Anda di halaman 1dari 17

OSEANOGRAFI & SUMBER DAYA KELAUTAN

“Arus Laut”
Dosen Pengampu:

Dr. Meilinda Suriani Harefa, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh :

Annisa Shohiroh (3213131005)

Isnaini (3213131047)

Yola Restika (3212131003)

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang Arus laut. Kami sebagai
penyusun sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Walaupun demikian, kami berusaha dengan semaksimal mungkin demi kesempurnaan


makalah ini baik dari hasil diskusi, musyawarah, maupun dari kerja sama antar anggota
kelompok. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Arus laut ini bisa memberikan manfaat
maupun inspirasi untuk pembaca maupun pendengar, Terima kasih.

Pekanbaru, 20 April 2022

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................
4
a. Pengertian Dari pembangkit arus Laut dan prosesnya ................................................................
4
b. pola arus laut ...............................................................................................................................
7
c. arus-arus permukaan dunia ....................................................................................................10
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................
14
1. Kesimpulan ...............................................................................................................................
14
2. Saran .........................................................................................................................................
14

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................


….15

3
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Oseanografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena fisis dan dinamis air laut yang
dapat diaplikasikan ke bidang-bidang lainnya seperti rekayasa, lingkungan, perikanan,
bencana laut dan mitigasi (pengelolaan dan pencegahan). Seperti telah kita ketahui bersama,
lebih dari 62% kepulauan Indonesia terdiri dari lautan, dan hampir 70% bagian dari dunia
juga adalah lautan.
Kita memilih laut sebagai destinasi wisata, mungkin informasi yang di banyak dicari
sebelumnya adalah mengenai kondisi dari laut tujuan wisata itu sendiri, apakah sedang
dalam kondisi baik maupun tidak. Kita mungkin sering mendengar kata pasang surut air laut.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari pembangkit arus laut dan prosesnya?
2. Apa saja pola arus laut?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan pembuatan makalah sebagai berikut:
a. Mengetahui pengertian dan teori dari arus laut
b. Mengetahui bagaimana proses arus laut dan pola arus laut.

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Proses Pembangkitan Arus Laut


Pembangkit listrik tenaga arus laut dan gelombang adalah suatu sistem pembangkit listrik
yang dapat mengkonversi secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri baik energi kinetik
kecepatan arus laut maupun energi potensial gelombang laut menjadi energi listrik. Pembangkit
listrik tenaga arus laut dan gelombang merupakan perpaduan antara turbin Wells dengan turbin
Darrieus.

Turbin Wells biasanya digunakan untuk menangkap energi yang disebabkan oleh gerak naik
turun gelombang. Dalam suatu kolom bejana terbatas gerak naik turun gelombang akan menekan
dan menarik udara. Gerak naik turun udara yang disebabkan oleh tekanan dan tarikan gelombang
dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin Wells dan putarannya menggerakkan generator untuk
menghasilkan listrik. Dalam Pembangkit listrik tenaga arus laut dan gelombang ini turbin Wells
tidak diletakkan di udara tetapi langsung dibenamkan ke dalam air yang bergelombang untuk
mengkonversi energi potensial gelombang.

5
Sedangkan turbin Darrieus dimanfaatkan untuk mengkonversi energi kinetik kecepatan
arus laut yang bergerak dari segala arah secara horisontal. Gaya-gaya yang bekerja baik secara
vertikal maupun horisontal tersebut yang dimanfaatkan untuk dikonversi oleh pembangkit listrik
tenaga arus laut dan gelombang, karena selama ini turbin yang ada hanya mengkonversi satu arah
gaya saja. Padahal dalam realita sesungguhnya tidak pernah ada energi laut yang hanya
gelombang saja atau arus laut saja. Biasanya kedua energi tersebut bercampur jadi satu. Dengan
invensi ini pembangkit listrik tenaga arus laut dan gelombang dapat ditempatkan baik di perairan
bergelombang saja, energi arus laut saja, atau pun kedua energi tersebut.

Salah satu potensi laut dan samudra yang belum banyak diketahui masyarakat umum
adalah potensi energi laut dan samudra untuk menghasilkan listrik. Negara yang melakukan
penelitian dan pengembangan potensi energi samudra untuk menghasilkan listrik adalah Inggris,
Prancis dan Jepang.Secara umum, potensi energi samudra yang dapat menghasilkan listrik dapat
dibagi kedalam 3 jenis potensi energi yaitu energi pasang surut (tidal power), energi gelombang
laut (wave energy) dan energi panas laut (ocean thermal energy). Energi pasang surut adalah
energi yang dihasilkan dari pergerakan air laut akibat perbedaan pasang surut. Energi gelombang
laut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan gelombang laut menuju daratan dan
sebaliknya.

