan Medwin, dan persamaan Mackenzie. Berdasarkan rumus, diketahui
bahwa temperatur dan kedalaman sangat dominan terhadap nilai c (kecepatan
suara di air) dan kedalaman samgat dominan terhadap nilai c (kecapatan suara di
air) dan rumus yang sering diterapkan adalah rumus dari Lerroy (Nofriansyah et
al., 2006).
Profil Kecepatan Suara Pada Lapisan Laut :
Menurut Iskandarsyah (2011), pada umumnya kedalaman perairan
berdasarkan kecepatan suara dibagi dalam 3 zona, yaitu :
a. Zona 1 (Mixed Layer)
Kecepatan suara cenderung meningkat akibat faktor perubahan tekanan
mendominasi faktor perubahan suhu.
b. Zona 2 (Thermocline)
Kecepatan suara menurun dan menjadi zona minimum kecepatan suara
akibat terjadinya perubahan suhu yang sangat drastis dan mendominasi faktor
perubahan tekanan.
c. Zona 3 (Deep Isothermal)
11

Kecepatan suara meningkat kembali akibat faktor perubahan tekanan


mendominasi kembali faktor perubahan suhu.
Menurut Lurton (2002) pola perambatan gelombang suara di dalam laut yang
dibagi secara vertikal adalah sebagai berikut:
1. Lapisan tercampur, dimana kecepatan suara relatif konstan, biasanya
Iditemukan sampai kedalaman beberapa meter dari permukaan.
2. Termoklin, pada lapisan ini kecepatan suara akan menurun dengan
bertambahnya kedalaman, karena biasanya suhu menurun secara drastis
dalam kedalaman yang relatif dangkal pada lapisan ini. Termoklin dapat
nuncul secara musiman (jika dekat dengan permukaan) atau permanen.
3. Deep channel, kecepatan suara pada lapisan ini mendekati minimum. Rata-
ata kedalaman lapisan ini mulai dari beberapa ratus meter sampai 2000 m.
4. Lapisan isothermal, pada lapisan ini suhu relatif konstan, kecepatan suara
pertambah secara linear seiring bertambahnya kedalaman karena pengaruh
ekanan hidrostatis.
2.3. Penyerapan, Pembiasan, Pemantulan, Pembauran Suara Di laut
Penyerapan, pembiasan, pemantulan, dan pembauran suara di laut sangat
penting dalam konteks komunikasi suara di dalam air laut. Suara memiliki
kecepatan yang berbeda dalam media yang berbeda, dan karena air memiliki
kepadatan yang lebih besar daripada udara, kecepatan suara dalam air jauh lebih
tinggi daripada kecepatan suara dalam udara. Namun, karena sifat medium air
yang berbeda dari udara, suara di dalam air mengalami fenomena penyerapan,
pembiasan, pemantulan, dan pembauran yang berbeda dari yang terjadi di udara.
Suara dalam air dapat mengalami beberapa fenomena seperti penyerapan,
pembiasan, pemantulan, dan pembauran. Berikut adalah penjelasan singkat
tentang masing-masing fenomena tersebut:
1. Penyerapan
Fenomena penyerapan terjadi ketika suara yang ditimbulkan oleh suatu
sumber suara dalam air diserap oleh air itu sendiri atau oleh partikel-partikel di
dalam air. Semakin jauh suara tersebut merambat, semakin banyak energi suara
yang diserap, sehingga suara tersebut semakin redup, Penyerapan adalah proses di
mana suara yang merambat melalui air dapat diserap oleh air itu sendiri atau oleh
12

