Anda di halaman 1dari 13

PENYELAMAN DENGAN KOMPRESOR

KERACUNAN GAS KARBON MONOKSIDA

Dosen Pengampu : Rusna Tahir, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK VI :

HELSA AGISTA
PUTRI DWI ASIH
DWI YULAN AISYAH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, serta sholawat
dan salam saya haturkan untuk Nabi besar Muhammad Sholallahu’alaihi Wasallam. dengan
izin Allah kami mampu menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul
“PENYELAMAN DENGAN KOMPRESOR : KERACUNAN GAS KARBON
MONOKSIDA”.

Tidak lupa pula kami berterima kasih kepada Ibu Rusna Tahir, S.Kep., Ns., M.Kep.
selaku dosen pengampu mata kuliah KEDARURATAN LOKAL MARITIM karena di
percayakan untuk menulis makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi
manfaat untuk kami dan juga untuk para pembaca.

Mohon maaf jika ada salah penulisan kata di dalam makalah kami, dan jika teman-
teman/dosen pengampu mata kuliah ini menemukan kesalahan di dalam makalah ini, jangan
ragu memberikan kritik dan saran. Karena tidak ada manusia sempurna dan kami
membutuhkan kritik dan saran agar kesalahan yang sama tidak terulang dan penulisan
makalah kedepannya bisa lebih baik lagi.

Kendari, Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1


B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 2
C. TUJUAN ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI MENYELAM ....................................................................................... 3


B. DEFINISI PENYELAMAN DENGAN KOMPRESOR ........................................ 3
C. KERACUNAN GAS KARBONMONOKSIDA .................................................... 6
1. PENGERTIAN ................................................................................................. 6
2. PATOFISIOLOGI ............................................................................................ 7
3. TANDA DAN GEJALA .................................................................................. 7
4. PENATALAKSANAAN .................................................................................. 8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ...................................................................................................... 9
B. SARAN ................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau besar
dan kecil (± 600 pulau tidak berpenghuni) yang menyebar disekitar garis khatulistiwa
yang mempunyai iklim tropis. Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6°LU - 11°LS
dan dari 97° - 141°BT wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, apabila perairan antara pulau-pulau itu
digabungkan, maka luas Indonesia menjadi 1,9 juta mil², total wilayah 1.919.440 km²
total prosentase wilayah perairan 4,85%,luas perairan laut Indonesia diperkirakan
sebesar 5.8 juta km2 dengan garis pantai terpanjang di dunia sebesar 81.000 km dan
gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508, memiliki potensi ikan yang diperkirakan
terdapat sebanyak 6.26 juta ton pertahun (Saranani et al., 2019).
Penyelam tradisional pencari hasil laut dibeberapa wilayah Indonesia (wilayah
pesisir) masih banyak yang menggunakan kompresor sebagai alat bantu penyelaman
dan pengganti alat selam scuba. Penyelaman dengan menggunakan kompresor ban,
akan sangat membahayakan keselamatan nyawa penyelam dimana udara yang dihirup
oleh penyelam tergantung kepada kestabilan mesin kompresor yang diatas kapal,
selain itu penyelam yang menggunakan kompressor akan melakukan penyelaman
dengan kedalaman yang cukup tinggi didasar laut sehingga akan mengakibatkan
berbagai penyakit yang erat kaitannya dengan penyelam. (Saranani et al., 2019).
Penyakit akibat penyelaman yang mungkin terjadi tidak disadari oleh
penyelam, pada beberapa penyelam meninggalkan cacat permanen pada
pendengarannya, selain itu penanganannya masih belum ditangani dengan baik oleh
dokter penyelaman. Pengaruh perubahan tekanan udara luar yang bertambah dengan
cepat terjadi pada penyelam yang tidak mampu menyamakan tekanan di dalam rongga
tubuh dengan tekanan di sekitarnya. Beberapa penyakit akibat penyelaman yaitu
Barotrauma (sinus, masker, gigi, paru-paru, usus), Keracunan (keracunan gas
pernapasan, keracunan nitrogen, oksigen, karbondioksida, karbonmonoksida),
penyakit dekopresi (decompression sickness), dan berbagai bahaya lain (Wabula,
2019).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan menyelam?
2. Apa yang dimaksud dengan penyelam tradisional (penyelaman dengan
kompresor)?
3. Bagaimanakah keracunan gas karbonmonoksida bisa berjadi pada penyelaman
dengan kompresor?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari menyelam.
2. Mengetahui definisi penyelaman dengan kompresor dan berbagai bahaya yang
dapat ditimbulkan.
3. Mengetahui proses terjadinya keracunan gas karbonmonoksida pada penyelaman
dengan kompresor.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Menyelam
Menyelam merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia dibawah
permukaan air atau di dalam air pada kedalaman tertentu dengan atau tanpa
menggunakan peralatan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Ekawati
(2005) menyelam adalah kegiatan yang dilakukan manusia di lingkungan bertekanan
tinggi yang lebih dari satu atmosfer yang dikenal sebagai lingkungan hiperbarik.
Penyelaman pada umumnya merupakan aktivitas manusia di lingkungan lebih dari
satu atmosfer absolut yang dapat berbentuk udara/gas yang bertekanan di dalam air
(Wabula, 2019).
Pada penyelaman tahan napas, adaptasi manusia terhadap lingkungan
penyelaman (air) sangat terbatas, bahkan dapat dikatakan dengan menyelam manusia
melawan kodratnya sendiri. Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia berusaha
menciptakan alat selam berupa alat bantu pernapasan, pakaian selam, serta alat lain
pendukung penyelaman. Alat-alat bantu selam itu diperlukan untuk beradaptasi
terhadap media (lingkungan) penyelaman, sehingga perubahan-perubahan fisiologis
pada tubuh sejak terjun ke dalam air, menyelam ke dasar air, selama berada di
kedalaman, sampai muncul kembali ke permukaan dapat berlangsung dengan wajar
tanpa tinibul komplikasi (Lucrezi et al., 2018).
Alat-alat yang diciptakan manusia diantaranya: SCUBA (Self Contained
Underwater Breathing Apparatus) dan SSBA (Surface Supplied Breathing
Apparatus). Dengan alat-alat tadi manusia dapat menyelami sungai, laut, danau dan
bahkan bawah es di daerah kutub (ice diving), lebih lama dan lebih dalam. Dewasa ini
telah dicapai suatu kemajuan yang sangat pesat baik dari segi teknik penyelaman
maupun peralatan penyelaman namun dalam tulisan ini penulis hanya akan
membicarakan teknik dasar penyelaman yang menggunakan peralatan SCUBA
(Scuba Diving) (Zheng, Yang, & Ni, 2018).

