Anda di halaman 1dari 10

ASPEK KESEHATAN DALAM KEGIATAN SELAM

I. Pendahuluan
Diving saat ini berkembang sangat pesat seiring dengan berkembangnya
wisata-wisata bahari di Indonesia. Perkumpulan selam dan penyelam baru
banyak bermunculan membuat diving menjadi sebuah trend baru di
masyarakat. Diving tergolong krgiatan di alam terbuka yang aman, namun
mempunyai resiko tersendiri dari segi kesehatan di banding kegiatan alam
terbuka lainnya. Hal ini terutama berhubungan dengan perubahan fisika dan
fisiologi dalam air terhadap udara yang dipakai dan adaptasi fisiologis tubuh
terhadap perubahan tersebut. Para calon penyelam atau penyelam aktif harus
mengetahui beberapa aspek kesehatan dalam kegiatan ini untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan dalam atau sesudah penyelaman.
Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan air,
dengan atau tanpa menggunakan peralatan, untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Hal penting dalam melakukan penyelaman adalah
penguasaan perlengkapan, dan peralatan yang dipakai. Menyelam adalah
kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan air, dengan berbagai tujuan.
Banyak yang ingin melakukanhanya untuk sekedar menikmati keindahan
bawah laut dan ada juga dengan tujuan tertentu. Namun di balik manfaat
yang kita dapat dari kegiatan menyelam, ternyata banyak resiko yang
terdapat di dalamnya. Mulai dari faktor keselamatan dari mahluk hidup di
dalamnya, faktor kesalahan alat dan sebagainya juga efek terhadap
kesehatan tubuh kita. Saat kita melakukan penyelaman kita akan mendapat
kondisi yang berbeda saat kita berada di permukaan yaitu dengan tiadanya
oksigen, tekanan yang berbeda dan juga suhu yang berbeda pula.

II. Isi
2.1. Kontraindikasi Menyelam
Diver pemula biasanya membutuhkan surat keterangan dokter
sebagai syarat mengikuti kursus menyelam. Seharusnya surat didapatkan
dari dokter yang mengetahui resiko-resiko penyelaman dari segi
kesehatan namun, Di Indonesia ini cukup jarang, kecuali dokter tersebut
seorang penyelam atau spesialis dalam kesehatan hiperbarik. Oleh
karena itu, beberapa kontraindikasi untuk kegiatan menyelam harus
diketahui bagi setiap orang yang berkeinginan untuk mengikuti kegiatan
menyelam.

2.2. Kontraindikasi Absolut


Kontraindikasi absolut adalah keadaan yang mengharuskan
seseorang tidak bisa menyelam sama sekali, karena akan membahayakan
keselamatannya. Berikut riwayat penyakitnya, antara lain:
Epilepsi, Orang yang mempunyai riwayat epilepsy meskipun
terkontrol baik dengan obat anti epilepsy, tidak boleh menyelam
karena jika terjadi kejang di dalam air akan berakibat fatal.
Kenaikan tekanan di dalam air juga meningkatkan resiko terjadinya
serangan kejang di dalam air.
Penyakit Jantung, Kematian pada penyelam dengan riwayat
penyakit jantung, terutama pada umur paruh baya, cukup tinggi.
Sekitar 12%-21% kematian dalam diving berhubungan dengan
penyakit jantung, terutama cardiac arritmia, penyakit jantung
oroner, atau penyakit pada otot jantung.
Kehamilan, masih sering menjadi perdebatan dalam kegiatan
menyelam. Namun secara garis besar wanita hamil tidak disarankan
untuk menyelam terkait dengan perubahan fisiologis tubuh wanita
hamil dan efeknya terhadap janin di dalam kandungan.
Penyakit telinga tengah, akan menyebabkan penyelam tidak bisa
melakukan equalisasi, sehingga keadaan tersebut menjadi
kontraindikasi dalam diving.
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), Orang diabetes
dengan terapi insulin mempunyai resiko yang tinggi terhadap
penurunan kadar gula darah yang dapat menyebabkan kecemasan,
rasa bingung sampai tidak sadar, komplikasi tersebut bisa berakibat
fatal di dalam air.
2.3. Kontraindikasi Relatif
Beberapa masalah dari kontraindikasi relatif, antara lain :
Obesitas. Overweight meningkatkan resiko penyelam terkena
penyakit dekompresi, sehingga dianjurkan bagi penyelam yang
kelebihan berat badan untuk mengurangi waktu penyelaman dan
menyelam dengan hati-hati.
Kebugaran. Kebugaran tubuh penting dimiliki oleh penyelam
seperti halnya kegiatan-kegiatan outdoor lainnya. Salah satu standar
yang diberlakukan ialah kemampuan berenang tanpa peralatan
sepanjang 200 m.
Gangguan Psikiatri. Selain resiko serangan penyakit ketika
menyelam efek samping obat-obatan psikiatri juga juga
membahayakan penyelam.
Riwayat luka tembus di dada/paru-paru. Dengan riwayat seperti itu
kemungkinan terdapat scar di paru-paru yang bisa meningkatkan
resiko terjadinya pulmonary barotraumas.