material lain di dalam air. Semakin jauh suara merambat, semakin banyak energi
suara yang hilang karena penyerapan, sehingga suara menjadi semakin redup dan
akhirnya hilang. Penyerapan suara dapat terjadi karena molekul-molekul air
menyerap energi dari getaran suara.
2. Pembiasan
Pembiasan adalah proses di mana suara yang merambat melalui air
berubah arah saat melewati permukaan yang memiliki ketebalan yang berbeda.
Ketebalan air di beberapa bagian laut dapat berbeda-beda, dan ini dapat
menyebabkan pembiasan suara. Misalnya, suara yang dihasilkan oleh sumber
suara yang berada di permukaan air dapat terbawa ke bawah permukaan karena
pembiasan, atau sebaliknya.
Pembiasan terjadi ketika suara yang merambat dalam air melewati daerah dengan
kecepatan suara yang berbeda, misalnya melewati lapisan air yang berbeda suhu.
Akibatnya, arah dan kecepatan suara bisa berubah.
Salah satu contoh terbaik untuk menjelaskan pembiasan gelombang suara
adalah ketika gelombang suara berjalan di atas badan air dan mengalami
perubahan medium yang menunjukkan variasi sebagai akibatnya. Di sini kita
dapat melihat bahwa ketika gelombang merambat di atas badan air, gelombang itu
merambat di udara hanya saja tidak mengubah mediumnya, tetapi udara di atas air
itu sendiri memiliki sifat yang bervariasi. Dan karena itu melalui pembiasan dan
ini dapat dijelaskan lebih lanjut.
Seperti yang kita ketahui, air memiliki efek moderasi pada udara di atas
air. Massa udara yang menempati daerah di atas air adalah relatif lebih dingin
daripada udara dari badan air. Dan kita juga tahu bahwa gelombang suara
cenderung memperlambat kecepatannya saat bergerak dalam media yang lebih
dingin daripada media yang lebih hangat. Dan karena ini, muka gelombang yang
terbentuk di atas badan air cenderung melambat. Sedangkan muka gelombang
yang jauh dari badan air bertambah cepat. Dan karena konsekuensinya, ketika
gelombang suara bergerak di atas badan air, gelombang itu akan dibiaskan ke arah
badan air oleh variasi sifat udara ini. Hal ini terjadi pada gelombang suara
bepergian di atas lautan. Biasanya, suhu air laut menurun saat masuk ke
kedalaman. Ini menyebabkan ke bawah pembiasan gelombang suara yang berasal
dari dalam/bawah badan air, yang
13

sepenuhnya berlawanan dengan pembiasan gelombang suara yang disebutkan di


atas.
Banyak ahli kelautan menemukan pembiasan gelombang suara ini sebagai
keuntungan yang membantu organisme laut untuk melakukan perjalanan atau
propagasi. Sebagai contoh, paus dan lumba-lumba dapat berkomunikasi dalam
jarak yang cukup jauh karena properti ini. Selain organisme laut, itu juga berharga
bagi navigator yang bepergian di lautan. Pembiasan ini dari bawah buat daerah
bayangan, yang membantu mengidentifikasi objek yang jauh.
a). Pembiasan suara menyebabkan perbedaan kemampuan mendengar
Pembiasan gelombang suara menyebabkan beberapa perbedaan dalam
kemampuan pendengaran kita. Kita semua akan mengamati bahwa kita dapat
mendengar lebih jelas pada malam hari daripada siang hari. Hal ini terjadi karena
pada siang hari massa udara yang dekat dengan permukaan bumi lebih hangat
daripada massa udara pada ketinggian tertentu. Sedangkan pada malam hari,
massa udara yang dekat dengan bumi menjadi lebih dingin daripada massa udara
di ketinggian. Perubahan inversi suhu ini terjadi karena insolasi. Seperti yang kita
ketahui, sumber energi bumi adalah matahari. Energi dari matahari terperangkap
di atmosfer kita pada siang hari karena daratan menjadi panas, dan akibatnya,
memanaskan massa di dekatnya. Sedangkan pada malam hari pola ini berubah
karena tidak adanya insolasi.
Seperti disebutkan di atas, gelombang suara merambat lebih cepat di udara
yang lebih hangat daripada di udara yang lebih dingin. Jadi pada siang hari,
gelombang suara yang bergerak akan dibiaskan ke atas dan akan bergerak agak
jauh di permukaan bumi. Sedangkan selama malam, gelombang bunyi dibiaskan
ke arah bumi, dan sebagai hasilnya, mereka akan menempuh jarak yang lebih jauh
di atas permukaan bumi. Refleksi dan refraksi seismik mengeksplorasi cadangan
ini di lapisan dasar laut. Pada gema ini, sounding digunakan untuk mengukur
kedalaman bedengan. Dan karenanya, simpuls suara dari kapal dilepaskan di air,
yang dipantulkan dari dasar lautan dan mencapai kembali ke kapal. Dan waktu
yang dibutuhkan oleh gelombang suara ini untuk bergerak bolak-balik kemudian
digunakan untuk menentukan kedalaman dasar laut yang mengandung sumber
daya.
14

