Anda di halaman 1dari 3

Nama

: Laila Irvina Pramudito

NPM

: 230210150060

Praktikum Meteorologi Laut


Shift 3
Analisis Presipitasi Indonesia Januari 2001

Gambar 1. Hasil Pengolahan Data Presipitasi menggunakan OpenGrads

Gambar di atas merupakan hasil olahan data curah hujan atau presipitasi dalam skala
mm yang diambil dari situs www.esrl.noaa.gov. Data diolah dengan aplikasi OpenGrads.
Data yang diambil merupakan rata-rata presipitasi Indonesia pada bulan Januari tahun 2001.
Daerah yang warnanya menuju merah menunjukan presipitasi tinggi, sedangkat warna
yang menuju ungu menunjukan presipitasi rendah.
Terdapat dua monsun global mempengaruhi cuaca wilayah Indonesia, yaitu monsun
Asia musim panas (Asian summer monsoon) atau monsun Barat dan monsun Australia musim
dingin (Australian winter monsoon) atau monsun Timur. Pada saat terjadi musim panas di
Benua Asia, terbentuklah pusat tekanan rendah di benua tersebut. Pada saat yang bersamaan,
di Benua Australia terjadi musim dingin sehingga atmosfer di atas benua tersebut memiliki
tekanan yang tinggi. Akibat dari dua perbedaan tekanan ini, terbentuklah angin yang bergerak
dari Australia menuju Asia melalui Indonesia. Angin yang dingin dan kering dari Australia
mengakibatkan Indonesia mengalami musim kemarau. Saat Benua Asia mengalami musim
dingin, maka akan terbentuk angin dari Asia menuju Australia. Angin dari benua Asia bersifat

kering dan dingin, namun telah menempuh perjalanan melalui Samudera Pasifik yang amat
luas sehingga angin tersebut menjadi lembab dan mengandung banyak sekali uap air. Akibat
pengaruh angin lembab ini, Indonesia pun mengalami musim hujan (Yulihastin, 2010).
Sirkulasi Monsun Asia kuat pada bulan Desember, Januari, dan Februari.
Di wilayah Laut Flores, selatan Sulawesi, presipitasi meninggi karena mungkin
daerah itu merupakan zona konveksi. Konveksi yang dimaksud dalam konteks proses
pembentukan awan (Houze Jr., 1997). Di zona konveksi, uap air di atmosfer terkondensasi
dan jatuh sebagai hujan.
Wilayah Laut Flores mungkin menjadi zona konveksi karena topografi lautnya.
Wilayah ini merupakan pertemuan laut dalam dan laut dangkal. Selain itu, termasuk ke
wilayah yang dilalui Arus Lintas Indonesia (Arlindo).
Wilayah Samudera Hindia memiliki presipitasi cukup tinggi. Hal ini mungkin
dipengaruhi massa air yang terbawa oleh Angin Monsun Barat dan mungkin di daerah itu
juga termasuk daerah konveksi seperti Laut Flores.. Di daerah Jawa, terdapat pertemuan
angin dari arah Selatan dan arah Utara. Hal ini mungkin menyebabkan presipitasi di daerah
Jawa tidak Samudera Hindia.
Di Papua, daerah Selatan lebih tinggi presipitasinya daripada daerah Utara. Apabila
dilihat di peta Topografi, daerah Selatan dan Utara itu dibatasi oleh Pegunungan Jaya Wijaya.
Adanya pegunungan mungkin mempengaruhi tekanan udara di daerah tersebut. Tekanan
udara berpengaruh pada kelembapan dan kelembapan relatif. Kelembapan relatif
berhubungan dengan kemampuan atmosfer dalam menampung uap air. Jika sudah mencapai
titik jenuh, air akan turun sebagai hujan. Mungkin kelembapan relatif di Selatan Papua lebih
tinggi daripada kelembapan relatif di Utara Papua.

Gambar 2. Rata-rata Arah Angin pada Musim Monsun Asia (Sumber: http://www.cuacajateng.com/monsun.htm)

Gambar 3. Peta Topografi Indonesia (Sumber: https://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/06/topografi-indonesia.jpg)

Daftar Pustaka:
Aldrian, Elvin. (2001) Pembagian Iklim di Indonesia Berdasarkan Pola Curah Hujan dengan
Metoda Double Correlation.

Jurnal Sains & teknologi Modifikasi Cuaca,

Volume 2 No. 1, 2001:11-18.


Houze Jr., Robert. (1997) Stratiform Precipitation in Regions of Convection: A
Meteorological Paradox?. Bulletin of the American Meteorological Societ, Vol.
78, No. 10, October 1997.
Stasiun Meteorolologi Ahmad Yani Semarang. (2009) Monsun. BMKG Jateng. Diakses dari
http://www.cuacajateng.com/monsun.htm tanggal 26 September 2016.
Tukidin. (2010) Karakter Curah Hujan di Indonesia. Jurnal Geografi, Volume 7 No. 2, 2010.
Yulihastin, Erma. (2010) Mekanisme Interaksi Monsun Asia dan ENSO. Berita Dirgantara,
Vol. 11 No. 3 September 2010:99-105.

Anda mungkin juga menyukai