Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SENGKETA BATAS WILAYAH

Kelas : X1
Guru Pembimbing :
Dessy Yuliana
Oleh : Kelompok 1
Ketua : Marsya Eka Syahfitri
Anggota Kelompok :
Dwi Anggraini
Nazwa Aisyah Putri
Sri Mawardah
Ihsan Fahris Zalfa
Muhammad Refandi

PENDIDIKAN PANCASILA
SMAN 1 HAMPARAN PERAK
2022/2023

1
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hinayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “SENGKETA BATAS WILAYAH” dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Dessy Yuliana yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih
baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan tugas ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Medan, 06
Mei 2023

DAFTAR ISI

2
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah………………………………………………………………………
…….
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………………………
…………….
1.3 Tujuan
Pembahasan………………………………………………………………………………
………………..

BAB II PEMBAHASAN
2.1 BATAS DAN WILAYAH KEDAULATAN
RI……………………………………………………….
2.2 SEJARAH SENGKETA BATAS WILAYAH RI-
MALAYSIA……………………………………
2.3 CONTOH KASUS BATAS
WILAYAH………………………………………………………………………….
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki batas wilayah laut
berdasarkan pada UNCLOS (United Nations Convension on the Law of the
Sea) 82/ HUKLA (Hukum laut) 82 yang selanjutnya diratifikasi oleh pemerintah
menjadi Undang-Undang No. 17 Tahun 1985. Indonesia memiliki sekitar
17.506 pulau dengan luas 2/3 wilayahnya merupakan lautan. Dari pulau-pulau
tersebut beberapa pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara
tetangga.
Berdasarkan survei Base Point yang dilakukan DISHIDROS TNI AL, dalam
menetapkan batas wilayah dengan negara tetangga, saat ini terdapat 183 titik
dasar yang berada di 92 pulau terluar, sedangkan lainnya ada di tanjung tanjung
terluar dan di wilayah pantai. Pada umumnya keberadaan kepulauan merupakan
potensi Sumber Daya Alam bagi Negara.
Dari berbagai potensi sumber daya alam tersebut adalah Blok Ambalat. Ambalat
terletak di laut Sulawesi atau Selat Makasar milik dengan luas 15.235 kilometer
persegi, diperkirakan mengandung kandungan minyak dan gas yang dapat
dimanfaatkan hingga 30 tahun ke depan.1 Wilayah Blok Ambalat merupakan
milik Indonesia, hal ini berdasarkan bukti penandatanganan Perjanjian Tapal
Batas Kontinen Indonesia-Malaysia pada tanggal 27 Oktober 1969, yang
ditandatangani di Kuala Lumpur yang kemudian diratifikasi pada tanggal 7
November 1969.2 Hal inilah yang menjadi dasar hukum bahwa Blok Ambalat
berada di bawah kepemilikan Indonesia.
Penyelesaian sengketa Blok Ambalat antara Indonesia dan Malaysia, menurut
hukum internasional harus dilakukan secara damai. Penyelesaian sengketa
perbatasan di wilayah perairan berbeda dengan daratan yang lebih mudah
menentukan batas-batas wilayah. Namun sengketa tersebut harus diselesaikan

4
dan tidak berlarut-larut sehingga menjadikan masalah sengketa Blok Ambalat
makin sulit diselesaikan secara damai.

1.2. RUMUSAN MASALAH


• Mengapa terjadi sengketa batas wilayah antarnegara?
• Mengapa sengketa batas wilayah antara negara Indonesia dengan negara
Malaysia sering terjadi?
•Bagaimana akar sejarah sengketa batas wilayah antara negara Indonesia
dengan negara Malaysia?
•Bagaimana cara kita menyikapi sengketa batas wilayah, terutama antara negara
Indonesia dengan negara Malaysia?

