Anda di halaman 1dari 10

MEMBERIKAN ULASAN ,TANGGAPAN DAN SOLUSI MENGENAI

CASEMETHODE PERAIRAN INDONESIA

MATA KULIAH : GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA


DosenPengampu:
Rohani, S.Pd.,M.Si.

Disusun Oleh kelompok 2 :


Nama :
FISKA AGUS WIDAR GULO :(3212431008)
DONATIUS FRANS MARULI (3211131005)
FARIDA WATI MANALU :(3213331030)
SRI ARFINA SARI: (3212331001)
ZAINAH :(32121311007)

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSTAS NEGERI MEDAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkatnya yang
melimpah masih dapat kita rasakan hingga saat ini, dan rahmat karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ‘GEOGRAFI REGIONAL
INDONESIA’ dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang penulis buat
yaitu Makalah CASEMETHODE PERAIRAN INDONESIA.Penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas mata kuliah ‘’
GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA ‘’ penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada
ibu Rohani, S.Pd.,M.Si.
karena telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas
CASEMETHODE kami ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini tidaklah sempurna, baik
dari s egi penyusunan, bahas anya, ataupun penulis annya. O leh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulis dapat
memperbaiki hasil dari makalah. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas dan menambah lagi pemahaman pembaca mengenai GEOGRAFI REGIONAL
INDONESIA.

Silalahi, Mei 2022

KELOMPOK ENAM
Penulis
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bumi yang kita huni memiliki perairan yang lebih luas ketimbang daratan karena sebagian
besar permukaan planet bumi tertutup oleh air. Hampir dua pertiga permukaan bumi tertutup
oleh air, baik air yang ada di darat maupun air yang ada di laut. Lapisan air yang menutupi
permukaan bumi ini disebut hidrosfer.
Lapisan air yang menutupi permukaan bumi membentuk samudra, laut, rawa, danau, sungai,
tumpukan es, awan, uap dan lain-lain. Air yang terdapat di permukaan bumi dapat berbentuk
padat seperti es, glester, atau berbentuk air seperti sungai, danau dan laut, serta dalam bentuk gas
seperti awan dan uap. Berdasarkan letaknya, wilayah perairan terbagi menjadi dua yakni perairan
umum yang berada di darat atau disebut juga perairan darat dan perairan laut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.      Apa yang dimaksud dengan metode penelitian studi kasus perairan Indonesia ZEE?
2.      Bagaimanakah terkena Metode Studi Kasus (Case Study) dalam perairan Indonesia ZEE?
3.      Apa sajakah langkah-langkah penelitian studi kasus perairan Indonesia ZEE?
4.      Apa sajakah ciri-ciri studi masalah?
5.      Bagaimanakah terkena keunikan studi kasus?
6.      Bagaimanakah terkena tipe-tipe studi masalah dan implementasinya dalam perairan
Indonesia ZEE?
7.      Bagaimanakah terkena desain studi kasus perairan Indonesia ZEE?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN


1.      Untuk mengetahui penelitian studi kasus perairan Indonesia ZEE.
2.      Untuk mengetahui metode studi masalah (Case Study) dalam perairan Indonesia ZEE.
3.      Untuk mengetahui langkah-langkah penelitian studi kasus perairan Indonesia ZEE.
4.      Untuk mengetahui ciri-ciri studi masalah yang baik.
5.      Untuk mengetahui keunikan studi kasus.
6.      Untuk mengetahui tipe-tipe studi masalah dan implementasinya dalam perairan Indonesia
ZEE.
7.      Untuk mengetahui desain studi kasus perairan Indonesia ZEE.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENYAJIAN KASUS


Salah satu sengketa yang terjadi ialah di perairan Natuna Utara dekat Laut China Selatan
bahkan barru-baru ini terdapat ribuan kapal asing yang masuk ke wilayah Laut Natuna Utara.
Dalam hal ini Sekretaris Utama Badan Keamanan Laut (Bakamla) Lakda S. Irawan
mengungkapkan bahwa ribuan kapal asing yang masuk perairan Natuna Utara dimiliki oleh
Vietnam dan China. Ribuan kapal tersebut tidak terdeteksi di radar dan hanya terlihat dengan
pantauan mata. Bahkan pada Sabtu (18/09/21) yang lalu sejumlah nelayan mengaku khawatir
karena berpapasan dengan 6 kapal perang asal China.
Oleh karena itu Untuk mengatasi permasalahan di Laut Natuna Utara yang berbatasan
dengan Laut China Selatan, Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla), Laksamana Madya Aan
Kurnia mengatakan terdapat tiga strategi penjagaan kawasan yakni hadirnya penegak hukum di
kawasan perairan tersebut seperti Bakamla, TNI Angkatan Laut, hingga Satuan Tugas
Pemberantasan Ilegal Fishing Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia melakukan
eksplorasi dan eksploitasi SDA di ZEE dan landas kontinen, strategi ketiga ialah melalui jalan
diplomasi, dengan mengajak negara-negara ASEAN dan China melakukan dialog tentang hak
berdaulat atas kawasan laut yang diatur oleh UNCLOS. Selain itu intensitas kehadiran Indonesia
seperti nelayan maupun Coast Guard harus ditingkatkan agar effective occupation Indonesia
diakui internasional,  Pemerintah juga perlu mendorong DPR untuk segera memenuhi kebutuhan
pengadaan Alutsista TNI, paling tidak Minimum Essential Forces, agar TNI dapat memberikan
sedikit daya gentar (deterrence) kepada militer China yang mendukung kehadiran Coast
Guard dan nelayan-nelayan China.