Sedangkan energi panas laut memanfaatkan perbedaan temperatur air laut di permukaan
dan di kedalaman. Meskipun pemanfaatan energi jenis ini di Indonesia masih memerlukan
berbagai penelitian mendalam, tetapi secara sederhana dapat dilihat bahwa probabilitas
menemukan dan memanfaatkan potensi energi gelombang laut dan energi panas laut lebih besar
dari energi pasang surut.

6
Pada dasarnya pergerakan laut yang menghasilkan gelombang laut terjadi akibat
dorongan pergerakan angin. Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada 2 titik yang diakibatkan
oleh respons pemanasan udara oleh matahari yang berbeda di kedua titik tersebut. Mengingat
sifat tersebut maka energi gelombang laut dapat dikategorikan sebagai energi terbarukan.

Gelombang laut secara ideal dapat dipandang berbentuk gelombang yang memiliki
ketinggian puncak maksimum dan lembah minimum . Pada selang waktu tertentu, ketinggian
puncak yang dicapai serangkaian gelombang laut berbeda-beda, bahkan ketinggian puncak ini
berbeda-beda untuk lokasi yang sama jika diukur pada hari yang berbeda. Meskipun demikian
secara statistik dapat ditentukan ketinggian signifikan gelombang laut pada satu titik lokasi
tertentu.

Bila waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut dihitung dari data
jumlah gelombang laut yang teramati pada sebuah selang tertentu, maka dapat diketahui potensi
energi gelombang laut di titik lokasi tersebut. Potensi energi gelombang laut pada satu titik
pengamatan dalam satuan kw per meter berbanding lurus dengan setengah dari kuadrat
ketinggian signifikan dikali waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut.

Berdasarkan perhitungan ini dapat diprediksikan berbagai potensi energi dari gelombang
laut di berbagai tempat di dunia. Dari data tersebut, diketahui bahwa pantai barat Pulau Sumatera
bagian selatan dan pantai selatan Pulau Jawa bagian barat berpotensi memiliki energi gelombang
laut sekitar 40 kw per m.

Kecepatan arus pasang-surut di pantai-pantai perairan Indonesia umumnya kurang dari


1,5 m per detik, kecuali di selat-selat diantara pulau-pulau Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara
Timur, kecepatannya bisa mencapai 2,5 - 3,4 m per detik.

Arus pasang-surut terkuat yang tercatat di Indonesia adalah di Selat antara Pulau Taliabu
dan Pulau Mangole di Kepulauan Sula, Propinsi Maluku Utara, dengan kecepatan 5,0 m per
detik. Berbeda dengan energi gelombang laut yang hanya terjadi pada kolom air di lapisan
permukaan saja, arus laut bisa terjadi pada lapisan yang lebih dalam. Kelebihan karakter fisik ini
memberikan peluang yang lebih optimal dalam pemanfaatan konversi energi listrik.

7
B. Pola Arus Laut

Upwelling adalah pergerakan massa air bersuhu dingin dan kaya nutrisi dari kedalaman
lautan menuju ke permukaan laut. Fenomena ini membawa air dengan konsentrasi tinggi nutrisi
seperti nitrat dan fosfat ke permukaan laut. Perairan yang kaya nutrisi ini menjadi pendorong
bagi pertumbuhan plankton dan ganggang mikroskopis di perairan tersebut.

Kelimpahan jumlah ganggang-ganggang mikroskopis di area lautan ini membentuk dasar


bagi jaring makanan pada ekosistem di daerah tersebut yang selanjutnya meningkatkan populasi
biota-biota lautan di perairan tersebut. Oleh karena itu, bisanya daerah penangkapan ikan dengan
produktivitas tinggi biasanya ditemukan di daerah-daerah tempat upwelling terjadi.

Upwelling biasanya terjadi di sepanjang pesisir barat dari sebuah benua dan terpengaruh
oleh adanya arus laut global. Terdapat lima arus laut utama yang terkait dengan adanya area-area
upwelling, yaitu: Arus Canary (lepas pantai Afrika Barat Laut), Arus Benguela (lepas selatan
Afrika), Arus California (lepas California dan Oregon), Arus Humboldt (lepas Peru dan Chile),
dan Arus Somali (lepas Somalia dan Oman).

