Anda di halaman 1dari 16

TUGAS EKOLOGI PESISIR DAN KELAUTAN

“KONDISI OSEANOGRAFI DAN DINAMIKA PERAIRAN PESISIR”

DISUSUN OLEH :

NAMA : TANYA NOVRINCE LAY GEDA

NIM : (1806050108)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, bimbingan, dan anugerah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Kondisi Oseanografi dan Dinamika Perairan Pesisir” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari
segi penulisan, isi makalah, dan lain sebagainya. Maka, saya sangat mengharapkan kritikan dan
saran dari pembaca dan dosen pembimbing sehingga dapat menjadi acuan referensi bagi saya
dalam penulisan makalah di waktu yang akan datang.

Demikian pengantar kata dari saya, dengan doa serta harapan semoga tulisan sederhana
ini dapat di terima dan bermanfaat bagi semua pembaca, khusunya bagi mahasiswa-mahasiswi
Fakultas Sains dan Teknik Program Studi Biologi untuk menambah wawasan tentang
Lingkungan Wilayah Pesisir dan Laut.

Atas semua ini, saya ucapkan limpah terima kasih.

Kupang, 13 September 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan Penelitan.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Pengertian Oseanografi............................................................................................5
B. Batas Wilayah Pesisir dan Lautan............................................................................6
C. Kondisi Oseanografi dan Dinamika Petrairan Pesisir..............................................7
1. Kondisi Fisika Oseanografi Pesisir dan Laut....................................................7
- Pasang Surut dan Muka Laut.....................................................................7
- Gelombang Laut.........................................................................................8
- Arus di Pantai.............................................................................................9
- Suhu dan Salinitas......................................................................................9
- Angin........................................................................................................11
- Kedalaman...............................................................................................11
- Kecerahan.................................................................................................12
- pH.............................................................................................................13
2. Kondisi K Oseanografi Pesisir dan Laut.........................................................14
BAB III PENUTUP........................................................................................................15
Kesimpulan............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari
lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan
perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di
dalamnya ialah ilmu tanah (geology). Ilmu bumi (geography). Ilmu fisika (physics), ilmu kimia
(chemistry). Ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (metereology) (Hutabarat, 1985).
Salah satu metode yang dapat dilakukan dalam mempelajari oseanografi fisika yakni
pengamatan langsung dengan melakukan praktek lapang untuk mengetahui oseanografinya itu
sendiri. Oseanografi fisika dapat diketahui dengan cara mengukur pasang surut, ombak, arus,
angin seperti yang telah kita lakukan, itu hanya sebagian dari oseanografi fisika tersebut,
sehingga diperoleh gambaran dasar tentang perbedaan dari data tersebut.
Adanya faktor-faktor fisik air laut, sepeti temperatur dan perubahan arus dapat
menyuburkan laut. Kedua, laut digunakan oleh manusia untuk berbagai aktivitas. Manusia
banyak menggunakan laut, seperti untuk transportasi, pengeboran minyak dan gas, rekreasi,
berenang, perikanan dan lain-lain. Ketiga laut mempengaruhi kondisi cuaca dan iklim. Laut
mempengaruhi distribusi hujan, kemarau, banjir dan kondisi lingkungan suatu daerah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu oseanografi ?
2. Bagaimana batas-batas antara wilayah pesisir dan wilayah lautan ?
3. Bagaimana kondisi oesanografi fisika perairan pesisir dan lautan ?
4. Bagaimana kondisi oesanografi kimia perairan pesisir dan lautan ?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan tentang pengertian oseanografi.
2. Menjelaskan tentang batas-batas antara wilayah pesisir dan wilayah lautan.
3. Menjelaskan tentang kondisi oesanografi fisika perairan pesisir dan lautan.
4. Menjelaskan kondisi oesanografi kimia perairan pesisir dan lautan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN OSEANOGRAFI
Oseanografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena fisis dan dinamis air laut yang
dapat diaplikasikan ke bidang-bidang lainnya seperti rekayasa, lingkungan, perikanan, bencana
laut dan mitigasi (pengelolaan dan pencegahan). Seperti telah kita ketahui bersama, lebih dari
62% kepulauan Indonesia terdiri dari lautan, dan hampir 70% bagian dari dunia juga adalah
lautan. Laut sebagai objek kajian ditinjau mulai dari sifat-sifat fisis dan kimia air laut,
gerakannya berupa arus, gelombang dan pasang surut, sedimen dasar laut, revolusi lempeng
tektonik (khususnya lempeng samudera), sampai dengan proses erosi dan sedimentasi daerah
pantai. Seluruh ilmu-ilmu dasar seperti fisika, kimia, biologi, geologi dan matematika digunakan
untuk dapat menerangkan proses alam yang terjadi di laut.