2.2 DAMPAK LETAK GEOGRAFIS INDONESIA (ZEE)


Sengketa Laut Natuna ini disebabkan oleh China yang mengklaim kawasan yang dilewati
nelayan dan kapal Coast Guard-nya di ZEE Indonesia merupakan wilayahnya berdasarkan
konsep Nine Dash Line (sembilan garis putus-putus) yang ditetapkan sepihak oleh China (tanpa
melalui UNCLOS) dan konsep tersebut menjadi dasar China mengklaim perairan Laut Natuna,
bahkan Laut China Selatan. Namun, Indonesia menolak klaim China dalam bentuk apapun di
Laut Natuna, sebab ZEE Indonesia di Laut Natuna telah diatur dalam UNCLOS.

BAB III PEMECAHAN KASUS

3.1 PENCARIN DATA (INFORMASI, TEORI) MENGENAI ZEE


Laut Natuna Utara merupakan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang terletak di
Provinsi Kepulauan Riau yaitu Kabupaten Natuna, timbulnya sengketa wilayah di Laut Natuna
Utara karena adanya Klaim Cina terhadap nine-dash line atau sembilan garis putus-putus.
Penelitian ini membahas tentang apakah klaim nine-dash line atas laut Natuna Utara oleh Cina
sesuai dengan ketentuan UNCLOS 1982 dan mengkaji bagaimana sikap Indonesia terhadap
klaim negara Cina di laut Natuna Utara. Jenis Penelitian yang digunakan adalahNormatif dengan
pendekatan perundang-undangan (statue approach), pendekatan sejarah (historical approach),
dan pendekatan kasus (case law approach).
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa klaim Cina atas nine-dash line terhadap laut
Natuna Utara bertentangan dan tidak Relevan menurut UNCLOS 1982 dan Indonesia
beranggapan bahwasannya Indonesia tidakmemiliki sengketa apapun dengan Cina.

3.2 PENGAJUAN GAGASAN


Kerap terjadi problematika diwilayah laut, misalnya status wilayah serta batas-batas
Negara seperti negara bertetangga, persoalan inilah yang menjadi salah satu faktorpersengketaan
antar negara, Padahal persengketaan antar negara dapat memengaruhi kepentingan vital negara
seperti halnya integritas wilayah. Persoalan mengenai batas-batas wilayah laut sebenernya
penetapan batas wilayah laut sudah diatur didalam hukum laut internasional atau UNCLOS
1982, seperti pengaturan mengenai batas wilayah laut pada Zona Ekonomi Eksklusif pada pasal
57 yang menyatakan “The exclusive economic zone shall not extend beyond 200 nautical miles
from the baselines from which the breadth of the territorial sea is measured”3 Yang artinya Zona
EkonomiEksklusif tidak boleh melebihi 200 Mil laut dari garis pangkal dari mana lebar laut
teritorial diukur.
Negara Republik Indonesaia sudah meratifikasi UNCLOS 1982 pada tahun 1985 dengan
Undang-UndangNomor 17 Tahun 19854 yang telah menjadikan UndangUndang Nomor 5 tahun
19835 yang mengatur lengkapmengenai Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Sebagai negara
peserta yang telah meratifikasi UNCLOS 1982 maka Indonesia berhak menarik garis zona
ekonomi eksklusif sejauh 200 Mil, penarikan tersebut sampailah ke Laut Natuna Utara yang
terletak di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu Kabupaten Natuna yang berada pada posisi 10016’-
7019’ Lintang Utara dan 1050 00’-110000’ Bujur Timur dan berbatasan dengan negara Vietnam
dan Kamboja.