1.3. TUJUAN PEMBAHASAN


•untuk mengetahui sebab terjadinya sengketa batas wilayah
•untuk mengetahui sejarah sengketa itu sendiri
•untuk menjelaskan mengapa sering terjadinya batas wilayah Indonesia dan
Malaysia
•untuk mengetahui cara menyikapi sengketa batas wilayah

5
BAB II
ISI

2.1 BATAS DAN WILAYAH KEDAULATAN RI


Indonesia adalah negara kepulauan yang mana tersebar ribuan bahkan
mencapai hingga puluhan ribu pulau yang terbentang dari Timur ke Barat
sejauh 6.400km dan sekitar 2.500 km jarak antara utara dan selatan,
dari Sabang sampai Merauke. Sebagai negara kepulauan atau
negara maritime Indonesia tidak hanya berbatasan laut tetapi juga bebatasan
langsung dengan daratan beberapa negara seperti Malaysia, Papua Nugini
dan Timor Leste. Indonesia mempunyai perbatasan laut langsung dengan
sepuluh negara, yaitu Australia, Filipina, India, Malaysia, Palau,
Papua Nugini, Singapura, Thailand, Timor Leste dan Vietnam.
Sebelah Utara Indonesia berbatasan dengan Malaysia yang berupa
Daratan di Pulau Kalimantan, tepatnya Kalimantan Barat dan
Kalimantan Timur. Sebelah selatan daratan Indonesia berbatasan langsung
dengan Timor Leste di Nusa Tenggara Timur. Disebelah timur berbatasan
darat dengan Papua Nugini di Pulau Irian Jaya. Sebagai konsekuensi hidup
berdampingan dengan negara lain yang berbatasan langsung dengan lautan
khususnya dengan daratan Indonesia tentunya sedikit banyak
menimbulkan konflik-konflik perbatasan akibat belum tuntasnya
penetapan secara pasti tapal batas wilayah Indonesia dengan negara-
negara yang berbatasan. Sejauh ini, hanya wilayah perbatasan Indonesia
dengan Australia dan Papua Nugini saja yang sudah selesai. Sehingga
untuk beberapa negara yang belum mendapat penyelesaian mengenai tapal batas
tidak meutup kemungkinan akan menghadirkan persoalan-persoalan baru lagi.
Sebagai contoh negara yang sering menimbulkan masalah dengan Indonesia
adalah Malaysia, penetapan batas wilayah darat maupun laut
Indonesia dengan Malaysia masih kurang jelas. Masih lemahnya
pengawasan dan perhatian dari Pemerintah Pusat mengakibatkan beragam
konflik yang tak kunjung usai.

6
Perbatasan suatu negara memiliki peranan yang penting di mana
pebatasan itu merupakan pintu gerbang antar negara. Untuk menandai
kedaulatan wilayah suatu negara dibutuhkan suatu tanda yang jelas dan
permanen mengenai perbatasan. Karena apabila tidak ditandai dengan tanda
yang jelas dan permanen tentunya akan menimbulkan permasalahan dengan
negara tetangga yang langsung berbatasan. Kejelasan mengenai garis batas
di darat maupun laut merupakan suatu yang penting untuk kedua negara
yang berbatassan. Menurutpasal 1 ayat 4 UU Nomor 43 Tahun 2008
tentang Wilayah Negara menyebutkan batas wilayah negara adalah: “garis
batas yang merupakan perintah kedaulatan suatu negara yang didasarkan
atas hukum internasional”.
Perbatasan atau borders dipahami sebagai suatu garis yang dibentuk oleh
alam atau unsur buatan manusia yang memisahkan wilayah suatu negara
yang secara geografis berbatasan langsung dengan wilayah negara lain.
Namun masalah perbatasan tidak dapat hanya dilihat sesederhana
itu, sebagai contoh masyarakat yang berbatasan langsung dengan negara
tetangga banyak yang keluar masuk ke negara tetangga tanpa perlu
dilengkapi surat menyurat yang mendukung seperti passport sebagai syarat
untuk memasuki negara lain karena masyarakat tidak mengenal bentuk
yang jelas dari batas demarkasi yang jelas. Secara umum, konsep garis
batas yang memisahkan dua negara memiliki dua fungsi, yaitu:
1. Ke dalam, untuk pengaturan pemerintahan dan penerapan
hukum nasional dalam rangka kehidupan berbangsa dan berbegara.
2. Keluar, berkaitan dengan hubungan internasional, untuk menunjukkan
hak-hak dan kewajiban menyangkut perjanjian bilateral, regional maupun
internasional daam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perbatasan merujuk pada tapal batas yang pasti. Ada beberapa bentuk garis
batas darat, yaitu:
1. Garis batas Darat alami
Bentang alam yang digunakan untuk tanda batas suatu negara,
misalnya sungai, gunung dan perbukitan.
2. Garis Batas darat Buatan
Benda-benda buatan manusia yang digunakan sebagai penanda batas
antar negara, yaitu antara lain tugu atau pilar, kawat berduri,
dinding beton atau tembok dan border sign post.

