Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

“PERKEMBANGAN EMOSI INDIVIDU”

Disusun Oleh:
Annisa Shohiroh 3213131005
Husnul Khotimah 3211131008
M. Ibnu 3213131025
M. Rizky Pratama Ginting 3213131039

Perguruan Tinggi Universitas Negeri Medan

Jurusan Pendidikan Geografi

Angkatan 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga Makalah
ini dapat tersusun hingga selesai didalam meyelesaikan salah satu tugas pada mata kuliah
Perkembangan Penyesuaian diri Individu. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Sujarwo, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pengampu yang telah menugaskan dan memberikan
prosedur penyelesaian makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang berkontribusi dengan memberikan sumbangan, baik materi maupun
pemikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakinmasih banyak
kekurangan dalam masalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 17 November 2021

Penulis
Kelompok 4
DAFTAR IS

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR IS..........................................................................................................................................3
BAB I.....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................5
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................................................5
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................................5
1.3 TUJUAN................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................................6
A. Pengertian Penyesuaian diri.........................................................................................................6
B. Pembentukan penyesuain diri......................................................................................................7
C. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri....................................................................................................9
D. Karakteristik Penyesuaian Diri..................................................................................................10
E.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri................................................12
F.    Permasalahan-Permasalan Penyesuaian Diri Remaja............................................................13
BAB III................................................................................................................................................14
PENUTUP...........................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Semua manusia tidak dilahirkan dalam keadaan mampu atau tidak menyesuaikan diri.
Penilaian benar atau salah seseorang menyesuaikan diri tergantung dari kondisi fisik, mental,
dan emosional yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan
mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan
dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri. Kegagalan remaja
dalam melakukan penyesuaian diri akan menimbulkan bahaya seperti tidak bertanggung
jawab dan mengabaikan pelajaran, sikap sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri,
perasaan tidak aman, merasa ingin pulang jika berada jauh dari lingkungan yang tidak
dikenal, dan perasaan menyerah.
Dengan penyesuaian diri ini orang mampu untuk mengatasi masalah dengan baik serta
mampu menempatkan dirinya pada suatu hal yang berguna bagi dirinya dan orang lain di
kalangan masyarakat. Di dalam penyesuaian diri ini orang harus tahu betul apa yang akan
dipelajari dalam hal ini. Penyesuaian diri terdapat hal–hal seperti faktor penyesuaian diri,
aspek penyesuaian diri, karakteristik dalam penyesuaian diri, bentuk penyesuaian diri,
konsep dan proses penyesuaian diri. Hal ini harus bisa terpenuhi supaya tidak terjadi masalah
di dalam masyarakat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penyesuaian diri ?
2. Apa saja karakteristik penyesuaian diri ?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri ?
4. Apa saja permasalahan penyesuaian diri ?
1.3 TUJUAN
Dapat mengetahui dan memahami pengertian dari penyesuaian diri, karakteristik penyesuain
diri, faktor-faktor yang mempengaruhi proses prnyesuaian diri dan permasalahan-
permasalahan penyesuaian diri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyesuaian diri


Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa survive dan
memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang
memuaskan dengan tuntutan sosial (Rivaswett).
Seorang ahli bernama Schneiders ( Gunarso, 1989 ) mengemukakan bahwa penyesuaian diri
merupakan suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk
menyesuaikan diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri dan dapat
diterima oleh lingkungannya.Lebih jauh ia memberi pengertian bahwa penyesuaian diri itu baik
atau buruk selalu melibatkan proses mental dan respon tingkah laku. Penyesuaian diri merupakan
usaha-usaha individu untuk mengatasi kebutuhan dari dalam diri, ketegangan, frustasi, dan
konflik serta untuk menciptakan keharmonisan atas tuntutan-tuntutan dalam dunia sekitar
(Rivaswett).
Menurut Daradjat (1972) penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika yang bertujuan
untuk mengubah tingkah laku agar terjadi hubungan yang selaras antara dirinya dan lingkungan
nya. Penyesuaian diri pribadi adalah penyesuaian individu terhadap dirinya sendiri dan percaya
pada diri sendiri. Sedangakan penyesuaian sosial merupakan suatu proses yang terjadi dalam
lingkungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengannya (Rivaswett).
Geringan (1986) mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah mengubah diri sendiri dengan
keadaan lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai dengan keinginannya, Tentu saja hal
ini tidak menimbulkan koflik bagi diri sendiri dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat. Menurut Hillgard (dalam Damayanti, 2002), individu mengadakan
penyesuaian diri untuk menghilangkan konflik dan melepaskan rasa ketidak enakan dalam
dirinya. Menurut Gunarso (1995)penyesuaian diri sebaiknya menjadi dasar dari pembetukan
hidup dengan pola-pola yang berintegrasi tanpa tekanan emosi yang berarti. Kartono
(1980) mengartikan penyesuaian diri sebagi usaha untuk mencapai keharmonisan pada diri
sendiri dan pada lingkungan sehingga rasa bermusuhan, dengki, iri hati, pasangka, kecemasan,
kemarahan sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dengannya terkikis habis  (Rivaswett).
Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan seseorang. Setiap saat
seseorang mempunyai kebutuhan penyesuaian diri, baik dengan dirinya sendiri antara kebutuhan
jasmani dan rohani, maupun kebutuhan luarnya yaitu kebutuhan social Berdasarkan pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk
menyelaraskan kebutuhan dalam diri sendiri maupun dengan situasi diluar dirinya guna
mendapatkan hubungan yang lebih baik serasi antara diri dan lingkungan yang dihadapi nya
(Rivaswett).
Pada masa penyesuaian diri ini peran orang tua dan lingkungan sangat berpengaruh dalam
mencapai keberhasilan dalam melakukan penyesuaian diri untuk membangun jati diri yang baik.
Orang tua bertugas untuk memberi tauladan dan mengawasi tindak tanduk tetapi tidak dengan
mengekang semua kegiatannya, serta memberikan kebebasan yang bertanggung jawab, misalnya
berilah kebebasan kepada anak anda untuk bergaul dengan siapapun dan dari strata manapun
asalkan tidak membawa pengaruh yang buruk baginya. Orang tua hendaknya membiasakan anak
untuk mengenal dengan baik lingkungan sekitarnya agar mereka mampu beradaptasi dengan baik
dimanapun mereka berada. Orang tua hendaknya juga bisa menjadi teman bagi anaknya terutama
pada masa remaja sehingga anak bisa terbuka tentang segala masalah yang dihadapinya, karena
dengan itu orang tua mampu mengawasi secara tidak langsung kegiatan- kegiatan yang
dilakukannya (Rivaswett).

B. Pembentukan penyesuain diri


Menurut Martaniah (1964:97) berikut beberapa lingkungan yang dianggap dapat menciptakan
penyesuaian diri  yang cukup sehat diantaranya, yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan
dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan
demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan
bahwa kehidupannya berarti.
Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang
individu. Dalam prakteknya banyak orangtua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya
dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak-anak. Hal ini seringkali ditanggapi negatif
oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal
tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa
kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam
menyesuaikan diri di kemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena
remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada
beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stres.
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka pemenuhan kebutuhan anak akan rasa kekeluargaan
harus diperhatikan. Orang tua harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas pengasuhan,
pengawasan dan penjagaan pada anaknya; jangan semata-mata menyerahkannya pada pembantu.
Jangan sampai semua urusan makan dan pakaian diserahkan pada orang lain karena hal demikian
dapat membuat anak tidak memiliki rasa aman.
Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemam puan, yang
dipelajari melalui permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalaman-pengalaman sehari-hari di
dalam keluarga. Tidak diragukan lagi bahwa dorongan semangat dan persaingan antara anggota
keluarga yang dilakukan secara sehat memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan
kejiwaan seorang individu. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu
pada hal-hal yang tidak dimengerti olehnya atau sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan
olehnya, sebab hal tersebut memupuk rasa putus asa pada jiwa individu tersebut.
Dalam keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi
dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara
penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orang tua, kakak, adik, kerabat maupun
pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarga individu mempelajari dasar dari cara bergaul
dengan orang lain, yang biasanya terjadi melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi
orang lain dalam berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau
seseorang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk mampu
menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan yang mendukung hal tersebut.
Dalam hasil interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah adat dan
kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagai
nya. Selain itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses
pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau
diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan
dan rasa aman karena semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya.
 2. Lingkungan Teman Sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-
kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang sulit
bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman-temannya apa yang
tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan
kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam
semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati
yang terbuka untuk bersatu dengannya.
            Dengan demikian pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam
penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam
memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin
mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha
untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan
menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.
3. Lingkungan Sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi
saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan
guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang
menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
 Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan
mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian
ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-
nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual
individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan
oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam
pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.
Pendidikan remaja hendaknya tidak didasarkan atas tekanan atau sejumlah bentuk kekerasan dan
paksaan, karena pola pendidikan seperti itu hanya akan membawa kepada pertentangan antara
orang dewasa dengan anak-anak sekolah. Jika para remaja merasa bahwa mereka disayangi dan
diterima sebagai teman dalam proses pendidikan dan pengembangan mereka, maka tidak akan
ada kesempatan untuk terjadi pertentangan antar generasi.

C. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri


Menurut Gerungan (1987:104) penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu, penyesuaian diri
pribadi dan penyesuaian diri sosial.
a.    Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seorang untuk menerima diri demi tercapainya
hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan sepenuhnya
siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak objektif sesuai
dengan kondisi dan potensi dirinya. Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak
adanya rasa benci, tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan, atau tidak percaya pada potensi
dirinya. Sebaliknya, kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh adanya keguncangan dan
emosi, kecemasan, pribadi, ketidakpuasan, dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebagai
akibatnya adanya jarak pemisah antara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh
linkungannya
b.   Penyesuaian Sosial
Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain yang terus
menerus dan silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan pola tingkah
laku yang sesuai dengan aturan hukum adat-istiadat, nilai, dan norma sosial yang  berlaku di
dalam masyarakat. Proses ini dikenal dengan istilah proses penyesuaian sosial. Penyesuaian 
sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial ditempat individu itu hidup dan berinteraksi dengan
orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hubungan dengan anggota keluarga,
masyarakat sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum. Apa yang
diserap yang dipelajari individu dalam proses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup
untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai
penyesuaian pribadi dan sosial sangat baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu
dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku
dalam masyarakat. Setiap kelompok atau suku bangsa memiliki sistem nilai yang berbeda-beda.
Dalam proses penyesuaian sosial, individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang
berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk
kepribadiannya. Seperti yang dikatakan oleh Sigmud Freud bahwa hati nurani atau super ego,
akan berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya
terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat serta menolak dan
menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat

D. Karakteristik Penyesuaian Diri


       Karakteristik penyesuaian diri remaja menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori
(2011:179), ada tujuh karakteristik :
1.      Penyesuaian diri remaja terhadap peran dan identitasnya
2.      Penyesuaian diri remaja terhadap pendidikan
3.      Penyesuaian diri remaja terhadap kehidupan Seks
4.      Penyesuaian diri remaja terhadap norma sosial
5.      Penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan waktu luang
6.      Penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan uang
7.      Penyesuaian diri remaja terhadap kecemasan, konflik, dan frustasi

a.      Penyesuaian diri secara positif


       Mereka tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai
berikut :
1.      Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional yang berlebihan
2.      Tidak menunjukkan adanya mekanisme pertanyaan yang salah
3.      Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi
4.      Memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri
5.      Mampu belajar dari pengalaman
6.      Bersikap realistik dan objektif
b.      Penyesuaian diri yang negatif
1.      Reaksi bertahan (Defence Reaction)
a.       Rasionalisasi, yaitu mencari alasan-alasan yang masuk akal untuk membenarkan
tindakannya yang salah.
b.      Represi, yaitu menekankan perasaan yang dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar. Ia
berusaha melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan.
c.       Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari
alasan yang dapat diterima.
d.      Sourgrapes (anggur kecut), yaitu memutar balikkan keadaan.

2.      Reaksi menyerang (Aggressive Reaction)


a.       Selalu membenarkan diri sendiri
b.      Selalu berkuasa dalam setiap situasi
c.       Suka membalas dendam
d.      Mau memilih segalanya
e.       Merasa senang bila mengganggu orang lain.
f.       Suka menggertak, baik dengan ucapan maupun perbuatan
g.      Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka
h.      Menunjukkan sikap menyerang dan merusak
i.        Keras kepala dalam sikap perbuatannya
j.        Bersikap balas dendam
k.      Memperkosa hak orang lain
l.        Tindakan yang serampangan dan
m.    Marah secara sadis
3. Reaksi melarikan diri (Escape Reaction)
a. Suka berfantasi untuk memuaskan keinginan yang tidak tercapai dengan bertukang-angan
(seolah-olah sudah tercapai)
b. Banyak tidur, suka minuman keras, bunuh diri, atau menjadi pecandu narkoba.
c. Regresi, yaitu kembali pada tingkah laku kekanak-kanakan. Misalnya, orang dewasa yang
bersikap dan berperilaku seperti anak kecil, dll.

