“AKUSTIK LAUT”
Dosen Pengampu :
Baharuddin S.Kel, M.Si., Ira Puspita Dewi S.Kel, M.Si., Muh. Afdal, S.Kel, M.Si
Oleh :
Kelompok 3
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
taufik dan hidayah-nya praktikan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan judul ”Akustik Laut”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Oseanografi Fisika. Kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah turut menolong dalam
penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, Kami ucapkan banyak
terima kasih.
Oleh sebab itu, kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan untuk kelengkapan makalah ini. Semoga makalah yang kami buat ini bisa
menambah pengetahuan dan orang yang membaca jadi lebih luas lagi. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dalam penyusunannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
2.1. Rambatan Suara Di Laut..............................................................................8
2.2. Kecepatan Suara Di Laut.............................................................................9
2.3. Penyerapan, Pembiasan, Pemantulan, Pembauran Suara Di laut.................11
2.4. Pemanfaatan Akustik Dalam Bidang Kelautan............................................15
2.4.1. Pemetaan Bawah Laut........................................................................16
2.4.2. Survei Ikan.........................................................................................17
2.4.3. Pengawasan Laut................................................................................18
2.4.4. Penelitian Lingkungan Laut...............................................................19
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Akustik Di Laut
5
6
intensitas, pulsa), faktor lingkungan atau medium, kondisi target, dan lain-lain.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, maka hidroakustik didasarkan
pada prinsip yang sederhana, dimana transmitter yang menghasilkan listrik dengan
frekuensi tertentu disalurkan ke transducer yang akan mengubah energi listrik
menjadi energi suara (gelombang suara) dan kemudian akan dipancarkan ke
kolom perairan. Gelombang suara yang dipancarkan ke kolom perairan akan
mengenai objek target, kemudian gelombang suara akan dipantulkan kembali oleh
objek dalam bentuk echo, echo akan diterima oleh transducer. Echo tersebut akan
diubah menjadi energi listrik lalu diteruskan ke receiver.
Fenomena suara yang terjadi akibat adanya berkas suara yang bertemu
atau menumbuk bidang permukaan bahan, maka suara tersebut akan dipantulkan
(reflected), diserap (absorb), dan diteruskan (transmitted) atau ditransmisikan oleh
bahan tersebut. Medium gelombang bunyi dapat berupa zat padat, cair, ataupun
gas. Frekuensi gelombang bunyi dapat diterima manusia berkisar antara 20 Hz
sampai dengan 20 kHz, atau dinamakan sebagai jangkauan yang dapat didengar
(audible range) (Burczynski, 1982)
Pengertian mengenai sifat-sifat dasar fisik bunyi merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk diketahui dalam mengembangkan suatu pendekatan secara
sistematis terhadap masalah kontrol kebisingan Bunyi mempunyai beberapa sifat
seperti asal dan perambatan bunyi, frekuensi bunyi, cepat rambat bunyi, panjang
gelombang, intensitas, kecepatan partikel dan lain-lainya sebagai berikut.
a. Asal dan Perambatan Bunyi
Semua benda yang dapat bergetar mempunyai kecenderungan untuk
menghasilkan bunyi. Bila ditinjau dari arah getarnya, bunyi termasuk gelombang
longitudinal dan bila dilihat dari medium perambatannya, bunyi termasuk
gelombang mekanik
b. Frekuensi Bunyi
Frekuensi merupakan gejala fisis obyektif yang dapat diukur oleh
instrumen-instrumen akustik Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran.
c. Panjang Gelombang
7
h. Kekerasan Bunyi
Kekerasan bunyi adalah sifat sensasi pendengaran yang subyektif dan
dalam besaran kekerasan ini, bunyi dapat disusun pada skala yang berkisar dari
lemah sampai keras. Kekerasan adalah tanggapan subyektif terhadap tekanan 20
bunyi dan intensitas bunyi. Phon adalah satuan tingkat kekerasan bunyi, yang
dibentuk oleh suatu percobaan psikologis yang sangat luas. Skala phon ikut
memperhatikan kepekaan telinga yang berbeda terhadap bunyi dengan frekuensi
yang berbeda.
i. Tekanan bunyi dan Tingkatan Bunyi
Tekanan bunyi adalah variasi tekanan diatas dan dibawah tekanan atmosfer
dalam satuan pascal. Variasi tekanan ini sifatnya periodik, satu variasi tekanan
komplit disebut juga sebagai satu siklus (frekuensi).