2.4. Kontraindikasi Sementara


keadaan yang menjadi kontraindikasi hanya untuk sementara
sampai penyakit itu sembuh,yaitu antara lain :
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) karena meningkatkan
resiko penyebaran penyakit ke telinga tengah, dan
Barotrauma telinga tengah, terutama bila terdapat robekan pada
gendang telinga.

2.5. Efek dan Bahaya Perubahan Tekanan pada Tubuh


Karena adanya perbedaan tekanan di kedalaman air, maka penyelam
yang menyelam ke dalam akan mengalami efek langsung tekanan air.
Untuk itu diperlukan equalisasi yaitu penyesuaian tekanan.
1) Efek Langsung Tekanan
Pada tubuh manusia terdapat rongga-rongga udara dan
apabila untuk menyelam akan mengalami tekanan langsung yang
dapat berpengaruh terhadap rongga-rongga tersebut. Rongga
tersebut yaitu kulit (jika memakai dry suit), lubang telinga dan
telinga tengah, sinus, gigi, paru-paru, dan saluran pencernaan.
Ketidakseimbangan tersebut akan menyebabkan barotrauma yang
dapat berupa squeeze, kerusakan organ, atau minimal menimbulkan
rasa sakit dan rasa tidak nyaman. Squeeze adalah pengerutan
jaringan tubuh akibat dari tidak dapatnya jaringan tubuh
menyamakan tekanan atau equalisasi.
Mask Squeeze
Terjadi pada saat penyelam lupa mengeluarkan udara ke
dalam masker pada saat equalisasi sehingga terbentuk tekanan
negatif pada ruangan masker. Hal ini mengakibatkan kapiler
darah di muka rusak dan menyebabkan pendarahan ke dalam
kulit (ecchymosis) dan pendarahan konjungtiva.
Squeeze Lubang Telinga
Terjadi karena adanya udara yang terperangkap di dalam
lubang telinga. Gejala meliputi sakit pada telinga,
pembengkakan, kemerahan kulit lubang telinga. Pada kasus
yang parah dapat terjadi robek gendang telinga.
Squeeze Sinus (Barosinusitis)
Mekanismenya sama dengan squeeze lain. Jika pada saat
turun ke dalam. Jika terdapat sumbatan pada saluran sinus akan
menyebabkan sinus squueze. Gejalanya yaitu rasa sakit di
wajah, kening, atau pipi selama menyelam.
Reverse Sinus Squeeze
Terjadi pada saat naik ke permukaan. Kondisi ini diakibatkan
karena tingginya tekanan udara dalam sinus. Ini biasanya
terjadi pada penyelam yang mengalami infeksi saluran
pernapasan atas atau alergi berat yang minum obat
dekongestan (mengurangi produksi cairan) sesaat sebelum
menyelam, tetapi efek obat tersebut hilang setelah menyelam di
kedalaman.
Squeeze Gigi (Barodontalgia)
Kondisi ini disebabkan karena adanya gas yang terperangkap
di dalam gigi atau struktur sekitar gigi. Adanya gas akan
mengakibatkan terbentuknya tekanan negatif atau positif di
dalam ruangan yang terbatas. Hal ini akan merangsang struktur
sensitif gigi danmengakibatkan rasa sakit.
Squeeze Telinga Tengah (Barotitis Media)
Tingkat kejadian squeeze telinga tengah sangat tinggi sekitar
40 % dialami oleh para penyelam. Hal ini terjadi jika terdapat
sumbatan yang menghalangi equalisasi rongga di telinga
tengah yang disebabkan oleh tersumbatnya saluran tuba
eustachius.
Barotrauma Telinga Dalam
Merupakan barotrauma yang sangat serius karena akan
menyebabkan ketulian permanen. Barotaruma ini jarang
terjadi. Trauma ini terjadi karena perbedaan tekanan yang
bermakna antara telinga tengah dan telinga dalam. Hal ini
disebabkan terlalu kuatnya manuver Valsava atau turun ke
dalam terlalu cepat.
Alternobaric Vertigo
Merupakan barotaruma yang sangat jarang. Terjadi pada saat
naik ke permukaan yang disebabkan karena perubahan tekanan
tiba-tiba pada telinga tengah yang menyebabkan perangsangan
ke telinga dalam dan menyebabkan vertigo. Vertigo ini hanya