Menurut klasifikasinya sendiri, Oseanografi bisa terdiri dari:


 Oseanografi Kimia - mempelajari reaksi kimia dan distribusi unsur kimia di dasar laut dan
samudera.
 Oseanografi Fisika - mempelajari berbagai aspek fisika air laut seperti distribusi temperatur
air laut, gerakan air laut, tipe energi dalam laut, transmisi suara, transmisi cahaya, serta
interaksi udara dan laut.
 Oseanografi Biologi - mempelajari tipe kehidupan laut, distribusinya, saling keterkaitannya,
serta aspek lingkungannya.
 Oseanografi Geologi - disebut juga Geologi Laut atau Marine Geology, mempelajari asal-
usul cekungan laut, konfigurasi cekungan laut, sifat batuan dan mineral dasar laut.
 Oseanografi Meteorologi - mempelajari fenomena atmosfer di atas samudera, pengaruhnya
terhadap perairan dangkal dan dalam, serta pengaruh permukaan samudera pada proses-
proses atmosfer.

5
B. BATAS WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN

Gambar 1. Batas Wilayah Pesisir dan Laut

Dari gambar yang tersebut, ada batas dalam wilayah pesisir dan laut. Ada tiga macam
garis yang digunakan sebagai batas. Yang pertama adalah coastline, yaitu garis terdepan
terjadinya pasang tertinggi. Yang ke dua adalah shoreline, yaitu garis batas terjadinya surut
terendah. Dan yang ke tiga adalah surfline, yaitu garis yang menjadi tempat terjadinya pecah
gelombang yang pertama. Area yang dibatasi oleh ketiga garis tersebut memiliki karakteristik
tertentu.
Area yang dibatasi coastline hingga daratan yang masih bisa diidentifikasi ciri laut masa
kini (Holosen) disebut pesisir atau coast. Pada pesisir terdapat area yang merupakan hasil proses
marine masa lalu yang sudah tidak bekerja lagi serta terdapat di belakang beting gisik dan tidak
terdapat air disebut fluvio marine, sedangkan apabila terdapat air asin disebut laguna. Area
pesisir pada gambar di halaman pertama memiliki area yang tergolong fluvio marine karena
tidak ada aliran air asin yang terpisahkan dari induknya oleh fisik penghalang.
Area yang dibatasi oleh coastline dan shoreline disebut pantai (shore). Jadi, pantai adalah
zona sempit perairan laut atau lautan dengan daratan yang dibatasi oleh rerata garis surut
terendah hingga pasang tertinggi (King, 1972; CER, 1984). Pantai dibedakan menjadi empat
macam berdasarkan material penyusunnya yaitu beach, mudflat, plateform, dan rifflat. Beach
adalah pantai yang tersusun atas material pasir. Mudflat adalah pantai yang tersusun atas material
lumpur. Plateform adalah pantai yang tersusun atas material vulkanis. Dan rifflat adalah rataan
terumbu, yaitu daerah pasang surut yang berupa terumbu.
Area diantara shoreline dan surfline disebut zona pecah gelombang atau breakers zone.
Zona pecah gelombang terlihat seperti garis putih berbuih. Area yang dibatasi surfline menuju ke
perairan asin yang dalam disebut sea. Pada sea terdapat gelombang air asin yang besar-besar dan
memiliki amplitudo yang relatif sama.
Istilah pesisir dan wilayah pesisir memiliki perbedaan makna. Wilayah pesisir atau
coastal area melingkupi wilayah yang lebih luas dibanding pesisir. Wilayah pesisir terdiri dari

6
zona pecah gelombang, pantai dan gisik, pesisir, dan dataran aluvial pesisir. Agar dapat
mengelola pesisir dengan baik, maka selain kita harus paham batas wilayah pesisir, kita juga
harus mampu mencirikan tipologi wilayah pesisir. Kekhasan ciri tipologi yang dimiliki suatu
pesisir akan menunjukkan bagaimana pesisir tersebut terbentuk.

C. Kondisi Oseanografi dan Dinamika Ekosistem Pesisir dan Lautan


Wilayah pesisir dan lautan merupakan daerah dimana terjadi interaksi antara tiga unsur
alam yaitu daratan, lautan dan atmosfer. Proses interaksi tersebut telah berlangsung sejak unsur-
unsur tersebut terbentuk. Bentuk wilayah pesisir yang ditemui sekarang ini merurpakan hasil
keseimbangan dinamis dari proses penghancuran dan pembentukan ketiga unsur alam ini
(Dahuri, 2001).

