Anda di halaman 1dari 18

Tugas Individu Dosen Pengampuh : Dr. Ir. Efriyeldi M.

Si

Mata Kuliah : Widya Selam

Makalah

“Hukum-hukum Fisika Dalam Penyelaman”

Oleh :

Herliza Khairani Sahputri

1804111613

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat

dan rahmatnya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Hukum-

hukum Fisika Dalam Penyelaman ” dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah

ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Widya Selam..

isi makalah ini saya sederhanakan untuk merangkum mengenai materi

mengenai adaptasi penerapan hukum-hukum fisika dalam penyelaman.

Dalam penyusunan Makalah ini penulis menyadari bahwa penulisan

Makalahini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat mendukung dari semua pihak untuk kesempurnaan Makalah

berikutnya. Semoga Makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Sekian dan terima kasih.


Assalamualaikum.

Pekanbaru , 14 September 2019

Herliza Khairani S

ii
DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................... II

DAFTAR ISI .......................................................................................... III

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. IV

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ............................................................................. 5
1.2. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 5

II. ISI
2.1 Satuan tekanan ............................................................................. 6
2.2 Hukum-hukum Gas ...................................................................... 7
2.3 Daya Apung / Buoyancy ............................................................ 13
2.4 Suhu / Temperature ...................................................................... 14
2.5 Penglihatan dan Cahaya ............................................................... 14
2.6 Suara............................................................................................. 15
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar Volume Paru-paru pada Tekanan yang berbeda ................... 11

2. Gambar Hukum Henry ........................................................................ 12

iv
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan air dengan


atau tanpa menggunakan peralatan selam, dengan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Dalam kegiatan penyelaman terdapat dua jenis kegiatan selam menurut
kebutuhan dan kelengkapannya, yaitu skin diving dan scuba diving.
Skin diving merupakan penyelaman yang dilakukan dengan menggunakan
peralatan selam dasar (masker, snorkel dan fins) dan biasanya hanya dilakukan untuk
kegiatan snorkling (menikmati pemandangan bawah permukaan air) atau sport diving
(penyelaman olahraga).
Sedangkan scuba diving merupakan penyelaman yang menggunakan peralatan
selam lengkap atau biasa disebut peralatan SCUBA (Self Breathing Underwater
Breathing Apparatus) yang biasanya digunakan untuk kegiatan penyelaman ilmiah
(Scientific Diving), penyelaman komersial (engginering dive, ship salvage, inspection
& repair), ataupun penyelaman yang dilakukan oleh para marinir untuk kegiatan
pertahan dan keamanan (Tactical / Combat Diving).
Dalam penyelaman banyak hal-hal yang perlu diperhatikan seperti peralatan
yang digunakan untuk menyelam, Penenyakit-penyakit yang dapat mengganggu
penyelaman, biota-biota lau yang berbahaya, dan yang tak kalah penting adalah
adaptasi peerapan hukum-hukum fisika dalam penyelaman itu sendiri.
Dengan mengetahui hukum-hukum fisika yang terkait dengan penyelaman hal
ini dapat membantu penyelam untuk melakukan menyelaman itu sendiri selain itu
kita dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang timbul akibat pengaruh yang
dapat muncul dari hukum-hukum fisika tersebut.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hukum-hukum


fisika dalam penyelaman di dunia bawah air serta untuk mengetahui penerapan
hukum-hukum fisika tersebut pada saat melakukan penyelaman.

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu untuk
mengembangkan pengetahuan mahasiswa mengenai widya selam dan aspek-aspek
dalam penyelaman yang mana salah satunya yaitu penerapan hukum-hukum fisika
dalam penyelaman tersebut.

5
II. ISI

2.1 Satuan tekanan

Tekanan udara di permukaan laut pada suhu OoC pada dasarnya adalah

tekanan yang disebabkan oleh berat atmosfir di atasnya. Tekanan ini konstan yaitu

sekitar 760 mm Hg (14.7 Psi) dan dijadikan dasar ukuran satu atmosfir.