sebentar dan tidak memerlukan penanganan dapat membuat
penyelam panik, yang dapat mengakibatkan tenggelam,
kerusakan paru, atau emboli udara, atau trauma lain yang
sangat serius.
Squeeze Kulit
Squeeze kulit jarang terjadi. Jika pada area kulit penyelam
ada kumpulan udara yang terperangkap pada lipatan/lekukan
dry suit. Selama penyelaman tekanan negatif terjadi pada area
tersebut, sehingga menyebabkan pembuluh darah kapiler kulit
pecah dan darah keluar mengisi ruang tekanan negatif. Kulit
berwarna kemerahan. Tidak memerlukan perawatan dan
sembuh dalam beberapa hari/minggu.
Aerogastralgia (Gastrointestinal Barotrauma)
Hal ini sering terjadi pada penyelam yang masih baru.
Karena saluran pencernaan lunak, adanya gas di dalam usus
selama turun ke dalam tidak menyebabkan barotaruma. Tetapi
adanya pengumpulan gas selama di kedalaman akan
menyebabkan barotrauma pada saat naik.
2) Pengaruh Tekanan Sewaktu Muncul ke Permukaan
Pengembangan Paru Melewati Batas, Pulmonary Barotrauma
of Ascent (Pulmonary OverPressurization Syndrome) atau
POPS
Pengembangan melewati batas pada paru-paru dapat terjadi
pada penyelam yang menyelam yang melewati tekanan lebih,
dengan menahan napas tiba-tiba muncul di permukaan yang
lebih rendah, yang akan memecahkan alveoli (ingat hukum
Boyle). Gelembung akibat pecahnya alveoli bergerak ke bagian
tubuh lain dan gejalanya tergantung dari lokasi dan volume
udara yang masuk.
Mediastinal Ephysema
Manifestasi pengembangan paru yang melewati batas yang
paling sering yaitu mediastinal emphysema. Gelembung dari
paru-paru yang pecah, masuk ke rongga antara paru-paru di
dekat jantung dan tenggorokan. Gejalanya yaitu sakit di daerah
dada karena udara menekan jantung, sesak napas, atau sakit
pada saat makan. Dapat pula pingsan. Penanganannya yaitu
konservatif, meliputi istirahat, pemberian oksigen, sedangkan
rekompressi dilakukan jika sangat parah. Hindari penerbangan
selama fase penyembuhan.
Subcutaneus Emphysema
Dari daerah mediastinum gelembung-gelembung udara
bergerak naik ke daerah leher, di bawah kulit di sekitar leher,
kalau dipegang maka kulit terasa pecah. Gejalanya yaitu sakit
dan sulit bernapas pada bagian yang terkena, napas pendek dan
cepat, udara dapat menekan jantung dan pembuluh darah
menyebabkan kebiruan. Penanganan sama dengan diatas.
Udara dibung dengan memasukkan jarum dibawah
pengawasan ahli.
Pneumothorax
Jarang sekali terjadi, jika terjadi berarti paru-paru pecah,
seperti meletus dan gelembung udara langsung memenuhi
rongga udara antara paru-paru dan selaput paru (pleura).
Gejalanya yaitu sakit dada, karena udara menekan paru-paru
yang terkena. Dalam kasus yang parah dapat terjadi tension
pneumothorax, yaitu pneumothorax yang sangat besar dan
membuat paru-paru yang terkena kolaps karena tekanan yang
tinggi. Ini merupakan keadaan darurat. Gejalanya yaitu sakit
dada yang berat, pengembangan dada tidak sama yaitu paru
yang terkena agak tertinggal, dan adanya penekanan ke trakea
menjadi tidak lurus. Biasanya terjadi penekanan jantung
sehingga cepat pingsan.
Emboli Udara
Pecahnya dinding alveoli yang menyebabkan udara masuk
dalam peredaran darah, akibatnya terjadi penyumbatan
peredaran darah oleh gelembung-gelembung udara langsung
dari paru-paru.
3) Efek Tidak Langsung Tekanan
Okygen Toxicity (Keracunan Okisgen)
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme. Oksigen yang dihirup adalah 1/5 dari semua
oksigen yang ada. Bila campuran gas yang dihirup terdiri dari
O2 20 % maka oksigen yang terpakai oleh tubuh adalah hanya