7
Masalah perbatasan jauh lebih kompleks dari hanya
mempermasalahkan penetapan (delimitasi) garis batas wilayah internasional
dari sisi legal dan penandaannya (demarkasi), melainkan juga mencakup
pemeliharaan perbatasan, pembangunan social ekonomi, pendidikan dan
kesehatan, pengamanan dan pengelolaan wilayah perbatasan antar negara.
Karena hampir semua penduduk yang tinggal di perbatasan mereka
merasakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap berbagai fasilitas
sarana dan prasarana penunjang untuk pendidikan, kesehatan bahkan
penerangan dan jalan yang jauh dari kondisi layak. Hal ini dapat memungkinkn
munculnya permasalahan baru, yaitu berpindahnya warga negara Indonesia
ke negara tetangga yang kesejahteraannya jauh lebih baik.
Belum lagi masalah pengelolaan daerah perbatasan, untuk garis
batas buatan manusia bisa saja dapat rusak, kabur bahkan hilang. Sebagai
contoh, di perbatasan darat Indonesia dan Papua Nugini dan Malaysia
banyak patok-patok yang hilang dan bergeser. Ada beberapa
kendala yang menyebabkan lemahnya kondisi perbatasan Indonesia dengan
beberapa negara tetangga, beberapa diantaranya yaitu:
1. Wilayah perbatasan yang jauh dari pusat pemerintahan, sehingga
rentang kendali dari pusat dalam pengawasan sangat lemah.
2. Masih banyaknya wilayah perbatasan darat dan laut yang bermasalah,
belum mendapat kesepakatan antara kedua belah pihak. Sehingga tidak
disepakati garis batas yang tetap.
3. Keterbatasan kemampuan dan kekuatan aparatur keamanan perbatasan
menyebabkan lemahnya pencegahan, penangkalan dan pemberantasan
aktivitas pelanggaran batas dan kejahatan yang terjadi di daerah
perbatasan
4. Medan yang berat serta letak geografis yang sangat sulit
dicapai.
5. Masih lemahnya peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
wilayah perbatasan.
Beberapa kendala tersebut ditambah lagi dengan upaya diplomasi
perbatasn untuk menentukan batas wilayah dengan negara lain bukanlah
sesuatu yang mudah, karena seringkali harus melalui rangkaian proses
negosiasi yang lama. Ada banyak pekerjaan rumah pemerintah yang harus di
prioritaskan dalam menangani berbagai kasus sengketa perbatasan dan
berbagai konflik yang menyertainya. Salah satunya adalah pemerintah
harus segera menyediakan payung hukum yang jelas mengenai
8
perbatasan yang dapat menjadi rujukan dalam negosiasi dengan negara
tetangga dalam menetapkan batas yang pasti. Selain itu pemerintah juga
harus segera menyelesaikan peta wilayah darat dan laut dengan
memberdayakan instansi-instansi yang terkait seperti , Depdagri, Deplu
RI, Pusorta Dephan dan Lain sebagainya.
Pemerintah sudah seharusnya memberi perhatian yang lebih kepada
daerah-daerah kawasan perbatasan jika tidak ingin kehilangan lagi
wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Ada banyak hal yang harus
dilakukan pemerintah yang dilakukan kerjasama antara pemerintah pusat
dan daerah diantaranya adalah:
A. Memperbaiki akses jalan menuju daerah perbatasan dan dilengkapi
dengan sarana transportasi yang memadai. Sehingga kawasan
perbatasan bukan lagi daerah yang terisolasi.
B. Membuka akses informasi kepada daerah perbatasan seperti
pembangunan tower-tower telepon selular, dan fasilitas internet.
Agar informasi dapat diakses warga dengan mudah. Juga perbaikan
fasilitas penerangan, Telkom dan air minum (PDAM).
C. Membangun pos-pos penjagaan tentara Republik Indonnesia di tiap
titik perbatasan yang dianggap rawan terjadinya pelanggaran kejahatan
perbatasan, juga dengan menambah pasukan.
D. Pembangunan fasilitas-fasiltas pendidikan dan kesehatan yang lengkap
dan sarana penunjang yang memadai. Sehingga dapat meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
E. Meningkatkan perlindungan Sumber Daya Alam, serta mengembangkaan
kawasan budidya produktif bagi kesejahteraan masyarakat wilayah
perbatasan.
Sejarah dunia hanya mengenal tiga cara untuk mensahkan perbatasan
antar negara, yaitu melalui negosiasi, litigasi dan kekauatan bersenjata.
Dalam studi konflik internasional, dengan mudah terlihat bahwa sengketa
internasional merupakan sumber pertentangan yang paling potensial.
Oleh karena itu penetapan perbatasan antar negara secara jelas tidak hanya
mengurangi resiko timbulnya konflik perbatasn dikemudian hari, juga
dapat menjamin pelaksanaan hukum di masing-masing sisi perbatasan
karena mengetahui yurisdiksi hukum negara nya masing-masing. Peranan
Deplu menjadi sangat penting disini yaitu dengan terus melakukan
upaya penetapan perbatasan secara komprehensif dengan negara-negara
tetangga melalui diplomasi perbatasan.