2.1. Rambatan Suara Di Laut
Perambatan gelombang suara di laut adalah laju dan cakupan rambatan
suara dapat bergerak sangat jauh dan cepat. Kecepatan rambat suara laut berbeda
dengan kecepatan rambat udara ataupun darat. Bunyi merambat di udara dengan
kecepatan 1224 km jam. Pada suhu udara 15°C bunyi dapat merambat di udara
bebas pada kecepatan 340 m/s, Bunyi merambat lebih lambat jika suhu dan
tekanan udara lebih rendah. Di udara tipis dan dingin pada ketinggian lebih dari
11 km, kecepatan bunyi 1.000 km/jam. Di air, kecepatannya 5.400 km/jam, jauh
lebih cepat daripada di udara. Dengan panjang Gelombang bunyi dan t waktu
(Nofriansyah a 2006).
Kecepatan rambat suara bisa dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti
suhu, saliniþas, dan densitas. Di dalam air laut, kecepatan gelombang suara
mendekati 1.500 m/detik (umumnya berkisar 1.450 m/detik sampai dengan 1.550
m/detik, tergantung suhu, salinitas, dan tekanan).
1. Suhu Suhu merupakan salah satu karakter fisik dari air laut yang
penting. Di wilayah lintang sedang dan rendah (dekat dengan wilayah tropis),
suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi densitas dan kecepatan suara
di dalam air.
2. Salinitas Salinitas adalah jumlah zat-zat terlarut dalam 1 kg air laut,
dimana semua karbonat telah diubah menjadi oksida, bromide dan iodide diganti
oleh klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi sempurna. Salinitas dapat
9
dalam perairan dangkal dekat pantai, profil kecepatan suara cenderung tidak
teratur dan sulit diprediksi. Faktor fisik air laut yang paling menentukan dalam
mempengaruhi kecepatan suara di dalam air laut adalah suhu, salinitas, dan
tekanan (Clay dan Medwin, 1977).
Kecepatan rambat suara laut berbeda dengan kecepatan rambat udara
ataupun darat.bunyi merambat di udara dengan kecepatan 1.224 km/jam. Pada
suhu udara 15°C bunyi dapat merambat di udara bebas pada kecepatan 340 m/s.
Bunyi merambat lebih lambat jika suhu dan tekanan udara lebih rendah. Di udara
tipis dan dingin pada ketinggian lebih dari 11 km, kecepatan bunyi 1.000 km/jam.
Di air, kecepatannya 5.400 kkm/jam, jauh lebih cepat daripada di udara. Dengan λ
panjang gelombang bunyi dan t waktu (Nofriansyah et al., 2006).
Kecepatan suara bervariasi terhadap kedalaman di suatu perairan. Nilai
kecepatan suara sangat bergantung pada kondisi di suatu perairan. Variabel -
variabel yang mempengaruhi kecepatan suara di suatu perairan adalah temperatur,
kecepatan dan salinitas. Variasi nilai kecepatan suaran disuatu perairan disebut
juga sebagai profil kecepatan suara (sound profile velocity). Persamaan yang
digunakan untuk menghitung profil kecepatan suara adalah persamaan Lerroy,
persamaan Medwin, dan persamaan Mackenzie. Berdasarkan rumus, diketahui
bahwa temperatur dan kedalaman sangat dominan terhadap nilai c (kecepatan
suara di air) dan kedalaman samgat dominan terhadap nilai c (kecapatan suara di
air) dan rumus yang sering diterapkan adalah rumus dari Lerroy (Nofriansyah et
al., 2006).
Profil Kecepatan Suara Pada Lapisan Laut :
Menurut Iskandarsyah (2011), pada umumnya kedalaman perairan
berdasarkan kecepatan suara dibagi dalam 3 zona, yaitu :
a. Zona 1 (Mixed Layer)
Kecepatan suara cenderung meningkat akibat faktor perubahan tekanan
mendominasi faktor perubahan suhu.
b. Zona 2 (Thermocline)
Kecepatan suara menurun dan menjadi zona minimum kecepatan suara
akibat terjadinya perubahan suhu yang sangat drastis dan mendominasi faktor
perubahan tekanan.
c. Zona 3 (Deep Isothermal)
11
material lain di dalam air. Semakin jauh suara merambat, semakin banyak energi
suara yang hilang karena penyerapan, sehingga suara menjadi semakin redup dan
akhirnya hilang. Penyerapan suara dapat terjadi karena molekul-molekul air
menyerap energi dari getaran suara.