B. Penyelaman dengan Kompresor (Penyelaman Tradisional)


Penyelaman tradisional adalah penyelaman yang dilakukan dengan
menggunakan peralatan selam yang sangat terbatas bila dibandingkan dengan
penyelaman profesional, daya tahan dan kebiasaan mereka menjadi modal ketika

3
melakukan penyelaman mereka yang biasa mencari biota laut tertentu, dapat bertahan
menyelam antara 1-2 jam didalam laut. Tidak ada penyelam yang menggunakan
pakaian selam, peralatan yang umum digunakan oleh seorang penyelam tradisional
hanya terdiri dari kaos tangan panjang, celana pendek, sepatukaret, kompresor yang
biasa digunakan sebagai alat untuk memompa ban kendaraan bermotor, fins, masker,
selang dengan regulator, dan pemberat dari timah. Sedangkan keterampilan
penyelaman diperoleh secara alami yaitu dengan meniru cara menyelam peselam yang
lebih tua atau lebih senior (Saraswati, 2018).
Kompresor yang digunakan sebagai penyuplai udara ke penyelam adalah
kompresor ban yang tidak dirancang
secara khusus untuk digunakan menyelam.
Pada kompresor tersebut terdapat knalpot
mesin penggerak kompresor jaraknya
sangat dekat dengan tempat masuk udara
kedalam kompresor sehingga hal ini dapat
menyebabkan masuknya sisa pembakaran
mesin yang berupa gas karbon monoksida
(CO) yang dapat mengakibatkan Gambar 1.
Peralatan penyelam tradisional P. Barrang Lompo berupa:
kompresor (biasanya digunakan untuk memompa ban
penyelam mengalami keracunan. kendaraan bermotor), fins, masker, selang dengan
regulatornya dan pemberat dari timah.
(Kunaefi, 2003)