E.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri


       Proses penyesuaian diri identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan
terbentuknya pribadi secara bertahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai
berikut : kondisi-kondisi fisik (keturunan), susunan saraf, kesehatan dan sebagainya,
perkembangan dan kematangan (kematangan intelektual sosial dan emosional), penentu
psikologis (termasuk didalamnya pengalaman, penentuan diri, frustasi dan konflik), kondisi
lingkungan (keluarga dan sekolah), penentu kultural (budaya dan agama).
a.      Kondisi jasmaniah
Kondisi jasmaniah seperti pembawaan dan struktur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai
disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik berkaitan erat dengan
susunan atau konstitusi tubuh.

b.      Perkembangan, kematangan dan penyesuaian diri


Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari respon  yang bersifat instinktif
menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman.

c.       Penentu psikologis terhadap penyesuaian diri


Beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri diantaranya adalah :
1.      Pengalaman
2.      Proses belajar
3.      Determinasi diri
4.      Konflik dan penyesuaian
d.      Lingkungan sebagai penentu penyesuaian diri
Berbagai lingkungan anak seperti keluarga, dan pola hubungan di dalamnya, sekolah masyarakat,
kultur, dan agama berpengaruh dalam penyesuaian diri.
1.        Pengaruh rumah dan keluarga
2.        Hubungan orang tua dan anak
3.        Hubungan saudara
4.        Hubungan masyarakat
5.        Sekolah

e.       Kultural dan agama sebagai penentu penyesuaian diri


       Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola
penyesuaian dirinya. Contohnya : tatacara kehidupan di sekolah, masjid, gereja dan semacamnya
akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat
sekitarnya. Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan
memberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia. Agama memegang
peranan penting sebagai penentu dalam proses penyesuaian diri.

F.    Permasalahan-Permasalan Penyesuaian Diri Remaja


a.      Sikap orang tua yang otoriter
Otoritas kepada remaja dapat menghambat proses penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja
berusaha menentang kekuasaan orang tua dan ia nantinya akan cenderung otoriter terhadap
teman-temannya serta cenderung otoritas yang ada baik di sekolah maupun di masyarakat.
b.      Perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan
Memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak perempuan terhadap saudara yang laki-
laki.
c.       Remaja yang hidup di keluarga yang retak
Tampak padanya ada kecenderungan yang besar untuk marah, suka menyendiri, kurang
kepekaan terhadap penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
            Kesimpulan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa survive dan
memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang
memuaskan dengan tuntutan sosial
2. Lingkungan yang dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri  yang cukup sehat, yaitu:
Lingkungan Keluarga, Lingkungan Teman Sebaya, Lingkungan Sekolah.
3. Penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu, penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian diri
sosial; Karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah dilihat dari konsep psikogenik
dan sosiopsikogenik. Psikogenik memandang bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh
riwayat kehidupan sosial individu, terutama latar belakang keluarga. Sementara itu dilihat
dari konsep sosiopsikogenik, penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor iklim lembaga
sosial dimana individu terlihat didalamnya. Bagi peserta didik,faktor sosiopsikogenik
yang dominan mempengaruhi penyesuaian dirinya adalah sekolah.
5. Implikasi penyesuaian diri di lingkungan sekolah sangat berpengaruh pada
perkembangan jiwa remaja, karena selain berfungsi sebagai pengajaran, sekolah juga
berfungsi sebagai transformasi norma.

B. Saran
1. Diharapkan tulisan ini dapat dijadikan salah satu referensi bagi penulis lain yang
membuat tulisan yang serupa dengan tulisan ini.
2. Diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun guna
penyempurnaan penulisan selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Desmita.2014.Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT


Remaja        Rosdakarya      

Gerungan.1987.Psikologi Sosial.Bandung:PT Erasco

Lesari, Rina Puji. 2013. Konsep Penyesuaian Diri Pesera Didik. Bandung:     Gunung Agung

Martaniah, Sri .1964. Peranan Orangtua dalam Perkembangan Kepribadian.       Yogyakarta:


Jiwa Baru

Mampiere, Andi.1982.Psikologi Remaja.Surabaya:Usaha Nasional

Malik, Muhammad Abdul. 2014. Implikasi Penyesuaian Diri Peserta Didik. Jakarta:Bumi


Aksara
Hidayat, Syarif. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Tangerang : PT Pustaka  Mandri.

Sunarto dan Hartono, Agung. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :  Rineka Cipta. 

Anda mungkin juga menyukai