Selama proses ini, gelombang suara yang dilepaskan dipantulkan dan


dibiaskan dari dasar laut. Dan karena pembiasan gelombang suara, mereka juga
diteruskan ke berbagai lapisan dasar laut. Dan karena pembiasan ini, gelombang
suara berjalan dengan cara yang kompleks, yang membantu menentukan
kerapatan setiap lapisan. Dengan mengikuti informasi ini dan banyak proses
lainnya, sumber daya dialokasikan di dasar laut. Fitur yang disediakan oleh
pembiasan gelombang suara menunjukkan cadangan, karena mereka juga
memiliki kepadatan yang berbeda.
Namun, ketika ada tutupan awan yang tinggi pada malam hari, kami dapat
temukan inversi suhu yang terjadi. Dalam inversi suhu, saat bergerak ketinggian,
suhu udara terlihat meningkat. Karena itu, gelombang suara yang merambat
cenderung dibiaskan ke permukaan bumi. Ini Pembalikan suhu hanya
menyebabkan gelombang suara menempuh jarak yang jauh. Dan akibatnya, orang
dapat mendengar suara dengan lebih jelas bahkan setelah menempuh jarak jauh
dengan lebih jelas.
Demikian pula, pembiasan gelombang suara menyebabkan perbedaan
kemampuan pendengaran pada hari berangin. Ini terjadi pada hari berangin ketika
gelombang suara mengalami pembiasan. Angin mengalir lebih cepat di ketinggian
yang lebih tinggi menghasilkan perubahan efektif dalam kecepatan suara
dibandingkan dengan gelombang suara yang merambat dekat permukaan datar.
Ketika seseorang berbicara pada hari yang berangin, gelombang suara dibiaskan
ke bawah dengan Angin ke dataran. Hal ini menyebabkan untuk membawa suara
ombak menempuh jarak yang jauh bahkan di siang hari karena angin.
b). Pembiasan suara yang digunakan dalam eksplorasi laut
Salah satu metode yang digunakan dalam eksplorasi laut adalah SONAR.
Yang membantu untuk mengidentifikasi jarak di dalam air. Selain itu,
mengidentifikasi cadangan gas, minyak bumi, fosil, dll. Mereka juga dieksplorasi
dengan menggunakan fenomena ini.
Seperti yang kita ketahui, komponen organisme laut yang mati selama
lebih dari satu juta tahun disimpan di dasar laut. Karena panas dan tekanan yang
mereka hadapi, mereka diubah menjadi sumber daya untuk dunia saat ini. Untuk
menemukan sumber daya ini di dasar laut, pembiasan gelombang suara juga
15