1) Kondisi Oseanografi Fisika Perairan Pesisir dan Lautan


Kondisi oseanografi fisika di kawasan pesisir dan laut dapat digambarkan oleh terjadinya
fenomena alam seperti terjadinya pasang surut, arus, kondisi suhu, dan salinitas serta angin.
Fenomena-fenomena memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan lautan.
Sehingga rnenyebabkan terjadinya kondisi fisik perairan yang berbeda-beda (Dahuri, 2001).

a. Pasang Surut dan Muka Laut


Menurut Pariwono(1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka
laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan
terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan
suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan
oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya
lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir periodik
karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Naik turunnya muka laut
dapat terjadi sekali sehari (pasut tunggal), atau dua kali sehari (pasut ganda). Sedangkan pasut
yang berperilaku di antara keduanya disebut sebagai pasut campuran.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori
kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi
bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas
perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat
beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar
laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang
surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).
Menurut Wyrtki (1961), dilihat dari pola gerakannya, pasang surut di Indonesia dibagi
menjadi 4 yaitu :

1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)


7
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu
hari, ini terdapat di Selat Karimata.
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya
hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi
terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan
waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi
terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang
berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

b. Gelombang Laut
Gelombang adalah gerakan naik turun sebuah tubuh perairan yang dinyatakan dengan
naik turunnya permukaan air secara bergantian. Sedangkan ombak adalah suatu gangguan yang
bergerak melalui air tetapi tidak menyebabkan partikel-partikel air bergerak karenanya
(Triatmodjo, 1999). Setiap gelombang mempunyai tiga unsur yang penting yakni panjang, tinggi
dan periode. Panjang gelombang adalah jarak mendatar antara dua puncak yang berurutan, tinggi
gelombang adalah jarak vertikal antara puncak dan lembah, sedangkan periode adalah waktu
yang diperlukan oleh dua puncak yang berurutan untuk melalui suatu titik (Nontji, 1987).
Sifat-sifat gelombang paling tidak dipengaruhi oleh tiga bentuk angin (Hutabarat dan
Evans, 1985) :
 Kecepatan angin. Umumnya makin kencang angin yang bertiup makin besar gelombang
yang terbentuk dan gelombang ini mempunyai kecepatan yang tinggi dan panjang
gelombang yang besar.
 Waktu di mana angin sedang bertiup. Tinggi, kecepatan dan panjang gelombang seluruhnya
cenderung untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit
gelombang mulai bergerak bertiup.
 Jarak tanpa rintangan di mana angin sedang bertiup (dikenal sebagai fetch). Pentingnya fetch
dapat digambarkan dengan membandingkan gelombang yang terbentuk poada kolom air
yang relatif kecil seperti danau di daratan dengan terbentuk di lautan bebas.

Pengukuran visual, dilakukan jika tidak ada alat ukur lain. Untuk mengestimasi
gelombangpecah dengan batang meter (palem) sebagai alat bantu. Metode ini paling mudah
dilakukannamun tingkat keteliatiannya paling rendah. Pengukuran dilakukan dengan mencatat
waktu dan ketinggian dari gelombang saat sedang puncak dan lembah (Samudra, 2012).

8
Gelombang yang ditemukan di permukaan laut pada umumnya terbentuk karena adanya
proses alih energi dari angin ke permukaan laut atau pada saat-saat tertentu disebabkan oleh
gempa didasar laut. Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau
sedimentasi. Besarnya proses tersebut bergantung pada besarnya energi yang dihempaskan oleh
gelombang ke pantai.