2. Pembiasan
Pembiasan adalah proses di mana suara yang merambat melalui air
berubah arah saat melewati permukaan yang memiliki ketebalan yang berbeda.
Ketebalan air di beberapa bagian laut dapat berbeda-beda, dan ini dapat
menyebabkan pembiasan suara. Misalnya, suara yang dihasilkan oleh sumber
suara yang berada di permukaan air dapat terbawa ke bawah permukaan karena
pembiasan, atau sebaliknya.
Pembiasan terjadi ketika suara yang merambat dalam air melewati daerah dengan
kecepatan suara yang berbeda, misalnya melewati lapisan air yang berbeda suhu.
Akibatnya, arah dan kecepatan suara bisa berubah.
Salah satu contoh terbaik untuk menjelaskan pembiasan gelombang suara
adalah ketika gelombang suara berjalan di atas badan air dan mengalami
perubahan medium yang menunjukkan variasi sebagai akibatnya. Di sini kita
dapat melihat bahwa ketika gelombang merambat di atas badan air, gelombang itu
merambat di udara hanya saja tidak mengubah mediumnya, tetapi udara di atas air
itu sendiri memiliki sifat yang bervariasi. Dan karena itu melalui pembiasan dan
ini dapat dijelaskan lebih lanjut.
Seperti yang kita ketahui, air memiliki efek moderasi pada udara di atas
air. Massa udara yang menempati daerah di atas air adalah relatif lebih dingin
daripada udara dari badan air. Dan kita juga tahu bahwa gelombang suara
cenderung memperlambat kecepatannya saat bergerak dalam media yang lebih
dingin daripada media yang lebih hangat. Dan karena ini, muka gelombang yang
terbentuk di atas badan air cenderung melambat. Sedangkan muka gelombang
yang jauh dari badan air bertambah cepat. Dan karena konsekuensinya, ketika
gelombang suara bergerak di atas badan air, gelombang itu akan dibiaskan ke arah
badan air oleh variasi sifat udara ini. Hal ini terjadi pada gelombang suara
bepergian di atas lautan. Biasanya, suhu air laut menurun saat masuk ke
kedalaman. Ini menyebabkan ke bawah pembiasan gelombang suara yang berasal
dari dalam/bawah badan air, yang
13
digunakan. Minyak bumi yang terbentuk di dasar lautan ini merembes ke ruang
kosong di bebatuan di sekitarnya. Dan lapisan sedimen padat ada di atasnya, yang
tidak memungkinkannya mengalir atau merembes.
3. Pemantulan
Pemantulan adalah proses di mana suara yang merambat melalui air dapat
dipantulkan oleh permukaan air atau oleh benda-benda di dalam air, seperti batu
karang atau ikan. Suara yang dipantulkan kembali dapat memantul lagi pada
permukaan air lain atau diserap oleh air. Pemantulan suara dapat menyebabkan
suara terdengar lebih keras atau lemah tergantung pada sudut pantulannya.
Pemantulan terjadi ketika suara memantul kembali setelah mengenai permukaan
air atau objek di dalam air. Sudut datang (sudut antara arah datang suara dan garis
tegak lurus pada permukaan) sama dengan sudut pantul (sudut antara garis tegak
lurus pada permukaan dan arah pantulan suara).
4. Pembauran
Pembauran adalah proses di mana suara yang merambat melalui air dapat
dicampur dengan suara lain yang merambat di air yang sama. Suara yang berbeda
bisa bercampur dan membentuk suara yang baru. Misalnya, suara yang dihasilkan
oleh dua sumber suara yang berbeda dapat bercampur menjadi satu, sehingga
terdengar seperti satu suara saja. Pembauran suara dapat terjadi di sebagian besar
bagian laut karena suara yang dihasilkan oleh berbagai sumber suara bisa
bercampur di dalam air. Pembauran terjadi ketika suara yang berasal dari beberapa
sumber yang berbeda-beda merambat dalam air dan saling berinteraksi satu sama
lain sehingga tercampur atau bercampur aduk. Fenomena ini dapat terjadi ketika
suara berasal dari sumber yang berada pada jarak yang sangat dekat atau terdapat
banyak halangan di sekitar sumber suara.