9
Dengan adanya diplomasi dengan negara tetangga sebagai kinerja
pembangunan sebagai kerangka utama dalam upaya mempertahankan
kedaulatan negara diharapkan dapat membuat kinerja-kinerja pembangunan
kawasan perbatasan yang antara lain meliputi:
A. Penetapan garis batas melalui perundingan dengan negara tetangga,
dengan melakukan survey dan pemetaan bersama.
B. Pembuatan, penegasan dan pemeliharaan patok-patok perbatasan
bersama.
C. Pengamanan kawasan perbatasan dengan meningkatkan pelayanan
imigrasi, bead an cukai. Peningkatan pengamanan dan pengawasan
pos perbatasan dengan melakukan patrol dan penegakan hukum
terhadap pelaku kegiatan illegal.
Untuk menjadikan kawasan perbatasan sebagai kawasan beranda terdepan
yang langsung berinteraksi dengan negara tetangga tentunya diperlukan
komitmen dari seluruh komponen bangsa, mulai dari pemerintah pusat
dan daerah, badan legislative, dunia usaha, masyarakat adat dan sekitarnya.
Dalam pasal 11 ayat 1 UU Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah
Negara mengatur mengenai kewenangan-kewenangan pemerintah Daerah
dalam mengelola kawasan perbataan, yaitu:
A. Melaksanakan kebijakan pemerintah dan menetapkan kebijakan lainnya
dalam rangka otonomi daerah dan tuas pembantuan,
B. Melakukan koordinasi pembangunan di kawasan perbatasan
C. Melakukan pembangunan kawasan perbatasan antar Pemerintah Daerah
dan/atau antara Pemerintah daerah dengan pihak ketiga,
D. Melakukan pengawasan pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan
yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten/kota.