digunakan. Minyak bumi yang terbentuk di dasar lautan ini merembes ke ruang
kosong di bebatuan di sekitarnya. Dan lapisan sedimen padat ada di atasnya, yang
tidak memungkinkannya mengalir atau merembes.
3. Pemantulan
Pemantulan adalah proses di mana suara yang merambat melalui air dapat
dipantulkan oleh permukaan air atau oleh benda-benda di dalam air, seperti batu
karang atau ikan. Suara yang dipantulkan kembali dapat memantul lagi pada
permukaan air lain atau diserap oleh air. Pemantulan suara dapat menyebabkan
suara terdengar lebih keras atau lemah tergantung pada sudut pantulannya.
Pemantulan terjadi ketika suara memantul kembali setelah mengenai permukaan
air atau objek di dalam air. Sudut datang (sudut antara arah datang suara dan garis
tegak lurus pada permukaan) sama dengan sudut pantul (sudut antara garis tegak
lurus pada permukaan dan arah pantulan suara).
4. Pembauran
Pembauran adalah proses di mana suara yang merambat melalui air dapat
dicampur dengan suara lain yang merambat di air yang sama. Suara yang berbeda
bisa bercampur dan membentuk suara yang baru. Misalnya, suara yang dihasilkan
oleh dua sumber suara yang berbeda dapat bercampur menjadi satu, sehingga
terdengar seperti satu suara saja. Pembauran suara dapat terjadi di sebagian besar
bagian laut karena suara yang dihasilkan oleh berbagai sumber suara bisa
bercampur di dalam air. Pembauran terjadi ketika suara yang berasal dari beberapa
sumber yang berbeda-beda merambat dalam air dan saling berinteraksi satu sama
lain sehingga tercampur atau bercampur aduk. Fenomena ini dapat terjadi ketika
suara berasal dari sumber yang berada pada jarak yang sangat dekat atau terdapat
banyak halangan di sekitar sumber suara.
Semua fenomena ini berpengaruh terhadap bagaimana suara merambat dan
terdengar dalam air, sehingga mempengaruhi cara berkomunikasi dan mendeteksi
suara dalam lingkungan laut. Suara yang merambat melalui air memiliki sifat-sifat
yang berbeda dengan suara yang merambat melalui udara.
2.4. Pemanfaatan Akustik Dalam Bidang Kelautan
Akustik telah menjadi teknologi penting dalam bidang kelautan, karena
memungkinkan para peneliti untuk memperoleh informasi tentang lingkungan laut
16

yang sulit diakses. Pemanfaatan akustik dalam bidang kelautan sangatlah luas,
mulai dari penelitian lingkungan laut, pemetaan bawah laut, survei ikan, hingga
pengawasan laut dan navigasi. Berikut ini beberapa pemanfaatan akustik dalam
bidang kelautan.
2.4.1. Pemetaan Bawah Laut
Pemetaan bawah laut merupakan proses pengumpulan data dan informasi
tentang topografi, struktur geologi, serta keadaan fisik dan biologis dari dasar laut.
Pemetaan bawah laut sangatlah penting dalam menjaga keselamatan pelayaran,
mengeksplorasi sumber daya laut, pengelolaan wilayah pesisir, serta penelitian
ilmiah tentang laut dan ekosistemnya.
Salah satu teknologi yang umum digunakan dalam pemetaan bawah laut
adalah sonar (Sound Navigation And Ranging), yaitu teknologi yang
menggunakan gelombang suara untuk mengirimkan sinyal ke dasar laut dan
kemudian merekam pantulan gelombang tersebut untuk menghasilkan gambaran
tiga dimensi tentang bawah laut. Teknologi sonar juga dapat digunakan untuk
survei ikan dan mengidentifikasi objek di bawah laut seperti kapal karam, bangkai
pesawat terbang, dan lain-lain. Pemanfaatan sonar dalam bidang kelautan sangat
penting untuk keperluan militer dan penjelajahan laut dalam. Sonar militer dapat
digunakan untuk mendeteksi kapal selam, sedangkan sonar sipil dapat digunakan
untuk menemukan lokasi bangkai kapal dan obyek lainnya di dasar laut.