3.3 DISKUSI DAN VALIDASI


Negara pemegang hak ZEE berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan
bernavigasi, terbang di atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa. Sebaliknya bagi
negara lain, ketika akan memanfaatkan sumber daya di zona tersebut, maka harus meminta izin
terlebih dahulu pada negara yang berdaulat atas ZEE.Kesimpulan dari penelitian ini adalah,
upaya penyelesaian sengketa laut Natuna utara berdasarkan UNCLOS 1982 adalah dengan cara
win win solution (Negosiasi, Pencarian Fakta, Mediasi, Konsiliasi) jika win win solution solution
tidak tercapai maka dengan win lose solution (Arbitrase Internasional dan Pengadilan).

3.4 PERUMUSAN SOLUSI


Konflik Natuna merupakan konflik antara Indonesia dan China mengenai pulau di
Indonesia, yakni Kepulauan Natuna. Hal ini berawal ketika China mengambil ikan-ikan yang
berada di Zona Ekonomi Eksklusif di Indonesia, dan didampingi Coast Guard China pada tahun
2016. Hal ini menyebabkan hubungan antara Indonesia dan China memanas hingga sekarang
(2021).Pada awalnya, China dan Indonesia merupakan Negara yang bersahabat khususnya di
bidang perekonomian. Tidak dapat dipungkiri, hampir 50% barang-barang yang kita gunakan
berasal dari China. Seperti: Smartphone, TV, Laptop, obat-obatan, bahkan Vaksin Covid- 19
(Sinovac). Hal ini dapat dikatakan hubungan Indonesia dan China dalam perekonomian sangat
erat dan sulit untuk dipisahkan. Bisa kita rangkum, ada 2 tahapan yang terjadi ketika konflik
Natuna antara Indonesia dan China.

Bagaimana Agar Konflik Natuna Bisa Diselesaikan?


Setiap konflik selalu ada penyelesaian, dan setiap penyelesaian diperlukan tahapan-
tahapan agar bisa diselesaikan.
Pertama (Rekonsiliasi). Memanfaatkan hubungan antar kedua negara. Indonesia dan Chinadapat
melakukan  keputusan bersama, yakni usaha penangkapan ikan bersama di perairan Natuna baik
dari pemerintah Indonesia dan pemerintah China,dengan interaksi Mutualisme.

Kedua (Rehabilitasi). Pihak yang paling terdampak adalah Indonesia, banyak Sumber Daya
Alam di Natuna di rampas, bahkan di klaim oleh China. Oleh karena itu, diperlukan bantuan
kekuatan TNI, Polri, Bakamla, beserta jajaranya untuk menjaga kedaulatan laut di Indonesia
dengan cara:
1. Berjaga-jaga apabila China melanggar perundingan yang dibuat bersama.
2. Melaksanakan  pembatasan kegiatan masyarakat dan penutupan kawasan konflik untuk
sementara waktu.
3. Melakukan upaya pembatasan masyarakat Natuna diluar rumah untuk periode waktu tertentu,
khususnya warga di Natuna. Agar proses pemantauan dan penjagaan oleh aparat TNI, dan Polri,
beserta jajaranya bisa berjalan dengan lancar.
4. Penyelamatan, evakuasi, identifikasi korban konflik khususnya para nelayan di Natuna, yang
kegiatan nya diganggu oleh kapal China atau Coast Goard China.

Ketiga (Rekonstruksi). Indonesia dan China merupakan mitra sekaligus sahabat dalam bidang
ekonomi. Oleh karena itu, China dan Indonesia bisa mengkaji ulang konsensus yang dibuat, agar
upaya yang dilakukan untuk reintegrasi bisa terus berjalan. Adapun konsensus- konsensus yang
harus di kaji ulang, yakni:
1. Kerja sama di bidang ekonomi. Kerja sama ini membahas komitmen-komitmen. Dengan cara
berkomitmen untuk saling mendukung dan memajukan perkonomian antara China dan
Indonesia.
2. Pembangunan Infrastruktur di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, China memiliki
keunggulan di bidang transportasi. Karena, China berhasil menciptakan sebuah transportasi
yakni: menciptakan kereta terbanyak, terpanjang, dan tercepat di dunia.2. Pembangunan
Infrastruktur di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, China memiliki keunggulan di bidang
transportasi. Karena, China berhasil menciptakan sebuah transportasi yakni: menciptakan kereta
terbanyak, terpanjang, dan tercepat di dunia.
3. Kerjasama Mitigasi Bencana Alam. Indonesia merupakan negara yang didominasi lautan.
China bisa membantu Indonesia dalam menangani masalah-masalah secara cepat dan tuntas di
perairan, dan juga membantu  tugas Basarnas dan SAR Indonesia dalam mitigasi bencana.