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana pembangunan


Jangka Menengah Nasional telah menetapkan arah dan pengembangan
wilayah perbatasan negara sebagai salah satu program prioritas
pembangunan nasional.
Pembangunan wilayah perbatasan memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan pembangunan nasional terutama untuk menjamin keutuhan dan
kedaulatan wilayah, pertahanan dan keamanan nasional serta
meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan. Pendekatan
pembangunan wilayah perbatasan negara menggunakana pendekatan
kesejahteraan (prosperity approach) dengan tidak meninggalkan
10
pendekatan keamanan (security approach). Sedangkan program
pengembangan wilayah perbatasan (RPJM 2004-2009) bertujuan untuk: a)
menjaga keutuhan wilayah NKRI melalu penetapan hak kedaulatan
NKRI yang dijamin oleh Hukum Internasional, b) meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat dengan menggali potensi ekonomi ,
social, budaya serta keuntungan geografis yang sangat strategis untuk
berhubungan dengan negara tetangga.
Semua pihak hendaknya merasa berkewajiban dalam ikut serta
membangun daerah perbatasan yang mana itu merupakan tanggung jawab
bersama, karena apabila tidak adanya kerja sama yang harmonis tidak
akan mungkin tercipta kesinambungan antara pemerintah pusat dan daerah
dalam menangani masalah perbatasan.
TNI merupakan barisan terdepan yang menjaga daerah perbatasan dari
gangguan keamanan dan menjaga dari kemungkinan pelanggaran terhadap
kedaulatan perbatasan Indonesia. Namun pemerintah juga harus mendukung
para TNI dengan kelengkapan sarana dan prasarana serta memberikan
kontribusi yang lebih kepada TNI.

2.2 SEJARAH SENGKETA BATAS WILAYAH RI-MALAYSIA


Masalah perbatasan merupakan masalah yang sangat penting bagi suatu
negara karena tidak hanya terkait dengan permasalahan penetapan gans batas
wilayah namun Kelautan juga berkaitan dengan pemeliharaan perbatasan
pembangunan sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan, serta pengamanan dan

11
pengelolaan wilayah perbatasan antarnegara Begitu kompleksnya batas wilayah
bagi suatu negara mengakibatkan senngnya timbul sengketa atau konflik
wilayah perbatasan antara Indonesta dengan negara-negara tetangga, terutama
dengan negara Malaysia.
Ditambah lagi dengan penentuan batas wilayah yang tidak pasti, baik darat,
laut maupun udara, serta lemahnya pengawasan dan perhatian dari pemerintah
terhadap daerah-daerah perbatasan Hal demikian dapat menimbulkan konflik
daerah perbatasan yang tak kunjung usai Dalam Pasal 1 Ayat 4 UU Nomor 43
Tahun 2008 tentang Wilayah Negara disebutkan Batas wilayah negara adalah
garis batas yang merupakan perintah kedaulatan suatu negara yang didasarkan
atas hukum internasional.
Perlu dipahami dan dimengerti bahwa kasus-kasus sengketa wilayah antara
Indonesia dengan Malaysia sebenarnya sudah berlangsung sejak lama Namun
tiap kali permasalahan muncul, kedua negara seringkali menyelesaikan
persoalan ini dengan cara damai.
Dasar hukum kesepakatan patok batas wilayah negara Indonesia dengan
Malaysia, sejak masa penjajahan hingga kemerdekaan di antaranya sebagai
berikut:
a. Konvensi Belanda - Inggris tahun 1891
Belanda dan Inggris menandatangani perjanjian ini pada tanggal 20 Juni 1891 di
London. Konvensi ini mengatur banyak hal yang berkaitan dengan penentuan
batas wilayah seperti penentuan watershed dan hal-hal yang menyangkut kasus
sengketa wilayah.
b. Kesepakatan Belanda - Inggris tahun 1915
Belanda dan Inggris menyepakati hasil laporan Bersama tentang penegasan
batas wilayah pada unggal 28 September 1915 di Kalimantan Kesepakatan ini
kemudian ditindaklanjuti dengan nandatanganan MoU oleh kedua belah pihak
berdasarkan Traktat 1891, lalu dikokohkan di London pada 28 September 1915.
c. Konvensi Belanda Inggris tahun 1928
Belanda dan Inggris menandatangani kesepakatan ini pada 28 Maret 1928 di
Den Haag Kemudian dratifikasi oleh kedua negara pada tanggal 6 Agustus 1930
Konvensi ini mengatur tentang penentuan batas wilayah kedua negara di daerah
Jagoi, antara gunung raya dan gunung api yang menjadi bagian dari Traktat
1891.
d. MoU Indonesia dan Belanda tahun 1973