c. Arus di Pantai
Arus laut adalah proses pergerakan massa air laut yang menyebabkan perpindahan
horizontal dan vertikal massa air laut tersebut yang terjadi secara terus (Gross,1990). Pergerakan
massa air ini ditimbulkan oleh beberapa gaya sehingga Herunadi (1996) dalam Kurniawan
(2004) mengemukakan bahwa sinyal arus merupakan resultan dari berbagai sinyal yang
mempunyai frekuensi terstentu yang dibangkitkan oleh beberapa gaya yang berbeda-beda.
Sedangkan menurut Hutabarat dan Evans (1985) arus merupakan gerakan air yang terjadi pada
seluruh lautan di dunia.
Menurut Gross (1990), terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu
faktor internal dan faktor internal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien
tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari
dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara,
gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin.
Perairan Indonesia secara tetap diisi oleh massa air Samudra Pasifik. Hal ini terjadi bukan
hanya karena wilayah Indonesia lebih terbuka terhadap Samudera Pasifik tetapi juga karena
kondisi dinamika permukaan laut. Ketinggian permukaan laut di bagian barat samudra pasifik
lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah di selatan Jawa sepanjang tahun, sehingga terbentuk
gradien tekanan dari samudra pasifik ke samudera Hindia (Wyrtki, 1961).
Menurut Godfrey (1996),gradien tekanan tersebut terbentuk karena posisi Indonesia
berada pada sisi Barat Samudera Pasifik Trade Wind Belt, dimana tekanan angin secara terus
menerus menyebabkan penumpukkan massa air karena pergerakan arusnya menuju daratan.
Gradien tekanan tersebut menyebabkan terjadinya arus yang melewati perairan Indonesia disebut
Arlindo. Arlindo memiliki sistem sirkulasi massa air yang kompleks dan berfluktuasi secara
musiman dengan arah serta kekuatannya yang bervariasi.
Arus yang disebabkan oleh pasut dipengaruhi oleh dasar perairan. Arus pasut yang
terkuat akan ditemui di dekat permukaan dan akan menurun kecepatannya semakin mendekati
dasar perairan. Hal ini disebabkan adanya gesekan dasar (bottom friction). Fase dari arus pasut
juga seringkali berubah mengikuti kedalaman, dimana fase di lapisan dasar perairan berubah
lebih dahulu dibandingkan dengan di lapisan permukaannya.

d. Suhu dan Salinitas


Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang terkandung
dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air laut adalah matahari. Setiap
detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026 kalori dan setiap tempat dibumi yang tegak
lurus ke matahari akan menerima bahang sebanyak 0.033 kalori/detik. Pancaran energi matahari
9
ini akan sampai kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2 kalori/cm2/menit. Pancaran energi
ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh massa air (Nontji, 1987).
Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak
mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang
merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub.
Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku air laut) di daerah kutub sampai
maksimum sekitar 42°C di daerah perairan dangkal (Hutabarat dan Evans, 1985). Suhu menurun
secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin.
Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada
kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C
(Hutagalung, 1988).
Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan
laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi
udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans, 1986).Pengukuran suhu dapat dilakukan
dengan menggunakan alat thermometer skala. Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi
matahari,posisi matahari, letak geografis, musim, kondisi awan, serta proses interaksi antara air
dan udara, seperti alih panas (heat), penguapan, dan hembusan angin.
Kondisi yang hampir serupa berlaku untuk salinitas perairan. Parameter yang
mempengaruhi adalah keadaan lingkungannya (muara sungai atau gurun pasir), musim, serta
interaksi antara laut dengan daratan/gunung es. Salinitas merupakan bagian dari sifat fisik- kimia
suatu perairan, selain suhu, pH, substrat dan lain-lain. Salinitas dipengaruhi oleh pasang surut,
curah hujan, penguapan, presipitasi dan topografi suatu perairan. Akibatnya, salinitas suatu
perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya, misalnya perairan darat, laut dan
payau. Kisaran salinitas air laut adalah 30-35‰, estuari 5-35‰ dan air tawar 0,5-5‰
(Nybakken,1992).
Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas : (Hutabarat, 1985).
1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya
tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah
itu rendah kadar garamnya.
2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut
itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan
tinggi.
3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang
bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin
sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.

Menurut Nyabakken (1992) alat pengukur salinitas yang memiliki keteltian tinggi adalah
konduktivitimeter yang bekerja berdasarkan daya hantar listrik. Makin besar kandungan salinitas
dalam suatu perairan maka semakin besar pula datya hantar listriknya (Nyabakken,1992).
e. Angin