Semua fenomena ini berpengaruh terhadap bagaimana suara merambat dan
terdengar dalam air, sehingga mempengaruhi cara berkomunikasi dan mendeteksi
suara dalam lingkungan laut. Suara yang merambat melalui air memiliki sifat-sifat
yang berbeda dengan suara yang merambat melalui udara.
2.4. Pemanfaatan Akustik Dalam Bidang Kelautan
Akustik telah menjadi teknologi penting dalam bidang kelautan, karena
memungkinkan para peneliti untuk memperoleh informasi tentang lingkungan laut
16
yang sulit diakses. Pemanfaatan akustik dalam bidang kelautan sangatlah luas,
mulai dari penelitian lingkungan laut, pemetaan bawah laut, survei ikan, hingga
pengawasan laut dan navigasi. Berikut ini beberapa pemanfaatan akustik dalam
bidang kelautan.
2.4.1. Pemetaan Bawah Laut
Pemetaan bawah laut merupakan proses pengumpulan data dan informasi
tentang topografi, struktur geologi, serta keadaan fisik dan biologis dari dasar laut.
Pemetaan bawah laut sangatlah penting dalam menjaga keselamatan pelayaran,
mengeksplorasi sumber daya laut, pengelolaan wilayah pesisir, serta penelitian
ilmiah tentang laut dan ekosistemnya.
Salah satu teknologi yang umum digunakan dalam pemetaan bawah laut
adalah sonar (Sound Navigation And Ranging), yaitu teknologi yang
menggunakan gelombang suara untuk mengirimkan sinyal ke dasar laut dan
kemudian merekam pantulan gelombang tersebut untuk menghasilkan gambaran
tiga dimensi tentang bawah laut. Teknologi sonar juga dapat digunakan untuk
survei ikan dan mengidentifikasi objek di bawah laut seperti kapal karam, bangkai
pesawat terbang, dan lain-lain. Pemanfaatan sonar dalam bidang kelautan sangat
penting untuk keperluan militer dan penjelajahan laut dalam. Sonar militer dapat
digunakan untuk mendeteksi kapal selam, sedangkan sonar sipil dapat digunakan
untuk menemukan lokasi bangkai kapal dan obyek lainnya di dasar laut.
Selain teknologi sonar, teknologi lain seperti penggunaan satelit dan sensor
yang dipasang di dasar laut juga dapat digunakan untuk pemetaan bawah laut.
Dalam pemetaan bawah laut, data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis
untuk menghasilkan peta bawah laut yang akurat dan berguna dalam berbagai
kepentingan.
2.4.2. Survei Ikan
Penggunaan teknologi akustik pada tangkapan ikan merupakan salah satu
metode yang sangat efektif untuk mendekteksi keberadaan ikan secara cepat dan
akurat (Simmond dan MacLennan, 2005). Metode survei ikan yang digunakan
untuk mempelajari populasi ikan di dalam air dengan menggunakan teknologi
sonar atau suara. Teknologi sonar digunakan untuk menghasilkan gelombang
suara yang dikirimkan ke air dan memantul kembali ketika menemukan benda
yang berbeda seperti ikan.
Dalam survei ikan, suara yang dikirimkan dan dipantulkan kembali oleh
ikan kemudian diterima oleh alat yang disebut hydrophone. Hydrophone akan
mengukur waktu antara pengiriman suara dan penerimaan pantulan kembali dan
memberikan informasi tentang lokasi ikan dan kepadatan populasi ikan di daerah
tertentu.
Metode ini sangat berguna untuk penelitian tentang populasi ikan karena
memberikan informasi tentang jenis ikan yang hidup di wilayah tertentu,
kepadatan populasi ikan, ukuran dan distribusi ikan, serta perilaku ikan dalam
suatu lingkungan. Dalam beberapa kasus, survei ikan juga digunakan untuk
membantu mengelola sumber daya ikan dan memastikan bahwa populasi ikan
tetap sehat dan berkelanjutan.