12
Dokumen ini mengacu pada hasil konvensi-konvensi sebelumnya (1891,
1915, dan 1928) Isinya berupa kesepakatan kesepakatan tentang
penyelenggaraan survei dan penegasan batas wilayah antara Indonesia dan
Malaysia, yang terdiri dari organisas The Joint Technical Committee, penentuan
area prioritas prosedur surves, tahapan pelaksanaan, pembiayaan, dukungan
satuan pengamanan. logistik dan komunikasi, keimigrasian dan ketentuan bea
dan cukai.
Oleh karena alasan yang kompleks itulah Pasal 25A UUD NRI tahun 1945
mengarahkan agai dibuat regulasi berupa undang undang dalam menentukan
batas wilayah Undang undang ini dapat dijadikan pedoman dalam
mempertahankan kedaulatan Indonesia, memperjuangkan kepentingan nasional
dan keselamatan bangsa memperkuat potensi, memberdayakan dan
mengembangkan sumber daya alam bagi kemakmuran seluruh bangsa
Indonesia.
Sejak dekade 1970-an telah disepakati beberapa Memorandum of
Understanding (MoU) antara Indonesia dengan Malaysia di Jakarta pada 26
November 1973, Minutes of the First Meeting of the Joint Malaysia-Indonesia
Boundary Committee pada 16 November 1974, serta Minutes of the Second
Meeting of the Joint Indonesia-Malaysia Boundary Committee di Bali pada 7
Juli 1975.
Pada tahun 2000 telah dilakukan penegasan batas wilayah antara Indonesia
- Malaysia dalam bentuk Joint Survey on Democration yang merupakan tindak
lanjur dan perjanjian tahun 1975 Namun perjanjian damai antara Indonesia dan
Malaysia dalam kasus sengketa batas wilayah sebenarnya memiliki akai sejarah
yang melibatkan negara lain sejak masa kolonialisme Situasi inilah yang
mempengaruhi penyelesaian sengketa batas wilayah antara Indonesia dan
Malaysia (dalam hukum internasional disebut uti possidetis juris yang popular
sejak MoU 1973).
Pada masa sebelum Indonesia dan Malaysia merdeka pun terdapat produk
hukum internasional yang dikenal dengan Traktat London Hukum internasional
ini masih dipakai oleh Indonesia dan Malaysia sebagai dasar hukum dalam
menentukan batas wilayah di Pulau Kalimantan Ada pula asas hukum
internasional pacta tertus nec nocent nec prosunt. yang menyatakan bahwa suatu
perjanjian tidak memberikan hak atau membebani kewajiban kepada pihak yang
tidak terikat kepada perjanjian tersebut. Artinya, Indonesia dan Malaysia tidak
dianggap berhak memiliki serta tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas
Traktat London.

13
2.3 CONTOH KASUS SENGKETA BATAS WILAYAH
Mengapa wilayah negara Indonesia sering diperebutkan sehingga
menyebabkan Indonesia seringkali mengalami sengketa batas widayah dengan
negara-negara tetanggal Penyebabnya antara lain, leak wilayah Negara
Indonesia yang strategyaru berada pada posi di antara dua bena (bema Asia
benna Australia) dan dua samodera (samodera Pasifik dan samadera Hindia)
Selain itu wilayah negara kesatuan Republik Indonesia int memiliki sumber
kekayaan alam yang melimpah burk di daratan maupun di perairannya