10
Angin merupakan parameter lingkungan penting sebagai gaya penggerak dari aliran skala
besar yang terdapat baik di atmosfe maupun lautan. Gelombang merupakan produk penting lain
yang dihasilkan oleh angin. Demikian pula deretan bukit pasir (sand dunes) yang ditemui di
pantai.
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa angin adalah udara yang bergerak. Menurut Buys
Ballot, ahli ilmu cuaca dari Perancis, angin adalah massa udara yang bergerak dari daerah
bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum. Gerakan massa udara yang arahnya
horizontal dikenal dengan istilah angin. Anemometer mangkok adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kecepatan angin. Satuan yang biasa digunakan dalam menentukan kecepatan angin
adalah km/jam atau knot (1 knot = 0,5148 m/det = 1,854 km/jam).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin adalah:
- Perbedaan tekanan udara di dua tempat (gradien barometris)
- Relief permukaan bumi
- Letak suatu tempat
- Ketinggian suatu tempat
- Lamanya siang dan malam
Angin yang bertiup dapat diukur kecepatannya dengan alat yang disebut anemometer.
Jika perbedaan udara di dua tempat sangat besar, maka akan bertiup angin kencang. Anemometer
merupakan alat yang berguna untuk mengukur arah serta kecepatan angin. Satuan meteorologi
yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin adalah Knots (Skala Beaufort), sementara
untuk arah angin digunakan 0o – 360o. Alat ukur anemometer tersebut di dalam penggunaannya
harus lah ditempatkan pada posisi terbuka agar mampu berinteraksi dengan angin yang akan
diukur tersebut (Triatmodjo, 1999).

f. Kedalamanan
Kedalaman suatu perairan akan membatasi penetrasi cahaya matahari yang secara
langsung membatasi kehidupan biota dasar. Penyinaran cahaya matahari berkurang secara cepat
sesuai dengan makin tingginya kedalamn lautan (Nybakken, 1992).
Dilihat dari kedalaman laut, perairan Indonesia pada garis besarnya dapat dibagi dua,
yakni perairan dangkal berupa paparan dan perairan dalam. Paparan adalah zona di laut terhitung
mulai garis surut terendah hingga pada kedalaman sekitar 120 – 200 meter, yang kemudian
biasanya disusul dengan lereng yang lebih curam ke arah laut dalam (Nontji, 1987). Tingkat
kedalaman yang sangat tinggi akan mengurangi penyerapan cahaya matahri oleh badan air,
dimana cahaya matahari sangat dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan hijau dalam proses
fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan hewan
khususnya makrozoobentos. Pada daerah yang dalam tingkat kecerahan menetukan mutu
perairan sebagai daerah asuhan bentos, tetapi pada tingkat kedalaman 15–40 meter masih
tergolong baik sebagai habitat makrozoobentos (Hutabarat dan Evans, 1985).
Kedalaman dasar laut dapat diamati dari nilai garis kontur pada peta batimetri daerah
yang bersangkutan. Kedalaman laut mencerminkan roman muka dasar laut atau bisa disebut
morfologi yang pada hakekatnya berkaitan dengan proses pembentukan dan perkembangan dasar
11
laut dan samudera. Untuk sistem samudera terdapat hubungan empiris yang memperlihatkan
hubungan antara kelandaian dan umur pembentukannya. Makin tua umur samudera, semakin
dalam dasar lautnya. (Nontji, 1987).
Jika sudut muka bias ombak datang secara menyudut terhadap tepi pantai, yang
kemiringan dasarnya landai dengan kontur kedalaman yang sejajar garis pantai, maka muka
ombak akan mengalami proses pembiasan atau refraksi. Arah perambatan berangsur-angsur
berubah dengan berkurangnya kedalaman sehingga dapat diamati bahwa ombak cenderung
sejajar dengan kedalaman. Hal ini disebabkan oleh perubahan bilangan ombak yang
mengakibatkan perubahan fase gelombang (Carter, 1988 dalam Bawantu, 2003).

g. Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu
kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan
ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan
fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam
hal ini bahan-bahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi
kecerahan air (KLH dan LON-LIPI, 1983 dalam Effendi, 2000).
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu
kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan
ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan
fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam
hal ini bahan-bahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi
kecerahan air (Effendi, 2000).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran
transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk yang
dikembangkan oleh Profesor Secchi pada abad ke-19. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan
meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi
dan kekeruhan serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air
dinyatakan dalam suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk (Effendi, 2000).
Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat dalam satu liter air
(ppt). Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara melalui permukaan air, aliran air
masuk, air hujan, dan hasil dari proses fotosintesis plankton atau tumbuhan air. Oksigen terlarut
merupakan parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan masssa air
serta merupakan indikator yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi . Kadar oksigen yang
terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar
oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada
pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi,
dam limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Selain itu, kelarutan oksigen dan gas-gas lain
berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah
daripada kadar oksigen di perairan tawar. Peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan
konsumsi oksigen sekitar 10 (Riley,1976).
12
Menurut Effendi (2000), kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi,
tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan
ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil.
Kadar oksigen juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada
percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi,
dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air (Effendi,2000).
Dalam penentuan kadar oksigen terlarut suatu perairan kita gunakan metode analisis yang
umum digunakan untuk menganalisis kadar oksigen dalam air laut yakni metode titrasi
iodometri. Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu botol BOD 300 ml berfungsi sebagai
wadah air sampel.