Mekanisme Upwelling

Tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya upwelling adalah angin, gaya Coriolis,
dan Transport Ekman. Bumi berotasi pada porosnya dari barat ke timur. Karena rotasi bumi,
angin cenderung membelok ke kanan di belahan bumi utara dan kiri di belahan bumi selatan
yang dikenal sebagai gaya Coriolis. Kombinasi antara gaya Coriolis dan Transport Ekman
menyebabkan pergerakan air laut di permukaan mengarah 90° ke kanan arah pergerakan angin di
belahan bumi utara dan ke kiri di belahan bumi selatan.

8
Upwelling pesisir terjadi ketika Transport Ekman mendorong air permukaan menjauhi
daerah pesisir. Air di permukaan lalu menyebabkan air dari kedalaman bergerak naik ke atas
untuk menggantikan massa air permukaan yang terdorong menjauhi pesisir. Hal ini membuat air
di permukaan laut digantikan oleh air dengan kandungan nutrisi tinggi dari kedalaman.

Dampak Upwelling

A. Biodiversitas dan Produktivitas Perikanan

Karena air dari kedalaman yang dibawa ke permukaan seringkali mengandung kandungan
nutrisi yang tinggi, upwelling pada pesisir dapat membantu pertumbuhan rumput laut dan
plankton. Selanjutnya, rumput laut dan plankton menjadi penyedia sumber makanan bagi
ikanikan, mamalia laut, dan burung-burung di daerah tersebut.

Upwelling juga menghasilkan beberapa ekosistem paling produktif di dunia. Sebuah wilayah
seluas 25.900 kilometer persegi di lepas pantai barat Peru, misalnya, mengalami upwelling
pesisir yang terus menerus dan merupakan salah satu daerah penangkapan ikan terbesar di dunia.
Secara keseluruhan, wilayah pesisir tempat upwelling terjadi hanya mencakup 1 persen dari total
luas lautan dunia, tetapi wilayah ini menjadi produsen bagi lebih dari 50% jumlah hasil
perikanan dunia.

B. Iklim Pesisir

Air dingin dari kedalaman laut yang mengalir ke permukaan menurunkan suhu udara
atmosfer di wilayah-wilayah di mana upwelling terjadi. Hal ini juga menyebabkan terbentuknya
kabut laut di beberapa kota di pesisir. Misalnya, Kota San Francisco di California terkenal
dengan musim panasnya yang dingin dan berkabut, yang disebabkan oleh upwelling musiman di
daerah tersebu

Downwelling

Saat Transport Ekman mendorong air di permukaan mendekati pesisir alih-alih


menjauhinya seperti pada upwelling, air permukaan menjadi menumpuk di suatu tempat dan
mulai tenggelam ke kedalaman. Hal ini disebut dengan downwelling. Tidak seperti upwelling,
downwelling tidak berpengaruh bagi kondisi iklim dan produktivitas di daerah pesisir. Namun,

9
downwelling membawa kandungan gas-gas terlarut dari permukaan ke kedalaman yang penting
bagi biota-biota lautan di laut dalam.

C. Arus Arus Permukaan Dunia Termasuk Indonesia


Arus air laut global merupakan arus konveksi yang terbentuk akibat perbedaan suhu air pada
permukaan laut, dan suhu air di dasar laut yang dikontrol oleh posisi lintang. Air Laut di kutub
(utara) cenderung lebih dingin, sehingga memiliki massa jenis yang lebih berat, dia pun
cenderung bergerak ke dasar laut (downwelling). Sedangkan, air pada daerah di sekitar
khatulistiwa cenderung lebih hangat, sehingga air dari bawah permukaan cenderung bergerak ke
arah lintang yang lebih tinggi (dingin), dan air pada dasar laut di khatulistiwa bergerak ke atas
(upwelling).

Pergerakan arus ini yang menyebabkan terjadinya distribusi panas di lautan. Sedangkan
di atmosfer menyebabkan peristiwa El Nino dan El Nina, distribusi nutrisi laut seperti persebaran
plankton dan koloni ikan, pertumbuhan batu karang, dan komposisi kimia laut lainnya.
Kehadiran mikronutrisi, komposisi kimia air laut, dan plankton sangat penting dalam
keberlangsungan rantai makanan di laut. Sebagai pengingat saja, 70 persen oksigen di atmosfer
berasal dari hasil fotosintesis plankton. Sehingga jika arus ini rusak atau berhenti bekerja, maka

10
oksigen akan berkurang, dan bumi akan mengalami anoxic event atau kondisi minim oksigen

yang tentunya mengancam makhluk hidup yang bernapas dengan oksigen. Terdapat dua mesin
penggerak arus air laut global yang harus menyeimbangkan satu dan yang lainnya yaitu:
Pertama, air panas di khatulistiwa yang disebabkan sinar matahari, kedua, tudung es yang ada
di kutub utara.