14
Suatu wilayah negara atau wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) menurut pasal I angka I Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 yaitu
salah satu uncur negara yang merupakan satu kesatuan wilayah daratan,
perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut tentorial beserta dasar laut dan
tanah di bawahnya, serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber
kekayaan yang terkandung di dalamnya Oleh karena itu, sebagai warga negara
wajib menjaga, merawat, dan mempertahankan keutuhan NKRI, baik wilayah,
suku bangsa, kekayaan maupun keragaman yang dimilikinya
Data tahun 2009 dan Inotute for Defense Security and Peace Studies (IDSPS)
menyebutkan bahwa Indonesia masih memiliki sejumlah sengketa batas wilayah
perbatasan yang belum terselesaikan. maka berikut ini contoh-contoh sengketa
batas wilayah yang terjadi antara negara Indonesia dengan negara tetangga.
A. Sengketa Natuna
Konflik atau sengketa Perairan Natuna antara negara Indonesia dengan Cina
ini terjadi karena Cina mengklaim secara historis bahwa perairan dan kepulauan
Natuna berada di dalam wilayah teritorial negaranya. Apalagi permasalahan ini
dipicu oleh nelayan nelayan dari negara Cina yang beraktivitas di wilayah
Perairan Natuna pada tanggal 19-24 Desember 2019, dengan dikawal oleh
Kapal Coast Guard Cina. Keberadaan kapal milik Cina yang diketahui masuk ke
dalam wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia tersebut illegal atau
tanpa menggunakan izin.
Mengapa Tiongkok (Cina) berani melanggar perjanjian internasional
tersebut? Tiongkok (Cina) mengungkapkan bahwa secara historis, wilayah
Perairan Natuna merupakan wilayah teritorial dari negara Tiongkok (Cina).
Namun dalam UNCLOS 1982 secara jelas dituliskan bahwa Ferairan Natuna
merupakan bagian dari ZEE Negara Indonesia Bahkan negara Tiongkok (Cina)
sendiri menjadi salah satu bagian dari UNCLOS 1982 tersebut. Jadi seharusnya
Tiongkok wajib menghormati hasil keputusan dan implementasi dari UNCLOS
1982.
Selain itu, kekayaan alam yang melimpah di wilayah Perairan Natuna
menyebabkan Tiongkok (Cina) memiliki keinginan yang kuat untuk mengklaim
wilayah Natuna sebagai bagian dari wilayah negaranya Wilayah Nanina
memiliki sumber daya alam berupa gas dan minyak bumi yang sangat
berlimpah (Agiesia, 2020) Indonesia berada di posisi yang kuat, terlebih
Tiongkok (Cina) kerap melanggar zona esklusif perairan Indonesia (Ramly &
Burhanuddin, 2021) Dan bila ditemukan kapal asing yang memasuki teritorial

15
laut secara melawan hukum, maka dapat dilakukan upaya ker pursit untuk
menggiring keluar teritorial atau menangkap kapal asing tersebut untuk diadili.

b. Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan (Indonesia dan Malaysia)


Pulau Sipadan dan Lagitan terletak di Laut Sulawesi yang berada di timur
Kalimantan Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan pulau yang kaya akan
sumber daya alam Sengketa Pulau Ligitan dan Sipadan antara Indonesia dan
Malaysia dimulai pada tahun 1967 Hal ini dipicu oleh kedua negara
memasukkan pulau Ligitan dan Sipadan ke dalam batas wilayah masing-masing
negara (Qodar. 2019).

Pada akhirnya Mahkamah Internasional secara resmi mengesahkan


kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia atas dasar klaim
effective occupation dan berkesimpulan bahwa klaim yag diajukan Malaysia
lebih menunjukkan adanya. bukti pengelolaan kedua pulau dibandingkan yang
diajukan oleh Indonesia (Lestari. 2019).

c. Sengketa Blok Ambalat


Konflik perbatasan antara negara RI dengan Malaysia tidak hanya terjadi
pada kasus Sipadan dan Ligitan saja, melainkan pula terjadi di Blok Ambalat
Blok Ambalat terletak di laut Sulawesi atau selat Makassar dekat perpanjangan
perbatasan darat antara Sabah (Malaysia) dan Kalimantan Timur (Indonesia)
Sejak akhir tahun 1960, saat Malaysia membuat peta daerah yang baru di mana
pulau Sipadan dan Ligitan masuk wilayahnya. Malaysia mulai menyebutkan
pula bahwa Blok Ambalat sebagai bagian dari wilayah kedaulatan negaranya.
Berulang kali sejumlah kapal perang dan pesawat Malaysia melanggar
wilayah perairan dan udara Indonesia di Blok Ambalat tersebut dan berulang
kali pula bethasil diusir keluar wilayah RI, Namun konflik yang terjadi di blok
Ambalat masih terus berlanjut.