Persamaan tekanan

1 Atmosfir = 10.07 (10) *meter air laut

= 33.05 (33) * kaki air Laut

= 33.93 (34) * kaki air tawar

= 1.033 kg/cm2

= 14.696 (14.7) * Lbs/ins2

= 1.013 bars = 101 kilopascals

= 760 mm air raksa ( mm Hg)

= 760 to

Tekanan akan menurun pada ketinggian karena atmosfir diatasnya


berkurang, sehingga berat udarapun berkurang. Demikian sebaliknya tekanan
akan meningkat bila seorang menyelam dibawah permukaan air. Hal ini
disebabkan karena berat dari atmosfir dan berat dari air diatas penyelam.
Ukuran-ukuran tekanan dari berbagai kedalaman mengungkapkan
bahwa tekanan 760 mm Hg (yaitu sama dengan standard atmosferik pressure)
akan terasa pengaruhnya kira-kira pada kedalaman 10 m dari air laut (33 kaki).
Berdasarkan Hukum Pascal yang menyatakan bahwa tekanan yang terdapat di
permukaan cairan akan menyebar ke seluruh arah secara merata dan tidak

6
berkurang pada setiap tempat dibawah permukaan laut, tekanan akan
meningkat sebesar 760 mm Hg (1 atmosfir) untuk setiap kedalaman 10 m. Tekanan
yang terdapat pada suatu titik menunjukkan tekanan 1 atmosfir (tekanan di
permukaan + tekanan yang disebabkan oleh kedalaman air laut). Satuan-satuan dari
jumlah tekanan adalah Atmosfir Absolut (ATA) yaitu :
Kedalaman (depth) Tekanan Absolut (Gauge Pressure)
Di permukaan 1 ATA 0 ATG
10 meter 2 ATA 1 ATG
20 meter 3 ATA 2 ATG
30 meter 4 ATA 3 ATG
Ukuran tekanan (Gauge Pressure) menunjukkan tekanan yang terlihat pada alat
pengukur dimana terbaca 0 pada tingkat permukaan. Karenanya tekanan ini
selalu 1 atmosfer lebih rendah dari pada tekanan absolut.

2.2. Hukum-hukum Gas


Udara yang kita hirup mengandung komponen-komponen sebagai
berikut :
- 78 % Nitrogen (N2)
- 21 % Oksigen (O2)
- 0,93 % Argon (Ar)
- 0,04 % Carbon Dioxide (CO2)
- Gas-gas mulia (Ne, He, dsb.)
Gas yang umumnya digunakan untuk tujuan penyelaman adalah :
- Udara (bebas kotoran)
- Campuran oksigen
- Campuran O2 dan Helium (He), kadang-kadang + N2
Hukum-hukum gas yang berlaku terhadap gas-gas di dalam rongga-
rongga tubuh seperti paru-paru, saluran yang menghubungkan hidung dengan
sinus dll., serta gas-gas di dalam larutan antara lain adalah :

7
a. Hukum Boyle (Hukum Perubahan Tekanan dan Volume)
Hukum ini menegaskan hubungan antara tekanan dan volume dari suatu
kumpulan gas akan berbanding terbalik dengan tekanan absolut,
yaitu : V = 1/P
Jadi : PV = K atau P1V1 = P2V2
P = Tekanan
V = Volume
K = Konstan
Ini berarti bahwa bilamana tekanan meningkat, volume dari suatu
kumpulan gas akan berkurang atau sebaliknya. Selama tekanan sebanding
dengan kedalaman, maka volume akan menjadi setengah volume dari
semula. Hubungan ini berlaku terhadap semua gas-gas di dalam ruangan-
ruangan tubuh sewaktu penyelam masuk ke dalam air maupun sewaktu
naik ke permukaan.