Sinar matahari akan tetap ada meskipun telah menyinari bumi setidaknya 4,6 miliar
tahun. Namun mesin kedua, tudung es di kutub telah mengalami kemunculan dan menghilang,
yang mengakibatkan perubahan drastis di muka bumi. Bahkan dihipotesiskan menjadi salah satu
pemicu kepunahan massal makhluk hidup. Hilangnya tudung es akibat pemanasan global akan
menyebabkan air laut bersuhu panas di permukaan bumi tidak dapat tenggelam (downwelling),
sehingga air dasar laut tidak mendapatkan suplai nutrisi dan oksigen yang banyak dari air laut di
permukaan.

Hal ini akan memicu kematian makhluk hidup yang bernapas dengan oksigen di dasar
laut, jasad makhluk hidup akan mengalami dekomposisi yang melepaskan unsur karbon (CO2
dan CO). Akibatnya, air laut akan semakin jenuh karbon dan oksigen akan semakin menghilang
dari air laut.

Analogi sederhana adalah saat tubuh kita sakit dan mengalami infeksi dan infeksinya
menyebar, menyebabkan bagian tubuh lain menjadi sakit dan dapat berdampak kematian secara
keseluruhan. Terdengar mengerikan memang bahwa pemanasan global bisa menghilangkan es
yang juga berdampak matinya ekosistem laut.

ARLINDO ( Arus Lintas Indonesia)

Indonesia sebagai negara dengan julukan “negara maritim” tentu bukan tanpa alasan. Hal
ini didasarkan karena potensi lautnya yang begitu besar. Salah satu faktornya adalah adanya arus
lintas Indonesia atau yang lebih dikenal dengan ARLINDO. Arus ini melintasi wilayah Indonesia
dikarenakan wilayah Indonesia yang berada di antara dua perairan besar yaitu Samudera Pasifik
(di bagian utara dan timur) serta Samudera Hindia (di bagian selatan dan barat daya). ARLINDO
juga dianggap sebagai “bocornya” massa air Samudera Pasifik bagian barat menuju bagian
tenggara Samudera Hindia melalui perairan Indonesia. Aliran massa air ini terjadi sebagai akibat
dari adanya perbedaan tekanan dua samudera tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

11
bahwa angin memiliki pengaruh terhadap pergerakan massa air, dalam hal ini, di dunia dikenal
adanya sistem angin pasat. Di wilayah Pasifik, angin yang sangat mempengaruhi adalah angin
pasat tenggara. Angin pasat tenggara akan mempengaruhi geraknya massa air di Samudera
Pasifik. Dalam keadaan normalnya, angin akan mendorong massa air di Pasifik ke bagian barat
(mendekati wilayah Indonesia) yang menyebabkan terjadinya penumpukan massa air.
Penumpukan massa air inilah yang menjadi penyebab adanya perbedaan tekanan antara
Samudera Pasifik dan Hindia.

Dalam beberapa penelitian diketahui bahwa alur masuknya ARLINDO yaitu Selat Makassar,
Laut Maluku, dan Laut Halmahera. Selat Makassar juga dianggap sebagai jalur utama masuknya
ARLINDO. Massa air yang berasal dari Pasifik Utara bergerak ke wilayah Laut Sulawesi lalu
menuju Selat Makassar dan menuju “jantung” perairan Indonesia. Kemudian setelah berada di
perairan Indonesia, jalur dari Selat Makassar ini terbagi menjadi dua cabang yaitu menuju ke
barat daya Indonesia atau ke Samudera Hindia melalui Selat Lombok dan cabang lainnya
bergerak ke wilayah timur Indonesia tepatnya Laut Banda melalui Laut Flores. Di Laut Banda,
massa air akan mengalami percampuran dengan massa air yang berasal dari Pasifik Selatan yang
masuk melalui Laut Halmahera, Laut Maluku, dan Laut Seram. Campuran massa air yang berada
di Laut Banda ini kemudian akan bergerak menuju Samudera Hindia melalui Selat Ombai dan
Celah Timor. Gerbang kedua yang dianggap sebagai jalur masuknya ARLINDO adalah Laut

12
Maluku. Massa air dari Pasifik bergerak melalui Laut Maluku menuju Laut Seram dengan
melewati Selat Lifamatola kemudian dari Laut Seram bergerak menuju Selat Manipa ke Laut
Banda. Dan gerbang ketiga masuknya ARLINDO adalah Laut Halmahera dimana massa air
Pasifik Selatan melalui laut ini bergerak menuju Laut Seram dan Cekungan Aru. Kemudian
terjadi percampuran dengan massa air yang berasal dari Laut Banda. Setelah tejadinya
percampuran, massa air kemudian menuju Samudera Hindia melalui bagian timur Laut Timor.