4.1. System Sonar


(https://www.kompas.com/skola/read/2022/07/01/120000669/bagaimana-
cara-kerja-sonar?page=all).
17

Selain teknologi sonar, teknologi lain seperti penggunaan satelit dan sensor
yang dipasang di dasar laut juga dapat digunakan untuk pemetaan bawah laut.
Dalam pemetaan bawah laut, data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis
untuk menghasilkan peta bawah laut yang akurat dan berguna dalam berbagai
kepentingan.
2.4.2. Survei Ikan
Penggunaan teknologi akustik pada tangkapan ikan merupakan salah satu
metode yang sangat efektif untuk mendekteksi keberadaan ikan secara cepat dan
akurat (Simmond dan MacLennan, 2005). Metode survei ikan yang digunakan
untuk mempelajari populasi ikan di dalam air dengan menggunakan teknologi
sonar atau suara. Teknologi sonar digunakan untuk menghasilkan gelombang
suara yang dikirimkan ke air dan memantul kembali ketika menemukan benda
yang berbeda seperti ikan.
Dalam survei ikan, suara yang dikirimkan dan dipantulkan kembali oleh
ikan kemudian diterima oleh alat yang disebut hydrophone. Hydrophone akan
mengukur waktu antara pengiriman suara dan penerimaan pantulan kembali dan
memberikan informasi tentang lokasi ikan dan kepadatan populasi ikan di daerah
tertentu.
Metode ini sangat berguna untuk penelitian tentang populasi ikan karena
memberikan informasi tentang jenis ikan yang hidup di wilayah tertentu,
kepadatan populasi ikan, ukuran dan distribusi ikan, serta perilaku ikan dalam
suatu lingkungan. Dalam beberapa kasus, survei ikan juga digunakan untuk
membantu mengelola sumber daya ikan dan memastikan bahwa populasi ikan
tetap sehat dan berkelanjutan.
Selain itu, metode akustik ini tentunya dapat meningkatkan efisiensi
penangkapan ikan bagi para nelayan, hal ini karena biasanya nelayan hanya
mengandalkan pengalaman dan bersifat fish hunting sehingga memerlukan biaya
operasional yang cukup besar. Penerimaan nelayan kepada metode akustik ini
kemungkinan akan sangat tinggi, mengingat berbagai kelebihan yang diperoleh
dalam penggunaan metode tersebut. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah
sosialisasi dan diseminasi hasil penelitian metode akustik kepada nelayan (Henry,
2014).
18

2.4.3. Pengawasan Laut


Pengawasan laut adalah suatu metode pengawasan yang menggunakan
teknologi suara untuk mendeteksi dan memantau aktivitas di laut. Teknologi
akustik dapat digunakan untuk mengawasi aktivitas di laut, seperti kapal-kapal
yang berlayar di area terbatas dan memantau aktivitas laut untuk keamanan.
Penggunaan sonar di laut dapat memantau pergerakan kapal serta mengidentifikasi
potensi ancaman dari kapal lain atau benda asing. Teknologi ini biasanya
melibatkan penggunaan sonar dan hydrophone untuk mengirim dan menerima
gelombang suara di bawah air.
Pengawasan laut digunakan untuk berbagai tujuan, seperti memantau
aktivitas kapal dan pesawat terbang, melacak migrasi ikan, mengidentifikasi
perilaku mamalia laut, dan memantau aktivitas bawah laut lainnya seperti
pengeboran minyak dan gas bumi. Namun, penggunaan teknologi suara di bawah
air untuk pengawasan laut telah dikritik oleh beberapa pihak karena dampak
negatifnya pada mamalia laut seperti lumba-lumba dan paus. Gelombang suara
yang kuat dari sonar dapat mengganggu navigasi dan perilaku mamalia laut,
bahkan dapat menyebabkan cedera fisik dan kematian.
Sebagai tanggapan, beberapa negara dan organisasi internasional telah
memperkenalkan peraturan dan pedoman untuk mengatur penggunaan teknologi
suara di bawah air untuk pengawasan laut dan melindungi mamalia laut dari
dampak negatifnya.
2.4.4. Penelitian Lingkungan Laut
Penelitian lingkungan laut adalah suatu bidang penelitian yang
menggunakan teknologi suara untuk mempelajari dan memahami lingkungan laut.
Teknologi akustik digunakan untuk mengukur sifat fisik dan biologis dari laut dan
kehidupan di dalamnya, seperti tingkat kebisingan di laut, populasi ikan, migrasi
mamalia laut, dan aktivitas bawah laut lainnya.
Penelitian lingkungan laut dapat membantu untuk memahami cara kerja
ekosistem laut dan faktor-faktor yang memengaruhi keseimbangan lingkungan
laut, seperti perubahan suhu dan salinitas, arus laut, dan polusi laut. Selain itu,
penelitian ini juga dapat membantu memantau aktivitas manusia di laut,
seperti kegiatan
19