Gambar 1. Volume Paru-paru pada Tekanan yang berbeda.

Hukum Boyle pada penyelaman tahan napas

8
Seorang penyelam yang menghirup napas penuh di permukaan akan
merasakan paru-parunya semakin lama semakin tertekan oleh air di sekelilingnya
sewaktu ia turun.
Contoh :
Bila seorang penyelam Scuba menghirup napas penuh (6 liter) pada
kedalaman 10 meter ( 2 ATA), menahan nafasnya dan naik ke permukaan (1
ATA), udara di dalam dadanya akan berlipat ganda volumenya menjadi 12
liter, maka ia harus menghembuskan 6 liter udara selagi naik untuk
menghindari agar paru-parunya tidak meledak.
P1V1 = P2V2 P1V1 2x6
P1 = 2 ATA V2 = ----------- = ----------
V1 = 6 liter P2 1
P2 = 1 ATA
V2 = ? V2 = 12 liter
Semua gas yang berada di dalam rongga tubuh akan terpengaruh oleh
hubungan tekanan volume ini. Dalam hal mengenai telinga bagian tengah,
tekanan air yang berperan di dalam tubuh akan dihantar oleh cairan-cairan
tubuh ke rongga udara di dalam telinga bagian tengah. Selama tekanan
meningkat volume akan berkurang, karena telinga bagian tengah ada di dalam
rongga tulang yang kaku, rongga yang sebelumnya terisi oleh udara akan diisi
jaringan yang membengkak dan menonjol ke dalam gendang telinga.
Rangkaian kejadian yang menjurus ke perusakan jaringan dapat dicegah
dengan menyeimbangkan tekanan (Equalizing). Udara ditiupkan ke dalam
saluran Eustachius dari tenggorokan untuk menjaga agar volume gas yang
ada di telinga bagian tengah tetap konstan, sehingga tekanannya menyamai
tekanan air. Proses serupa dapat terjadi di dalam rongga-rongga sinus, akan tetapi
disini dapat diseimbangkan sendiri (self equalizing) dalam keadaan normal,
karena rongga sinus punya hubungan terbuka dengan rongga hidung.
Perubahan terbesar volume gas yang mengikuti perubahan air terjadi dekat
permukaan.

9
Sebagai contoh : 1 liter gas di permukaan akan menyusut sampai ½ liter
pada kedalaman 10 meter ( 1 ATA sampai 2 ATA), sedang perubahan volume
antara 30 meter dan 40 meter (4 ATA sampai 5 ATA) hanya akan kembali sebesar
5 % yaitu dari ¼ sampai 1/5 liter. Ini menjelaskan mengapa tidak mungkin
menghindari resiko-resiko pada penyelaman dangkal.

b. Hukum Dalton (Tekanan Partial dari Campuran Gas).


Hukum ini berhubungan udara (suatu campuran Nitrogen dan
Oksigen) dan dengan pernafasan gas campuran. Dinyatakan bahwa jumlah tekanan
dari suatu campuran gas-gas adalah jumlah dari tekanan secara tersendiri
menempati seluruh ruang (volume), selama tekanan secara menyeluruh
meningkat, tekanan partial dari tiap-tiap gas akan meningkat.
Karena udara adalah suatu campuran yang terdiri dari kurang lebih 80%
bagian N2 dan 20% bagian O2, maka udara di permukaan terdiri dari :
N2 = 80% dari 1 ATA (760 mm Hg).
= 0,8 ATA (608 mm Hg).
O2 = 20 % dari 1 ATA (760 mm Hg)
= 0,2 ATA (152 mm Hg)
Tekanan partial dari suatu gas di dalam campuran diperoleh dengan
mengkalikan persentasi gas dengan tekanan total. Dengan kedalaman
tertentu, peningkatan tekanan partial yang terjadi adalah sebagai berikut :
Permukaan = 1 ATA = 0,8 ATA N2 + 0,2 ATA 02
(PP O2 = 20% x 1 ATA)
10 meter = 2 ATA = 1,6 ATA N2 + 0,4 ATA O2
(PP O2 = 20% x 2 ATA)
30 meter = 4 ATA = 3,2 ATA N2 + 0,8 ATA O2
(PP O2 = 20% x 4 ATA)
40 meter = 5 ATA = 4,0 ATA N2 + 1,0 ATA O2
(PP O2 = 20% x 5 ATA)