Ada yang lebih menarik lagi dengan adanya arus lintas Indonesia (ARLINDO) menurut
Dr Edvin Aldrian bahwa laut kita merupakan laut yang berpotensi menyerap karbon contohnya di
Selat Lombok. Kalau arus permukaan dihitung sebagai emisi karena panas, tetapi di dalam laut
tidak seperti itu, karena arus itu tiga dimensi,” katanya

Dengan adanya pergerakan arus lintas Indonesia ini program pemantauan laut Indonesia
harus segera digencarkan agar kita mampu memprediksi adanya El Nino dan La Nina serta
pengaruh lainnya lebih awal karena peristiwa ini secara langsung dan tidak langsung akan
mendatangkan kerugian besar walaupun ada sisi manfaat dan berperan juga.

13
CASE METHOD
Judul : Abrasi
Abrasi merupakan suatu proses alam berupa pengikisan tanah pada daerah pesisir pantai yang
diakibatkan oleh ombak dan arus laut yang sifatnya merusak terkadang juga disebut dengan erosi
pantai. Salah satu kerusakan garis pantai ini dapat dipicu karena terganggunya keseimbangan
alam di daerah pantai tersebut. Akan tetapi meskipun pada umumnya abrasi diakibatkan oleh
gejala alam, namun cukup banyak perilaku manusia yang juga ikut menjadi penyebab abrasi
pantai. Sederhananya abrasi adalah pengikisan di daerah pantai akibat gelombang dan arus laut
yang sifatnya destruktif atau merusak. Karena adanya pengikisan tersebut sehingga
menyebabkan berkurangnya daerah pantai di mana wilayah yang paling dekat dengan air laut
menjadi sasaran pengikisan. Oleh karenanya apabila dibiarkan abrasi akan terus mengikis bagian
pantai dan air laut bisa membanjiri daerah di sekitar pantai tersebut.
Salah satu faktor terjadinya Abrasi yaitu arus laut yang memiliki sifat merusak. Karena pada
suatu periode tertentu angin akan bertiup sangat kencang sehingga menghasilkan gelombang dan
arus laut yang besar pula yang dapat menyebabkan pengikisan pantai.
Tanggapan Kelompok :
Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah
pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alam, namun manusia juga bisa
sebagai penyebab utama terjadinya abrasi.
Apabila abrasi dibiarkan, maka akan menyebabkan berkurangnya daerah pantai. Ini bisa
mengakibatkan daerah pesisir terkena banjir. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi
adalah dengan penanaman hutan mangrove. Selain itu, masih banyak cara mencegahnya.
Solusi Yang Diberikan :
1. Menanam pohon bakau
Akar pohon bakau yang kuat akan menahan gelombang dan arus laut yang mengarah ke pantai
agar tidak menghancurkan bebatuan dan tanah di daerah pantai
2. Memelihara terumbu karang

14
Pencegahan abrasi juga dapat dilakukan dengan pemeliharaan terumbu karang, karena terumbu
karang memiliki fungsi sebagai pemecah gelombang. Dengan begitu, dapat meminimalisir
terjadinya abrasi.
3. Melarang penambangan pasir
Ini merupakan tugas dan tanggungjawab pemerintah daerah dan pusat yang harus tegas melarang
kegiatan penambangan pasir di daerah-daerah tertentu, yaitu melalui peraturan pemerintah.
Pencegahan abrasi dapat dilakukan bila persedian pasir di lautan masih memadai sehingga
gelombang air tidak menyentuh garis pantai

15
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pembangkit listrik tenaga arus laut dan gelombang adalah suatu sistem pembangkit listrik
yang dapat mengkonversi secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri baik energi kinetik
kecepatan arus laut maupun energi potensial gelombang laut menjadi energi listrik. Pembangkit
listrik tenaga arus laut dan gelombang merupakan perpaduan antara turbin Wells dengan turbin
Darrieus.

2. SARAN

Demikianlah makalah yang kami susun.Kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses
akhir, Melainkan awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan tanggapan,saran ataupun kritikan yang membangun demi Sempurnanya Makalah
Kami ini

16
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian kelautan dan perikanan, pemodelan pola pola arus laut, KKP 2020
Kementerian Kelautan dan perikanan, (ARLINDO) Arus Lintas Indonesia berdasarkan teori dan
pemanfaatanya,
KKP 2020

17

Anda mungkin juga menyukai