perikanan dan transportasi, dan memahami dampaknya terhadap lingkungan laut.


Beberapa contoh penelitian lingkungan laut akustik yang telah dilakukan meliputi:
- Penelitian tentang pengaruh kebisingan bawah laut terhadap mamalia laut,
seperti paus dan lumba-lumba.
- Penelitian tentang perilaku ikan dan mamalia laut, termasuk migrasi dan
aktivitas pemangsaan.
- Penelitian tentang keberadaan dan kesehatan terumbu karang.
- Penelitian tentang polusi laut, termasuk pencemaran suara dan limbah
plastik.
- Penelitian tentang pengaruh perubahan iklim terhadap lingkungan laut,
seperti perubahan suhu dan tingkat asam laut.
- Penelitian lingkungan laut akustik sangat penting dalam upaya untuk
memahami lingkungan laut dan melindunginya dari kerusakan dan
degradasi yang disebabkan oleh manusia.
2.4.5. Pengukuran Dasar Laut
Instrumen akustik untuk eksplorasi dasar laut ini adalah alat perneruman
(Echosounder). Alat ini berfungsi untuk merekam waktu tunda, yaitu antara waktu
pemancaran gelombang suara dengan waktu penerimaan pantulan gelombang
suara dari dasar laut yang diterima oleh transduser tersebut. Dengan mengetahui
atau mengasumsikan kecepatan perambatan gelombang suara dalam air, maka
dapat dihitung kedalaman dari hasil perekaman waktu tunda tersebut.
Walaupun secara prinsipnya pengukuran kedalaman laut ini tampak
sederhana, namun tidak dalam praktiknya. Pancaran gelombang suara yang
mengenai dasar perairan dari alat pemeruman transduser tunggal akan mengenai
permukaan dasar laut yang cukup luas. Untuk dasar laut yang berkonrur, kasar,
atau tidak rata, hal ini dapat menimbulkan kegamangan (ambiguity) dalam
pengukuran wakru tunda, karena hanya pantulan yang kembali pertama kali yang
digunakan dalam perhitungan kedalaman. Untuk mengatasi masalah tersebut, luas
permukaan dasar laut yang dikenai gelombang suara haruslah dibuat lebih kecil
atau sempit, misalnya dengan menggunakan untaian transduser penerima
(hydrophone array) yang dapat memusatkan berkas energi suara yang telah
diterima atau meningkatkan kepekaan penerimaan pada arah tertentu.
Selanjurnya, apabila masing-masing
20