16
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Masalah perbatasan bukanlah sesuatu yang baru, sengketa-sengketa
perbatasan sudah bermunculan sejak lama. Salah satu kendala dalam masalah
perbatasan adalah belum ditentukannya secara pasti mengenai garis
batas yang merupakan tapal batas negara, proses negosiasi yang
merupakan proses dalam penentuan batas suatu negara biasanya
memerlukan waktu yang panjang dan lama. Padahal masalah batas negara
menentukan batas yurisdiksi suatu negara dalam penegakkan hukum
suatu negara untuk mencegah terjadinya kejahatan-kejahatan lintas
17
negara akibat lemahnya pengawasan di daerah perbatasan ditambah
dengan ketimpangan ekonomi dan social budaya di daerah perbatasan.
Oleh karena itulah pemerintah perlu menyediakan payung hukum
yang pasti dan jelas mengenai daerah perbatasan, melakukan koordinasi
dalam melakukan pengawasan dan pengembangan wilayah perbatasan
dengan pemerintah daerah dan instansi-instansi terkait lainnya.
Pengembangan daerah perbatasan disertai dengan perbaikan sarana dan
prasana di daerah perbatasan sehingga tidak ada lagi ketimpangan masalah
penidikan, ekonomi, social dan budaya.

SARAN
Adapun saran yang dapat dilakukan adalah sebagi berikut:
1) Saran bagi Pemerintah
Meskipun pihak pemerintah telah melakukan berbagai upaya secara teknis di
lapangan atau wilayah-wilayah perbatasan terutama di wilayah Pulau Sebatik
Kalimantan Utara, namun dalam proses penyelesaian sengketa ini baik apabila
melibatkan kalangan akademisi untuk mendukung kualitas penyusunan dan
implementasi strategi yang nantinya akan dilakukan oleh pemerintah terkait.
Kemudian, harus adanya koordinasi yang lebih terstruktur antar Kementerian
maupun Lembaga, baik Lembaga Pusat dan Daerah Pemerintah juga harus lebih
memperhatikan daerah perbatasan, karena ancaman sekecil apapun tentunya
akan membuat sengketa ini menjadi lebih alot. Kesejahteraan masyarakat di
perbatasan pun harus lebih diperhatikan, bisa dengan pembangunan
infrastruktur dan lain sebagainya.

2) Saran bagi masyarakat


Penyelesaian permasalahan perbatasan membutuhkan dukungan secara
penuh dari masyarakat secara umum, terutama bagi masyarakat yang tinggal
dan terjangkau ke wilayah masyarakat perbatasan. Dukungan yang sangat
diperlukan adalah menumbuhkan rasa nasionalisme bagi masyarakat perbatasan
sehingga mereka dalam kehidupanya meskipun sangat dekat dengan negara
tetangga namun mereka masih memiliki rasa nasionalisme dan kecintaan yang
tinggi terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu masyarakat

18
3) bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini dilakukan dengan batasan pada masa pemerintahan Presiden
Jokowi Widodo terlebih studi kasus yang diambil adalah pada tahun 2019. 2020
dimana adanya pengukuran ulang yang dilakukan oleh kedua negara di Pulau
Sebatik yang telah melakukan progresnya namun sampai saat ini permasalahan
masih belum selesai, baik itu kendala teknis maupun lainnya, salah satunya
akibat adanya pandemic Covid-19 yang menyebabkan adanya penundaan
dibuatnya Nota Kesepahaman (MOU). Sehingga perlu adanya pemantauan lebih
lagi bagi penelitian selanjutnya tentang perkembangan perkembangan proses
penyelesaian sengketa perbatasan di pulau Sebatik, maupun di beberapa titik
OBP di Kalimantan baik Kalimantan Barat maupun Utara baik di tahun-tahun
yang akan datang ataupun perkembangan di masa presiden-presiden
selanjutnya. Hal lain yang perlu ditambahkan untuk penelitian selanjutnya
adalah melihat tentang bagaimana strategi pemerintah melalui masyarakat atau
strategi pengembangan masyarakat yang sampai saat ini belum ada secara
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Kusuumaatmadja, Mochtar, Pengantar Hukum Internasional,
Jakarta: Binacipta, 1982.
Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar,
Raja Grafindo, Kawasan.bappenas.go.id.
elibrary.unikom.ac.id

19

Anda mungkin juga menyukai