10
Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa pada kedalaman 40 meter
(tekanan 5 ATA), penyelam yang bernafas dengan udara biasa akan menghirup
oksigen dengan tekanan partial yang sama (0,1 ATA) seperti saat ia sedang
menghirup 100% O2 di permukaan air. Hukum ini penting untuk mengetahui
efek Toksik Gas Pernafasan pada kedalaman, Penyakit Dekompresi dan
Penggunaan Oksigen maupun Campuran Gas untuk tujuan pengobatan.
Sebagai contoh :
Seorang penyelam yang menghirup suatu campuran 60% / 40% Oksigen
dan Nitrogen, resiko menderita keracunan Nitrogen terjadi pada kedalaman
sekitar 30 meter (4 ATA).

c. Henry (Larutan Gas dan Cairan)


Hal ini berhubungan dengan penyerapan gas di dalam cairan.
Dinyatakan bahwa pada suhu tertentu jumlah gas yang terlarut di dalam suatu
cairan berbanding lurus dengan tekanan partial dari gas tersebut di atas cairan.

Gambar 2. Hukum Henry

11
Di permukaan laut (1 ATA) dalam tubuh manusia terdapat kira-kira 1 liter
larutan Nitrogen. Apabila seorang penyelam turun sampai kedalaman 10
meter (2 ATA) tekanan partial dari Nitrogen yang dihirupnya menjadi 2 kali
lipat dan akhirnya yang telarut dalam jaringan juga menjadi 2 kali lipat (2
liter). Waktu sampai terjadinya keseimbangan tergantung pada daya larut gas di
dalam jaringan dan pada kecepatan suplai gas ke jaringan oleh darah.
Pengaruh fisiologis dari hukum ini terhadap seorang penyelam berlaku untuk
Penyakit dekompresi, keracunan gas dan pembiusan gas Lembam (Inert Gas
Narcosis).
Bilamana tekanan yang terdapat dalam larutan terlarut cepat berkurang, gas
akan keluar dari larutan dalam bentuk gelembung-gelembung gas. Pada
penyelam, pelepasan gelembung-gelembung ini dapat menyumbat pembuluh darah
atau merusakkan jaringan-jaringan, hal ini menyebabkan berbagai pengaruh
dari penyakit dekompresi atau “Bends”. Kita dapat melihat pengaruh yang sama
pada karbon dioxide di dalam larutan. Bila kita membuka botol bir dengan tiba-tiba,
maka akan terlihat gelembung-gelembung gas yang naik ke permukaan botol. d.
Hukum Charles (Perubahan Suhu dan Volume) Hukum ini menyangkut hubungan
antara suhu, volume dan tekanan.
Dinyatakan bahwa bila tekanan tetap konstan, volume dari sejumlah gas
tertentu adalah berbanding lurus dengan suhu absolut. Hukum ini ada
hubungannya dengan kompresi dan dekompresi dari gas-gas dan pengaruhnya
terhadap silinder, regulator, chamber dan lain-lain, serta menerangkan bahwa
perubahan tekanan dapat dilihat bilamana silinder yang berisi udara tekan terjemur
di matahari. Bila volume tetap konstan dan suhu meningkat, tekanan akan
meningkat. Hukum Charles dapat dilihat bila seorang yang secara tidak
sengaja melubangi tabung semprot (Spray Can) dan melihat gas yang
menguap di udara.