3.5 PENULISAN HASIL KERJA


Indonesia dapat dibilang salah satu Negara bisa saja terancam kerugian karena adanya aksi dari
Cina yang menggambarkan atau membuat Sembilan titik wilayah-wilayah baru untuk kepulauan
Natuna di Kepulauan Riau. Yang mana tentu dengan ancaman negara Cina tersebut, akan
memberikan efek yang sangat berarti bagi negara Indonesia. Dapat dilihat dalam perairan kaya
gas itu terkesan atau terlihat masuk wilayah kedaulatan China. Ditinjau dari aspek hukum
(yuridis), penanganan dari pulau-pulau kecil terluar saat ini membutuhkan perangkat
perundangundangan yang mencukupi, memadai dalam rangka mempertahankan wilayah dan
memberdayakan keadaan yang terjadi. Peninjauan berbagai peraturan perundangundangan
seperti Undang-undang, Peraturan pemerintah, Kepres, dan lain-lainnya yang berkaitan dengan
penanganan atau penentuan batas dan perbatasan dari Negara baik mencakup wilayah darat
maupun batas laut yang pada saat menjadi hal yang mendesak atau dibutuhkan.
BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
menyimpulkan bahwa Klaim nine-dash line oleh Cina atas laut natuna utara merupakan
klaim sembilan garis putus-putus yang dibuatsecarasepihak oleh negara Cina di laut Cina
Selatan, klaim nine-dash line ini berdasarkan fakta sejarah kuno Cina jauh sebelum adanya
UNCLOS 1982, klaim ini secara turun temurun yang diyakini oleh masyarakat Cina sejak masa
lampau pada abad ke 2 sebelum Masehi, Hanya saja sebagai negara yang sama-sama meratifikasi
UNCLOS 1982 klaim Cina terhadap nine-dash line tidak relevan atau tidak sesuai dengan
ketentuan UNCLOS 1982, karena pada pasal 47 ayat 6 UNCLOS 1982 hanya mengatur
mengenai Traditional Fishing Rights, bahkan untuk melakukan Traditional Fishing Rights harus
ada perjanjian bilateral sementara Indonesia tidak punya perjanjian bilateral kepada Cina.
Artikel ini juga menyimpulkan bahwa sikap Indonesia terhadap klaim Nine-dash line
Negara Cina di Laut Natuna Utara terutama Indonesia mengganti nama Laut Cina Selatan
menjadi laut Natuna Utara yang Berdasarkan putusan mahkamah internasional melalui
mahkamah arbitraseinternasional pada bulan juli 2016, penamaan laut Natuna Utara sesuai
dengan konvensi PBB tentang hukum laut (UNCLOS 1982). Indonesia tidak akan pernah
mengakui klaim nine-dash line karena klaim sepihak yang telah dilakukan oleh Cina ini tidak
memiliki alasan hukum yang diakui oleh UNCLOS 1982. Maka dari itu Indonesia mengganggap
sama sekali tidak mempunyai sengketa apapun dengan Cina terkhusus sengketa wilayah.

4.2 SARAN
Kondisi alam yang berubah-ubah selalu akan terus mempe-ngaruhi letak Garis Pangkal Lurus
Kepulauan sehingga dapat jugamempengaruhi letak wilayah teritorial laut suatu negara.Agar
dapat menegaskan data Koordinat Geografis suatunegara kepulauan akibat pergeseran Garis
Pangkal LurusKepulauan yang dapat mempengaruhi letak wilayah teritorial laut.Maka demi
kepastian hukum, Konvensi Hukum Laut 1982(UNCLOS) yang mengatur perubahan letak Garis
Pangkal Lurus Kepulauan harus diatur lebih tegas. Klausula yang diatur adalah ketentuan tentang
perubahan daftar Koordinat Geografis atau peta secara berkala dan rutin. Hal tersebut untuk
menegaskan letak batas laut teritorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif dan landas
kontinen negara-negara pantai maupun negara-negara kepulauan. 
DAFTAR PUSTAKA
United Nations Conventions On The Law Of The Sea 1982.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Tentang Pengesahan United Nations Convention On
TheLaw Of The Sea.
The South Cina Sea Arbitration Award About The Republic of hilippines v. The People's Republic of China.
Pemerintahan Kabupaen Natuna. https://natuna kab.go.id/sel ayang -panadang- kabupaten –natuna -
provinsikepulauan -riau/. Diakses pada tanggal 13 Juni 2020.
https://www.researchgate.net/publication/
338821361_PENYELESAIAN_SENGKETA_DI_LAUT_NATUNA_UTARA
https://ngertihukum.id/kenapa-terjadi-sengketa-di-perairan-laut-indonesia/
http://artikelmateri2.blogspot.com/2018/10/makalah-metode-penelitian-studi-kasus.html?m=1
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-48103607

Anda mungkin juga menyukai