h. pH
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+) yang
mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan
maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya
suatu perairan. Nilai pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas
perairan. Biasanya angka pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya
keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan
unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik (Hutabarat &
Evans,1985).
Besaran pH berkisar antara 0 – 14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang
masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa, untuk pH =7 disebut
sebagai netral. Perairan dengan pH < 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat
menyebabkan kematian makhluk hidup, sedangkan pH > 9,5 merupakan perairan yang sangat
basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas perairan. Perairan laut
maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya
berkisar antara 7,7 – 8,4. pH dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-
garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya (Nybakken, 1992).
Alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH (kadar keasaman atau alkalinitas)
ataupun basa dari suatu larutan (meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk mengukur
pH zat semi padat). PH meter yang biasa terdiri dari pengukuran probe pH (elektroda gelas) yang
terhubung ke pengukuran pembacaan yang mengukur dan menampilkan pH yang terukur. Prinsip
kerja dari alat ini yaitu semakin banyak elektron pada sampel maka akan semakin bernilai asam
begitu pun sebaliknya, karena batang pada pH meter berisi larutan elektrolit lemah. Alat ini ada
yang digital dan juga analog. pH meter banyak digunakan dalam analisis kimia kuantitatif
(Nybakken, 1992).
2) Kondisi Oseanografi Kimia Perairan Pesisir dan Lautan
Kualitas air suatu perairan pesisir dicirikan oleh karakteristik kimianya, yang sangat
dipengaruhi oleh masukan dari daratan maupun dari laut sekitarnya. Pada kenyataannya, perairan
pesisir merupakan penampungan (storage system) akhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh
aktivitas manusia. Karenanya karakteristik kimia perairan pesisir bersifat unik dan ditentukan
13
oleh besar kecilnya pengaruh interaksi kegiatan-kegiatan di atas serta kondisi hidrodinamika
perairan pesisir, seperti proses difusi (diffusion), disolusi (dissolution) dan pengadukan
(turbulance) terhadap substansi kimia. (Poernomosidhi, dalam Supriharyono, 2009 tentang
“Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis”).

14
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN :

- Oseanografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena fisis dan dinamis air laut yang dapat
diaplikasikan ke bidang-bidang lainnya seperti rekayasa, lingkungan, perikanan, bencana
laut dan mitigasi (pengelolaan dan pencegahan).
- Menurut klasifikasinya sendiri, Oseanografi bisa terdiri dari: Oseanografi, Oseanografi
Fisika, Oseanografi Biologi, Oseanografi Geologi, dan Oseanografi Meteorologi.
- Ada tiga macam garis yang digunakan sebagai batas dalam wilayah pesisir dan laut :
coastline, shoreline, dan surfline.
- Wilayah pesisir dan lautan merupakan daerah dimana terjadi interaksi antara tiga unsur alam
yaitu daratan, lautan dan atmosfer.
- Kondisi oseanografi fisika di kawasan pesisir dan laut dapat digambarkan oleh terjadinya
fenomena alam seperti terjadinya pasang surut, arus, kondisi suhu, dan salinitas serta angin.
- Kualitas air suatu perairan pesisir dicirikan oleh karakteristik kimianya, yang sangat
dipengaruhi oleh masukan dari daratan maupun dari laut sekitarnya.
-

15
DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, Sahala, dan Stewart M. Evans.1985.Pengantar Oseanografi.Universitas Indonesia


Press.Jakarta.

Babcock & Wilcox Co. 2005. Steam; Its Generation And Use, Edition 41, Chapter 8, Structural
Analysis and Design.Barberto.

Putuhena, Hugo.2015.Pengukuran Gelombang Laut. Dikutip 13 September 2020 dari Dokumen


Tips : https://dokumen.tips/documents/pengukuran-gelombang-laut.html

Supriyanto, Heryy.2017.Pengukuran Arus. Dikutip 13 September 2020 dari Blogger :


http://herrysupriyantoooo.blogspot.com/2017/11/pengukuran-arus.html

Edison, A. Jonathan.Makalah Pasang Surut Air Laut. Dikutip 13 September 2020 dari Academia
Education : https//www.academia.edu/10133700/makalah-pasang-surut-air-laut

16

Anda mungkin juga menyukai