elemen dari untaian transduser penerima ini dibuat dapat merekam sendiri-sendiri
pantulan gelombang yang diterima, pola kepekaan untaian transduser penerima
dapat diubah secara mudah dengan mengganti parameter pengolahan data yang
direkam. Dengan kara lain, untaian transduser penerima dapat diarahkan untuk
mengamati sudut datang dari berbagai arah. Teknik inilah yang kini digunakan
pad a instrumen akustik Multi Beam Echo Sounder (MBES), yang merupakan
state of the art instrumen survei batymetry (Kongsberg 2008).
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Metode akustik adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya
di suatu medium dalam hal ini mediumnya adalah air. Dan akustik dibagi menjadi
dua macam, yang pertama yaitu akustik pasif dan aktif. Yang dimana Akustik
telah menjadi teknologi penting dalam bidang kelautan, karena memungkinkan
para peneliti untuk memperoleh informasi tentang lingkungan laut yang sulit
diakses.
3.2. Saran
Demikian pembuatan makalah kami dan kami mohon kritik dan saran yang
membangun karena bagaimanapun kami tidak lepas dari kekurangan dan
kelemahan dalam membuat dan menyusun makalah. Oleh karena itu dengan kritik
dan saran bisa memperbaiki dan juga dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa
lebih baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Supiyati & Norita, Januari 2016 _Perambatan Suara dalam Air di Perairan Laut
Bengkulu Menggunakan Model ODE (Ordinary Differential Equation),_
volume 2 nomor 2
Hadi, Safwan 2010. Pegantar Oseanografi Fisis Bandung: Universitas Teknologi
Bandung Supangat, Agus dan Susanna 2010. Pengantar Oseanografi
Departemen Kelautan dan Perikanan.
Hamuna, Baigo, et al. "Hambur Balik Akustik Permukaan Substrat Dasar Perairan
Menggunakan Echosonder Bim Tunggal." Jurnal Kelautan: Indonesian
Journal of Marine Science and Technology 11.1 (2018): 31-37.
Harianto, Putu Agus, and Rio Henrimuko Yumm. "PENGARUH KONDISI
LINGKUNGAN TERHADAP KEMAMPUAN SONAR KRI DALAM
MENDETEKSI KONTAK BAWAH AIR." Jurnal Kelautan: Indonesian
Journal of Marine Science and Technology 13.1 (2020): 1-10.
Wulandari, Ita, and Subarsyah Subarsyah. "PENERAPAN METODE COMMON
REFLECTION SURFACE (CRS) PADA DATA SEISMIK LAUT 2D DI
LAUT FLORES." Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan 6.2 (2015):
209-217.
Carr, J. L., & Brown, M. G. (2015). Marine Acoustics: Direct and Inverse
Problems. John Wiley & Sons.
Cazenave, P. W., & Ross, D. A. (2016). Introduction to Marine Geology and
Geophysics. Springer.
Godø, O. R., & Handegard, N. O. (2014). Fisheries acoustics: theory and practice.
John Wiley & Sons.
Henry M. Manik. 2014. Teknologi Akustik Bawah Air: Solusi Data
Hermand, J. P., & Jones, D. L. (2015). Underwater Acoustics: Analysis, Design
and Performance of Sonar. John Wiley & Sons.
Indra Jaya. 2011. Penginderaan Jauh Sumberdaya dan Dinamika Laut dengan
Teknologi Akustik untuk Pembangunan Benua Maritim Indonesia. FPIK -
Institut Pertanian Bogor.
Jensen, F. B. (2011). Introduction to the Physical and Biological Oceanography of
Shelf Seas. Elsevier.
Kongsberg. 2008. Diakses melalui https://ftp.km.kongsberg.com.
Perikanan Laut Indonesia. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan. Vol. 1
No. 3, pp. 181-186
LAMPIRAN
PEMATERI DAN MODERATOR

MODERATOR: Choky Ginting

PEMATERI:

1. Khairu Hasbi
2. Choky Ginting
3. Alfi Malika Kholifatus Shifa
4. Norlena Suryani Pulungan
5. Adelia Amanda
6. Jovanka Putri Amoroso
7. Dhea Kamila Syawalina
8. Maulidini Noor Huda
9. Elma Nafiah
10. Rukayah
11. Yunia Shinta Rudi

PERTANYAAN SERTA JAWABAN DISKUSI

1. Pertanyaan Muhammad Ilfannor (Kelompok 4)

Pertanyaan: Seberapa penting data yang akurat yang bisa ditampilkan instrument akustik
ini?