Selain itu, metode akustik ini tentunya dapat meningkatkan efisiensi
penangkapan ikan bagi para nelayan, hal ini karena biasanya nelayan hanya
mengandalkan pengalaman dan bersifat fish hunting sehingga memerlukan biaya
operasional yang cukup besar. Penerimaan nelayan kepada metode akustik ini
kemungkinan akan sangat tinggi, mengingat berbagai kelebihan yang diperoleh
dalam penggunaan metode tersebut. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah
sosialisasi dan diseminasi hasil penelitian metode akustik kepada nelayan (Henry,
2014).
18
elemen dari untaian transduser penerima ini dibuat dapat merekam sendiri-sendiri
pantulan gelombang yang diterima, pola kepekaan untaian transduser penerima
dapat diubah secara mudah dengan mengganti parameter pengolahan data yang
direkam. Dengan kara lain, untaian transduser penerima dapat diarahkan untuk
mengamati sudut datang dari berbagai arah. Teknik inilah yang kini digunakan
pad a instrumen akustik Multi Beam Echo Sounder (MBES), yang merupakan
state of the art instrumen survei batymetry (Kongsberg 2008).
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Metode akustik adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya
di suatu medium dalam hal ini mediumnya adalah air. Dan akustik dibagi menjadi
dua macam, yang pertama yaitu akustik pasif dan aktif. Yang dimana Akustik
telah menjadi teknologi penting dalam bidang kelautan, karena memungkinkan
para peneliti untuk memperoleh informasi tentang lingkungan laut yang sulit
diakses.
3.2. Saran
Demikian pembuatan makalah kami dan kami mohon kritik dan saran yang
membangun karena bagaimanapun kami tidak lepas dari kekurangan dan
kelemahan dalam membuat dan menyusun makalah. Oleh karena itu dengan kritik
dan saran bisa memperbaiki dan juga dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa
lebih baik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Supiyati & Norita, Januari 2016 _Perambatan Suara dalam Air di Perairan Laut
Bengkulu Menggunakan Model ODE (Ordinary Differential Equation),_
volume 2 nomor 2
Hadi, Safwan 2010. Pegantar Oseanografi Fisis Bandung: Universitas Teknologi
Bandung Supangat, Agus dan Susanna 2010. Pengantar Oseanografi
Departemen Kelautan dan Perikanan.
Hamuna, Baigo, et al. "Hambur Balik Akustik Permukaan Substrat Dasar Perairan
Menggunakan Echosonder Bim Tunggal." Jurnal Kelautan: Indonesian
Journal of Marine Science and Technology 11.1 (2018): 31-37.
Harianto, Putu Agus, and Rio Henrimuko Yumm. "PENGARUH KONDISI
LINGKUNGAN TERHADAP KEMAMPUAN SONAR KRI DALAM
MENDETEKSI KONTAK BAWAH AIR." Jurnal Kelautan: Indonesian
Journal of Marine Science and Technology 13.1 (2020): 1-10.
Wulandari, Ita, and Subarsyah Subarsyah. "PENERAPAN METODE COMMON
REFLECTION SURFACE (CRS) PADA DATA SEISMIK LAUT 2D DI
LAUT FLORES." Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan 6.2 (2015):
209-217.
Carr, J. L., & Brown, M. G. (2015). Marine Acoustics: Direct and Inverse
Problems. John Wiley & Sons.
Cazenave, P. W., & Ross, D. A. (2016). Introduction to Marine Geology and
Geophysics. Springer.
Godø, O. R., & Handegard, N. O. (2014). Fisheries acoustics: theory and practice.
John Wiley & Sons.
Henry M. Manik. 2014. Teknologi Akustik Bawah Air: Solusi Data
Hermand, J. P., & Jones, D. L. (2015). Underwater Acoustics: Analysis, Design
and Performance of Sonar. John Wiley & Sons.
Indra Jaya. 2011. Penginderaan Jauh Sumberdaya dan Dinamika Laut dengan
Teknologi Akustik untuk Pembangunan Benua Maritim Indonesia. FPIK -
Institut Pertanian Bogor.
Jensen, F. B. (2011). Introduction to the Physical and Biological Oceanography of
Shelf Seas. Elsevier.
Kongsberg. 2008. Diakses melalui https://ftp.km.kongsberg.com.