4
Kompresor sebagai alat bantu dalam air, dipasang selang sepanjang 50-75m
yang salah satu ujungnya disambungkan keseluruh udara (output pipe) kompresor ban
tersebut. Diujung satunya dipasang regulator yang akan membantu penyelam untuk
menghirup udara yang berasal dari selang tersebut melalui mulutnya. Di satu
kompresor bisa terpasang sampai 4 buah Selang. Selang-selang tersebut selanjutnya
diikatkan ke tubuh penyelam, biasanya di bagian pinggang. Tujuannya adalah agar
ketika menyelam tidak terbawa arus yang bisa dilepaskan regulator dari mulut
penyelam. Akibat ikatan yang erat ke tubuh penyelam, aliran udara akan terhambat
sehingga udara yang dihirup oleh penyelam sebagian besar dari gelembung-
gelembung air yang keluar dari selang yang terhambat tadi. Jika terjadi suatu hal
seperti mesin kompresor mati mendadak atau kehabisan bahan bakar, seorang penjaga
(operator) diatas perahu tidak mempunyai pilihan selain harus menarik segera selang
penyelaman ke permukaan (Saraswati, 2018).

Pembinaan penyelam belum berlangsung secara baik, bahkan penggunaan


peralatan modern seperti SCUBA (Self Containing Underwater Breathing Apparatus)
telah banyak menimbulkan kecelakaan karena kelalaian atau karena kerusakan alat
yang tidak dapat diantisipasi oleh pemakainya. Lingkungan kerja penyelaman
memiliki beberapa faktor pembatas seperti kebutuhan udara, tekanan, temperatur,
turbidity, arus, gelombang, lingkungan fisik sekitar kegiatan penyelaman dan lain-
lain. Bila ditinjau dari beberapa faktor pembatas tersebut, maka kegiatan penyelaman
ini membutuhkan peralatan dan perlengkapan khusus. Selain peralatan kegiatan
penyelaman juga perlu ditunjang dengan prosedur standar penyelaman yang akan
membuat kegiatan ini lebih aman. (Kunaefi, 2003).

5
C. Keracunan Gas Karbonmonoksida
1. Pengertian
Gas yang paling umum digunakan dalam menyelam adalah udara atmosfir.
Bergantung pada cuaca dan lokasi, banyak polutan industri dapat ditemukan di udara.
Karbon monoksida adalah yang paling sering ditemui dan sering hadir disekitar
knalpot mesin kompresor udara. Perhatian harus diberikan untuk menyingkirkan
polutan dari udara tekan penyelam oleh penyaringan, lokasi masuk, dan perawatan
kompresor yang tepat. Uap air dalam jumlah bervariasi hadir dalam udara tekan dan
konsentrasinya penting dalam beberapa hal (Saraswati, 2018)

Karbon monoksida (CO) adalah gas tak berwarna, tidak berbau, tidak berasa,
dan beracun yang keberadaannya sulit dideteksi. Karbon monoksida terbentuk sebagai
produk pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dari material yang berbahan
dasar karbon seperti kayu, batu bara, bahan bakar minyak dan zat-zat organik lainnya.
Suplai udara penyelam bisa terkontaminasi oleh karbon monoksida saat asupan
kompresor ditempatkan terlalu dekat dengan knalpot mesin kompresor. Gas buang
disedot dengan udara dan dikirim ke penyelam, dengan hasil yang berpotensi
bencana. Karbon monoksida secara serius mengganggu kemampuan darah untuk
membawa oksigen yang dibutuhkan agar tubuh berfungsi normal. Afinitas karbon
monoksida untuk hemoglobin kira-kira 210 kali dari oksigen. Karbon monoksida
terdisosiasi dari hemoglobin pada tingkat yang jauh lebih lambat daripada oksigen
(Saraswati, 2018).