4 % nya sedangkan 16 % dihembuskan. Meskipun dibutuhkan
oleh tubuh, peningkatan tekanan parsial oksigen menyebabkan
keracunan. Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan yang tinggi
pada penyelaman meningkatkan tekanan parsial oksigen.
Pada kedalaman 40 m (5 ATA), maka penyelam akan
menghirup tekanan O2 1 ATA atau O2 100 % seperti
menghirup udara murni di permukaan. Oksigen yang tinggi
menyebabkan terlalu cepatnya proses metabolisme, merusak
protein tubuh dan syaraf. Hal dapat terjadi pada penyelam yang
menggunakan Nitrox.
Manifestasi gejala pada pernapasan yaitu batuk dan rasa sakit
saat bernapas, pada sistem saraf pusat gejalanya yaitu
pelintiran pada otot muka sekitar bibir, gangguan penglihatan,
mual, banyak berkeringat dan kejang. Apabila terjadi di air
maka berakibat fatal. Penanganannya dengan diberikan udara
segar, jangan oksigen murni. Oleh karena itu jangan menyelam
terlalu dalam dan gunakan udara biasa yang bersih bukan O2
murni.
Narcose (Pembiusan oleh Nitrogen)
Merupakan bagian terbesar dari udara yang dihirup oleh
manusia. Di permukaan nitrogen merupakan gas lambat (inert
gas) dan secara kimia tidak bercampur dalam darah.
Nitrogen melarutkan oksigen dalam campuran udara dan
menjadikan udara aman untuk bernapas. Nitrogen diserap dan
disimpan dalam tubuh karena inert. Maka dengan inilah alasan
utama mengapa penyelam scuba bila muncul ke permukaan
harus perlahan.
Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan parsial oksigen
meningkat saat menyelam. Nitrogen memiliki efek euforia
(suasana senang berlebihan) yang meningkatkan kepercayaan
diri, dan mengurangi kognisi dan penilaian situasi sehingga
menyebabkan teknik menyelam kacau yang bisa fatal bagi
penyelam. Biasanya terjadi mulai kedalaman 70- 100 feet tapi
setelah kedalaman 100 feet semua penyelam akan mengalami
keracunan.
Pada penyelam scuba, gejalanya berupa kepala terasa ringan,
euforia, perasaan gamang, dan kelainan sensorik. Gejala
memburuk jika semakin dalam. Pada kedalaman 100 FSW,
penyelam semakin keracunan, dengan gejala berkurangnya
penilaian, rasa percaya diri meningkat, dan reflek yang
menurun. Pada kedalaman 250-300 FSW, terdapat halusinasi
lihat dan dengar dan pandangan gelap. Penyelam akan tidak
sadar pada kedalaman 400 FSW. Hal ini sering disamakan
dengan minum Martini (minuman alkohol). Oleh karena itu
penyelam scuba dengan udara kompresi tidak boleh menyelam
lebih dari 100 FSW. Jika ingin menyelam lebih dalam gunakan
Heliox.
Jika terjadi gejala diatas pada kedalaman 70-100 FSW
naiklah ke permukaan dan istirahat atau ke kedalaman lebih
dangkal sampai gejala menghilang. Hindari menyelam terlalu
dalam dan kenalilah kemampuan diri dan pelajari gejala-gejala
tersebut.
Penyakit Dekompresi (Decompression Sickness)
Berbeda dengan emboli udara, Decompression sickness
terjadi dimana terbentuknya gelembung udara di dalam darah
tanpa mengalami pecahnya alveoli paru. Gejalanya lambat
dibanding emboli, karena gas ini terbentuk di pembuluh darah
yang menyebabkan matinya sel-sel di jaringan secara perlahan.
III. Kesimpulan
Diving merupakan kegiatan yang aman bila penyelam mematuhi
prosedur penyelaman yang berlaku. Asosiasi penyelam professional resmi
sudah memberlakukan prosedur yang baik dalam mencegah kecelakaan
atau penyakit akibat penyelaman. Namun pengetahuan mengenai
kesehatan dalam penyelaman tetaplah harus di ketahui untuk menghindari
hal-hal yang tidak di inginkan. Dengan mengikuti prosedur diving
merupakan kegiatan yang sangat aman dan tentunya menyehatkan.

Anda mungkin juga menyukai