Perikanan Laut Indonesia. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan. Vol. 1
No. 3, pp. 181-186
LAMPIRAN
PEMATERI DAN MODERATOR
PEMATERI:
1. Khairu Hasbi
2. Choky Ginting
3. Alfi Malika Kholifatus Shifa
4. Norlena Suryani Pulungan
5. Adelia Amanda
6. Jovanka Putri Amoroso
7. Dhea Kamila Syawalina
8. Maulidini Noor Huda
9. Elma Nafiah
10. Rukayah
11. Yunia Shinta Rudi
Pertanyaan: Seberapa penting data yang akurat yang bisa ditampilkan instrument akustik
ini?
Jawaban (Jovanka Putri Amoroso): Dari miniriset yang didapat dapat disampaikan bahwa
alat alat akustik bekerja dengan menggunakan sonar yang dikalibrasi untuk mendeteksi
perubahan tingkat desibel (dB). Dan untuk keakuratan pengukur tingkat suara ditentukan
oleh spesifikasi "Kelas" atau "Jenis". Tapi kita juga tidak dapat terlalu berpatokan bahwa
data yang telah didapat benar akurat 100% karna yang namanya alat pasti mempunyai
batas kemampuan ukur.
(Alfi Malika Kholifatus Shifa) Instrumen akustik dengan resolusi yang tinggi sangat penting
dalam survey geoteknik kelautan. Resolusi dari suatu gelombang akustik dipengaruhi oleh
beberapa faktor, terutama frekuensi dan lebar beam. Dalam prinsip penjalaran gelombang,
resolusi berbanding lurus dengan frekuensi dan berbanding terbalik dengan lebar beam.
Penggunaan instrumen akustik berfrekuensi tinggi akan memberikan akurasi yang tinggi tetapi
penetrasinya menjadi dangkal sehingga informasi lain mengenai ketebalan sedimen misalnya
harus diperoleh dengan instrumen lain yang memiliki penetrasi yang lebih dalam.
Pertanyaan: Pengawasan laut apakah bisa mengawasi lingkungan sekitar seperti predator?
Jawaban (Khairu Hasbi): Bisa. Pengawasan laut merupakan metode untuk mengawasi
yang menggunakan teknologi suara untuk mendetksi dan memantau aktivitas di laut.
Pengawasan dilaut digunakan untuk berbagai tujuan, seperti memantau aktivitas kapal dan
pesawat terbang, melacak migrasi ikan, mengidentifikasi perilaku mamalia laut, dan
memantau aktivitas bawah laut lainnya seperti pengeboran minyak dan gas bumi.
3. Pertanyaan Rizqi Nurfajri (Kelompok 2)
Pertanyaan: Jika air tawar atau air payau apakah terdapat perbedaan saat pengukuran apa
saja yang membuat perbedaan itu?
Jawaban (Maulidini Noor Huda): Getaran akustik yang merambat pada medium air dapat
membawa informasi dari satu tempat ke tempat lain. Ketika getaran akustik pembawa
informasi tersebut merambat dalam medium menuju sensor, terjadi pelemahan yang
diakibatkan oleh sebaran dan sifat serap gelombang pada air. Materi penyusun medium ikut
berpengaruh terhadap nilai pelemahan tersebut sehingga pelemahan pada air tawar dan
air laut berbeda.
Jawaban (Dhea Kamila Syawalina) : Echosounder dan pemancar akustik adalah dua jenis
alat yang berbeda. Echosounder digunakan untuk mengukur kedalaman air dengan
membangkitkan pulsa akustik pendek atau ping yang dipancarkan ke dasar air kemudian
mendengarkan kembali echo dari permukaan laut. Sementara itu, pemancar akustik adalah
alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman air sedangkan pemancar akustik
digunakan untuk menghasilkan gelombang suara.
(Dea Nabilla)
Echosounder adalah Alat navigasi elektronik yang bekerja dengan menggunakan sistem gema
yang dipasang pada dasar laut yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan,
mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan untuk mengetahui gerombolan ikan yang berada di
bawah kapal secara vertikal.
Sedangkan, Gelombang akustik merupakan gelombang mekanik longitudinal yang dapat
menjalar dalam medium padat, cair maupun gas. Medium gelombang ini adalah molekul-
malekul yang membentuk bahan medium mekanik.