12
2.3. Daya Apung / Buoyancy

Hukum Archimedes menyatakan bahwa setiap benda yang dibenamkan


seluruhnya atau sebagian ke dalam cairan mendapat tenaga dorong sebesar
bobot cairan yang digantikan. Semakin padat cairan itu semakin besar daya
apungnya.
Dengan demikian penyelam dan kapal-kapal mengapung lebih tinggi di
air laut daripada di air tawar. Dengan paru-paru mengembang sepenuhnya, orang
biasanya akan mengapung di atas permukaan air laut, hal ini karena orang
mempunyai daya apung positif. Apakah penyelam dapat mengapung secara
positif atau negatif merupakan ciri dari setiap penyelam. Manfaat
mengetahui apakah anda termasuk memiliki daya apung positif atau negatif adalah
untuk :
- Upaya yang diperlukan untuk penyelaman, daya apung positif
memberikan kesulitan pada saat turun, tetapi membantu saat naik;
- Kemungkinan hilangnya orientasi di bawah air. Bilamana perasaan
posisi penyelam sudah terganggu, seperti halnya pada daya apung netral (Netral
Buoyancy) yaitu tidak tenggelam atau mengambang, pengurangan lebih lanjut
pada setiap rangsangan pancaindra (Sensory Stimulation) seperti berkurangnya
penglihatan di dalam air yang suram, dapat mengakibatkan disorientasi
yang parah dengan kemungkinan akibat-akibat yang berbahaya.

Tingkat daya apung setiap penyelam dipengaruhi oleh beberapa faktor,


berat alat-alat yang dipakai dapat menyebabkan penyelam tenggelam. Silinder
berisi udara tekan akan menjadi lebih terapung bila udara dipakai hingga
menjadikannya ringan. Pakaian selam (wet suit) yang terdiri dari sel-sel karet
busa berisi udara, bila kedalamannya bertambah, volume udara di dalam sel-sel
tersebut berkurang dengan demikian mengurangi daya apung. Rompi-rompi
yang dapat mengembang (Buoyancy Compensator’s) dapat diisi udara untuk
mendapat daya apung positif. Bila penyelam menghirup nafas volume di dada
akan meningkat, yang cenderung membuatnya mengapung, sedang bila ia

13
menghembuskan akan cenderung tenggelam. Maka sering seorang
penyelam menghembuskan nafasnya pada saat meninggalkan permukaan untuk
memanfaatkan pengaruh tersebut dan hal itu membantunya untuk turun.
2.4. Suhu / Temperatur

Suhu air di sekeliling menentukan kenyamanan penyelam secara


maksimal. Hampir semua suhu perairan lebih dingin dari suhu badan yang normal
(37o C atau 98o F) dan karena itu seorang penyelam akan kehilangan panas
terhadap air karena konduksi. Lapisan-lapisan dari lemak atau baju selam akan
mengurangi pengaruh itu. Pada penyelaman, pemeliharaan suhu badan penyelam
menjadi suatu kebutuhan utama. Suhu air makin berkurang secara nyata
bersamaan dengan bertambahnya kedalaman dan perubahan suhu terbesar
terjadi setelah kira-kira 10 meter pertama. Hal itu disebabkan karena hilangnya
sebagian besar panas matahari pada kedalaman yang lebih dalam. Air dingin dapat
menyebabkan gangguan-gangguan fisiologis yang gawat seperti
pusing/vertigo dan sakit kepala.