Jawaban (Jovanka Putri Amoroso): Dari miniriset yang didapat dapat disampaikan bahwa
alat alat akustik bekerja dengan menggunakan sonar yang dikalibrasi untuk mendeteksi
perubahan tingkat desibel (dB). Dan untuk keakuratan pengukur tingkat suara ditentukan
oleh spesifikasi "Kelas" atau "Jenis". Tapi kita juga tidak dapat terlalu berpatokan bahwa
data yang telah didapat benar akurat 100% karna yang namanya alat pasti mempunyai
batas kemampuan ukur.

(Alfi Malika Kholifatus Shifa) Instrumen akustik dengan resolusi yang tinggi sangat penting
dalam survey geoteknik kelautan. Resolusi dari suatu gelombang akustik dipengaruhi oleh
beberapa faktor, terutama frekuensi dan lebar beam. Dalam prinsip penjalaran gelombang,
resolusi berbanding lurus dengan frekuensi dan berbanding terbalik dengan lebar beam.
Penggunaan instrumen akustik berfrekuensi tinggi akan memberikan akurasi yang tinggi tetapi
penetrasinya menjadi dangkal sehingga informasi lain mengenai ketebalan sedimen misalnya
harus diperoleh dengan instrumen lain yang memiliki penetrasi yang lebih dalam.

2. Pertanyaan Akhmad Alam Mursalah (Kelompok 1)

Pertanyaan: Pengawasan laut apakah bisa mengawasi lingkungan sekitar seperti predator?

Jawaban (Khairu Hasbi): Bisa. Pengawasan laut merupakan metode untuk mengawasi
yang menggunakan teknologi suara untuk mendetksi dan memantau aktivitas di laut.
Pengawasan dilaut digunakan untuk berbagai tujuan, seperti memantau aktivitas kapal dan
pesawat terbang, melacak migrasi ikan, mengidentifikasi perilaku mamalia laut, dan
memantau aktivitas bawah laut lainnya seperti pengeboran minyak dan gas bumi.
3. Pertanyaan Rizqi Nurfajri (Kelompok 2)

Pertanyaan: Jika air tawar atau air payau apakah terdapat perbedaan saat pengukuran apa
saja yang membuat perbedaan itu?

Jawaban (Maulidini Noor Huda): Getaran akustik yang merambat pada medium air dapat
membawa informasi dari satu tempat ke tempat lain. Ketika getaran akustik pembawa
informasi tersebut merambat dalam medium menuju sensor, terjadi pelemahan yang
diakibatkan oleh sebaran dan sifat serap gelombang pada air. Materi penyusun medium ikut
berpengaruh terhadap nilai pelemahan tersebut sehingga pelemahan pada air tawar dan
air laut berbeda.

4. Pertanyaan (Anna Amalia) (Kelompok 4)

Pertanyaan: Apa perbedaan mendasar antara pemancar gelombang akustik dan


echosounder?

Jawaban (Dhea Kamila Syawalina) : Echosounder dan pemancar akustik adalah dua jenis
alat yang berbeda. Echosounder digunakan untuk mengukur kedalaman air dengan
membangkitkan pulsa akustik pendek atau ping yang dipancarkan ke dasar air kemudian
mendengarkan kembali echo dari permukaan laut. Sementara itu, pemancar akustik adalah
alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman air sedangkan pemancar akustik
digunakan untuk menghasilkan gelombang suara.

(Norlena Suryani Pulungan)


Perbedaan utama antara keduanya terletak pada fungsinya, di mana echosounder digunakan
untuk mengukur kedalaman air sedangkan pemancar akustik digunakan untuk
menghasilkan gelombang suara.

(Dea Nabilla)
Echosounder adalah Alat navigasi elektronik yang bekerja dengan menggunakan sistem gema
yang dipasang pada dasar laut yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan,
mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan untuk mengetahui gerombolan ikan yang berada di
bawah kapal secara vertikal.
Sedangkan, Gelombang akustik merupakan gelombang mekanik longitudinal yang dapat
menjalar dalam medium padat, cair maupun gas. Medium gelombang ini adalah molekul-
malekul yang membentuk bahan medium mekanik.

Anda mungkin juga menyukai