6
2. Patofisiologi
Keracunan karbonmonoksida dapat menyebabkan turunnya kapasitas transportasi
oksigen dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen di tingkat seluler.
Karbonmonoksida mempengaruhi berbagai organ di dalam tubuh, organ yang paling
terganggu adalah yang mengkonsumsi oksigen dalam jumlah besar, seperti otak dan
jantung. Beberapa literatur menyatakan bahwa hipoksia ensefalopati yang terjadi
akibat dari keracunan CO adalah karena injuri reperfusi dimana peroksidasi lipid dan
pembentukan radikal bebas yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas (Soekamto
& Perdanakusuma, 2008)
Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan oleh
gangguan transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible, yang
menyebabkan anemia relatif karena CO mengikat hemoglobn 230-270 kali lebih kuat
daripada oksigen. Kadar HbCO 16% sudah dapat menimbulkan gejala klinis. CO
yang terikat hemoglobin menyebabkan ketersediaan oksigen untuk jaringan menurun
(Soekamto & Perdanakusuma, 2008)

3. Tanda dan Gejala

Akibat tidak sempurnanya pembakaran dalani mesin kompresor, udara dalani scuba
dapat tercemar gas CO atau tercemarnya udara atmosfir oleh gas CO dari mesin-
mesin lain, pabrik/industri sehingga udara yang dikompresikan ke dalani scuba
mengandung gas CO yang tinggi. Biasanya kalau hal ini sampai terjadi akan berakibat
bagi penyelam yaitu terasa adanya sakit kepala, napas pendek, kekacauan mental,
muntah, lumpuh, tak sadar dan dapat berakhir dengan kematian (Wabula, 2019).

7
4. Penatalaksanaan
Memindahkan pasien dari paparan gas CO dan memberikan terapi oksigen dengan
masker nonrebreathing adalah hal yang penting. Intubasi diperlukan pada pasien
dengan penurunan kesadaran dan untuk proteksi jalan nafas. Kecurigaan terhadap
peningkatan kadar HbCO diperlukan pada semua pasien korban kebakaran dan
inhalasi asa. Pemeriksaan dini darah dapat memberikan korelasi yang lebih akurat
antara kadar HbCO dan status klinis pasien. Walaupun begitu jangan tunda pemberian
oksigen untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan tersebut. Jika mungkin
perkirakan berapa lama pasien mengalami paparan gas CO. Keracunan CO tidak
hanya menjadi penyebab tersering kematian pasien sebelum sampai di rumah sakit,
tetapi juga menjadi penyebab utama dari kecacatan.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menyelam merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia dibawah
permukaan air atau di dalam air pada kedalaman tertentu dengan atau tanpa
menggunakan peralatan untuk mencapai tujuan tertentu. Penyelaman tradisional
adalah penyelaman yang dilakukan dengan menggunakan peralatan selam yang sangat
terbatas bila dibandingkan dengan penyelaman professional.
Kompresor yang digunakan sebagai penyuplai udara ke penyelam adalah
kompresor ban yang tidak dirancang secara khusus untuk digunakan menyelam. Pada
kompresor tersebut terdapat knalpot mesin penggerak kompresor jaraknya sangat
dekat dengan tempat masuk udara kedalam kompresor sehingga hal ini dapat
menyebabkan masuknya sisa pembakaran mesin yang berupa gas karbon monoksida
(CO) yang dapat mengakibatkan penyelam mengalami keracunan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan menambah pengetahuan mengenai
penyelaman dengan kompresor yang bisa menimbulkan bahaya salah satunhya yaitu
keracunan gas karbon monoksida. Kegiatan penyelaman membutuhkan peralatan dan
perlengkapan khusus. Selain peralatan, kegiatan penyelaman juga perlu ditunjang
dengan prosedur standar penyelaman yang akan membuat kegiatan ini lebih aman.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kunaefi, T. D. (2003). Studi Populations Attribute Risk (PAR) Pada Lingkungan Kerja
Penyelam Tradisional Pulau Barrang Lompo, Makassar. Jurnal Infomatek, 2, 121–130.
Saranani, M., Hartono, R., & Alaudin. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Decompression Sickness. Keperawatan, 03(02), 30–35.
Saraswati, D. A. (2018). Faktor Risiko Gejala Penyakit Dekompresi Pada Nelayan Pencari
Ikan Hias Laut Di Kabupaten Banyuwangi.
Soekamto, T. H., & Perdanakusuma, D. (2008). Intoksikasi karbon monoksida. Journal
Airlangga University, 1(1), 1–20.
Wabula, L. R. (2019). Perilaku Keselamatan Dan Kesehatan Penyelaman Pada Penyelam
Tradisional Berbasis Health Action Process Approach. Surabaya: Universitas Airlangga
Surabaya, 1–77. http://repository.unair.ac.id/id/eprint/84143

10

Anda mungkin juga menyukai