2.5. Penglihatan dan Cahaya

Penglihatan tanpa bantuan (cahaya) di bawah air akan buruk, yang


diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan dalam pembiasan sinar di bawah air.
Masalah ini sebagian dapat diatasi dengan memakai suatu masker dimana
terdapat suatu lapisan udara antara mata kita dengan air. Pemakaian suatu
mask meskipun memperbaiki penglihatan di bawah air dapat menyebabkan
suatu kesan palsu akan jarak, menjadikan benda-benda terlihat kurang lebih ¼
lebih besar dan lebih dekat dari jarak sebenarnya. Ini menerangkan
mengapa penyelam yang daya penglihatannya kurang baik akan meningkat
sedikit di bawah air. Lensa yang dapat memperbaiki penglihatan (corrective
lens) dapat dipasang pada mask untuk mereka yang memakai kacamata.
Pemakaian lensa kontak (contact lens) di bawah air telah berhasil baik untuk
digunakan pada face mask maupun pemakaian langsung. Ketajaman penglihatan

14
di bawah air sangat rendah, ini dikarenakan oleh penyebaran cahaya yang
membentuk bayang-bayang dari benda halus yang mengambang di dalam air dan
apabila kontras berkurang, penglihatan akan terganggu. Kejernihan air,
cuaca yang terang dan cahaya buatan akan membantu menanggulangi masalah
ini. Di bawah air warna-warna tidak akan tampak seperti pada permukaan, hal ini
disebabkan penyerapan terhadap panjang gelombang tiap warna yang tidak sama
besarnya.
Merah ----------------- Paling banyak diserap
Orange Kuning ---------------- Sedikit kurang diserap
Hijau ---------------- Kurang banyak diserap
Biru Indigo Ungu --------------- Paling sedikit diserap

Di kedalaman sinar matahari yang merupakan kombinasi warna-warna


merah, orange, biru, indigo dan ungu akan lebih terlihat sebagai warna biru
tua.
2.6. Suara

Suara di bawah air sangat dipengaruhi oleh penghantarnya yaitu melalui


media cairan. Kecepatan suara di bawah permukaan air kira-kira 4 kali lipat
lebih cepat daripada di udara. Suara di udara akan cepat kehilangan energinya bila
dipancarkan ke dalam air, dengan demikian di dalam air akan sukar
mendengarkan suara yang dibuat di udara dekat permukaan air. Pendengaran
seseorang di bawah air akan berkurang akibat pengaruh air terhadap gendang
telinga dan beberapa frekwensi suara lebih terpengaruh dari yang lain.
Memakai penutup kepala akan lebih mengurangi ambang pendengaran,
akanlah sukar bagi penyelam melokalisir arah suara di dalam air. Telinga
manusia telah diciptakan untuk melokalisir arah suara di udara. Mekanisme ini
akan terganggu karena suara berjalan 4 kali lebih cepat di dalam air. Lokalisasi
suara lebih dipersulit lagi oleh karena di bawah air suara akan dihantar ke
organ pendengaran lebih baik melalui tulang kepala daripada melalui gendang
telinga.

15
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan mempelajari fisika yang berhubungan dengan penyelaman diharapkan


penyelam dapat mengetahui cara mengatasi bahaya-bahaya yang mungkin timbul
karena penyelaman terhadap fisiologi manusia. Diantaranya seorang penyelam akan
melakukan ekualisasi saat masuk di kedalaman air, tidak menahan napas selama naik
ke permukaan dan selalu melaksanakan peyelaman tanpa dekompresi (bila diperlukan
pelajari tabel selam), serta dapat melaksanakan penyelaman dengan aman dan
nyaman.

16
DAFTAR PUSTAKA

Jacques-Yves Cousteau, The Ocean World of Jacques Cousteau,Vol. 20, Revised


Edition, The Danbury Press, Santa Anna, 1975.
Jeppesen, Sport Diver Manual, Vol. II, Jeppeson-Sanderson, Inc., Denver, Colorado,
1980. P.B.
Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia, Persyaratan & Persatuan Dasar Selam
Olahraga Indonesia, Jakarta, 1980. -----------,
Standart Instruksi Selam Olahraga Indonesia, Jakarta, 1979
Robert W. Smith, New Science of Skin and Scuba Diving, Sixth Edition, New
Century Publishers, Inc., 1980.
Santosa, Kesehatan Kelautan, Jakarta, 1983

17
18

Anda mungkin juga menyukai